i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE SNOWBALL THROWING
PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI DOPLANG KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
Duwi Hariyani NIM: 11511031
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
ii
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE SNOWBALL THROWING
PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI DOPLANG KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh : Duwi Hariyani NIM: 11511031
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
اقيرط ًل الله لٍس املع ًيف سمتلي اقيرط كلس همَ :لاق الله لُسر نا ًىع الله ىضر ةريرٌ ىبا هع ىلا
)ملسم ياَر( ةىجلا
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: Dan barang siapa menjalani akan suatu jalan, untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju syurga”. (H.R. Muslim)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Orang tuaku yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi kepada saya,
Kakakku yang selalu mensuport saya
Suami tercinta yang telah menemani jerit payahnya menyelesaikan skripsi ini
Semua keluarga besarku yang selalu menyemangatiku
Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku yang selalu meluangkan waktunya
untuk membimbing dalam pembuatan skripsi ini
Semua warga besasr IAIN Salatiga atas kerja samanya
Semua teman- teman seperjuangan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada penulis serta kita semua, sehingga
penulis dapat melakukan penelitian skripsi yang berjenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) di MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
dengan lancer tanpa halangan suatu apapun. Sholawat dan salam tidak lupa kami
haturkan kepada nabi agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
hari akhir dan semoga kita tergolong umatnya yang mendapatkan syafaatnya.
Pada kesempatan kali ini, penulis bersyukur telah menyelesaikan
penyusunan laporan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir
yang tidaklah ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang terjadi dalam
penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatan kemampuan penulis. Walalupun
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tentunya karena beberapa pihak
yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Berkaitan dengan hal
diatas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu menyelesaikan dalam pembuatan skripsi ini dan khususnya ucapan
terima kasih penulis berikan kepada:
1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga yang banyak
berjasa dan berkenan memberikan pengesahan terhadap skripsi ini;
2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga
3. Peni Susapti, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI);
4. Drs.Sumarna Widjadipa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta berkenan meluangkan
ix
5. Drs. M. Choderin, M.A. selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memotivasi dari awal kuliah hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
6. Segenap Bapak/Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program
studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah:
7. Selaku Kepala Madrasah MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di MI yang dipimpinnya;
8. Luqman, S.Pd selaku guru kelas IV yang memberikan bantuan kepada
penulis selama proses penelitian berlangsung;
9. Guru dan karyawan di MI Negeri Doplang yang telah membantu peneliti
selama proses penelitian berlangsung;
10.Siswa kelas IV MI Negeri Doplang yang telah membantu dan mendukung
penulis dalam melakukan penelitian;
11.Bapak, Ibu, Kakak, Suami, dan semua keluarga yang mendo’akan dan
memberikan dukungan demi keberhasilan penulis;
12.Teman- teman seperjuangan PGMI A 2011, yang selama ini telah
memberikan dukungan dan berjuang bersama;
13.Semua teman dan sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimaskih telah mendukung penulis melewati hambatan- hambatan dalam
menyelesaikan skripsi ini;
14.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, baik
xi ABSTRAK
Hariyani, Duwi. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Metode Snowball Throwing
Pada Siswa Kelas IV MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyan dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd
Kata Kunci : Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA dan metode Snowball Throwing
Pembelajaran seharusnya dilakukan dengan cara yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Tetapi, banyak kita jumpai sekolah-sekolah yang masih menggunakan metode atau pendekatan yang monoton dan tidak bervariasi sehingga siswa tidak semangat dan bosan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa penggunaan metode Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar dan pencapaian target KKM pada mata pelajaran IPA materi sumber daya alam pada siswa kelas IV MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang tahun 2015. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa IV yang berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 12 laki- laki dan 7 perempuan. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun 2015.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dengan menggunakan metode Snowball Throwing. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan metode Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar dan nilai rata- rata yang dicapai siswa. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM individu pada pra siklus sebelum menggunakan metode Snowball Throwing sebanyak 6 siswa atau 31,6%. Setelah menggunakan metode Snowball Throwing yaitu pada siklus I sebanyak 11 siswa atau 57,9%, pada siklus II 14 siswa atau 73,7%, dan pada siklus III sebanyak 18 siswa atau 94,7%. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM nasional atau ideal pada pra siklus 1 siswa atau 5,3%, pada siklus I sebanyak 11 atau 57,9%, pada siklus II sebanyak 14 siswa atau 73,7%, dan pada siklus III sebanyak 18 siswa atau 94,7%. Dengan pencapaian nilai rata- rata pada pra siklus adalah 60,5, dan pada siklus I meningkat menjadi 73,7, pada siklus II menjadi 81,05, dan pada siklus III meningkat menjadi 91,6.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
LEMBAR LOGO ... ii
HALAMAN SAMPUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan ... 7
E. Kegunaan Penelitian... 8
F. Definisi Operasional... 10
G. Metode Penelitian... 11
1. Rancangan Penelitian ... 11
2. Subjek Penelitian ... 13
3. Langkah- langkah Penelitian ... 13
4. Instrumen Penelitian... 14
5. Pengumpulan Data ... 15
6. Analisis Data ... 16
H. Sistematika Penulisan ... 17
xiii
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 19
2. Jenis Prestasi Belajar ... 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasl Belajar ... 20
B. Ilmu Pengetahuan ALam ... 28
1. Pengertian Ilmu pengetahuan Alam ... 28
2. Ruang Lingkup Ilmu pengetahuan Alam ... 29
3. Hakikat Pembelajaran IPA ... 29
4. Karakteristik IPA ... 32
5. Tujuan Pembelajaran IPA ... 33
6. Sumber Daya Alam ... 34
7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 43
C. Metode Snowball Throwing ... 50
1. Pengertian Metode Snowball Throwing ... 50
2. Langkah- langkah Metode Snowball Throwing ... 51
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Snowball Throwing ... 52
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 53
1. Lokasi Penelitian ... 53
2. Waktu pelaksanaan... 52
3. Subjek Yang Dijadikan Penelitian ... 54
4. Tenaga Pendidik ... 55
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus Penelitian ... 56
1. Pelaksanaan Pra Siklus ... 56
2. Pelaksanaan Siklus I ... 60
3. Pelaksanaan Siklus II ... 65
4. Pelaksanaan Siklus III ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Standar Pencapaian KKM ... 75
B. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus ... 76
C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 78
xiv
E. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III ... 82
F. Pembahasan ... 84
1. Hasil Rekapitulasi ... 84
2. Kondisi Awal ... 86
3. Kondisi Akhir ... 87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
1. Bagi Siswa ... 89
2. Bagi Guru ... 89
3. Bagi sekolah ... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
1 Tabel 3.1 Waktu pelaksanaan penelitian 54
2. Tabel 3.2 Data Nama Siswa kelas IV MI Negeri Doplang 54
3 Tabel.3.3 Daftar tenaga pendidik di MI Negeri Doplang 55
4 Tabel 3.4 Data hasil nilai siswa pada pengamatan pra siklus 59
5 Tabel 3.5 Data hasil nilai siswa pada pengamatan siklus I 63
6 Tabel 3.6 Data hasil nilai siswa pada pengamatan siklus II 68
7 Tabel 3.7 Data hasil nilai siswa pada pengamatan siklus III 72
4 Tabel 4.1 Hasil tes formatif siswa pada pra siklus 76
5 Tabel 4.2 Hasil tes formatif siswa pada siklus I 78
6 Tabel 4.3 Hasil tes formatif pada siklus II 80
7 Tabel 4.4 Hasil tes formatif pada siklus III 82
8 Tabel 4.5 Rekapitulasi nilai siswa per siklus 85
9 Tabel 4.6 Rekapitulasi prestasi ketuntasan belajar siswa per siklus
KKM Individu
86
10 Tabel 4.7 Rekapitulasi prestasi ketuntasan belajar siswa per siklus
KKM Nasional
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pra Siklus
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 3 Lembar pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 5 Data autentik siswa siklus I
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 7 Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran 9 Data autentik siswa siklus II
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru Siklus III
Lampiran 12 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III
Lampiran 13 Data autentik siswa siklus III
Lampiran 14 Kriteria Penilaian Aktifitas Belajar Siswa
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 19 Daftar Nilai SKK
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan
mulia di dunia ini, tidak ada sesuatupun ciptaan Tuhan yang menyamai
manusia, karena kesempurnaan itulah manusia dikaruniai berbagai potensi
yang luar biasa diantaranya adalah diberi akal fikiran. Dengan akal manusia
bisa berfikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan
maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh. Dengan akal pula manusia
juga dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan
yang salah, bahkan dengan akal manusia bisa mengkaji dan meneliti sebab
akibat dari setiap peristiwa pada alam semesta ini. Hal ini dijelaskan Allah
SWT dalam surat Attin ayat 4 yang berbunyi
مْيُِْقَت ِهَسْحَا ْيِف َهَسْوِلأا اَىْقَلَخ ْدَقَل
Artinya : sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik-baik kejadian.
Kemampuan belajar dan mengolah informasi pada manusia juga
merupakan ciri penting yang membedakan manusia dari makhluk lain,
kemampuan belajar ini memberi manfaat bagi individu dan juga bagi
masyarakat untuk menempatkan diri dalam makhluk yang berbudaya, dengan
belajar seseorang juga mampu mengubah perilaku, dan membawa pada
perubahan individu-individu belajar yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
2
Gage (1984) mendefiniskan belajar sebagai suatu proses dimana
organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga
Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan,
pendengaran, membaca, dan meniru. Dari definisi dua ahli tersebut
mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang
akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran,
membaca, dan meniru (Martinis Yamin, 2005: 99)
Disamping itu untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas diperlukan
proses pembelajaran yang baik dan terarah. Maka pendidik sebaiknya bisa
memahami karakteristik ataupun pemikiran anak dalam proses pembelajaran.
Karena para pendidik yang berkualitas adalah salah satu modal membangun
pemikiran anak didik agar lebih baik. Selain itu para pendidik hendaknya juga
mulai memberi pengajaran kepada anak mulai sejak dini agar dalam proses
berfikir anak sudah mulai matang (Yusep Nurjatmika, 2011)
Pentingnya pendidikan pada anak usia dini telah menjadi perhatian
internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia Tahun 2000 di
Dakar Senegal, dihasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi
pendidikan untuk semua. Salah satu butir kesepakatan tersebut adalah untuk
memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak
usia dini, terutama bagi mereka yang sangat rawan dan kurang beruntung.
Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang diperoleh
pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap
3
Namun, kita perlu memahami bahwa anak bukanlah manusia dewasa
dalam bentuk kecil, ia memiliki potensi, tetapi potensi tersebut hanya dapat
berkembang manakala diberi rangsangan, bimbingan, bantuan, dan perlakuan
yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena
itu, dalam proses pembelajaran pada anak usia dini sampai sekolah dasar,
pemahaman terhadap keunikan dan tingkat pertumbuhan serta perkembangan
pada diri setiap anak merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh
para pendidik (Conny R. Semiawan, 2008)
Seperti halnya dalam belajar IPA atau yang sekarang ini lebih dikenal
dengan sains, pembelajaran ini sudah diberikan pendidik kepada siswa sejak
dini yaitu mulai anak sekolah di SD. Pendidikan IPA di sekolah dasar atau
madrasah ibtidaiyah diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai konsep. Namun, Pembelajaran IPA
bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Poppy, dkk 2008).
Salah satu materi pada pembelajaran IPA yaitu sumber daya alam, sumber
daya alam adalah semua kekayaan yang ada di alam dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia. Semua makhluk hidup di dunia ini pasti akan
memerlukan kekayaan alam. Maka materi ini perlu dipelajari siswa untuk
4
yang membutuhkan pemahaman yang mendalam sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi yang ditentukan dengan bimbingan guru.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah
masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para
guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan
siswa untuk menghafal informasi, sehinga otak siswa hanya dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini juga terjadi pada pembelajaran IPA, di MI Negeri Doplang.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada pada tanggal 24 februari
2015 bahwa hasil belajar IPA dari jumlah 19 siswa kelas IV masih tergolong
rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa yang
hanya mencapai 60. Sedangkan pencapaian KKM kelas dari 19 siswa adalah
30%. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berada dibawah standar
ketuntasan yang diharapkan
Hal ini terjadi karena pembelajaran di MI belum sepenuhnya
melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa
serta belum menggunakan berbagai pendekatan atau strategi pembelajaran
yang bervariasi berdasarkan karakter materi pembelajaran. Para guru di
5
siswa seperti metode ceramah, tanya jawab, tugas dan diskusi sehingga siswa
merasa bosan dan tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu penyebab kelemahan pembelajaran tersebut karena guru tidak
melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan
keterampilan proses sains anak. Pada akhirnya, keadaan ini yang
menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya terpusat pada
penyampaian materi dalam buku teks saja sehingga penguasaan materi yang
dimiliki siswa belum bisa maksimal.
Dalam penerapan pembelajaran khususnya pada pelajaran IPA, belajar
bukan hanya untuk mendengar cerita, membaca buku, menghafalkan teori,
tetapi juga proses penemuan, melakukan eksplorasi, serta menyajikan
pembelajaran yang menarik. Dengan demikian saat proses pembelajaran
siswa harus aktif bertanya, mencari tahu dan melakukan penyelidikan karena
tidak semua pembelajaran itu didapatkan dari guru.
Melihat keadaan yang demikian, maka peneliti bersama-sama dengan guru
sepakat mencoba suatu penelitian untuk mengatasi masalah yang ada dengan
mencoba menerapkan metode yang menyenangkan dan menarik bagi siswa
agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran dan prestasi belajar siswa
bisa ditingkatkan. Metode yang digunakan peneliti dan guru yaitu metode
Snowball Throwing. Metode ini merupakan pembelajaran yang diadopsi
pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan
maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran Snowball
6
siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa (Miftahul Huda, 2014: 226)
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan selama ini hanya berfokus pada guru sebagai sumber materi dan
kurang adanya metode yang lebih variatif, sehingga dalam pembelajaran yang
dilakukan membosankan, maka untuk memperbaiki proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran IPA maka perlu
diadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul” PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI DOPLANG KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan metode Snowball Throwing dapat meningkatkan
prestasi belajar mata pelajan IPA materi sumber daya alam pada siswa
kelas IV MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
tahun 2015?
2. Apakah penggunaan metode Snowball Throwing dapat memenuhi target
pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi sumber daya alam di MI
Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penggunaan metode Snowball Throwing dapat
7
alam pada siswa kelas IV MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang tahun 2015.
2. Untuk mengetahui penggunaan metode Snowbhall Throwing dapat
memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi sumber
daya alam pada siswa kelas IV MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang tahun 2015.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara atas penelitian yang
akan diuji melalui penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Melalui penggunaan Metode Snowball Throwing dapat meningkatkan
prestasi belajar mata pelajaran IPA materi sumber daya alam pada
siswa kelas IV MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang tahun 2015
b. Melalui penggunaan metode Snowball Throwing dapat memenuhi
target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi sumber daya alam
pada siswa kelas IV MI Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang tahun 2015
2. Indikator Keberhasilan
Penggunaan metode Snowball Throwing dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan
8
IPA di Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Peneliti
sangat berharap siswa mampu mencapai indikator yang telah ditentukan,
sehingga penelitian yang dilakukan dapat berhasil dilaksanakan. Indikator
tersbut adalah sebagai berikut:
a. Secara individu
Siswa diharapkan dapat mencapai skor 70
b. Secara klasikal
Secara klasikal siswa dinyatakan berhasil apabila dalam satu kelas
tersebut siswa yang mendapat skor 70 mencapai persentase yang
telah ditentukan yaitu sebesar 85% atau dengan kata lain, 85% dari
siswa yang ada di dalam kelas tersebut tuntas mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) kelas.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini akan membantu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
IV pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi sumber daya alam melalui
metode Snowball Throwing dalam pembelajaran yang disampaikan guru
secara mendalam. Adapun adanya pelaksanaan penelitian ini akan berguna
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Didapatkannya sebuah pengetahuan baru tentang pembelajaran IPA
melalui metode Snowball Throwing pada siswa kelas IV MI Negeri
Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
9
ada dalam proses belajar mengajar IPA sehingga prestasi belajar dapat
tercapai sesuai target yang diharapkan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa memperoleh pelajaran IPA yang lebih menarik,
menyenangkan, dan memungkinkan dirinya untuk meningkatkan
prestasi belajar mata pelajaran IPA
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam berkelompok
3) Meningkatkan keberanian siswa mengungkapkan pendapat, ide,
pertanyaan, dan saran
b. Bagi guru
1) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk memperkenalkan
pembelajaran IPA melalui metode yang tepat agar dapat
meningkatkan kemampuan siswa sehingga pembelajaran menjadi
efektif dan bermakna
2) Sebagai acuan dan resensi bagi guru yang sedang mengalami
permasalahan dalam pembelajaran
c. Bagi sekolah/madrsah
1) Menciptakan rasa saling membantu dan kerjasama dengan
sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar khususnya untuk
mata pelajaran IPA.
10 F. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan judul penelitian ini, maka akan kami berikan penjelasan
beberapa istilah dalam penulisan penelitian ini. Istilah-istilah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi seseorang itu tidak akan
memiliki kemampuan sebelum seseorang itu berusaha untuk belajar (Arif
Gunarso, 1993 : 77)
2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan kriteria
ketuntasan minimal (Buku KKM, 2008: 4)
3. Mata Pelajaran IPA
Webster New Collegiate Dictionary dalam bukunya Rully Nasrullah,
dkk (2010: 4) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau
dengan kata lain IPA adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan
menggunakan metode tertentu.
4. Materi Sumber Daya Alam
11
untuk kesejahteraan manusia (Candra Kirana, 2013: 44)
5. Metode Snowball Throwing
Metode pembelajaran Snowball Throwing merupakan pembelajaran
yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju
dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks
pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan melempar
segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab
soal dari guru. Metode ini digunakan untuk memberikan konsep
pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa
dalam materi tersebut (Miftahul Huda, 2014: 226)
G. Metodologi Penelitian
Metode penelitian dalam PTK merupakan deskripsi tindakan yang akan
dikenakan kepada siswa secara detail dan padat. Dengan kata lain, metode
penelitian dalam PTK memuat langkah- langkah sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Zainal Aqib (2006: 12) dalam PTK ada tiga pengertian yang
dapat diterangkan yaitu:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang
12
b. Tindakan adalah suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, yang berbentuk rangkaian siklus kegiatan
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru.
Dari pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan
dalam siklus berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat
digambarkan sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2006: 74)
13 2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian dalam Penelitian ini adalah siswa kelas IV MI
Negeri Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang dengan jumlah
keseluruhan 19 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 7
perempuan.Waktu pelaksanaan penelitian ini pada tanggal 8 sampai 15
Mei semester 2 tahun ajaran 2015
3. Langkah- langkah penelitian
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya PTK terdiri atas rangkaian empat
kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan yang ada
pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi
yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Suharsimi Arikunto 2006: 74)
a. Perencanaan
1) Menyiapkan RPP dengan menggunakan metode Snowball
Throwing pada materi sumber daya alam
2) menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam
pembelajaran
3) mempersiapkan lembar observasi dan soal mengenai materi
Sumber daya Alam
4) mempersiapkan instrument penilaian
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan
14
tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup menggunakan
metode Snowball Throwing.
c. Pengamatan
Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan
pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan
kegiatan. Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam
melakukan refleksi.
d. Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan
peneliti bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai
proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan
dengan refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
melalui metode Snowball Throwing.
4. Instrumen penilaian
a. Lembar Evaluasi (lembar tes)
Tes ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
Snowball Throwing dalam mata pelajaran IPA materi sumber daya
alam. Dalam tes ini berisi soal- soal uraian
b. Lembar observasi
lembar observasi ini digunakan untuk mengamati tingkat
15 c. Pedoman Dokumentasi
Tekhnik ini digunakan untuk menghimpun data tentang prestasi
belajar pengamatan pembelajaran IPA materi sumber daya alam
menggunakan metode Snowball Throwing. Disamping itu obsever
juga mendokumentasikan dengan foto-foto aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
5. Pengumpulan data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru kelas.
Data penelitian dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
siswa dalam menguasai materi sumber daya alam. Teknik tes ini
diberikan setelah pembelaran IPA dengan metode Snowball
Throwing dengan tujuan untuk mendapatkan data akhir apakah ada
peningkatan prestasi belajar antara siklus satu dan siklus
berikutnya.
b. Observasi
Pengamatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
c. Dokumentasi
Untuk mengetahui prestasi siswa sebelum dan sesudah
dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini data
16
siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Selain itu juga berupa
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan nilai siswa di MI
Negeri Doplang sebelum diterapkan metode Snowball Throwing
pada pelajaran IPA
6. Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes
b. Menentukan kriteria nilai (70-100 tuntas dan 0-70 tidak tuntas)
c. Data keaktifan siswa diambil dari keaktifan siswa, ketika
pembelajaran, prestasi belajar dianalisis dengan membandingkan tes
antar siklus. Nilai per tes untuk mengetahui seberapa efektif
penggunaan metode Snowball throwing dalam pembelajaran IPA.
Peneliti juga menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh
nilai rata- rata tes formatif maka dapat dirumuskan:
M =
Keterangan:
M : Nilai rata- rata
∑x :Jumlah nilai total yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai
setiap individu
N : Banyaknya individu (Djamarah, 2005: 302)
Sedangkan untuk memperoleh atau menghitung persentase
17 P = x 100%
Keterangan :
P= Nilai dalam persen
F = frekuensi
N= jumlah keseluruhan (Djamarah, 2006: 225 226)
H. Sistematika Penulisan 1. Bagian Awal
Bagian awal berisi halaman sampul, lembar logo, halaman
sampul,lembar persetujuan pembimbing, lembar persetujuan
pengesahan, pernyataan keaslian tulisan,motto dan persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran
2. Bagian Inti
Bab I berisi Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan
Indikator Keberhasilan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,
Metode Penelitian (Rancangan Penelitian, Subjek Penelitian, langkah-
langkah penelitian, Instrumen penelitian, Pengumpulan data,dan
Analisis data), dan Sistematika Penulisan.
Bab II berisi Kajian Pustaka yang mencakup Prestasi Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Metode Snowball Throwing
Bab III berisi tentang Pelaksanaan Penelitian yang mencakup (1) Deskripsi Pelaksanaan pra Siklus (Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/
18
(Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/ Pengumpulan data, dan
Refleksi), (3)Deskripsi Pelaksanaan Siklus II (Rencana, Pelaksanaan,
Pengamatan/ Pengumpulan data, dan Refleksi), (4) Deskripsi
pelaksanaan Siklus III (Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/
Pengumpulan data, dan Refleksi)
Bab IV berisi tentang pemaparan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang mencakup analisa hasil pra siklus, Analisis Hasil Siklus I,
Analisis Hasil Siklus II, dan Analisis Hasil Siklus III dan pembahasan.
Bab V berisi penutup (Kesimpulan dan Saran)
3. Bagian akhir terdiri dari: Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran, Daftar
19 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian prestasi belajar
Winkle (1996: 226) dalam bukunya Hamdani mengemukakan prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar
(Hamdani, 2011: 138)
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa
dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai
dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti
proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan
tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian akan diukur dan
dinilai yang diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
2. Jenis- jenis prestasi belajar
Jenis prestasi belajar yang digunakan untuk mengukur peningkatakan
20
tertulis. Setelah siswa mengerjakan tes, maka hasil tes tersebut dikoreksi
oleh guru dan nilainya dijadikan acuan untuk mengukur prestasi belajar
siswa. Dengan begitu guru dapat mengadakan tes kembali di Siklus
berikutnya jika nilai yang didapat siswa belum mencapai target KKM.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Pada dasarnya faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada
dua yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara
lain sebagai berikut:
1) Kecerdasan (inteligensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
inteligensi normal yang selalu menunjukan kecakapan sesuai
dengan tingkat perkembangan sebayanya. Perkembangan ini
ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak
dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah
memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan kawan
sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor inteligensi
merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar
21
Menurut Kartono (1995: 1) dalam bukunya Hamdani,
kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat
menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seseorang
murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal,
secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi (Hamdani,
2011: 138)
Dengan demikian inteligensi yang baik merupakan faktor
yang sangat penting bagi anak dalam usaha belajar. Inteligensi
pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi
sebenarnya bukan hanya persoalan kualitas otak melainkan
kualitas organ tubuh lainnya (Hamdani, 2011: 140)
2) Faktor jasmaniah
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Belajar seseorang
berpengaruh terhadap kesehatannya. Proses belajar seseorang
akan terganggu jika kesehatan seseorang juga terganggu. Selain
itu seseorang juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada
gangguan-gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. Agar
22
mengatur waktu bekerja, tidur, makan, olahraga dengan teratur
( Slameto 1991: 56)
3) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap
suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh
tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus
ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau
kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk
belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada
sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan
untuk belajar (Hamdani, 2011: 140)
Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal baik
positif atau negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk
dikembangkan atau ditanamkan kepada seseorang sehingga dapat
bersikap positif terhadap rangsangan yang diterima dan dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal.
4) Minat
Minat menurut ahli psikologi adalah suatu kecenderungan
untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama
perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terjadi karena
23
terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran,
siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.
Menurut Winkle (1996: 24) dalam bukunya Hamdani, minat
adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu. Oleh karena itu minat memiliki
pengaruh yang besar terhadap belajar atau kegiatan. Pelajar yang
menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena
minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat
seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah, siswa
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukan
sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah
satu faktor yang dapat memengaruhi hasil belajarnya. Apabila
seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan
terus beruasaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkan
dapat tercapai (Hamdani, 2011: 141)
5) Bakat
Bakat menurut Hilgard dalam bukunya Slameto adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Orang yang berbakat mengetik akan lebih cepat mengetik dengan
lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang berbakat
24
Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi
belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajarnya itu (Slameto, 1991 : 59)
6) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga kuat lemahnya
motivasi belajar mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena
itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari
dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh
tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana
cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula,
dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan
berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution dalam bukunya Hamdani (2011: 142) mengatakan
bahwa motivasi adalah segala daya yang mendorong untuk
melakukan sesuatu. Dalam perkembangannya, motivasi dapat
25 a. Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari
dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri
untuk melakukan suatu pekerjaan belajar.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinstik adalah motivasi yang datang dari luar
diri siswa, yang menyebabkan siswa tersebut melakukan
kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi, guru harus berusaha untuk
mengarahkan perhatian siswa pada sasaran tertentu. Dengan
adanya dorongan dalam diri siswa akan timbul inisiatif
dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk
membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat
melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan
belajar secara aktif (Hamdani, 2011: 142)
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan sosial
dan lingkungan nonsosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial
adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman- teman sekelas,
rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun
yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah,
26
Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995: 60)
dalam bukunya Hamdani, faktor ekstern yang dapat mempengaruhi
belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
1) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkugan terkecil dalam masyarakat
tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang
dijelaskan Slameto, bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat
penting dalam keberhasilan seseorang belajar. Rasa aman itu
membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif, karena
rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar
yang menambah motivasi untuk belajar.
Hasbulloh dalam bukunya Hamdani (2011: 143) mengatakan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa
pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah merupakan
27
lembaga formal memerlukan kerja sama yang baik antara
orangtua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan
hasil belajar anak. Jalan kerja sama yang perlu ditingkatkan,
ketika orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang
cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat
memberikan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun.
Hal ini karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan
yang baik untuk belajar.
2) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa
untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara
penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang
kurang baik akan memengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut kartono dalam bukunya Hamdani (2011: 144) , guru
dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan
dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh
sebab itu, guru harus menguasai bahan pelajaran yang disajikan
dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
3) Lingkungan masyarakat
28
faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam
proses pelaksanaan pendidikan, sebab dalam kehidupan sehari-
hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat
siswa berada.
Dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak
karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak akan selalu
menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungan.
Oleh karena itu apabila seseorang siswa bertempat tinggal di
lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal
tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan
turut belajar sebagaimana temannya (Hamdan, 2011: 144)
B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering juga disebut dengan kata ”sains”.
Sains yang berasal dari bahasa latin yaitu scientia yang berarti
pengetahuan. Perkataan sains dalam bahasa Jerman yaitu Wisaencheff
yang artinya pernyataan kumpulan pengetahuan, seperti halnya tubuh
manusia yang komponen-komponennya terorganisir secara sistematik.
Menurut Webster New Collegiate Dictionary, definisi dari sains adalah
“pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian”.
Atau dengan kata lain, sains adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan
29
Sedangkan menurut Ahmad Susanto (2013: 167) Sains atau IPA adalah
usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang
tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan
penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para
guru, khususnya yang mengajar sains di sekolah dasar diharapkan
mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam
pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan
melaksanakan pembelajaran. Siswa yang melakukan pembelajaran juga
tidak mendapat kesulitan dalam memahami konsep sains.
2. Ruang lingkup Ilmu pengetahuan Alam atau sains
Ilmu sains sendiri biasanya dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
a. Biologi yang meliputi mikrobiologi, biokimia, genetika, ekologi,
fisiologi, taksonomi, dll.
b. Kimia yang meliputi kimia organik, kimia lingkungan, kimia
analitik, termokimia, kimia farmasi, dll.
c. Fisika yang meliputi kinetika, dinamika, fisika material, optic,
mekanika, termodinamika, dll.
d. Ilmu bumi yang melipiuti geologi, geofisika, geodesi, meteorology,
hidrologi, paleontology, oseanografi (Rully Nasrullah, dkk 2010: 4)
3. Hakikat pembelajaran IPA
Hakikat pembelajaran IPA yang didefinisikan sebagai ilmu tentang
alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetauan alam,
30
a. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk
Ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil
penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep
yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegatan analitis.
Bentuk IPA sebagai produk, antara lain:
1) Fakta dalam IPA, pernyataan- pernyataan tentang benda- benda
yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.
2) Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan
fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta-fakta-fakta
yang ada hubungannya.
3) Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan di antara
konsep-konsep IPA.
4) Hukum- hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima
meskipun juga bersifat tentarif (akan tetapi karena mengalami
pengujian yang berulang- ulang maka hukum alam bersifat
kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan
logis).
5) Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-
fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan (Ahmad
Susanto, 2013: 168)
b. Ilmu pengetahuan alam sebagai proses
Ilmu pengetahuan alam sebagai proses yaitu untuk menggali dan
31
kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam
menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan.
Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan
proses sains yaitu keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan,
seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan
menyimpulkan (Ahmad Susanto, 2013: 169)
c. Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap
Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal
ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan
dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil
penelitiannya.
Menurut Sulistyorini (2006) dalam bukunya Ahmad Susanto
(2013: 169) ada Sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap
ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu:
1) Sikap ingin tahu.
2) Ingin mendapat sesuatu yang baru.
3) Sikap kerja sama.
4) Tidak putus asa.
5) Tidak berprasangka.
6) Mawas diri.
7) Bertanggung jawab.
8) Berpikir bebas.
32
Sikap dalam IPA yang dimaksud ialah sikap ilmiah. Jadi
dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat
menumbuhkan sikap ilmiah seperti Seorang ilmuwan. Adapun
jenis-jenis sikap yang dimaksud, yaitu: sikap ingin tahu, percaya
diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta. Sikap
ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan siswa
dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi,
percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan.
4. Karakteristik IPA
IPA juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.
Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman (1980) dalam
bukunya (Ahmad Susanto, 2013: 170) yaitu :
a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya.
c. Sikap keteguhan hati, keingin tahuan, dan ketekunan dalam
menyingkap rahasia alam.
d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagaian
atau beberapa saja.
e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang
bersifat objektif.
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA
33
prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa
tehadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di
sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan
hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan
tesebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung
melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.
Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah
siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik
kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis saat pembelajaran
IPA.
5. Tujuan Pembelajaran IPA
Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu
pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep
yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti
mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.
Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaannya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA
34
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketarampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
pertama (Ahmad Susanto, 2013: 171)
6. Sumber Daya Alam
a. Berbagai jenis Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang ada di alam
dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Berdasarkan jenisnya,
sumber daya alam dibedakan menjadi dua yaitu
1) Sumber daya alam alam hayati
Sumber daya alam alam hayati adalah sumber daya alam yang
berasal dari makhluk hidup. Contoh: hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme.
2) Sumber daya alam nonhayati
35
cahaya matahari, udara, batu bara, logam, dan lain-lain.
Berdasarkan ketersediaannya di alam sumber daya alam
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Sumber daya alam yang kekal adalah sumber daya alam
yang selalu tersedia dan tidak akan habis meskipun setiap
saat dimanfaatkan. Contoh: cahaya matahari, angin, ombak.
2) Sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah sumber
daya alam yang dapat dibentuk lagi jika rusak atau habis.
Contoh: berbagai jenis hewan dan tumbuhan.
3) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah
sumber daya alam dengan persediaan yang terbatas dan tidak
dapat dibentuk lagi jika habis. Contoh: batu bara, minyak
bumi, gas bumi, serta logam (bijih besi, alumunium).
Bedasarkan lingkungannya, sumber daya alam dibedakan
menjadi empat yaitu sebagai berikut.
1) Sumber Daya Laut
Sumber daya laut adalah sumber daya alam yang terdapat di
laut. Contoh ikan, rumput laut, kerang, udara, dll.
2) Sumber Daya sungai
Sumber daya sungai adalah sumber daya alam yang terdapat
36 3) Sumber daya Hutan
Sumber daya hutan adalah sumber daya alam yang terdapat
di hutan. Contohnya kayu yang berasal dari pohon.
4) Sumber Daya Pegunungan
Sumber daya pegunungan adalah sumber daya alam yang
terdapat di pegunungan. Contoh bahan tambang mineral dan
logam (Candra kirana, dkk 2013: 45)
Berdasarkan asalnya benda dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Benda yang Berasal dari Tumbuhan.
a) Sebagai bahan pangan
Berbagai makanan berasal dari tumbuhan. Nasi dibuat
dari beras, beras berasal dari padi.
b) Sebagai bahan sandang
Kain katun terbuat dari serat kapas. Serat kapas terbuat
dari buah kapas. Buah kapas hasil dari pohon, dan
pohon termasuk tumbuhan.
c) Sebagai peralatan rumah tangga
Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan
untuk membuat peralatan rumah tangga adalah kayu.
Kayu dipotong dan dihaluskan menjadi balok dan papan
yang bisa digunakan untuk membuat kursi, meja, ,tiang,
37
d) Produk kesehatan dan perawatan tubuh
Obat tradisional disebut juga jamu .jamu dibuat dari
berbagai tanaman obat,misalnya kencur, jahe, kunyit,
kumis kucing, dan pace (mengkudu). Berbagai produk
perawatan tubuh dengan menggunakan sari tumbuhan
sebagai bahan utamanya. Shampo mengandung sari lidah
buaya, orang aring, kelapa, dan kemiri. Sabun mandi
mengandung lidah buaya,apel, bunga mawar, dan
avokat.
2) Benda yang Berasal dari Hewan
a) Bahan pangan
Hewan memberikan bahan makanan yang lezat,
misalnya daging, telur, dan susu. Keju merupakan produk
olahan susu. Daging berasal dari ayam,sapi, kambing,
kerbau, dan ikan. Telur berasal dari ayam, bebek, dan
burung puyuh. Susu berasal dari sapi dan kambing.
b) Bahan sandang
Beberapa bahan sandang bermutu tinggi berasal dari
hewan. Kain sutra berasal dari serat kepompong ulat
sutra. Wol berasal dari serat rambut domba. Kulit sapi,
kerbau, ular, dan buaya. Kulit hewan-hewan itu dapat
38 c) Produk kesehatan
bagian tertentu hewan dipercaya menjadi obat mujarab
ada yang memanfaatkan bisa ular sebagai obat. Ada pula
yang percaya bahwa susu kuda liar dapat membuat tubuh
kuat. Daging biawak diolah sebagai obat penyakit kulit.
3) Benda yang Berasal dari Bahan Alam Tidak hidup
a) Bahan bangunan
Benda- benda apa saja yang dipakai di sekolahmu?
Sekolah dibangun dengan batu bata, pasir, semen,
genteng dan tiang besi. Batu bata dan genteng dibuat
dari tanah liat. Pasir berasal dari hancuran batuan.
Semen dibuat dari batu kapur dan batuan lain. Tiang
besi dibuat dari logam besi. Lampu dibuat dari gelas
(kaca).
b) Peralatan rumah tangga
Saat ini bahan yang sering digunakan untuk
membuat berbagai peralatan rumah tangga adalah
plastik. Plastik berasal dari bahan kimia buatan yang di
olah di pabrik. Berbagai benda dari plastik antara lain
ember,baskom, sendok plastik,sedotan dan kantong
39
b. Hubungan antara Sumber Daya Alam dan Tekhnologi yang digunakan
Pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteeraan manusia
dapat dilakukan secara langsung maupun diolah terlebih dahulu
menggunakan teknologi, baik teknologi yang sederhana maupun
teknologi canggih. Benda-benda yang dibuat menggunakan teknologi
menjadi sangat berbeda dengan bahan asalnya. Contoh pembuatan
benda dengan memanfaatkan teknologi sederhana yaitu pembuatan
kerajinan dari bambu atau rotan, pembuatan batu bata, pembuatan
gerabah, pembuatan tempe, dll.
Adapun contoh pembuatan benda- benda dengan memanfaatkan
teknologi canggih yaitu:
1) Pembuatan kertas dari kayu
Bahan dasar pembuatan kertas adalah kayu. Kayu dijadikan
selembar kertas dengan cara serat kayu yang untuk membuat
kertas disebut selulosa. Adapun proses pembuatan kertas dari
kayu adalah sebagai berikut:
a) Kayu dipotong dan dikupas kulitnya. Selanjutnya kayu
dijadikan bubur kayu (pulp). Pulp dibuat menggunakan
campuran bahan kimia.
b) Pulp dicampur bahan pemutih untuk menghasilkan kertas
putih.
40
mesin hasilnya adalah lembaran kertas.
2) Pembuatan roti dari gandum
Bahan dasar pembuatan roti adalah biji gandum. Gandum
adalah jenis rumput- rumputan seperti halnya padi. Biji
gandum dapat diolah menjadi tepung terigu. Tepung terigu
adalah salah satu bahan pembuat roti. Selain itu, bahan
pembuat roti adalah gula, air, dan, ragi. Biji gandum diubah
menjadi terigu dengan cara digiling.
3) Pembuatan nasi berasal dari padi
Pernahkah kamu memasak nasi sendiri? Coba perhatikan
ibumu sedang menanak nasi. Nasi adalah makanan pokok kita
setiap hari. Nasi berasal dari beras. Biji padi yang sudah
terkupas kulitya disebut beras. Biji padi yang ada kulitnya
disebut gabah. Untuk membuat nasi, beras harus dicuci terlebih
dahulu. Selanjutnya, beras ditambah dengan air dan dimasak.
4) Pembuatan pakaian
Pakaian biasanya terbuat dari kapas dan wol.
a) Pembuatan pakaian dari bahan kapas.
Proses pembuatan pakaian dari kapas dimulai dari proses
pemintalan. Hasil dari proses pemintalan menjadi benang.
Setelah dipintal, benang ditenun hingga berbentuk kain.
b) Pembuatan pakaian dari bahan wol
41
pemintalan serat domba yang masih kusut. Bulu domba
dipilih untuk mendapatkan benang wol yang kuat. Benang
wol ditenun untuk menghasilkan lembaran kain.
c. Dampak pengaruh bahan alam terhadap kelestarian lingkungan Pengambilan sumber daya alam yang berlebihan tanpa disertai
usaha-usaha pelestariannya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Rusaknya kelestarian lingkungan dapat disebabkan oleh dua faktor,
yaitu sebagai berikut.
1) Faktor alam
Peristiwa alam ternyata dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Adapun peristiwa alam yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan antara lain sebagai berikut:
a) Musim kemarau yang berkepanjangan.
b) Musim hujan yang berkepanjangan dapat menyebabkan banjir
dan tanah longsor.
c) Gunung meletus.
d) Angin topan.
e) Gempa bumi.
f) Gelombang pasang.
g) Tsunami.
h) Kebakaran, dll.
2) Faktor manusia
42 lain sebagai berikut:
a) Menangkap ikan dengan bahan peledak.
b) Membasmi hama tumbuhan dengan menggunakan pestisida.
c) Pembukaan lahan pemukiman dan pertanian dengan cara
membakar hutan.
d) Penebangan hutan secara liar Berburu hewan di hutan.
e) Mengadakan ladang berpindah.
Agar sumber daya alam tetap terjaga kelestariannya maka
dalam penggunaanya harus dihemat, karena penggunaan dan
pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan dapat merusak
lingkungan. Oleh karena itu diperlukan usaha- usaha atau cara-
cara untuk melestarikannya.beberapa usaha atau cara untuk
melestarikan sumber daya alam yaitu sebagai berikut:
a. Penebangan hutan dengan sistem tebang pilih dan menanam
sepuluh pohon baru untuk setiap satu pohon yang ditebang.
b. Menanam kembali hutan yang gundul (reboisasi).
c. Mencegah perburuan liar dan menerbitkan aturan tentang
larangan membunuh hewan dan tumbuhan langka.
d. Membuat suaka marga satwa, cagar alam, hutan lindung, dan
sebagainya.
e. Menjaga kesuburan tanah dengan cara pemupukan kandang
maupun buatan, pembuatan sengkedan atau terasering, dan
43
f. Menghemat penggunaan bahan tambang dan mencari energi
alternatif penggantinya.
g. membuat waduk atau bendungan Candra Kirana, dkk (2013:48)
7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran IPA a. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi
adalah menggunakan acuan Kriteria, yakni menggunakan Kriteria
tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik mencapai
ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.
Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas
ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam
menyatakan lulus dan tidak lulusnya pembelajaran. Acuan kriteria
tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada
acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang
memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk
mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai
proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk
melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu
memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau