• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya sangat diperlukan. Terutama untuk mengantisipasi era globalisasi yang telah membawa dampak terhadap seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Lulusan SMK dewasa ini harus mampu berperan dan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan menjadi lembaga yang mencetak dan menghasilkan tenaga kerja terampil tingkat menengah yang berorientasi pada dunia kerja. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) Pasal 15, yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Pada kenyataannya Sekolah Menengah Kejuruan tidak dapat melepaskan diri dari persoalan mengenai seperti apa profil tamatan SMK? Sedangkan profil yang diharapkan tidak dapat pula lepas dari persoalan mengenai mutu lulusan SMK yang diharapkan masyarakat terutama kalangan industri pasangannya. Pada masa kini, pengaruh dari penggunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang modern dalam dunia kerja pada satu sisi, dan persaingan lapangan pekerjaan yang semakin meningkat pada sisi lain, harus mampu disiasati oleh setiap satuan

(2)

pendidikan teknologi dan kejuruan (SMK) dengan memiliki berbagai program yang berorientasi pada pasar kerja. Artinya program pendidikan harus memberikan keterampilan-keterampilan khusus yang sesuai dengan lapangan kerja pada masa kini.

Sebagai salah satu upaya kegiatan penyiapan sumber daya manusia yang terampil sesuai dengan tuntutan masyarakat, khususnya dunia industri ialah adanya kurikulum yang relevan dengan kebutuhan tenaga kerja industri. Oleh karena itu pemerintah telah mengambil kebijakan dalam penyiapan tenaga-tenaga terampil dan profesional tingkat menengah, yaitu melalui penyempurnaan pada kurikulum edisi sebelumnya. Hal ini mengandung maksud dan tujuan serta harapan supaya para lulusannya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal tersebut sejalan dengan tujuan SMK itu sendiri, sebagaimana tercantum dalam Dokumen KTSP SMKN 12 Bandung (2006:1), yaitu :

1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesionalisme di bidang pesawat udara.

2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu bersaing dan mampu mengembangkan diri.

3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. 4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga yang produktif, adaptif dan

kreatif.

Langkah konkrit di atas diharapkan agar lulusan SMK memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Namun tidak cukup hanya sampai langkah tersebut, karena perlu adanya penerapan kurikulum yang maksimal agar lulusan SMK mampu bersaing di pasar kerja serta mampu menjadi manusia produktif, maka ”Siswa SMK harus dibekali dengan

(3)

kompetensi-kompetensi yang luwes yang mencakup kompetensi-kompetensi kunci dan kompetensi-kompetensi pada bidang keahlian tertentu” (Soenaryo, 2002:590).

Kompetensi dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Negeri 12 Bandung pada Program Keahlian Pemesinan Pesawat Udara mencakup sebanyak 10 kompetensi produktif, yaitu terdiri dari dua kompetensi dasar kejuruan berupa : menerapkan dasar teknologi pesawat udara, dan menerapkan peraturan keselamatan penerbangan sipil (CASR). Serta kompetensi kejuruan pemesinan meliputi 8 kompetensi, diantaranya : menggambar dan membaca sketsa, membaca gambar teknik, menggunakan perkakas tangan, mengukur dengan menggunakan alat ukur, mengukur dengan alat ukur mekanik presisi, melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, melakukan pekerjaan dengan mesin frais, dan mengoperasikan mesin NC/CNC. Kompetensi yang diprogramkan dalam struktur kurikulum tersebut sebenarnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan industri, namun terdapat faktor lain yang dihadapi di SMK dalam upaya pembentukan kompetensi tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Jorlin Pakpahan (Soenaryo, 2002:224), bahwa ”program kegiatan, perilaku kebiasaan dan sistem nilai telah membentuk dunia sekolah (the world of school) di satu pihak, yang jauh berbeda dengan dunia industri” (the world of industry) yang bercirikan budaya kerja industri di pihak lain. Sejalan dengan itu Sayling Wen (2003:52) mengemukakan ”sekolah zaman sekarang dapat dikatakan hampir merupakan lingkungan tertutup yang terlindung dari masyarakat yang selebihnya dan kurang berkontribusi terhadap pemahamannya”. Sehingga dapat dikatakan agar pembentukan kompetensi di dunia sekolah dapat mengimbangi kompetensi

(4)

yang diharapkan oleh dunia industri yaitu dengan jalan memperbaiki mutu dan relevansinya agar sesuai dengan kebutuhan dunia industri.

Dalam rangka memperbaiki mutu lulusan SMK, maka penerapan pembelajaran di sekolah dengan mengacu kepada kompetensi yang dibutuhkan di industri terutama industri pasangannya sangatlah diperlukan, mengingat industri merupakan salah satu sasaran para lulusan untuk dapat bekerja di dalamnya. Memperbaiki mutu lulusan juga perlu memperhatikan dan memperbaiki berbagai masalah yang menghinggapi para tamatan SMK, sebagaimana diungkapkan Jorlin Pakpahan (Soenaryo, 2002:224-229), bahwa permasalahan tamatan SMK yang tidak sesuai dengan tuntutan dunia industri antara lain :

• Tamatan SMK terbiasa santai dengan jam belajar dan bekerja yang sedikit padahal dunia industri menuntut kerja keras dengan jam kerja rata-rata 40 jam perminggu.

• Tamatan SMK kurang memiliki kepedulian dan keterikatan pada mutu karena di sekolah kurang mengajarkan risiko kerugian atas kegagalan. • Pelajaran praktik dasar kejuruan dilakukan tanpa standar mutu.

• Dalam pelajaran praktik siswa bekerja dengan tidak mengikuti langkah kerja yang benar.

• Siswa bekerja dengan mutu hasil kerja ”asal jadi”.

Kegiatan praktik siswa tidak mengikuti prinsip belajar tuntas (mastery learning).

• Siswa sering bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan guru.

• Kebiasaan siswa melakukan praktik dengan cara tidak bertanggungjawab.

Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan nilai tambah pada sumber daya manusia terutama calon-calon tenaga kerja tingkat menengah yang berasal dari lembaga pendidikan SMK, dengan cara meningkatkan keterampilan dan keahliannya melalui pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri. Hal tersebut merupakan

(5)

isyarat bahwa pembangunan dalam bidang pendidikan harus mengalami dinamika baik menyangkut kurikulum, format materi, sarana dan prasarana, maupun sistem dengan penyempurnaan yang kontinu.

Mengacu dari berbagai hal yang penulis uraikan tersebut, diharapkan bahwa lulusan SMK program keahlian pemesinan mempunyai kompetensi dalam pekerjaan pemesinan yang sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan oleh industri. Penulis beranggapan bahwa kompetensi pekerjaan dengan mesin bubut konvensional dalam program keahlian Pemesinan, merupakan salah satu standar kompetensi yang wajib dimiliki oleh peserta didik sebagai modal dalam memasuki lapangan kerja khususnya bidang pemesinan yaitu operator mesin bubut konvensional di dunia industri. Oleh sebab itu penulis menganggap penting untuk meneliti adanya “Relevansi Isi Kurikulum SMK Program Keahlian Pemesinan Dengan Kebutuhan Kompetensi Industri Pemesinan”. Dengan harapan dapat bermanfaat dalam rangka penyesuaian berbagai komponen kurikulum, terutama isi atau materi pembelajaran yang mendukung dalam pembentukan kompetensi peserta didik, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya dalam meningkatkan mutu dan relevansinya sesuai dengan kebutuhan dunia industri pemesinan.

(6)

B. Identifikasi Masalah

Dengan berdasarkan pada latar belakang penelitian yang telah penulis uraikan, maka penulis menggambarkan beberapa masalah yang timbul untuk diteliti lebih lanjut. Maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan pembelajaran dalam kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan kompetensi industri pemesinan.

2. Peralatan praktek dan suasana pendukung yang ada di sekolah belum sepenuhnya mendukung untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan.

3. Pelaksanaan proses pekerjaan dengan mesin bubut untuk tugas-tugas di sekolah belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan standar mutu di industri.

4. Ruang lingkup isi kurikulum belum mewadahi tuntutan kemampuan berdasarkan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan.

5. Materi pembelajaran belum sepenuhnya sesuai dengan materi di industri yang mendukung kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional.

6. Pencapaian kompetensi peserta didik belum sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan.

(7)

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksudkan untuk mempermudah dalam menganalisis serta mendapatkan penjelasan yang didasarkan pada identifikasi masalah. Berdasarkan identifikasi masalah dimuka, peneliti merumuskan masalah utama yang menjadi fokus kajian sebagai berikut :

“Bagaimanakah relevansi antara isi kurikulum SMK Program Keahlian Teknik Pemesinan, pada kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional dengan kemampuan berdasarkan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan?”

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk memperjelas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penulis menjabarkannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah ruang lingkup isi kurikulum sudah mewadahi tuntutan kemampuan berdasarkan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan?

2. Bagaimanakah kesesuaian antara isi kurikulum atau materi pembelajaran dengan materi di industri yang mendukung kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional?

3. Bagaimanakah kesesuaian antara proses pembelajaran dengan tugas-tugas pokok operator mesin bubut konvensional di industri pemesinan?

4. Adakah kesesuaian antara penggunaan peralatan praktek dalam melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional, yang ada di sekolah dengan

(8)

peralatan yang digunakan dalam mempersiapkan suatu pekerjaan di industri pemesinan?

E. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka perlu diadakan pembatasan masalah agar penelitian dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kebutuhan kompetensi industri pemesinan yang dijadikan sasaran untuk mendapatkan deskripsi tentang jabatan, kualifikasi pendidikan, dan kemampuan yang diharapkan. Hal ini terbatas pada jabatan operator mesin bubut konvensional (Conventional Lathe Machine Operator) di lingkungan Machining Shop Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia.

2. Komponen isi kurikulum di SMKN 12 Bandung Program Keahlian Pemesinan, terbatas pada materi pembelajaran dalam kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menemukan bagaimana kesesuaian antara isi kurikulum SMK program keahlian pemesinan dengan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan. Namun secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang :

(9)

1. Ruang lingkup isi kurikulum dalam mewadahi tuntutan kemampuan berdasarkan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan.

2. Kesesuaian antara isi kurikulum atau materi pembelajaran dengan materi di industri yang mendukung kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional.

3. Kesesuaian antara proses pembelajaran atau aktivitas siswa dengan tugas-tugas pokok operator mesin bubut konvensional di industri pemesinan.

4. Kesesuaian antara penggunaan peralatan praktek dalam kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional di sekolah, dengan peralatan yang digunakan dalam mempersiapkan suatu pekerjaan di industri pemesinan.

G. Kegunaan Penelitian

Selain memiliki tujuan yang dikemukakan di atas, penelitian ini juga memiliki beberapa kegunaan, diantaranya :

1. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ruang lingkup isi kurikulum dalam mewadahi tuntutan kemampuan berdasarkan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri pemesinan.

2. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kesesuaian antara materi pembelajaran dengan materi di industri yang mendukung kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional.

(10)

3. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perbaikan dan upaya penyesuaian bahan pengajaran dan penerapan strategi pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

4. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dalam menjalin kerjasama antar lembaga yang terkait dalam bidang pemesinan, guna meningkatkan relevansi isi kurikulum dengan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan industri pemesinan.

H. Penjelasan Istilah dalam Judul

Penjelasan istilah dalam judul ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah pengertian dan pemahaman serta untuk menyamakan persepsi mengenai arti judul penelitian ini, penjelasan dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian di atas adalah sebagai berikut :

1. Relevansi diartikan sebagai kesesuaian, hubungan, pertalian, jalinan atau keselarasan antara dua hal atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana kesesuaian antara isi kurikulum SMK Program Keahlian Pemesinan dengan kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan industri pemesinan terutama industri pasangannya.

2. Isi kurikulum di sini meliputi materi yang tertulis dalam dokumen kurikulum dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran. Isi atau materi secara ideal diorientasikan pada penguasaan kompetensi-kompetensi untuk menangani masalah praktis di dunia kerja. Materi dalam penelitian ini berupa materi yang

(11)

mendukung dalam penguasaan kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional.

3. Program Keahlian Pemesinan, merupakan salah satu program keahlian yang terdapat di SMK kelompok teknologi dan industri yang berkaitan dengan mesin-mesin perkakas, seperti mesin bubut konvensional, mesin bubut CNC, mesin frais, mesin sekrap, dan lain-lain.

4. Kebutuhan kompetensi industri pemesinan, dalam penelitian ini adalah kebutuhan akan kompetensi tenaga operator pemesinan dalam melakukan pekerjaan dengan mesin bubut konvensional, yang merupakan persyaratan kemampuan minimal dan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak industri P.T. Dirgantara Indonesia.

I. Sistematika Penulisan

Penyusunan sistematika penulisan diterapkan sesuai kaidah tata tulis karya ilmiah yang telah dibakukan, sehingga penulis merujuknya dalam satu kesatuan penyusunan secara sistematis, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah dalam judul, serta sistematika penulisan.

BAB II Kajian teoretis berisi tentang landasan teoritis, yang mendukung dalam penelitian ini. Dalam landasan teoretis ini berisi konsep tentang kompetensi dan kurikulum serta kaitannya dengan kebutuhan industri.

(12)

BAB III Metodologi penelitian berisi mengenai metode penelitian, paradigma penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, lokasi, subjek dan waktu penelitian, teknik analisis data, proses triangulasi dan kriteria tingkat kepercayaan penelitian.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan berisi mengenai deskripsi data hasil temuan di lapangan dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Implikasi berisi hasil penelitian yang disimpulkan dan sekaligus diberikan rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, dan kepada pengguna hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis bakteri yang berperan selama fermentasi semi basah biji kopi robusta; mengetahui aktivitas mikroorganisme pada

Muna Tahun Anggaran 2014, maka perusahaan tersebut di atas diundang untuk mengikuti tahap pembuktian kualifikasi yang akan dilaksanakan pada:.. Hari/Tanggal : Kamis, 9 Oktober 2014

Demikianlah Pengumuman Pemenang ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Sungai Penuh, 08

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjelaskan maksud suatu hal tertentu, dengan memberikan rumusan dalam Pasal 1333 KUH Perdata, dinyatakan bahwa:“Suatu perjanjian harus

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK PERMAINAN WHAT’S MYLINE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KESEJAHTERAAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pembelajaran metematika berbasis saintifik mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yakni konsistensi yang dapat menubah seseorang menjadi individu

[r]

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menggambarkan tenaga kerja, upah minimum Kabupaten, dan investasi terhadap produk domestik regional bruto Provinsi Jawa