• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan. pegawainya masing-masing yang bekerja di dalamnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan. pegawainya masing-masing yang bekerja di dalamnya."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif merupakan jalan suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan pegawainya masing-masing yang bekerja di dalamnya.

Pegawai negeri sipil merupakan sumber daya manusia aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat scara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan pembangunan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kedudukan dan peranan pegawai negeri sipil di Indonesia dirasakan semakin penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang madani yang taat akan hukum, berperadapan modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi. Hal ini ditandai oleh adanya tuntutan bagi masyarakat, akan menunjang terciptanya aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tuntutan bagi masyarakat itu timbul karena ada sebabnya, yaitu adanya praktek-praktek yang tidak terpuji yang dilakukan oleh aparatur pemerintah

(2)

umumnya dan aparatur pemerintah daerah khususnya. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dikalangan aparatur pemerintah daerah, salah satunya disebabkan oleh kurang efektifnya pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh badan yang ada dalam tubuh pemerintah daerah itu sendiri.1

Kedisiplinan pegawai untuk mentaati peraturan jam kerja, dan pelaksanaan tugas yang lainnya masih terkadang diremehkan. Keadaan tersebut disebabkan oleh tingkat kesadaran para pegawai yang tugasnya belum maksimal, sehingga terkadang pegawai lebih mengurus kepentingan pribadi atau golongannya.2

Fungsi pengawasan dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan fungsi manajemen lainnya seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan. Salah satu fungsi pengawasan yang efektif untuk diterapkan adalah pengawasan fungsional, karena setiap gejala penyimpangan akan lebih mudah dan lebih cepat diketahui. Dalam melaksanakan keempat dari fungsi manajemen tersebut secara baik, akan secara otomatis menunjang pencapaian tugas-tugas pokok yang sesuai dengan yang direncanakan.

Pimpinan perlu melakukan pengawasan, tanpa pengawasan akan mengakibatkan terjadi penyelewengan-penyelewengan, maka perlu dilakukan pengawasan yang efektif, khususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas pokok pemerintahan dan pembangunan, hal ini bertujuan untuk menunjang terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa, dan untuk mewujudkannya, maka perlu diterapkan fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dan pembangunan.

3

1 Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2004), hlm 28.

2Ibid, hlm.38

(3)

Pelaksanaan tugas pokok suatu organisasi, tidak akan tercapai dengan baik alasannya karena faktor pelaksanaan pengawasan belum sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan yang kurang baik akan berdampak terhadap efektivitas pelaksanaan pengawasan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itulah akan diterapkan petunjuk yang akan dilakukan guna menunjang efektivitas perencanaan pengawasan.4

Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan azas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah Propinsi, kabupaten/kota untuk mengatur dan

Pengawasan erat sekali kaitannya dengan perencanaan, yang artinya harus ada sesuatu obyek yang diawasi, jadi pengawasan hanya akan berjalan kalau ada rencana program/kegiatan untuk diawasi. Rencana digunakan sebagai standar untuk mengawasi, sehingga tanpa rencana hanya sekedar meraba-raba. Apabila rencana telah ditetapkan dengan tepat dan memulai pengawasannya begitu rencana dilaksanakan, maka tidak ada hal yang menyimpang. Maksud pengawasan itu dalam rumusan yang sederhana adalah untuk memahami dan menemukan apa yang salah demi perbaikan di masa mendatang. Hal itu sebetulnya sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun pihak yang diawasi termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan itu adalah untuk meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government).

4 Victor, Op.Cit., hlm 39.

(4)

mengurus kepentingan masyarakat setempat dilakukan menurut prakarsanya sendiri serta didasari oleh aspirasi rakyat sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Otonomi daerah yang luas membutuhkan pengawasan yang baik agar roda pembangunan di daerah berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 yaitu pemerataan dan keadilan. Pemerintahan Daerah pada hakekatnya merupakan sub sistem dari pemerintahan nasional dan secara implisit pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintahan Daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang merupakan lembaga perwakilan rakyat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah berkedudukan setara dan bersifat kemitraan dengan pemerintah daerah.5

Inspektorat Propinsi adalah merupakan unsur pengawas pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah Propinsi, kabupaten dan kota yang mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Propinsi, kabupaten dan kota. Pada Propinsi Sumatera Utara, pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Inspektorat. Namun target yang ingin dicapai dari kinerja badan ini bertolak belakang dan masih belum mencapai tujuan yang diinginkan, kenyataan bahwa masih banyak terdapat berbagai bentuk penyelewengan dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan bukti yang riil masih kurangnya pembinaan dan pengawasan, baik yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional yang bersangkutan maupun yang dilakukan oleh pimpinan/atasan langsung.

5 Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(5)

Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah, meliputi koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan, pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan, pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan, pendidikan dan pelatihan bagi kepala daerah/wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, anggota badan permusyawaratan desa, dan masyarakat.

Pasal 20 Peraturan Pemerintah 79 Tahun 2005 Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah meliputi:6

1. Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Propinsi 2. Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota 3. Pelaksanaan urusan pemerintahan desa.

Pasal 24 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah 79 Tahun 2005 Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah mengatakan:7

(1) Pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya.

(2) Aparat Pengawas Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga

6 Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

7 Pasal 24 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(6)

Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Propinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota.

Pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaran pemerintahan Negara. Karena hal tersebut maka dibentuk suatu badan di daerah yang bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan secara umum di daerah yaitu Inspektorat. Badan ini dibentuk dalam rangka mencapai beberapa tujuan antara lain:8

1. Mencapai suatu tingkat kinerja tertentu

2. Menjamin susunan pengelolaan administrasi yang terbaik dalam pengorganisasian unit-unit kerja pemerintahan daerah baik secara internal maupun hubungannya dengan lembaga-lembaga lain

3. Untuk memperoleh perpaduan yang maksimal dalam pengelolaan pembangunan daerah dan nasional

4. Untuk melindungi warga masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan daerah

5. Untuk tercapainya integritas nasional

6. Pembinaan dan pengawasan tetap terjaga agar tidak membatasi inisiatif dan tanggung jawab daerah disamping itu hal ini merupakan upaya menyelaraskan nilai efisien dan demokrasi.

Inspektorat Propinsi adalah merupakan unsur pengawas pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah Propinsi, kabupaten dan kota yang

8 https://eriprima.wordpress.com//pelaksanaan-tugas-dan-fungsi inspektoratterhadap-badan-kepegawaian-daerah/diakses tanggal 4 September 2016 Pukul 21.00 Wib.

(7)

mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Propinsi, kabupaten dan kota.

Daerah otonom adalah merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada Propinsi Sumatera Utara, pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Inspektorat. Namun target yang ingin dicapai dari kinerja badan ini bertolak belakang dan masih belum mencapai tujuan yang diinginkan, kenyataan bahwa masih banyak terdapat berbagai bentuk penyelewengan dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan bukti yang riil masih kurangnya pembinaan dan pengawasan, baik yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional yang bersangkutan maupun yang dilakukan oleh pimpinan/atasan langsung. Sehingga menarik untuk dikaji mengapa kinerja Inpektorat di Propinsi Sumatera Utara belum mencapai target yang diinginkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, dipilih judul tentang "Prosedur Pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara Dalam Peningkatan Pendayagunaan Aparatur Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005".

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(8)

1. Bagaimanakah pengawasan inspektorat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 ?

2. Bagaimanakah prosedur pengawasan inspektorat Propinsi Sumatera Utara ? 3. Bagaimanakah hambatan dalam pengawasan inspektorat Propinsi Sumatera

Utara terhadap peningkatan pendayagunaan aparatur ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengawasan inspektorat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005.

2. Untuk mengetahui prosedur pengawasan inspektorat Propinsi Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui hambatan dalam pengawasan inspektorat Propinsi Sumatera Utara terhadap peningkatan pendayagunaan aparatur.

Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya tentang prosedur pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara dalam peningkatan pendayagunaan aparatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005.

2. Secara praktis memberikan informasi kepada masyarakat tentang prosedur pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara dalam peningkatan

(9)

pendayagunaan aparatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005.

D. Keaslian Penulisan.

Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi terkait dengan Prosedur Pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara Dalam Peningkatan Pendayagunaan Aparatur Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 belum pernah ditulis sebelumnya.

Ada beberapa skripsi yang membahas tentang pengawasan inspektorat tetapi memiliki permasalahan yang berbeda seperti :

1. Lili Sofira Lubis dengan judul skripsi : Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kota Tening Tinggi Di Tinjau Dari Hukum Administrasi Negara. Rumusan masalah dalam penulisan tersebut adalah :

a. Bagaimana fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh inspektorat terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Bagaimana mekanisme pengawasan inspektorat terhadap disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi.

c. Bagaimana akibat hukum dari pegawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

2.

Sumatera Utara Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Provinsi Sumatera Utara. Permasalahannya adalah :

(10)

a. Bagaimana Peranan Inspektorat Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah di Provinsi Sumatera Utara.

b. Sejauh mana Inspektorat dapat melakukan perannya sebagai lembaga pengawas setelah pemberlakuan Otonomi Daerah di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan.

1. Pengertian Pengawasan.

Soejamto memberikan batasan mengenai pengertian pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kegiatan yang sebenarnya mengenai pelaskanaan dan menilai kenyataan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. Sedangkan istilah pengawasan dalam bahasa Inggris, disebut “Controlling” diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling ini lebih luas artinya daripada pengawasan. Dikalangan para ahli telah disamakan pengertian “controlling” ini dengan pengawasan, jadi pengawasan termasuk pengendalian. Ada juga yang tidak setuju disamakannya makna istilah “controlling” ini dengan pengawasan karena controlling pengertiannya lebih luas daripada pengawasan. Dikatakan

(11)

bahwa pengawasan adalah hanya kegiatan mengamati saja atau hanya melihat sesuai dengan rencana dan melaporkan hasil kegiatan sedangkan controlling

disamping melakukan pengawasan juga melakukan kegiatan pengendalian yakni menggerakkan, memperbaiki dan meluruskan menuju arah yang benar.9

SP. Siagian memberikan definisi pengawasan sebagai berikut proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.10

M. Manullang mengatakan pendapatnya mengenai pengertian dari pengawasan yaitu suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilai dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pekerjaan sesuai dengan rencana semula.11

Kemudian dalam kata pengawasan ada istilah yang disebut dengan pemeriksaan dimana pemeriksaan ini diartikan oleh Soejamto sebagai berikut : “Pemeriksaan adalah suatu cara atau bentuk kritik pengawasan yang dilakukan dengan jalan mengamati, menyelidiki atau mempelajari pekerjaan akan segala dokumen dan keterangan-keterangan lainnya yang bersangkutan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut akan menerangkan hasilnya dalam Berita Acara Pemeriksaan”.12

Menurut Sule Erni Trisnawati dan Kurniawan Saefullah mendefinisikan bahwa:”Pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

9 Sujamto., Beberapa Pengertian Tentang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 32

10 SP. Siagian., Pengawasan dan Pengendalian di Bidang Pemerintahan, (Jakarta:UI Press, 2004, hlm. 57

11M. Manullang, Manajemen Personalia, (Jakarta : Ghalia Indoensia, 2006), hlm. 32 12 Soejamto, Op.Cit, hlm. 18

(12)

pengambialan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut”.13

Menurut Panglaykin dan Hazil, pengawasan adalah kegiatan yang meliputi aspek-aspek mengawasi, penelitian, apakah yang dicapai itu sesuai dan sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan lengkap dengan perencanaan/kebijaksanaan, program dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian bahwa pengawasan merupakan jaminan atau penjagaan supaya dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa:14

c. Pelaksanaan pengawasan itu menitikberatkan kepada pekerjaan-pekerjaan yang sedang berjalan.

d. Pengawasan tersebut adalah suatu proses pengamatan untuk mencapai sasaran tugas dengan baik dan bukan untuk mencari kesalahan seseorang yaitu tidak mengutamakan mencapai siapa yang salah.

e. Apabila ditemukan kesalahan, penyimpangan dan hambatan supaya diteliti apa penyebabnya dan mengusahakan cara memperbaikinya.

f. Pengawasan itu merupakan proses yang berlanjut, yang dilaksanakan terus-menerus, sehinga dapat diperoleh hasil pengawasan yang berkesinambungan.

Hakekat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi

13 Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hlm 317

14 Panglaykin dan Hazil., Perencanaan dan Pengawasan Aktivitas Perusahaan, (Yogyakarta : BPFE UGM, 2006), hlm. 91

(13)

untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya.15

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah menentukan bahwa :16

(1) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah kabupaten/kota, Presiden dibantu oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

(2) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas:

a. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Tugas Pembantuan di Daerah kabupaten/kota.

b. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya

c. Memberdayakan dan memfasilitasi Daerah kabupaten/kota di wilayahnya

d. Melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, tata ruang daerah, pajak daerah, dan retribusi daerah

e. Melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota

f. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, dalam rangka penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, memberikan penjelasan tentang perangkat daerah Propinsi adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. Aturan mengenai tugas pengawasan dilaksanakan oleh Inspektorat yang dipimpin seorang Inspektur

15 SP. Siagian, Pokok-Pokok Pengawasan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2000), hlm. 34

16 Pasal 91 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

(14)

yang bertanggungjawab langsung kepada Gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.

Kedua ketentuan di atas mengisyaratkan bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintah di daerah menitikberatkan berfungsinya lembaga-lembaga teknis daerah. Selain itu dibutuhkan perpanjangan kemampuan bagi daerah melalui kepala daerah untuk menjalankan fungsi pengawasan khususnya pengawasan fungsional di daerah. Dengan kata lain Inspektorat Propinsi belum secara eksplisit tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, namun kehadiran Inspektorat Propinsi terlihat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 yang kemudian Peraturan Pemerintah ini diganti menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi digantinya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pengawasan yang dimuat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, meliputi dua bentuk pengawasan yakni pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Salah satu peran pelaksanaan pengawasan dilaksanakan oleh aparat pengawas internal pemerintah yang saat ini adalah Inspektorat, baik untuk daerah Propinsi maupun daerah kabupaten atau kota. Namun sekarang ini apabila disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka sebagian besar Badan Pengawas

(15)

Daerah yang diubah namanya menjadi Inspektorat17

F. Metode Penelitian.

seperti Inspektorat Propinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan Pasal 21 Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Propinsi Sumatera Utara, bahwa Inspektorat Daerah yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Gubernur serta secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah Inspektorat Daerah mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Propinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota serta tugas pembantuan.

Sehubungan yang telah dikemukakan diatas sebelumnya, untuk melengkapi penulisan skripsi ini agara tujuan dapat terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, oleh karena itu adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan skrispsi ini meliputi :

1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.18

17 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indoensia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hlm. 112.

18 Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Ind-Hillco, 2001), hlm. 13

(16)

Penelitian hukum normatif ini mencakup :19 a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b. Penelitian terhadap sistematika hukum. c. Penelitian terhadap tahap sinkronisasi hukum. d. Penelitian sejarah hukum.

e. Penelitian perbandingan hukum.

Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai bahan hukum sekunder,20 yaitu inventarisasi berbagai peraturan hukum, jurnal-jurnal dan karya tulis lainnya, serta artikel-artikel berita terkait. Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap21

2. Sumber data

yaitu tentang prosedur pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara dalam peningkatan pendayagunaan aparatur.

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data

19

Ibid., hlm.15

20 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 14.

21 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2003), hlm.16.

(17)

sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dibidang hukum pengawasan inspektorat propinsi sumatera utara dalam peningkatan pendayagunaan aparatur antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

b. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Bahan hukum sekunder, semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan kementerian negara, seperti: seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan di atas.

Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan menginventarisir peraturan Perundang-undangan untuk dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh dan dengan studi kepustakaan, internet browsing, telah artikel ilmiah, telaah karya ilmiah sarjana dan studi dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah maupun jurnal surat kabar. Metode pengumpulan data menggunakan Studi Kepustakaan yaitu teknik mengumpulkan data dengan jalan membaca dan mempelajari buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan materi penelitian,

(18)

kemudian menyusun sebagai sajian data. Metode dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data yang digunakan penulis dengan cara menelaah dokumen-dokumen pemerintah maupun non pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini juga melakukan wawancara dengan informan yaitu dengan Bapak Khaidir selaku Kepala Sub Bagian Administrasi dan Umum Inspektorat Propinsi Sumatera Utara.

4. Analisis data

Data bahan-bahan hukum yang diperoleh akan dianalisis secara normatif kualitatif tentang prosedur pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara dalam peningkatan pendayagunaan aparatur. Normatif karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). 22

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan ditutup dengan memberikan sistematikan dari penulisan skripsi ini.

BAB II PENGAWASAN INSPEKTORAT DALAM

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

22 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 31

(19)

BERDASARKAN PEERATURAN PEMERINTAH NOMOR 79 TAHUN 2005

Bab ini menguraikan mengenai Pengertian Pengawasan Inspektorat Dalam Peningkatan Pendayagunaan Aparatur, Tugas, Fungsi dan Kewenangan Inspektorat Sebagai Pengawas Internal, Standar Pengawasan Inspektorat Terhadap Kinerja Aparatur Negara.

BAB III PROSEDUR PENGAWASAN INSPEKTORAT PROPINSI SUMATERA UTARA

Bab ini menguraikan mengenai Kedudukan Inspektorat dalam Struktur Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Mekanisme Pengawasan Inspektorat dalam Peningkatan Pendayagunaan Aparatur, Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara. BAB IV HAMBATAN DALAM PENGAWASAN INSPEKTORAT PROPINSI SUMATERA UTARA TERHADAP PENINGKATAN PENDAYAGUNAAN APARATUR

Bab ini menguraikan mengenai Hambatan Yang Dihadapi Inspektorat Propinsi Sumatera Utara dalam Pengawasan, Solusi dalam Mengatasi Hambatan dalam Pengawasan Inspektorat Propinsi Sumatera Utara. BAB IV PENUTUP

Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab. Seluruhnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini yang dilengkapi dengan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian dosis optimum ekstrak etanol 70% daun Angsana terhadap efek penurunan kadar glukosa darah dan perbaikan

Pela adalah suatu sistem hubungan sosial yang dikenal dalam masyarakat Maluku, berupa suatu perjanjian hubungan antara satu negri (sebutan untuk kampung atau desa) dengan

pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Apabila dilihat berdasarkan waktu retensi, yang memberikan waktu retensi yang lebih cepat adalah pada pH 4,5. Oleh karena itu pH 4,5

Berbagai uraian penjelasan transkripsi di atas dapat dikatakan bahwa KPKNL melalui DJKN melakukan adopsi praktik-praktik ( best practice ), baik dari sesama

Peran perbankan syariah sangat penting bagi perekonomian saat ini. Secara umum fungsi perbankan syariah sama dengan perbankan konvensional yaitu sebagai lembaga intermediasi

Analisa Data Menggunakan Metode Simple Additive Weighting ( SAW ): Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode Simple Additive Weighting ( SAW ). Penelitian

Rehabilitasi ruang kelas rusak berat SD Negeri 024764 Kec.. Binjai Barat Kegiatan

hanya dengan satu kation tertentu memberi reaksi tertentu untuk setiap kation.. Sublimasi/menguap