• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MEDIA INFORMASI SEJARAH LAMBANG NEGARA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MEDIA INFORMASI SEJARAH LAMBANG NEGARA INDONESIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

MEDIA INFORMASI SEJARAH LAMBANG NEGARA

INDONESIA

II.1. Lambang Negara

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS (1987), simbol atau lambang dapat diartikan sebagai tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. Warna merah pada Sang Merah Putih merupakan lambang “keberanian” dan warna putih merupakan lambang “kesucian” seperti yang dikatakan Ogden Richard (1972:9), lambang ini bersifat konvensional, perjanjian tetapi lambang dapat diorganisir, direkam dan dikomunikasikan. Lalu menurut Prof. R.Djoko Soetono SH, negara adalah organisasi yang terdiri dari kumpulan manusia yang berada dibawah pemerintahan yang sama. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arti lambang negara adalah suatu penanda identitas suatu kalangan yang berisi kepribadian dan ideologi yang dipegang suatu kalangan tersebut.

Identitas nasional pada hakekatnya adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas dan dengan khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya (Wibisono,2005). Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.

Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti;

1. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.

2. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).

(2)

6 Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya.

II.2. Garuda pada Lambang Negara

Lambang Negara umumnya mengandung sebuah identitas tertentu. Secara tidak langsung, identitas tersebut akan lebih dikenal jika mempunyai keunikan dan makna tersendiri. Dari beberapa lambang negara yang ada, biasanya dipakai figur yang bisa mewakili identitas negara tersebut.

II.2.1. Garuda sebagai Makhluk Mitologi

Istilah Mitologi telah dipakai sejak abad ke-15, dan berati ilmu yang menjelaskan tentang mitos. Di masa sekarang, mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Mitologi Hindu adalah suatu istilah yang digunakan oleh para sarjana masa kini kepada kesusastraan Hindu yang luas, yang menjabarkan dan menceritakan tentang kehidupan tokoh-tokoh legendaris, dewa -dewi, makhluk supernatural, dan inkarnasi Tuhan yang dijelaskan dalam aliran filsafat dan ilmu akhlak. Mitologi Hindu juga menjabarkan kisah-kisah kepahlawanan yang diklaim sebagai sejarah India masa lampau, seperti Ramayana dan Mahabharata.

(3)

7

Gambar II.1. Garuda sebagai Wahana Wisnu

Sumber: http://www.hindudevotionalblog.com/2013/04/Garuda-purana.html

Dalam cerita, dikisahkan Garuda digambarkan sebagai manusia burung dengan bulu keemasan, dan memiliki mahkota di kepalanya. Konon ukuran tubuh Garuda sangatlah besar sehingga mampu menutupi matahari.

Dalam situs Wikipedia dijelaskan, Garuda yang dalam bahasa Sanskerta: Garuḍa dan Bahasa Pāli Garula tampil di berbagai candi kuno di Indonesia, seperti Prambanan, Mendut, Sojiwan, Penataran, Belahan, Sukuh dan Cetho dalam bentuk relief atau arca. Dalam banyak ceritanya Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta.

Di Indonesia sosok Garuda juga muncul dalam beberapa cerita kuno dan media-media pendukung seperti relief- relief yang ada pada tempat peribadatan umat Hindu, maupun berupa patung. Sosoknya yang agung, berbentuk seperti manusia namun mempunyai kepala, paruh, sayap dan cakar yang menyerupai burung elang. Garuda sangat dipandang sebagai makhluk yang spesial, dan diberi gelar sebagai "Tuan segala makhluk yang

(4)

8 dapat terbang" dan "Raja agung para burung". Namun sebenarnya rupa Garuda yang sekarang berbeda dengan Garuda cerita-cerita di Bali. Dalam perkembangannya, di Indonesia sendiri sosok fisik Garuda dipercaya merupakan perwujudan dari elang jawa karena sangat mirip perawakannya.

Sedangkan di Jepang, Garuda dikenal sebagai Karura. Makhluk ini memiliki tubuh manusia dan kepala seekor elang. Makhluk ini berdasarkan Garuda dan dibawa ke Jepang dengan penyebaran agama nama Buddha. Nama Karura juga merupakan pelafalan bahasa Jepang dari kata Sansekerta Garuda. Namun nampaknya bentuk Jepang ini diambil dari bahasa Pali Garuda.

Garuda juga dikenal sebagai Phoenix. Phoenix (Phœnix) dalam mitologi Mesir adalah burung api legendaris yang keramat. Phoenix memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan. Phoenix dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, phoenix membakar dirinya sendiri. Setelah itu, dari abunya, munculah burung phoenix muda. Siklus hidup burung phoenix seperti itu (regenerasi), bangkit kembali setelah mati, lalu muncul sebagai sosok yang baru.

Burung Phoenix merupakan simbol dari keabadian, lambang dari siklus kehidupan setelah mati, dan simbol dari kebangkitan tubuh setelah mati. Phoenix menjadi simbol suci pemujaan terhadap Dewa matahari di Heliopolis, Mesir. Burung phoenix simbol dari “Dewa matahari - Ra”.

II.2.2. Simbol Garuda pada Lambang Negara

Terlepas dari nama Garuda, setidaknya ada 25 negara di dunia yang menjadikan sosok burung sebagai lambang negaranya. Diantaranya, Indonesia, Jerman, Amerika Serikat, Rusia, Thailand, Polandia dan sebagainya. Penggunaan lambang negara diharapkan menjadi pembeda untuk bangsa-bangsa lain.

(5)

9

Gambar II.2. Lambang Negara-Negara di Dunia

Sumber: http://untukpendidikan.wordpress.com/2009/05/06/

Di Thailand figur Garuda digunakan sebagai perlambang keluarga kerajaan dan otoritas. Lambang ini disebut Krut Pha, yang dapat diartikan "Garuda sebagai wahana dewa Wishnu". Sedangkan di Ulan Bator, sebutan bagi Garuda adalah Khangarid. Amerika juga memakai figure burung, tepatnya Elang Botak atau Bald Eagle. Lambang negara Amerika Serikat atau Segel Agung Amerika Serikat adalah lambang yang digunakan sebagai segel resmi berbagai dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Federal Amerika Serikat. Lambang ini pertama kali digunakan secara umum pada tahun 1782.

Lambang negara Indonesia berupa seekor Burung Garuda berwarna emas yang berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-simbol Pancasila, dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan "BHINNEKA TUNGGAL IKA". Sesuai dengan desainnya, lambang

(6)

10 tersebut bernama resmi Garuda Pancasila. Garuda merupakan nama burung itu sendiri, sedangkan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang disimbolkan dalam gambar-gambar di dalam perisai yang dikalungkan itu. Nama resmi Garuda Pancasila yang tercantum dalam Pasal 36A, UUD 1945.

Meskipun Garuda menjadi lambang negara bagi Indonesia. Namun masih banyak yang mempertanyakan apakah burung Garuda ini benar-benar ada dan hidup atau sekedar rekaan manusia semata dalam keberadaanya. Namun dalam perkembangan kajiannya Garuda sendiri dalam masyarakat jawa banyak diidentikan dengan sosok elang jawa karena kemiripan dari sisi fisiknya. Pada pidatonya Soekarno juga sering menyebutnya sebagai representasi dari burung elang rajawali.

II.3. Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara Indonesia

Burung Garuda atau sering disebut Garuda Pancasila merupakan bentuk asli yang melambangkan citra dari negara Indonesia. Burung Garuda ini diambil dari cerita pewayangan lalu sering dijadikan sebuah perlambang karena figurnya memiliki nilai positif.

II.3.1. Sejarah Perancangan Lambang Negara Indonesia

Berdasarkan video dokumenter yang dirilis oleh Museum Konferensi Asia Afrika yang berjudul Garuda Pancasila National Symbol of Indonesia, diceritakan sejarah awal mula diciptakannya Lambang Negara Indonesia. Pada awalnya, Parada Harahap yang saat itu menjadi anggota penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tgl 13 Juli 1945 pada rapat panitia perancang Undang Undang Dasar 1945 mengusulkan lambang negara. Usul tersebut disetujui oleh semua anggota dan disepakati akan dibahas tersendiri dalam betuk Undang-Undang Istimewa yang mengatur secara khusus mengenai Lambang Negara.

(7)

11 Sesudah proklamasi kemerdekaan RI, dibetuklah Panitia Indonesia Raya. Yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dan M. Yamin selaku sekertaris umum. Panitia ini bertugas menyelidiki arti lambang-lambang dalam peradaban bangsa Indonesia. Sebagai langkah awal mempersiapkan bahan kajian tentang lambang negara. Namun akibat peristiwa 3 Juli 1946 yang merupakan penentangan terhadap Kabinet Sutan Sjahrir, Panitia Indonesia Raya belum dapat menyelesaikan tugas.

Pada tahun 1947 kementrian penerangan menyelenggarakan sayembara rancangan lambang negara, sayangnya kebanyakan pelukis pada masa itu kurang paham akan hukum-hukum kesejarahan akan tanda dari Lambang Negara, sehingga tak satu pun rancangan lambang negara tersebut dapat kita kenali seperti sekarang ini.

Pasca konfrensi Meja Bundar Soekarno dilantik sebagai Presiden RIS di Sitinggil, Keraton Yogyakarta pada tanggal 17 September 1949. Satu hari setelahnya, pada tanggal 20 Desember 1949 Presiden Soekarno mengangkat Sultan Hamid II menjadi Menteri Negara Zonder Portofolio. Sultan Hamid II dipercaya untuk merencanakan, merancang dan merumuskan gambar Lambang Negara. Max Yusuf Alkadrie selaku sekertaris pribadi Sultan Hamid II mengatakan, setelah Sultan Hamid II dipercaya untuk mempersiapkan perancangan lambang negara berkali kali dia membuat sketsa lambang negara. Pada prosesnya juga Presiden Soekarno memberikan beberapa masukan masukan. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang Lambang Negara.

(8)

12

Gambar II.4. Sultan Hamid II

Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/e/e7/Sultan_Hamid_II.jpg/220px-Sultan_Hamid_II.jpg

Sultan Hamid II teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, dimana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam Lambang Negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Portofolio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M. Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M.A. Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM. Ng. Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan Lambang Negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya M. Yamin dan karya Sultan Hamid II.

(9)

13

Gambar II.5. Rancangan M Yamin

Sumber: http://i50.tinypic.com/2nq65v9.jpg

Rancangan lambang negara yang pertama dibuat oleh M. Yamin, bentuknya mengadaptasi bentuk perisai, dan diberi nama matahari bulan / Syamsiah-Kamariyah / Aditya-Chandra yang di dalamnya terdapat simbol- simbol yang berasal dari alam seperti banteng, air, matahari, dan pohon kelapa. Namun karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan visual yang membawa pengaruh Jepang. Akhirnya terpilihlah karya Sultan Hamid II, yang nantinya akan mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan.

Gambar II.6. Rancangan pertama perisai oleh Sultan Hamid II

(10)

14 Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu.

Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Gambar II.7. Rancangan ke-2 Sultan Hamid II

Sumber: edu-komik-dibalik-sosok-sang-Garuda-6

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar Lambang Negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Yang disingkat menjadi Garuda

(11)

15 Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep. Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Gambar II.8. Rancangan ke-3 Sultan Hamid II

Sumber: Sumber: edu-komik-dibalik-sosok-sang-Garuda-6

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan.Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” lalu di perbaiki menjadi “berjambul”. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana,

(12)

16 Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Gambar II.9. Rancangan ke-4 Sultan Hamid II

Sumber:

http://dreamindonesia.files.wordpress.com/2011/06/Garuda_pancasila2.jpg

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.

(13)

17 II.3.2. Filosofi Visual dari Lambang Negara Indonesia

Burung Garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya menolehkan kepalanya ke arah kanan yang berarti menatap ke arah barat, karena pada zamannya peradaban yang saat itu maju adalah peradaban bangsa barat. Hal ini dimaksudkan agar bangsa Indonesia dapat mencontoh dan dapat melampaui kemajuan seperti halnya yang terjadi pada bangsa barat.

Secara tegas para pendahulu bangsa Indonesia telah memilih burung Garuda sebagai lambang kebangsaannya yang besar, karena Garuda adalah burung yang penuh percaya diri, energik, dinamis. Ia terbang menguasai angkasa dan memantau keadaan sendiri, tak suka bergantung pada pihak lain. Garuda adalah perlambang sifat berani dalam mempertahankan wilayah, tetapi juga ia akan menghormati wilayah milik yang lain sekalipun milik burung yang lebih kecil. Warna kuning emas melambangkan bangsa yang besar berjiwa. Burung Garuda juga memiliki sifat yang sangat setia pada kewajiban yang ditanggungnya menurut pada budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun. Burung Garuda pun pantang mundur dan pantang menyerah.

Legenda yang telah disebutkan mengenai Garuda sendiri juga diabadikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada jaman dulu di berbagai prasasti sejak abad ke-15. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citanya menjadi negara yang merdeka bersatu dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945, tertera lengkap dalam lambang Garuda. Pada sayapnya terdapat 17 helai bulu yang membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan Indonesia, 8 helai bulu pada ekornya melambangkan bulan ke-8 yaitu Agustus, 45 helai bulu pada lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun kemerdekaan Indonesia. Semua itu memuat kemasan historis bangsa Indonesia sebagai titik puncak dari segala perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaannya yang panjang. Dengan demikian lambang burung Garuda itu semakin gagah mengemas lengkap empat arti visual sekaligus, yaitu makna filosofis, geografis, sosiologis, dan historis.

(14)

18 II.4. Media Pembelajaran

Pengetahuan sejarah berguna ikan hikmah dan pelajaran bagi generasi penerus. Disamping itu, suri tauladan generasi pendahulu dapat dijadikan panutan bagi generasi penerus. Menurut Nugroho Notosusanto, sejarah mempunyai kegunaan eduktif (pendidikan), kegunaan instruktif (pelajaran), kegunaan inspiratif (ilham), dan kegunaan rekreatif (hiburan).

II.4.1. Pengertian Media Pembelajaran

Saat ini para pengelola pendidikan semakin sadar pentingnya media yang membantu pembelajaran. Proses perubahan dari pemanfaatan perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk menyerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan menjadi bervariatif dan secara luas. Selain itu, dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta ditemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran semakin menuntut media yang bervariasi pula.

Proses belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar (Rahmat Hidayat ,2009). AECT (Associationfor Educational Communication and Technology ) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: a. Pesan; mencakup materi apa yang ingin disampaikan.

b. Orang; mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.

c. Bahan; merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency ), program slide, alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).

d. Alat; sebuah sarana (piranti, hardware ) untuk menyajikan bahan pada butir bahan pengajaran. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya.

(15)

19 e. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosio drama (roleplay ), dan sebagainya.

f. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya.

Bahan dan alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan. Pertanyaan yang sering muncul pada guru, sejauh mana peran media pembelajaran. Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengajar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding . Sedangkan penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding .

II.4.2. Sejarah Lambang Negara Indonesia untuk Media Pembelajaran Pengetahuan sejarah berguna ikan hikmah dan pelajaran bagi generasi penerus. Disamping itu, suri teladan generasi pendahulu dapat dijadikan panutan bagi generasi penerus. Menurut Nugroho Notosusanto, sejarah mempunyai kegunaan eduktif (pendidikan), kegunaan instruktif (pelajaran), kegunaan inspiratif (ilham), dan kegunaan rekreatif (hiburan).

Tak hanya dari fisiknya, lambang negara Indonesia juga memiliki esensi luhur yang ingin diturunkan oleh para pendiri bangsa yang berada pada perisai di dadanya yaitu Pancasila. Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung banyak nilai-nilai yang arif hendaknya harus diwujudkan dalam kehidupan bernegara.. Tidak hanya sebatas hafalan namun pancasila harus juga dimengerti, di fahami, dihayati dan kemudian diamalkan dalam kehidupan nyata oleh setiap warga negara, termasuk para pelajar dan mahasiswanya. Oleh karena itu tujuan mempelajari Pancasila menurut

(16)

20 Daman. R. dalam bukunya “Pancasila Dasar Falsafah Negara” dapat di kemukakan sebagai berikut;

a. Mengerti dan memahami arti dari isi Pancasila itu dengan sebenar-benarnya

b. Menghayati dan mengamalkan semua sila dengan sebaik-baiknya

c. Mengamankan dan menyelamatkan Pancasila dari setiap usaha yang hendak merogrong atau menggantinya

Pancasila sendiri harusnya sudah mendarah daging dalam diri masyarakat agar dapat menimbulkan rasa cinta tanah air dan bangsanya sendiri. Dan rasa cinta terhadap bangsa harusnya sudah giat di tanamkan sejak usia pelajar. Kemudahan mengingat dan menerima paham-paham kenegaraan sangat perlu dilakukan, misalnya disisipkan pada keseharian anak atau pun menjadi mata pelajaran wajib saat di bangku sekolah. Agar nantinya para siswa tersebut dapat menjadi tombak awal kebangkitan generasi muda penerus bangsa yang berbudi luhur. Terlebih lagi diharapkan semangat kebangsaan tidak akan pernah luntur dari jiwa seluruh warga bangsa ini.

II.5. Kuisioner

Untuk melihat respon target audiens lebih jauh dilakukan penyebaran kuisioner. Dalam format kuisioner, digunakan bentuk pertanyaan tertutup. Berupa multiple choice, yaitu menyediakan beberapa jawaban alternatif, responden memilih 1 jawaban yang sesuai dengan pendapat responden. Untuk pemahaman, pertanyaan berskala 1-5 menunjukkan jawaban dari tidak setuju, kurang setuju, biasa saja, lumayan setuju sampai setuju. Dari 40 responden yang bersedia mengisi kuisioner, didapatkan data sebagai berikut:

(17)

21

Gambar II.10. Diagram Data Responden

(18)

22

Gambar II.11. Diagram Minat Responden

(19)

23

Gambar II.12. Diagram Minat Responden 2

Sumber:Pribadi

Dari data kuisioner yang didapat maka bisa disimpulkan, ketertarikan pelajar masih tinggi dengan materi sejarah. Namun dalam pengaplikasiannya di sekolah, pelajar cenderung tidak tertarik dikarenakan cara penyampaian materi yang dianggap membosankan. Dan juga mengenai media belajar tentang materi yang disampaikan yaitu tentang sejarah Lambang Negara sedikit sekali.

(20)

24 II.6. Kajian Video

II.6.1. Pengertian Video

Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Pada mulanya video diputar menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu.

J.E Kemp (1985 : 221) mengatakan bahwa video dapat menyajikan informasi, mengambarkan suatu proses dan tepat mengajarkan keterampilan, menyingkat dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap. Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, dimana tayangan yang ditampilkan oleh media video dapat menarik gairah rangsang (stimulus) seseorang untuk menyimak lebih dalam.

Secara empiris kata video berasal dari sebuah singkatan yang dalam bahasa inggris yaitu visual dan audio. Kata “Viadalah singkatan dari Visual yang berarti gambar, kemudian pada kata “Deoadalah singkatan dari “Audioyang berarti suara. Dari pemnjelasan di atas dapat kita simpulkan pemahaman bahwa “Videoadalah merupakan seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakekat video adalah mengubah suatu ide atau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan suara.

II.6.2. Explainer Video

Explainer Video adalah jenis video ini biasanya dipakai untuk mempromosikan atau mendeskripsikan sebuah produk atau jasa sebuah perusahaan. Explainer video dalam bentuk online, sering ditempatkan pada halaman arahan, halaman utama situs web, atau halaman produk terkemuka. Cara pendeskipsian ini menjadi sangat popular dibeberapa situs di dunia.

(21)

25 Terdapat beberapa jenis Explainer Video diantaranya adalah:

a Live Action Explainer Video: Sebuah video promosi non-animasi

menjelaskan produk bisnis anda atau jasa.

b Animated Explainer Video: Jenis yang paling populer dari explainer video, animasi sering format pilihan untuk menjelaskan jasa atau produk teknologi tidak berwujud seperti perangkat lunak.

c Whiteboard Explainer Video: Sebuah video papan tulis adalah

sebuah video explainer dimana animasi digambar tangan dan dihapus pada papan tulis.

d Kickstarter Explainer Video: tidak begitu berbeda dari explainer

video lainnya , namun durasi tayangnya cenderung lebih panjang.

II.7. Solusi

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. (Sanjaya, 2010:162). Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa; lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber pelajaran.

Pada situs ayuagniar.blogspot.com dijelaskan fungsi lain dari penggunaan media dalam proses pembelajaran menurut (Fathurrohman dan Sutikno, 2010: 67) adalah sebagai berikut :

a) Menarik perhatian siswa

b) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran; c) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalis ;

(22)

26 e) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif;

f) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan;

g) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar;

h) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar;

i) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam;

j) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran;

Maka dari itu dalam proses belajar juga memerlukan media pendukung untuk mempermudah penyampaian materi. Penggunaan media berupa media audiovisual dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

Gambar

Gambar II.6. Rancangan pertama perisai oleh Sultan Hamid II
Gambar II.7. Rancangan ke-2 Sultan Hamid II
Gambar II.8. Rancangan ke-3 Sultan Hamid II
Gambar II.9. Rancangan ke-4 Sultan Hamid II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Fokus masalah dalam penelitian ini, Project Challenges baru diterapkan pada mata kuliah yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan seperti Praktikum IPA di SD dan

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian adalah sesuai marginal (S3) dengan luas 1.165,77 ha atau 99,11% dan

Jadi, pemberitaan sebuah media juga tidak selalu mengikuti apa ke mauan dari audiens tapi juga mengikuti fakta-fakta apa saja yang ber- kembang di lapangan, dan inilah yang

angger-angger bebas dening Mulane ukoro lengkap bisa dadi ukoro siji lan senyawa. 2) Bapakku nguras kolah,kangmasku sing nimba. b) ukara iku ora sampurna / ukuran

 Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Inflasi di Kabupaten Tulungagung pada bulan Juli 2015 adalah daging ayam ras, cabe merah, cabe rawit, beras,

Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe 2 yang rutin dan tidak rutin menjalankan empat pilar terapi pengelolaan

Dalam proses sosialisasi di dalam lingkungan keluarga tertuju tertuju pada keinginan orang tua untuk memotivasi kepada anak orang mempelajari pola. perilaku yang