PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV
TAHUN 2016/2017
MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN T.U.N
Disusun oleh
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126
KELAS D
UNIVERSITY Muh_Nur_JamalD070AF70
16jamal
muh.jamal08
081223956738 muh.nurjamaluddinSilakan follow ya
muh.jamal85@yahoo.com muhnurjamaluddin.blogspot.co.id mnurjamaluddin.blogspot.co.id creativityjamal.blogspot.co.id muh.jamal1608@gmail.com SAAT INIJalan PH. Hasan Mustapa Nomor 28, Gang Senang Raharja, RT 02, RW 15, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul,
Kode POS 40124, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia ASAL
Kampung Pasir Galuma, RT 02, RW 06, Desa Neglasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia
Renungan
Ya Tuhan, saya lupa
Saya benar-benat lupa, padahal sudah belajar dan menghafalnya Ingat:
Ingatlah Aku, maka akan Ku ingatkan pula semua yang kamu lupa? Ya Tuhan, karena saya lupa
Izinkan saya untuk melihat pekerjaan temanku
Izinkan pula saya untuk menyontek melalui Hand Phone Atau melalui buku yang sudah saya bawa ini
Atau melalui catatan kecil yang sudah saya siapkan ini Ingat:
Bukankah Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui? Bukankah Aku lebih dapat melihat apa yang kamu sembunyikan itu? Ya Tuhan, karena saya ingin mendapat nilai terbaik
Supaya dapat membanggakan diriku, kelurgaku dan juga yang lainnya
Izinkan saya mengahalalkan semua cara ini Ingat:
Bukankah yang memberikan nilai terbaik itu Aku? Dosen hanyalah sebagai perantara saja dariku? Jikalau kamu ingin mendapatkan kebahagian di dunia
Dan juga kebahagiaan di akhirat
Jangan pernah menghalalkan semua yang telah Aku haramkan Ingat:
Kebahagian di dunia itu hanya bersifat sementara bagimu Aku akan siapkan 99% lagi kebahagiaan untukmu kelak di akhirat
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG FAKULTAS HUKUM
Jalan Lengkong Besar Nomor 68 Bandung 40261 UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2016/2017
MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HARI, TANGGAL : RABU, 5 APRIL 2017 KELAS/SEMESTER : A-B-C-D-E-F-G / IV
WAKTU : 60 MENIT
DOSEN : TIM DOSEN
SIFAT UJIAN : CLOSE BOOK
SOAL
1. Siapakah yang menjadi subjek dalam sengketa tata usaha negara di Pengadilan Tata Usaha Negara. Jelaskan!
Jawaban:
Yang menjadi subjek dalam sengketa tata usaha negara di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Mengenai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dijelaskan dalam pasal pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara bahwa Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan“ adalah kegiatan yang bersifat eksekusif. Dengan demikian kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan yang bersifat eksekusif tersebut terutama yang masuk dalam pengertian kegiatan legeslatif dan yudikatif, tidak masuk di dalam pengertian “urusan pemerintah“. Urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan, yaitu semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah yang juga bersifat mengikat secara umum. Kemudian dalam hal ini pula terdapat para pihak yakni pihak penggugat dan tergugat. Adapun yang dapat menjadi pihak penggugat dalam perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah setiap subjek hukum, orang maupun badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di Pusat maupun di Daerah sebagaimana tercantum dalam pasal 53 ayat (1) jo pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Badan hukum perdata di sini adalah murni Badan yang menurut pengertian hukum perdata berstatus sebagai badan hukum. Jadi bukan lembaga hukum publik yang berstatus sebagai badan hukum, seperti Provinsi, Kabupaten, Departemen, dan sebagainya. Jadi, orang atau badan hukum perdata tersebut secara hukum sebagai pendukung (pemangku) hak-hak dan kewajiban, sehingga atas dasar itu mempunyai legal standing untuk mempertahankan kepentingan yang dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dengan cara mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Apabila Penggugat meninggal dunia, maka ahli warisnya dapat melanjutkan gugatannya sepanjang dapat membuktikan adanya kepentingan untuk itu. Selanjutnya menurut pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara bahwa tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata. Sebagai contoh dalam sengketa sertifikat tanah yang ganda, dalam hal ini yang menjadi penggugat adalah seseorang atau badan hukum perdata dan yang menjadi tergugat adalah badan pertanahan nasional (BPN).
2. Apakah yang dijadikan objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara. Jelaskan dan sebutkan pula dasar hukumnya?
Jawaban:
Yang dijadikan objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah Keputusan Tata Usaha Negara dan atau yang dipersamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara. Adapun yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata sebagaimana hal ini tercantum dalam pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kemudian yang dipersamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara diatur dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu: (1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.
(2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan data peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan.
Berdasarkan uraian diatas bahwa Keputusan Tata Usaha Negara harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
a. penetapan yang berbentuk tertulis;
b. dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara; c. berisi tindakan hukum tata usaha negara;
d. berdasarkan peraturan perundang-undangan; e. bersifat konkret, individual dan final;
f. menimbulkan akibat hukum.
3. Sebutkan apa sajakah yang tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara. Uraikan dan sebutkan dasar hukumnya?
Jawaban:
Berdasarkan pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara bahwa yang tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata. b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum. c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan.
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau Kitab Undang-Undang-undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana.
e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. g. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat maupun di daerah, mengenai hasil pemilihan
4. Apa yang dimaksud dengan kompetensi Absolut dan Kompetensi Relatif?
Jawaban:
Kompetensi absolut dari Peradilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, mengadili, dan memutuskan sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara seseorang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara akibat dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian sebagaimana hal ini tercantum dalam pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kemudian tidak ada dikeluarkannya suatu keputusan yang dimohonkan seseorang sampai batas waktu yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-undangan, sedangkan hal itu telah merupakan kewajiban badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan sebagaimana hal ini tercantum dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kemudian kewenangan relatif adalah kewenangan dari pengadilan sejenis yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan pengadilan tata usaha negara, maka kompetensi relatifnya adalah menyangkut kewenangan pengadilan tata usaha negara untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tersebut. Apakah itu PTUN Ujung Pandang, Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, Palembang, Medan, dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut tercantum dalam pasal 54 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan gugatan dapat diajukan kepada PTUN dari tempat kedudukan salah satu tergugat. Gugatan dapat juga diajukan melalui PTUN tempat kedudukan penggugat untuk diteruskan kepada tempat kedudukan (domisili) tergugat. PTUN Jakarta, apabila penggugat dan tergugat berdomisili di luar negeri sedangkan apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri, sedangkan penggugat berkedudukan di luar negeri, maka gugatan dapat diajukan kepada PTUN tempat kedudukan tergugat. Pengadilan harus menyatakan tidak berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara tersebut, apabila bukan menjadi kompetensinya baik secara absolut maupun secara relatif. Kesalahan dalam mengajukan gugatan akan sangat merugikan penggugat tidak hanya dari segi waktu, dan biaya, tetapi yang jauh lebih penting adalah dapat berakibat gugatan menjadi daluwarsa. Sebagaimana diketahui tenggang waktu mengajukan gugatan berdasarkan pasal 55 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak saat diterimanya atau diumumkannya keputusan badan atau pejabat tata usaha negara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah atribusi dari Sjaran Basah itu sama dengan kompetensi absolut dan untuk istilah delegasi adalah sama dengan kompetensi relatif.
5. Soalnya, yaitu:
a. Apakah yang menjadi karakteristik hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara?
Jawaban:
1) Sifat atau karakteristik dari suatu keputusan tata usaha negara yang selalu mengandung asas praesumptio iustae causa, yaitu suatu Keputusan Tata Usaha Negara (Beschikking) harus selalu dianggap sah selama belum dibuktikan sebaliknya sehingga pada prinsipnya harus selalu dapat segera dilaksanakan.
2) Adanya asas perlindungan terhadap kepentingan umum atau publik yang menonjol disamping perlindungan terhadap individu.
3) Adanya asas self respect atau self obidence dari aparatur pemerintah terhadap putusan-putusan peradilan administrasi, karena tidak dikenal adanya upaya pemaksa yang langsung melalui juru sita seperti halnya dalam prosedur hukum perdata.
b. Setiap bentuk peradilan di Indonesia memiliki asas yang bersifat umum dan asas yang bersifat khusus. Sebut dan jelaskan asas-asas yang berlaku umum di semua pengadilan dan asas-asas khusus yang berlaku di Peradilan Tata Usaha Negara saja?
Jawaban:
1) Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa tercantum dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
2) Peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya yang ringan terdapat dalam pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman. 3) Pengadilan mengadili menurut hukum tanpa membedakan orang (equality before the law)
tercantum dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
4) Asas persidangan yang terbuka untuk umum sangat menunjang kemandirian kekuasaan kehakiman. Asas persidangan yang terbuka untuk umum bertujuan untuk menjamin para pencari keadilan untuk mendapatkan akses informasi terhadap jalannya persidangan. 5) Asas praduga rechtmatig, yang mengandung makna bahwa setiap tindakan penguasa
selalu harus dianggap benar (rechtmatig) sampai ada pembatalannya. Dengan asas ini, gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan Tata Usaha Negara yang digugat.
6) Asas pembuktian bebas hakim yang menetapkan beban pembuktian. Hal ini berbeda dengan ketentuan pasal 1865 BW. Asas ini dianut pasal 107 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kemudian dibatasi dengan ketentuan pada pasal 100 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
7) Asas keaktifan hakim (dominus litis), keaktifan hakim dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak seimbang. Pihak tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tentu menguasai betul peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kewenangan dan atau dasar dikeluarkan keputusan yang digugat, sedangkan pihak Penggugat adalah orang perorangan atau badan hukum perdata yang dalam posisi lemah, karena belum tentu mereka mengetahui betul peraturan perundang-undangan yang dijadikan sumber untuk dikeluarkannya keputusan yang digugat.
8) Asas putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan mengikat (erga omnes), sengkata tata usaha negara adalah sengketa diranah hukum publik, yang tentu akibat hukum yang timbul dari putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, akan mengikat tidak hanya para pihak yang bersengketa namun berdasarkan asas putusan tersebut akan mengikat siapa saja.