• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Pengertian Resiko Investasi Saham

Secara umum hampir semua investasi termasuk investasi sekuritas mengandung unsur ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi yang mereka lakukan, yang bisa mereka lakukan hanya memperkirakan besarnya hasil yang diharapkan dari investasi tersebut. Sering terjadi keuntungan yang diharapkan berbeda dengan yang sesungguhnya terjadi dan ini dikatakan sebagai simpangan. Dalam keadaan seperti ini berarti para investor menghadapi resiko dalam berinvestasi. Semakin besar simpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, maka makin besar ketidakpastian estimasi hasil tersebut, berarti semakin besar resiko yang ditanggung. Dengan demikian resiko berbanding lurus dengan keuntungan yang diharapkan..

Menurut Jones (2004,p.142) definisi resiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Sedangkan dalam teori portofolio, resiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan yang diterima menyimpang dari yang diharapkan, yaitu menyimpang lebih besar maupun lebih kecil. Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, berarti semakin besar resiko yang akan ditanggung.

Dari pernyataan tersebut investasi dapat diartikan sebagai pengorbanan sebesar nilai tertentu pada saat ini dengan harapan akan diperoleh nilai di masa mendatang yang besarnya belum dapat dipastikan. Dengan demikian investor dalam melakukan investasi pada saham seharusnya tidak hanya memperhatikan besarnya keuntungan yang akan diperoleh, tetapi juga memperhatikan variabilitas pendapatan dari waktu ke waktu. Variabilitas pendapatan inilah yang disebut dengan resiko investasi saham.

Dalam setiap pengambilan keputusan investasi, resiko merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan, karena besar kecilnya resiko yang terkandung dalam suatu alternative investasi akan mempengaruhi pendapatan

(2)

yang diharapkan dari investasi tersebut. Penilaian investor terhadap resiko investasi saham juga akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena resiko merupakan salah satu unsur dalam penetapan tingkat discount untuk menentukan nilai saham. Jika resiko investasi saham semakin tinggi, sementara pendapatan saham tetap, maka nilai saham akan semakin rendah sehingga dapat menyebabkan harga saham turun dan demikian juga sebaliknya.

Investasi surat berharga jangka panjang dalam bentuk saham dilakukan dengan cara membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, investor berhak atas deviden, baik berupa uang tunai maupun deviden saham.

Pada umumnya para investor tidak menginvestasikan semua dananya pada satu jenis saham, tetapi melakukan diversifikasi, sehingga mereka hanya berminat terhadap pengaruh masing-masing saham pada resiko portofolio. Oleh karena itu resiko portofolio yang didiversifikasikan dengan baik tergantung pada resiko dan covariance/correlation coefficient dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio tersebut. Dengan demikian untuk membentuk portofolio dengan tingkat resiko yang rendah, maka saham-saham yang dipilih bukan saham-saham yang mempunyai deviasi standar yang rendah, tetapi juga saham yang mempunyai covariance yang rendah. Kalau portofolio tersebut mewakili semua kesempatan investasi yang ada, dengan proporsi sesuai dengan bobot investasi tersebut, maka portofolio tersebut disebut sebagai portofolio pasar.

Namun dalam kenyataannya sulit untuk membentuk portofolio yang terdiri dari semua kesempatan investasi, karena itu biasanya dipergunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri dari sejumlah besar saham atau indeks pasar. Di Bursa Efek Jakarta dipergunakan indeks pasar yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Jadi hubungan antara saham dapat diterangkan dengan mencari pola hubungan antara saham individual dengan indeks pasar secara keseluruhan.

Dengan demikian untuk mencari besarnya beta saham, dibuat persamaan regresinya dengan imbal hasil saham individual sebagai variabel tergantung dan imbal hasil pasar sebagai veriabel bebas, seperti formula berikut ini (Husnan:

2003,p. 85):

Ri = άi + β Rm

(3)

Dalam hal ini, άi adalah intercept yang tidak dipengaruhi oleh perubahan index pasar. Sedangkan Rm adalah imbal hasil indeks pasar dan β adalah parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri kalau terjadi perubahan pada Rm.

2.2. Jenis – Jenis Resiko Saham

Ada beberapa jenis resiko investasi dilihat dari sumber penyebabnya, yang dapat digolongkan menjadi 8 jenis resiko investasi menurut Jones (2004,p. 142- 143) dapat digolongkan menjadi:

1. Resiko suku bunga merupakan variabilitas pendapatan saham yang disebabkan karena adanya perubahan tingkat suku bunga. Resiko ini tidak dapat didiversifikasi, karena tingkat suku bunga cenderung naik turun secara bersamaan yang berpengaruh terhadap nilai aktiva secara umum. Harga saham akan bergerak berlawanan dengan perubahan suku bunga.

2. Resiko pasar merupakan variabilitas pendapatan saham yang disebabkan karena fluktuasi kondisi pasar secara keseluruhan meliputi resesi, perang, perubahan struktur ekonomi, dan perubahan preferensi konsumen.

3. Resiko inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi daya beli atau kemungkinan menurunnya daya beli dari dana yang diinvestasikan. Resiko ini berhubungan dengan resiko suku bunga, karena kenaikkan suku bunga menyebabkan kenaikkan inflasi.

4. Resiko bisnis adalah resiko dalam menjalankan bisnis pada suatu industri atau lingkungan industri.

5. Resiko keuangan adalah resiko yang timbul karena pemakaian hutang oleh perusahaan. Semakin besar hutang semakin besar pula resiko.

6. Resiko likuiditas adalah resiko yang berhubungan dengan pasar sekunder dimana saham diperdagangkan. Semakin mudah atau cepat saham diperjualbelikan semakin kecil resiko likuiditasnya.

7. Resiko nilai tukar adalah variabilitas pendapatan saham yang disebabkan karena fluktuasi nilai tukar.

8. Resiko negara merupakan variabilitas pendapatan saham yang disebabkan karena perubahan situasi politik suatu negara.

(4)

Sedangkan Usman (2003,p. 5) mengatakan bahwa investor dihadapkan pada beberapa resiko, antara lain :

1. Resiko financial, yaitu resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau bunga serta pokok pinjaman.

2. Resiko pasar merupakan resiko menurunnya harga pasar secara subtansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi.

3. Resiko psikologis, yaitu resiko bagi investor atau pemodal yang bertindak secara emosional dalam menanggapi perubahan-perubahan pasar. Para investor menanggapi perubahan berdasarkan optimisme atau pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham. Resiko ini erat kaitannya dengan resiko pasar dan resiko financial.

2.3 Pendapatan Saham

Tujuan Utama melakukan investasi adalah memperoleh pendapatan sebesar-besarnya pada tingkat resiko tertentu. Jones (2004,p. 136) menyatakan bahwa” Return is reward for undertaking the investment the assessment of return is the only rational way (after allowing risk) for investor to compare alternatives investment that differ in what promise” yang berarti bahwa imbal hasil saham (return saham) merupakan sejumlah imbalan dari suatu investasi dan besarnya imbal hasil yang akan diperoleh merupakan satu-satunya cara yang rasional bagi investor (selain mempertimbangkan tingkat resiko) untuk membandingkan beberapa alternatif investasi yang ada dengan berbagai tingkat pengembalian yang berbeda satu sama lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan rate of return dari saham adalah persentase pendapatan dikurangi pengeluaran. Pendapatan disini adalah penjumlahan dari harga akhir pasar saham dan deviden yang diterima pada periode tersebut, sedangkan pengeluaran yang dimaksud adalah harga awal pasar saham atau harga beli saham tersebut.

(5)

Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Rit= Pit-Pi(t-1)+Dit

Pi(t-1) Dimana :

Rit = Tingkat keuntungan saham i pada periode t

Pi (t-1) = Harga saham i pada periode t-1

Pit = Harga saham i pada periode t

Dit = Deviden tunai saham i yang dibagikan pada periode t

Dengan demikian dapat dilihat bahwa terdapat dua macam pendapatan dari suatu investasi saham yang dilakukan oleh investor, yaitu :

1. Pendapatan arus kas yang terjadi bila harga saham tersebut meningkat atau apresiasi yang biasa disebut capital gain.

2. Pendapatan arus kas yang terjadi bila perusahaan membayarkan deviden kas kepada investor.

Usman (2003,p. 63) mengatakan bahwa return saham berkaitan erat dengan perekonomian secara umum, perusahaan emiten, pasar modal dan investor. Factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi capital gain atau loss dan pembayaran deviden, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan saham. Capital gain atau loss merupakan perubahan harga saham yang akan mempengaruhi tingkat pendapatan saham. Demikian juga dengan kebijakan perusahaan emiten dalam hal deviden kas, akan mempengaruhi tingkat pendapatan saham.

Kondisi ekonomi secara umum memiliki implikasi pada investasi saham, karena pergerakan harga saham berkaitan dengan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, yang juga akan mempengaruhi aktivitas usaha perusahaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas usaha perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja saham perusahaan tersebut. Adapun tingkat efektivitas mekanisme transaksi dan transformasi informasi yang diperlukan investor dalam melakukan investasi sangat ditentukan oleh pasar modal itu sendiri. Dengan demikian pasar modal itu juga turut menentukan tingkat pendapatan saham.

(6)

Apabila diperhatikan lebih jauh perkembangan harga saham dan pembayaran deviden, secara umum ada kecenderungan harga saham naik pada saat menjelang pembayaran deviden dan segera turun sesudah pembayaran deviden. Hal ini menunjukkan bahwa para investor cenderung untuk mengharapkan pendapatan dan deviden. Dalam keadaaan demikian para investor akan melakukan pembelian saham pada saat bulan-bulan menjelang pembagian deviden sehingga harga saham bergerak naik dan menjual kembali sahamnya setelah pembagian deviden sehingga harga saham turun. Dengan demikian perkembangan harga saham dan pembayaran deviden berpengaruh terhadap pendapatan saham secara individual.

2.4 Resiko Investasi Saham dan Variabel-variabel yang Mempengaruhi Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa resiko investasi saham dapat dikelompokkan menjadi resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Tingkat resiko tersebut dipengaruhi oleh variabel-variabel yang bersifat makro dan variabel-variabel keuangan yang meliputi :

a. Asset Size

Besar kecilnya asset size suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung resiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya.

Biasanya perusahaan yang tergolong besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi resiko maupun mengembangkan atau memperluas operasi perusahaan.

Ada anggapan bahwa perusahaan-perusahaan besar mempunyai resiko yang lebih rendah daripada perusahaan-perusahaan kecil. Menurut Ben-Ziot dan Shalit (1975,p. 1018) ukuran perusahaan merupakan determinan lain dari resiko. Di mana perusahaan besar diduga kurang beresiko. Adapun argument yang diberikan adalah :

1. Kemudahan daya jual perusahaan (marketability), argument ini dikembangkan oleh Fisher, yang menegaskan bahwa sekuritas perusahaan- perusahaan besar merupakan aktiva-aktiva yang dapat dijual dengan mudah, sehingga mampu menghasilkan kas dengan cepat. Hal inilah yang

(7)

menyebabkan perusahaan-perusahaan besar mempunyai resiko yang lebih kecil.

2. Kemungkinan kebangkrutan relative kecil (probability of bankruptcy). Hal ini sesuai dengan publikasi Dun dan Braddstreet, yang menunjukkan bahwa frekuensi kegagalan perseribu perusahaan lebih rendah untuk kelas perusahaan yang berukuran besar. Jadi perusahaan-perusahaan besar mempunyai resiko kegagalan yang lebih kecil.

3. Diversifikasi (diversification). Jika pendapatan aktiva individual tidak begitu berkorelasi sempurna, perusahaan-perusahaan besar akan memiliki varians pendapatan lebih rendah daripada perusahaan kecil. Dalam hubungannya dengan teori portofolio, varians pendapatan yang lebih rendah tidak berarti resikonya lebih kecil. Bagaimanapun perusahaan- perusahaan besar akan kurang beresiko karena perusahaan tersebut lebih terdiversifikasi operasi atau aktiva-aktivanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ferri dan Jones (1979,p. 632) bahwa perusahaan-perusahaan besar lebih terdiversifikasi, jadi lebih mudah masuk ke pasar modal, mempunyai kredit rating yang baik untuk memperoleh hutang dan dikenakan tingkat bunga yang rendah.

4. Skala ekonomi (economic scale). Perusahaan-perusahaan besar memungkinkan beroperasi dengan biaya perunit yang rendah dan konsekwensinya akan memperoleh pendapatan ekonomis di atas normal dan ini dapat berfungsi sebagai penyangga terhadap kerugian, yang akan mengurangi kemungkinan kebangkrutan. Hal ini menyebabkan resikonya menjadi lebih kecil.

Asset size dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja ataupun jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Asset size digunakan untuk mengetahui besarnya kekayaan total yang dimiliki perusahaan sample.

Asset size dalam penelitian ini adalah sebesar logaritma umum dari total kekayaan.

Semakin besar total kekayaan suatu perusahaan, berarti resiko yang bakal ditanggung oleh para investor juga semakin kecil. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil total kekayaan yang dimiliki perusahaan go public,

(8)

maka resiko saham perusahaan tersebut semakin besar pula. Oleh karena itu diharapkan Asset size ini mempunyai hubungan negative dengan resiko saham.

b. Asset Growth

Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila kekayaan awal suatu perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula sebaliknya. Pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir tinggi berarti kekayaan awalnya rendah. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pertumbuhan aktiva (Asset Growth) suatu perusahaan, berarti resiko yang bakal ditanggung para pemegang saham semakin kecil. Demikian pula sebaliknya, bila tingkat pertumbuhan aktiva suatu perusahaan tidak tinggi berarti resiko yang ditanggung pemegang saham tinggi. Oleh karena itu diduga Asset Growth ini mempunyai hubungan negative dengan resiko saham.

c. Leverage

Dalam terminology bisnis, istilah leverage dapat diartikan sebagai penggunaan biaya tetap oleh perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh laba yang tinggi. Dalam penelitian ini leverage yang dimaksud adalah leverage keuangan, yaitu leverage yang berkaitan dengan keputusan pembelanjaan.

Leverage keuangan berkaitan dengan kebijaksanaan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana dan timbul bila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari hutang. Dengan demikian berarti leverage keuangan ditentukan oleh keputusan pembelanjaan. Dalam keputusan pembelanjaan, bila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari hutang, maka perusahaan harus membayar biaya bunga tanpa memperhatikan besar kecilnya laba perusahaan. Kondisi seperti ini akan menimbulkan resiko bagi pemegang saham biasa. Dalam artian apakah laba perusahaan yang didapat masih tersisa atau bahkan merugi setelah dikurangi biaya bunga tetap.

Perusahaan dengan leverage rendah mempunyai resiko kerugian yang rendah apabila kondisi perekonomian memburuk, tetapi juga mempunyai keuntungan yang rendah apabila perekonomian membaik. Keadaan berlaku

(9)

sebaliknya bagi perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi. Akan tetapi, kondisi perekonomian sulit dipastikan, oleh karena itu penggunaan leverage akan meningkatkan ketidakpastian pendapatan atau laba yang tersedia untuk para pemegang saham. Semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar pula variabilitas pendapatan yang akan diterima para pemegang saham. Hal ini berarti semakin besar resiko yang diterima oleh para pemegang saham.

Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Modigliani dan Miller dalam Beaver(1970,p. 661) bahwa dengan digunakannya hutang maka arus pendapatan untuk para pemegang saham biasa menjadi volatile, karena itu leverage cenderung menaikkan volatilities arus pendapatan, sehingga dapat meningkatkan resiko sistematis. Selanjutnya Ben-Zion dan Shalit (1975,p.1018) mengatakan bahwa leverage merupakan determinan penting dari resiko ekuitas karena hutang mempunyai prioritas di atas saham biasa dalam hal pembagian pendapatan perusahaan dan juga dalam pembagian aktiva bila terjadi kebangkrutan. Semakin besar hutang dalam struktur modal perusahaan, semakin besar pula resiko kegagalan (default risk) dan semakin rendah penilaian ekuitas perusahaan tersebut. Karena itu leverage dapat digunakan sebagai ukuran resiko yang disebabkan oleh struktur modal.

d. Liquidity

Liquidity merupakan ukuran likuiditas perusahaan yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Jika CR tinggi pada aktiva lancar yang besarnya tetap, berarti hutang lancarnya kecil. Demikian juga sebaliknya, jika hutang lancar yang tetap jumlahnya, aktiva lancar yang dimiliki semakin besar.

Dengan demikian semakin tinggi CR-nya berarti semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh para investor. Oleh karena itu diharapkan CR ini mempunyai hubungan negatif dengan resiko saham (Reilly, 1992,p. 480).

(10)

2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran

2.6 Hubungan Antar Konsep

a. Kaitan Antara Asset Size Dengan Resiko Investasi Saham

Penelitian yang dilakukan oleh Faishol Ismail tentang pengaruh Asset Size mempengaruhi terhadap Resiko Investasi di BEJ (2001-2002), menunjukkan Asset Size perusahaan memiliki hubungan secara negative dengan resiko investasi saham (Faishol Ismail, 2004,p. 52).

Semakin besar asset size sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi resiko investasi saham yang ada. Dan sebaliknya semakin kecil asset size perusahaan, maka perusahaan tersebut memiliki resiko yang besar dalam menghadapi resiko investasi yang ada.(Jones, 2004,p. 21). Artinya, investor akan merasa aman apabila asset size perusahaan cukup besar, karena mampu menghadapi resiko investasi yang ada dan investor merasa tidak nyaman saat asset size perusahaan menurun atau semakin kecil maka resiko investasi yang ada semakin besar.

b. Kaitan Antara Asset Growth Dengan Resiko Investasi Saham

Urio-Zion dan Sol S. Shalit melakukan penelitian terhadap 1000 industri besar pada 1970 di Fortune Directory, dan hasilnya variabel asset growth berhubungan secara negatif terhadap resiko investasi saham yang akan

Asset Size (X1)

Assets Growth (X2)

Leverage (X3)

Liquidity (X4)

Risk (Y) Standar deviasi

return saham

(11)

timbul akibat dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan (Jogiyanto.

2005,p. 48).

Maksudnya, investor akan nyaman apabila tingkat asset growth semakin tinggi bagi suatu perusahaan yang berarti semakin kecil resiko yang akan ditanggung para investor. Dan sebaliknya apabila pertumbuhan asset growth tidak tinggi, maka resiko yang ditanggung oleh investor besar.

c. Kaitan Antara Leverage Dengan Resiko Investasi Saham

Penelitian oleh Urio-Zion dan Sol S. Shalit kaitan antara variabel leverage merupakan determinan dari resiko ekuitas karena hutang mempunyai prioritas diatas saham biasa dalam hal pembagian pendapatan perusahaan dan juga dalam pembagian aktiva bila terjadi kebangkrutan.

Semakin besar hutang dalam struktur modal perusahaan, maka semakin besar pula resiko kegagalan dan semakin rendah penilaian ekuitas perusahaan tersebut (Jogiyanto, 2005,p. 48).

Investor akan merasa nyaman jika tingkat leverage (hutang) perusahaan semakin kecil, karena hutang menjadi prioritas diatas saham biasa.

Dan sebaliknya investor akan merasa tidak nyaman apabila tingkat hutang tinggi, karena resiko investasinya tinggi pula.

d. Kaitan Antara Liquidity Dengan Resiko Investasi Saham

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Reilly, memperlihatkan bahwa Liquidity yang tercermin dalam bentuk Current Ratio (CR) ini mempunyai hubungan negative dengan resiko investasi saham (Frank K, 1992,p. 480).

Jika CR tinggi pada aktiva lancar yang dimiliki semakin besar.

Dengan demikian semakin tinggi CR-nya berarti semakin kecil resiko yang ditanggung oleh para investor. Oleh karenanya CR diharapkan mempunyai hubungan negatif dengan resiko saham. Maksudnya, investor akan merasa aman berinvestasi apabila tingkat liquiditas perusahaan tinggi, maka tingkat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya tidak bermasalah, sehingga resiko yang ditanggung investor semakin kecil dan sebaliknya.

(12)

2.7 Hipotesa

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini diajukan hipotesis: ada pengaruh yang signifikan antara variabel asset size, asset growth, leverage, dan liquidity terhadap resiko investasi saham anggota liquidity 45 di Bursa Efek Jakarta.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Literatur lain yang bisa berguna untuk membantu penanganan logistik kemanusiaan adalah model matematis untuk operasi aktivtas bantuan, menentukan lokasi alokasi dari

Beban preloading diberikan sebesar beban rencana atau lebih besar yang akan diberikan diatas tanah lunak tersebut dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya penurunan rencana..

Tujuan dari K3 adalah menciptakan suatu lingkungan kerja yang sehat, aman, teratur dan sejahtera, sehingga hal ini dapat membuat suasana lingkungan kerja menjadi

Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan

Bagi pihak investor, pemecahan saham diyakini dapat memberikan abnormal return setelah pemecahan saham, karena para investor pada umumnya mengindikasikan bahwa perusahaan

Berdasarkan pada ilustrasi gambar di atas, diketahui bahwa melalui physical Facilities, yaitu kondisi fisik, meliputi: store location, store layout, design dan melalui

Seluruh manufacturing cost adalah product cost (Shim & Siegel, 1992). Period cost adalah semua biaya yang tidak langsung penting atau berhubungan dengan produksi. Contohnya

Lalu definisi berikutnya yang dapat menyatukan pandangan yang paling luar sekalipun mengenai efektifitas yang juga dikemukakan oleh Steers, Ungson dan Mowday adalah