• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 11 menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan mamanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebayanya, bermain, berekreasi, dan berkreasi dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri, selain itu Pemerintah juga menyebutkan bahwa Negara dan Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam menyelenggarakan perlindungan anak seperti yang tertuang dalam pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, dukungan sarana dan prasarana tersebut misalnya sekolah, lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, dan lain-lain.

Perkembangan kota yang pesat dan tidak terarah terutama di Indonesia menyebabkan banyaknya permasalahan yang ditimbulkan, salah satunya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Jumlah penduduk Indonesia, terutama di wilayah perkotaan tidak seimbang dengan jumlah lahan yang tersedia di perkotaan. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh Pemerintah Kota dan pihak swasta adalah merubah fungsi ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun. Dampak dari semuanya itu adalah hilangnya fasilitas umum yang biasa digunakan oleh warga, salah satu diantaranya adalah hilangnya fasilitas tempat bermain anak,

(2)

terlebih lagi pada permukiman padat penduduk di perkotaan yang tidak terencana sebelumnya, atau yang sering kita sebut dengan sebutan kampung kota.

Kampung Badran merupakan salah satu kampung yang terletak di kota Yogyakarta. Kampung tersebut tadinya merupakan wilayah pekuburan orang cina terletak di pinggiran sungai Winongo dan dilalui oleh jalur rel kereta api, kampung tersebut tumbuh secara spontan/tidak terencana, kepadatan bangunan relatif tinggi dengan orientasi bangunan yang tidak jelas serta ruang terbuka yang terbatas seperti taman atau lapangan bermain. Pada tanggal 22 Juli 2010 Walikota Yogyakarta Herry Zudianto memberikan julukan baru pada kampung Badran yang dulunya terkenal sebagai “Kampung Preman” kini diberi julukan sebagai “Kampung Ramah Anak”, hal ini dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan program Pemerintah yaitu “Kota Layak Anak” yang dicanangkan oleh Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak. Semenjak diresmikannya Badran sebagai “Kampung Ramah Anak”, banyak program-program yang dilakukan oleh kampung Badran dan Pemerintah dalam upaya pemenuhan hak anak. Salah satunya adalah program perbaikan lingkungan, misalnya dengan mendirikan MCK umum, mendirikan Lintas Winongo yang merupakan program bank sampah, dan mendirikan FKWA (Forum Komunikasi Winongo Asri) yang merupakan program peningkatan kualitas sungai Winongo. Salah satu program yang dilakukan oleh FKWA adalah memperbaiki kualitas pinggir sungai dengan membuat kolam renang dan playground (taman bermain) di pinggiran sungai Winongo, hal tersebut dilakukan untuk menampung aspirasi anak-anak Badran

(3)

playground (taman bermain) tersebut dilakukan dalam rangka pemenuhan hak anak, khususnya dalam hal bermain, bahkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 pasal 56 ayat 1 butir f, dipertegas bahwa Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.

Hakekatnya tempat bermain yang baik bagi anak-anak adalah di ruangan terbuka (open space) yang lapang dengan udara yang segar, hal tersebut sangat baik untuk merangsang kecerdasan anak, tidak hanya kecerdasan kognitif dan kecerdasan sosial, tetapi juga kecerdasan fisik/keterampilan kinestetik. Lingkungan sekitar merupakan faktor penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara fisik, mental dan sosial. Anak-anak biasanya memberikan respon terhadap lingkungan di sekitarnya baik itu positif maupun negatif. Menurut Bogen & Bogen (2003) dalam Saptorini (2011) proses membangun kreatifitas terdapat empat tahap, yaitu yang pertama merupakan proses persiapan, dalam proses ini informasi yang didapatkan anak-anak diserap, yang kedua adalah proses inkubasi, dalam tahap ini informasi yang didapatkan oleh anak-anak masih diserap, yang ketiga yaitu proses iluminasi, dalam tahap ini penyelesaian masalah akan muncul dan yang terakhir adalah proses verifikasi, dalam tahap ini produk akhir akan diciptakan, lebih lanjut Saptorini (2011) menjelaskan bahwa lingkungan bermain merupakan variable yang sangat menentukan dalam membangun kreatifitas, lingkungan permukiman merupakan

(4)

area yang sering digunakan oleh anak-anak untuk bermain, terutama pada ruang terbukanya.

Untuk mendukung proses perkembangan anak, yang salah satunya didapatkan dengan cara bermain, maka penyediaan ruang bermain di lingkungan tempat tinggal pun sangat disarankan, namun di lain pihak Saragih (www.kla.or.id) mengungkapkan bahwa ada atau tidaknya ruang bermain bagi anak-anak menjadi tidak begitu masalah, sebab secara alami anak-anak memiliki kemampuan untuk menemukan ruang bermainnya sendiri, sehingga keberadaan ruang bermain menjadi tidaklah begitu penting bagi mereka. Hal ini pun sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sanoff dan Dickerson dalam Hester (1984), Sanoff dan Dickerson mengungkapkan bahwa aktifitas bermain anak sebagian besar dilakukan di pinggir jalan dan area culs-de-sac dibandingkan dengan area bermain yang disiapkan oleh perencana, penggunaan jalan sebagai ruang bermain anak-anak lebih atraktif dibandingkan dengan ruang bermain yang di desain khusus untuk kegiatan bermain.

1.2 Permasalahan Penelitian

Dalam upaya pemenuhan hak anak di kampung Badran, terutama dalam bermain, kampung Badran bersama Pemerintah menyediakan ruang khusus untuk aktifitas bermain outdoor anak-anak, salah satunya dengan menyediakan ruang playground (taman bermain) dan kolam renang yang terletak di pinggir sungai Winongo, dan pada ruang terbuka yang terletak di tengah-tengah permukiman

(5)

disediakan untuk mengurangi aktifitas bermain anak-anak yang memakai ruang jalan sebagai tempat bermainnya, ruang jalan dianggap dapat membahayakan keselamatan anak-anak karena fungsi utama ruang jalan adalah untuk sirkulasi kendaraan bukan untuk bermain. Namun seperti yang telah di ungkapkan oleh Saragih, Sanoff dan Dickerson sebelumnya bahwa anak-anak dapat menemukan ruang bermainnya sendiri, dan anak-anak lebih senang bermain di tempat yang tidak direncanakan sebagai tempat aktifitas bermainnya, maka permasalahan dari penelitian ini adalah :

1. Ruang bermain apa berdasarkan penelitian di Badran yang lebih sering digunakan oleh anak-anak dalam aktifitas bermain outdoornya ?

2. Seperti apa karakteristik ruang bermain yang sering digunakan oleh anak-anak ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan dan penggunaan ruang bermain tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan penggunaan ruang bermain yang digunakan untuk aktifitas bermain anak-anak di kampung Badran. Tujuan yang lebih khusus, yaitu :

1. Menemukan dan mengkategorikan ruang-ruang bermain yang terdapat dan digunakan oleh anak-anak di kampung Badran.

(6)

2. Menganalisis karakteristik ruang-ruang bermain tersebut, baik yang di desain sebagai wadah aktifitas bermain maupun yang tidak di desain sebagai wadah aktifitas bermain.

3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan dan penggunaan ruang bermain tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam dua bidang, yaitu bidang ilmu pengetahuan dan bidang praktis.

1. Manfaat ilmu pengetahuan, yaitu dapat memperluas wawasan teori dalam bidang perencanaan kota secara umum dan perencanaan lingkungan secara khusus serta keterkaitannya dengan bidang keilmuan lainnya.

2. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan program Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak dalam mewujudkan Kota Layak Anak, terutama program Pemerintah Yogyakarta dalam mewujudkan kampung Badran sebagai “Kampung Ramah Anak” mengenai ruang bermain yang sering digunakan oleh anak-anak kampung Badran sebagai wadah aktifitas bermainnya.

1.5 Keaslian Penelitian

(7)

dengan berlokasi di kampung Badran penulis menekankan pada karakteristik dan penggunaan ruang bermain anak-anak yang di desain khusus sebagai wadah/tempat untuk aktifitas bermain anak-anak dengan ruang bermain yang tidak di desain/diperuntukan sebagai wadah/tempat untuk aktifitas bermain anak-anak. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai ruang bermain namun berbeda pada penekanan dan wilayah yang diteliti, yaitu :

No. Peneliti Tahun Tesis

1. Prayarani, Aci.

2006 Judul :

Ruang dan Perilaku Bermain Anak di Lingkungan Permukiman Kota Studi kasus kampung Tamansari Yogyakarta.

Fokus :

Mengkaji pola dan karakteristik ruang bermain anak serta hubungannya dengan perkembangan anak.

Lokus :

Kawasan Permukiman Kampung Tamansari Yogyakarta.

Pendekatan Penelitian :

Kualitatif observasi partisipatif. 2. Alfisyahr,

Tusiana N.

2011 Judul :

Children’s Play Space In Urban kampong : The Case Of Kampong Sosrowijayan, Yogyakarta. Fokus :

Penekanan penelitian pada pemanfaatan ruang terbuka dan ruang publik di daerah kampung kota serta hubungannya degan kebijakan pemerintah.

(8)

Lokus :

Kawasan Permukiman Sosrowijayan

Yogyakarta. Pendekatan Penelitian : Kualitatif eksploratif. 3. Pradipta, Surya. 2005 Judul :

Ruang Terbuka Bermain Anak di Kawasan Kraton Yogyakarta.

Fokus :

Penelitian ini menekankan pada upaya untuk mengetahui ruang-ruang terbuka yang diinginkan dan digunakan anak-anak dalam bermain.

Lokus :

Kawasan Kraton Yogyakarta Pendekatan Penelitian : Kualitatif Eksploratif.

1.6 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan alur kerja dalam penelitian, yang dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan penelitian dan pedoman dalam penulisan laporan penelitian. Kerangka penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam penulisan laporan penelitian dan agar penelitian yang dilakukan terpola dan sistematis. Untuk lebih jelasnya alur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan kerangka penelitian berikut ini :

(9)

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menulis Narasi dengan Penerapan Metode Peta Pikiran Pada Siswa Kelas VIII/A SMP Negeri 1 Kuripan.

Hal tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu hubungan positif antara servant leadership dengan komitmen organisasi pada perawat RSUD RAA

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

Kesetaraan Gender merupakan isu lama yang hingga saat ini konsisten diperjuangkan diseluruh dunia, perjuangan kaum feminis dalam memperjuangkan.. hak perempuan belum

Laba adalah pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba merupakan pengukuran aktivitas operasi dan ditentukan menggunakan dasar akuntansi akrual. Dalam hal

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu setelah proses mencari informasi, menanya, berdiskusi, dan melakukan pengamatan peserta didik dapat: Menjelaskan suhu

Berdasarkan uraian pembahasan dan permasalahan serta tujuan penelitian “Penerapan SAK EMKM sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan UMKM (studi kasus pada UMKM UD

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Timbangan Bilangan efektif untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan