• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS

MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PADA SISWA KELA

S IV DI MI MA’ARIF

KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR

KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

WENI PUSPITA DEWI

NIM 115 11 006

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS

MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PADA SISWA KELA

S IV DI MI MA’ARIF

KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR

KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

WENI PUSPITA DEWI

NIM 115 11 006

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Segala sesuatu yang kita lakukan tidak akan berhasil tanpa diiringi dengan doa.

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)

PERSEMBAHAN

Kedua orang tua yang tidak pernah lelah memberikan dukungan beserta doa.

Kakak ku Wahyu Sunandar dan kakak ipar yang selalu memberikan motivasi.

Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu.

Sahabat ku Mustika Ungu yang selalu memberikan nasihatnya.

Seseorang yang selalu memberikan semangat agar aku cepat mendapat gelar

sarjana.

Teman-teman seperjuangan PGMI tahun 2011.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas karunianya sehingga

penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa

terlantunkan untuk Rosulullah Muhammad yang menjadi sebaik-baiknya panutan.

Penelitian yang diberi judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS

MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF

KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN

AJARAN 2014/2015”, pada dasarnya adanya penelitian ini ditujukan untuk

memperbaiki dan menyempurnakan penerapan model pembelajaran yang selama

ini dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran IPS, dengan sasaran akhir

adalah meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas,

dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dimana pada akhir siklus kedua penerapan

model Student Team Achievement Division (STAD) ini dapat membuahkan hasil,

dimana hasil belajar siswa di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga meningkat dengan cukup memuaskan.

Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari sempurna dan tanpa bantuan dari

berbagai pihak takkan mungkin terselesaikan. Oleh karenanya sudah sepantasnya

pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

(10)

x

3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua jurusan PGMI yang telah

memberikan kesempatan serta saran yang membangun kepada peneliti.

4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

memotivasi serta membimbing peneliti sehingga peneliti mampu

menyelesaikan penelitian ini.

5. Bapak Khurur Rozad, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Ma’arif

Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti.

6. Bapak Drs. Ibrahim Alfian selaku wali kelas IV di MI Ma’arif

Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berkenan

menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah

berkenan untuk menjadi subjek penelitian ini.

Jazakumullah akhsanal jaza’, Robbuna jualah yang akan membalas semua

kebaikan. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti persembahkan hasil

penelitian yang masih jauh dari keadaan sempurna ini kepada seluruh insan

pendidikan. Kritik dan saran dari pembaca yang budiman, sangat peneliti nantikan

dengan tangan terbuka.

Salatiga,

Peneliti

(11)

xi

ABSTRAK

Dewi, Weni Puspita. 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas IV Di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Slatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd

Kata Kunci : Hasil Belajar dan Model Student Team Achievement Division (STAD)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model Student Team

Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Subjek penelitian terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian dilakukan selama 4 bulan mulai bulan Maret-Juni 2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan pencapaian nilai dengan KKM dan ditandai dengan adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………... I

LEMBAR BERLOGO……… ii

HALAMAN JUDUL……….. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……… iv

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN……….. V PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. vii

D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan………. 6

(13)

xiii

F. Definisi Operasional………...

1. Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial………..

2. Model Student Team Achievement Division (STAD)……

7

7

8

G. Metodologi Penelitian…..………...

1. Rancangan Penelitian………

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar…….………..

1. Pengertian Hasil Belajar………...

2. Macam-macam Hasil Belajar………...

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar……….

4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar………..

20

20

22

24

27

B. Mata Pelajaran IPS……….

1. Pengertian IPS………..

2. Tujuan Pembelajaran IPS……….

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS………

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV

(14)

xiv

C. Materi Masalah Sosial………....

1. Pengertian Masalah Sosial………

2. Macam-macam Masalah Sosial………

3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial……….

4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial……… 33

33

34

37

40

D. Model Student Team Achievement Division (STAD)………..

1. Pengertian Model Student Team Achievement Division

(STAD)………..

2. Kekurangan dan Kelebihan Model Student Team

Achievement Division (STAD)………..

3. Langkah-langkah Model Student Team Achievement

Division (STAD)………

41

41

43

44

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Awa (Pra Siklus)………

1. Perolehan Nilai Ulangan Mata Pelajaran IPS…………...

2. Data Keadaan Siswa……….

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I………..

1. Perencanaan Tindakan………..

(15)

xv

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian………...

1. Deskripsi Data Pra Siklus……….

2. Deskripsi Data Siklus I……….

3. Deskripsi Data Siklus II……… 69

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru ……… 13

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru ………. 32

Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……….. 46

Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ……….... 51

Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa ………... 52

Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ……….. 56

Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I ……….. 59

Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus II ………. 64

Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus II ………. 66

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ……….... 70

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Siklus I ……… 71

Tabel 4.3 Perolehan Nilai Siklus II ……….. 72

Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus ………... 73

Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ……….. 75

Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ………... 81

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Rancangan Penenelitian Tindakan Kelas……… 12

Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ………. 74

Gambar 4.2 Presentase Nilai Evaluasi Siklus II ……… 81

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I….……….. 93

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…………...….. 103

Lampiran 3 Dokumentasi Siklus I………....…………... 115

Lampiran 4 Dokumentasi Siklus II………... 118

Lampiran 5 Soal Tes Evaluasi Siklus I..……….………... 121

Lampiran 6 Soal Tes Evaluasi Siklus II……….…...……….. 125

Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus)……….. 129

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru siklus I……..………. 130

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru siklus II..…..………. 134

Lampiran 10 Data Guru MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga…...………..…………. 138

Lampiran 11 Surat Pengantar Lembaga……….…..……….... 139

Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian………...…… 140

Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi..………...…… 141

Lampiran 14 Lembar SKK……….. 143

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang membicarakan

hubungan antara manusia yang mencakup hubungan individu dengan

kelompok, hubungan kelompok dengan kelompok serta hubungan

kelompok dengan alam. Sekaligus sebagai sarana untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Karena pada

hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial

sebagai program pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial

semata, melainkan juga harus diarahkan membina siswa menjadi warga

masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas

kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu, siswa yang dibina tidak hanya

cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi semata,

melainkan harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab tinggi terhadap

kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara (Rasimin, 2012:38). Jadi

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang cukup mudah

dimengerti dan diterapkan khususnya pada siswa kelas IV di MI Ma’arif

Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

Pentingnya pendidikan memberikan kesempatan kepada

lembaga-lembaga pendidikan yang ada untuk menjadi tempat menimba ilmu. Salah

satunya adalah Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai peran penting dalam

(20)

2

dan berakhlakul karimah. Selain itu setiap umat muslim baik laki-laki

maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu sebagai bekal di

dunia maupun di akhirat kelak. Seperti yang pernah disabdakan Rasulullah

saw dalam hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi :

اًقْي ِرَط َكَلَس ْنَم َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلىُسَر َلَاق َلَاق ةَرْي َرُه ْيِبَأ ْنَع

saw, “barangsiapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju ke syurga.” (HR. At Tirmidzi)

Pentingnya ilmu bagi setiap manusia menjadikan peneliti merasa

perlu mengembangkan pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan

siswa, terutama pada pelajaran IPS. Materi masalah sosial di sampaikan

kepada siswa bertujuan memberikan pemahaman tentang berbagai macam

masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat, dan usaha untuk

mengatasinya. Selain itu, siswa juga dapat memahami bahwa masalah

sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal atau tidak semestinya

sehingga memerlukan strategi penangan khusus dalam mengatasinya.

Masalah sosial biasanya didefinisikan sebagai kesulitan atau ketimpangan

yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan

dengan segera, dan sementara itu orang masih percaya akan masih

dapatnya masalah itu dipecahkan (Daldjoeni, 1981:29).

Setelah dilakukan survey di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan

(21)

3

selaku guru mata pelajaran IPS kelas IV maka ditemukan beberapa

masalah, yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang masalah-masalah

sosial yang terjadi di lingkungan mereka tinggal. Kurangnya pemahaman

masalah sosial di lingkungan mereka tinggal juga membuat siswa menjadi

pasif terhadap segala permasalahan yang timbul di masyarakat. Selain itu,

rendahnya pemahaman siswa mengenai materi masalah sosial juga

ditandai dengan data nilai ulangan harian mata pelajaran IPS yang hasilnya

kurang memuaskan. Kebanyakan siswa mendapatkan nilai di bawah

KKM, padahal nilai KKM yang ditentukan MI Ma’arif Kutowinangun

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tidak terlalu tinggi, yaitu 60. Dari 20

siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga, terdapat 20% (4 siswa) yang memenuhi KKM, sedangkan 80%

(16 siswa) mendapatkan nilai di bawah KKM.

Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru

ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai

di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), seperti rendahnya

pemahaman siswa tentang materi pembelajaran, dan kurangnya kreativitas

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kurangnya kreativitas

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran mengakibatkan minat

belajar siswa menjadi rendah, yang berpengaruh pada keaktifan mereka di

kelas. Sebagai pendidik guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar,

sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal ini dapat

(22)

4

pembelajaran, sehingga komunikasi antara siswa dengan guru dapat

berjalan dengan baik.

Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai ulangan

siswa, kemudian peneliti berdiskusi dengan guru mengenai model

pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran

IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang

diperlukan adalah model yang menempatkan siswa sebagai pusat

pembelajaran. Sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Melalui diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru,

maka peneliti memutuskan untuk menggunakan model Student Team

Achievement Division (STAD) sebagai solusi yang tepat dalam

permasalahan yang ada di kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga.

Penerapan model Student Team Achievement Division (STAD)

dalam pembelajaran IPS, terutama pada materi masalah sosial diharapkan

mampu memupuk motivasi siswa dalam belajar. Kegiatan kelompok

dengan cara saling membantu merupakan dasar model Student Team

Achievement Division (STAD), selain menjadikan anak lebih aktif dalam

proses pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap saling percaya dalam

sebuah kelompok.

Secara garis besar, model Student Team Achievement Division

(23)

5

dengan cara saling membantu satu sama lain. Adanya kerjasama yang baik

dalam sebuah kelompok dapat membantu siswa dalam memahami materi

pelajaran yang disampaikan oleh guru. Langkah awal guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok beranggotakan

empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,

suku, dan lain-lain). Setelah diadakan kuis, guru memberikan soal untuk

mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Hal

ini dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman

siswa tentang materi pelajaran masalah sosial.

Dari permasalahan tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan

penelitian tindakan kelas menggunakan pola kolaboratif, dimana peneliti

bertindak sebagai pengamat dengan mengambil judul “PENINGKATAN

HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI

MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN

KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN

2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Apakah penerapan model Student Team Achievement Division

(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada

siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota

(24)

6

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui model Student Team Achievement Division

(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada

siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model

Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil

belajar IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV MI Ma’arif

Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran

2014/2015.

Indikator keberhasilan: Siklus berhenti pada saat 85% dari jumlah

seluruh siswa telah memenuhi KKM mata pelajaran IPS yaitu 60.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi

teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan

(25)

7 2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial

sekaligus melatih siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam

mengikuti proses pembelajaran.

b. Bagi sekolah, dapat meningkatkan hasil belajar dan

mengembangkan kualitas pendidikan melalui model Student Team

Achievement Division (STAD).

c. Bagi guru, sebagai masukan untuk menguatkan kemampuannya

dalam menyampaikan materi pelajaran melalui model Student

Team Achievement Division (STAD).

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut

diperoleh setelah selesai meyelesaikan program pembelajarannya

melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan

belajar (Rusmono, 2012:10). Sedangkan masalah sosial merupakan

salah satu materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang suatu

kondisi atau perkembangan yang terjadi di masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan

(26)

8

setelah terjadinya proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi

masalah sosial yang dibuktikan dengan prosentase pencapaian KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal), yakni jika nilai ulangan siswa minimal

mencapai 60 dan siswa yang mencapai KKM sedikitnya 85% dari

jumlah keseluruhan siswa di kelas.

2. Model Student Team Achievement Division (STAD)

Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan

salah satu pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa

secara heterogen (Trianto, 2009:68). Gagasan utama dari STAD adalah

memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain

dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Kastolani,

2014:166). Jadi pada intinya model Student Team Achievement

Division (STAD) mengajarkan siswa untuk bekerja sama dengan satu

timnya dalam hal mempelajari materi yang disampaikan oleh guru.

G. Metodologi Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau

dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian Tindakan Kelas adalah

penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang

dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan

(27)

9

praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Taniredja,dkk.,

2010:16-17). Tahap-tahap yang terdapat dalam Penelitian Tindakan

Kelas dapat membantu guru menemukan solusi dari masalah yang

timbul di kelas, sekaligus mendorong guru untuk berani bertindak dan

berpikir kritis dalam mengembangkan teori pembelajaran.

Peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai

upaya perbaikan suatu praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari

pemberian tindakan. Bentuk pemberian tindakan pada penelitian ini

dengan memberikan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dengan

menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD)

(variabel bebas) untuk diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial (variabel terikat) karena adanya pemberian

tindakan yang dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai

pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan

siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara

alami, sehingga nilai dan data yang diperoleh valid.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru Ilmu Pengetahuan

Sosial kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga. Siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga dipilih sebagai subyek penelitian karena dinilai

(28)

10

lebih termotivasi dan pemahaman belajar merekapun menjadi

meningkat, sedangkan bagi guru dapat menambah wawasan mengenai

model-model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Penelitian

ini terdiri dari satu kelas yang siswanya berjumlah 20 anak.

3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari

empat tahap penting, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses yang akan dilaksanakan

untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang ada dikelas.

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui

masalah dalam pembelajaran, sehingga kita dapat menemukan

solusi yang tepat dalam menangani masalah yang ada di lapangan.

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Membuat rencana atau skenario pelaksanaan pembelajaran

menggunakan model Student Team Achievement Division

(STAD).

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan

saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

(29)

11

3) Mempersiapkan lembar observasi guru, untuk mengetahui

kondisi guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

model Student Team Achievement Division (STAD).

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model

Student Team Achievement Division (STAD).

5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model

Student Team Achievement Division (STAD).

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan

isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Hal yang

perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke dua ini pada waktu

pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah

dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,

tidak dibuat-buat (Arikunto,dkk., 2006:18). Dalam pelaksanaan

tindakan, dilakukan model Student Team Achievement Division

(STAD) yang akan digunakan sebagai alat bantu serta materi yang

akan disampaikan.

c. Pengamatan

Pengamatan dalam Penelitian Tindakan Kelas merupakan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Tujuan dilakukan

pengamatan adalah untuk menggali data, maka dari itu diperlukan

(30)

12

pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu, juga diperlukan

tes evaluasi untuk menggali data siswa

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto,dkk., 2006:19).

Peneliti memilih untuk melakukan dua siklus, setiap siklusnya

terdapat kegiatan refleksi yang berguna untuk mengevaluasi

tahap-tahap yang telah dilakukan.

Model rancangan Penelitian Tindakan Kelas dan

penjelasannya untuk masing-masing tahap ditampilkan pada

gambar 1.1, sebagai berikut:

Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK model spiral (Arikunto, dkk., 2008:16).

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

(31)

13 4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari:

a. Lembar Observasi

Langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah

melakukan observasi, dengan begitu peneliti akan mengetahui

permasalahan yang terdapat di lapangan. Lembar observasi yang

diperlukan peneliti adalah untuk mengamati guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung menggunakan model Student Team

Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial materi masalah sosial. Adapun aspek-aspek

yang diamati dalam lembar observasi guru terdapat dalam tabel

1.1, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru

No Aspek Yang Diamati Skala

Partisipasi A B C D

I PRA PEMBELAJARAN

1 Memeriksa kesiapan siswa

2 Melakukan kegiatan apersepsi

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A Penguasaan Materi Pembelajaran

3 Menjelaskan tujuan pembelajaran

4 Menunjukkan penguasaan materi

pembelajaran

5 Menyampaikan materi dengan jelas

6 Mengkaitkan materi dengan realita

kehidupan

B Pendekatan / Strategi Pembelajaran

7 Membimbing siswa membentuk

(32)

14

8 Menjelaskan cara mengerjakan LKS

9 Memberikan bantuan apabila siswa

mengalami kesulitan dalam kerja kelompok

10 Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa

11 Memberikan reward kepada siswa

C Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran

12 Menggunakan LKS sebagai sumber belajar

13 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar

D Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

14 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

15 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran

E Penilaian proses dan hasil belajar

17 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran

18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

F Penggunaan Bahasa

19 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar.

20 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

III PENUTUP

21 Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa

22 Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa

23 Mengadakan tes evaluasi

(33)

15 b. Tes Tertulis

Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team

Achievement Division (STAD) dalam materi masalah sosial. Soal

tes berisi pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi

masalah sosial yang sudah disampaikan atau diajarkan. Pada siklus

I soal tes mencakup materi pengertian masalah sosial dan

macam-macam masalah sosial, sedangkan pada siklus II soal tes mencakup

materi upaya mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam

mengatasi masalah sosial.

c. Dokumentasi

Dokumentasi foto yang dipilih peneliti sebagai bukti hasil

penelitian adalah berupa gambar. Gambar yang diabadikan melalui

dokumentasi foto ini berisi peristiwa dan momentum yang

menggambarkan perilaku dan aktivitas yang dilakukan siswa

bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang

diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan

sumber data yang dapat memperjelas data yang lain.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan

digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi, tes

(34)

16

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengamati

guru pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan

model Student Team Achievement Division (STAD) dalam mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial.

b. Tes Tertulis

Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team

Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS materi

masalah sosial.

c. Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu

teknik untuk memperoleh data yang berupa foto atau gambar.

Dokumentasi dilakukan pada saat proses pembelajaran

berlangsung, sehingga aktivitas siswa dan guru selama

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial

dengan model Student Team Achievement Division (STAD) akan

terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti

visual kegiatan pembelajaran, selama penelitian berlangsung.

6. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Teknik

(35)

17

a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM

Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM

pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa dari

batas KKM, yakni 60, maka siswa tersebut telah mencapai KKM.

Jika nilai siswa kurang dari 60 maka siswa tersebut tidak mencapai

KKM.

b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal

Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap siswa

dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi

jawaban benar siswa 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat

85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi berdasarkan

ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri

oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria

ketuntasan minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan,

yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas

(sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah

berbeda.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka keberhasilan

penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu apabila

siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah

seluruh siswa dengan nilai KKM 60. Ketuntasan belajar siswa

(36)

18

klasikal pada siklus II lebih besar daripada prosentase ketuntasan

belajar secara klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan

klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

(Aqib, dkk., 2010:41)

Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk

mencari nilai rentang kategori yang digunakan dalam lembar

observasi guru adalah dengan menentukan interval kelas, maka

digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

: Interval kelas

: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil

: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil

: Banyaknya kelas

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan indikator, P =

(37)

19

keberhasilan, definisi operasional, model penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Berisi tentang penjabaran hasil belajar, materi masalah

sosial, dan model Student Team Achievement Division (STAD).

BAB III : Pelaksanaan Penelitian

Berisi tentang rancangan penelitian, subjek lokasi dan

waktu penelitian, siklus penelitian, instrument penelitian, metode

pengumpulan data, analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang keadaan umum, managemen, dan pemaparan

rata-rata serta prosentase dari siklus ke siklus di Madrasah

Ibtidaiyah Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran-saran dari peneliti.

Daftar Pustaka

(38)

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan

makhluk lain telah dikaruniai akal dan hati oleh Allah SWT. Akal dan hati

yang dimiliki manusia harus dapat digunakan dengan baik, karena setiap

hari manusia melakukan proses belajar yang berlangsung secara alamiah.

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan,

dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang,

Rasulullah SAW menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia

harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat (Yamin, 2005:97).

Adanya proses belajar yang dilakukan secara bertahap dapat menimbulkan

hasil belajar yang berupa perubahan atau kemampuan baru pada diri

seseorang.

Istilah hasil belajar mempunyai makna, yaitu perubahan-perubahan

yang terjadi dalam diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto,

2013:5). Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas

dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) yang menyatakan

bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

(39)

21

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran

tertentu.

Snelbeker (dalam Rusmono, 2012:8) mengatakan bahwa

perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan

perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada

dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari

pengalaman. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi

atau penilaian yang dapat dijadikan tindak lanjut, atau bahkan cara untuk

mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak

saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap

dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa

mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata

pelajaran yang diberikan kepada siswa (Susanto, 2013:5-6).

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional. Untuk mengetahui apakah

(40)

22

dapat diketahui melalui evaluasi (Susanto, 2013:5). Evaluasi dilakukan

pada akhir proses pembelajaran.

Menurut Bloom (dalam Rusmono, 2012:8), hasil belajar

merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan

belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan

pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif

meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat,

nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah

psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa

siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu.

Berdasarkan pemaparan berbagai pendapat di atas mengenai

pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa mengenai pengetahuan dan

pemahaman tentang materi tersebut, ditandai dengan adanya perubahan

hasil belajar secara berkelanjutan hingga tercapainya KKM. Hasil belajar

juga merupakan suatu puncak dalam proses pembelajaran yang dialami

oleh siswa, ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang lebih baik.

Hal ini tidak terlepas dari pengawasan guru sebagai fasilitator.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi

(41)

23

psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pemahaman konsep

Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013:6) diartikan

sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang

dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa

mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan

oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta

mengerti yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan

berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

1) Keterampilan proses

Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013:9)

mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan

keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan

mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak

kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan

perbuatan secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil

tertentu, termasuk kreativitasnya. Dalam melatih keterampilan

proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang

dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab,

dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang

(42)

24

2) Sikap

Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013:11), sikap

merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,

metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik

berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap

merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.

Hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan

pada pengertian pemahaman konsep dan yang sangat berperan

adalah domain kognitif.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt (dalam Susanto, 2013:12), belajar

merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa

raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan

sesuatu, baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari

lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti

kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan

kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu

sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber

belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di

dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi. Tinggi

(43)

25

Menurut Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14-18) mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu:

a. Kecerdasan anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat memengaruhi

terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan

atau tidaknya suatu permasalahan. Kemampuan merupakan potensi

dasar bagi pencapaian hasil belajar yang dibawa sejak lahir.

b. Kesiapan atau Kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di

mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana

mestinya. Setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan

bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan

ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.

c. Bakat Anak

Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk

mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya

prestasi belajar.

d. Kemauan Belajar

Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena

ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya

(44)

26

jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar

yang diraihnya.

e. Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang

mempunyai minta besar terhadap suatu pelajaran, akan memusatkan

perhatiannya terhadap materi yang memungkinkan siswa tadi untuk

belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

f. Model Penyajian Materi Pelajaran

Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak

membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa

tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.

g. Pribadi dan Sikap Guru

Siswa pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya

melalui bacaan atau melauli guru saja, tetapi bisa juga melalui

contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan.

h. Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis

antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di

antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses

pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat

(45)

27

i. Kompetensi Guru

Guru yang profesional sangat dibutuhkan untuk membantu

siswa dalam proses belajar. Guru yang profesional adalah guru yang

memiliki kompeten dalam bidangnya dang menguasai dengan baik

bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar

mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan

semestinya.

j. Masyarakat

Lingkungan masyarakat ikut mempengaruhi kepribadian siswa,

karena dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku

manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan.

4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan

berkesinambungan (Muandar, 2010:201-202). Terdapat berbagai macam

evaluasi yang berbeda, mulai dari evaluasi yang paling sederhana sampai

evaluasi yang paling kompleks.

a. Pre-test dan Post-test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan

memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk

mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan

disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak

(46)

28

Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan

evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi.

Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas

materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan

cukup dengan menggunakan instrument sederhana yang berisi

item-item yang jumlahnya sangat terbatas.

b. Evaluasi Prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya

adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang

mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi

penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran

perkalian bilangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat atau

dasar perkalian.

c. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan

pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang

belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis ini dititikberatkan

pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat

kesulitan.

d. Evaluasi Formatif

Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang

dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.

(47)

29

evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui

penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan

belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa

pengajaran remedial (perbaikan).

e. Evaluasi Sumatif

Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan

umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau

prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program

pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setia akhir semester atau

akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan alporan resmi mengenai

kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke

kelas yang lebih tinggi.

Berdasarkan penjelasan beberapa ragam evaluasi di atas, peneliti

menggunakan evaluasi formatif dalam penelitian ini. Evaluasi diadakan

pada akhir penyajian pembelajaran, setelah dilakukan fase-fase yang

terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD).

Tujuannya adalah untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa,

dan untuk menilai sejauh mana tingkat pemahaman siswa tentang materi

yang sudah disampaikan.

Alat evaluasi yang digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar

adalah tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah tes yang

jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut

(48)

30

alat untuk mengukur hasil belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan

skor atau angka pasti. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban

yang diberikan oleh para siswa.

B. Mata Pelajaran IPS

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari

apa yang ada di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat

dinamakan social studies (Daldjoeni, 1981:6). Ilmu Pengetahuan Sosial

dapat diartikan penelaahan masyarakat. Melalui pengajaran sejarah,

geografi, dan ekonomi siswa diajak guru untuk menelaah manusia dalam

kehidupan bermasyarakat. Para siswa juga diharapkan dapat mengerti

masa kontenporer, sehingga tidak melupakan jasa-jasa pahlawan yang

telah memperjuangkan bangsa Indonesia.

Menurut Ahmad Susanto (2013:137) Ilmu Pengetahuan Sosial

adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan

humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam

rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta

didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Jadi dapat disimpulkan

bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas keadaan

manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan

(49)

31

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang studi yang diberikan pada

jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan

bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta

keterampilan dalam kehidupan siswa di lingkungan masyarakat. Secara

perinci, Mutakin (dalam Susanto, 2013:145-146) merumuskan tujuan

pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang

berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung

(50)

32

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:160) ruang lingkup

materi pelajaran IPS di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang

tercantum dalam kurikulum, sebagai berikut:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

c. Sistem sosial dan buadaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI

Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas

IV SD/MI dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah,

kenampakan alam, dan

keberagaman suku

bangsa di lingkungan

Kabupaten dan

Provinsi.

1.1 Membaca peta lingkungan setempat

(Kabupaten/Kota dan Provinsi)

dengan menggunakan skala

sederhana.

1.2 Mendiskripsikan kenampakan alam

di lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi serta hubungannya dengan keberagaman sosial dan budaya. 1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran

sumber daya alam serta

pemanfaatannya untuk kegiatan

ekonomi di lingkungan setempat.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa

dan budaya setempat

(Kabupaten/Kota dan Provinsi).

1.5 Menghargai berbagai peninggalan

sejarah di lingkungan setempat (Kabupaten/Kota dan Provinsi) dan menjaga kelestariannya.

(51)

33

patriotisme tokoh-tokoh di

lingkungannya.

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang

berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.

2.2 Mengenal pentingnya koperasi

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3 Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan

transportasi serta pengalaman

menggunakannya.

2.4 Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya.

C. Materi Masalah Sosial

1. Pengertian Masalah Sosial

Masalah sosial merupakan permasalahan yang terjadi di

masyarakat. Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang

tidak normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada

masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di

pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat

pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan

kepedulian. Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti,

saling memberi dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam

suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun.

Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial

(52)

34

2. Macam-macam Masalah Sosial

Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun

di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu

berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat

nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sedangkan masyarakat di

kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab

serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah

satu masalah sosial di wilayah tersebut (Pujiati, 2008:190-193). Berikut

adalah macam-macam masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat:

a. Pengangguran

Menganggur artinya tidak bekerja. Pengangguran adalah orang

dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah

pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih

banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Pengangguran dapat

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1) Tidak memiliki keahlian/keterampilan

Orang yang tidak mempunyai keahlian/keterampilan

niscaya tidak akan mendapat pekerjaan atau tidak dapat

menciptakan lapangan pekerjaan.

2) Malas bekerja

Golongan orang-orang malas tidak bekerja ada yang tidak

(53)

35

berpendidikan. Akan tetapi, sifat malas mereka menyebabkan

mereka enggan bekerja.

3) Tidak ada lowongan pekerjaan

Ada orang yang memiliki pendidikan dan keahlian, tetapi

karena lapangan pekerjaan sedikit daripada jumlah angkatan kerja,

maka mereka tidak memperoleh pekerjaan.

b. Kebodohan

Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau

pendidikannya rendah. Di negara kita ternyata masih banyak orang

yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali.

Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf, hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor:

1) Kemiskinan

Keluarga yang miskin biasanya tidak memperhatikan

pendidikan anak-anaknya.

2) Tidak mengutamakan pendidikan

Ada golongan masyarakat tertentu yang menganggap

bahwa sekolah tidak penting. Adapun yang lebih penting adalah

anak bekerja membantu orang tuanya mencari penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

c. Kemiskinan

Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak,

(54)

36

miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan,

sandang dan papan. Kemiskinan dapat menyebabkan berbagai

permasalahan sosial yang lain, seperti kejahatan, kelaparan, putus

sekolah, kurang gizi, rentan penyakit dan stress. Kemiskinan bisa

disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1) Faktor internal

Pendidikan yang rendah, tidak memiliki keterampilan dan

karena sifat malas.

2) Faktor eksternal

Kondisi ekonomi negara yang buruk, harga-harga

melambung tinggi dan kurangnya perhatian pemerintah.

d. Kejahatan

Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau

perbuatan yang melanggar hukum. Pengangguran dan kemiskinan

dapat menyebabkan tindak kejahatan, orang yang tertekan masalah

ekonomi biasanya akan lebih mudah melakukan tindak kejahatan.

Kejahatan ini di mulai dari judi, penipuan, pencurian, perampokan,

penganiayaan, hingga korupsi.

e. Pertikaian

Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah

paham, emosi yang tidak terkendali atau karena memperebutkan

sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip,

(55)

37

keluarga atau di masyarakat. Pertikaian yang tidak segera diselesaikan

bisa berakibat fatal. Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan

korban jiwa. Masyarakat yang didalamnya terdapat pertikaian atau

konflik menyebabkan suasana tidak aman dan nyaman.

f. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja berbagai macam bentuknya, seperti

coret-coret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak

semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan

remaja antara lain sebagai berikut:

1) Kurangnya perhatian dari orang tua

2) Pengaruh lingkungan pergaulan

3) Kurang mantapnya kepribadian diri

4) Jauh dari kehidupan beragama

3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial

Mengatasi masalah sosial bukanlah perkara yang mudah.

Pemerintah selalu berusaha mengatasi berbagai masalah sosial dengan

melibatkan peran serta tokoh masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua

adat, lembaga-lembaga sosial dan lain-lainya (Pujiati, 2008:195-196).

Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah

dalam mengatasi permasalahan sosial:

a. Pemberian Kartu Askes

Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) yang diberikan kepada

(56)

38

Kesehatan Keluarga Miskin), dengan kartu Askes keluarga miskin

dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau

gratis.

b. Pemberian Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin)

Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari

pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. Adanya

pengadaan raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga

miskin dapat memenuhi kebutuhan pangannya.

c. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan kepada

siswa-siswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat SLTA. Hal ini

bertujuan untuk meringankan biaya pendidikan. Pemerintah juga

mempunyai program BOS buku, dengan BOS buku diharapkan orang

tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya

yang sekolah.

d. Sekolah Terbuka

Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya

tidak terlalu padat dan terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagi

siswa yang kurang mampu, dengan adanya sekolah terbuka siswa

dapat sekolah meskipun sudah bekerja.

e. Program Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti

(57)

39

program pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah

atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan.

f. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan kepada masyarakat

miskin yang tidak berpenghasilan. BLT merupakan dana

kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

g. Pemberian Bantuan Modal Usaha

Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin

yang akan mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk

usaha kecil dan menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam

rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Selain

berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihak-pihak lain yang juga

turut membantu mengatasi masalah sosial, antara lain:

1) Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.

2) Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan

moral dalam menghadapi masalah sosial.

3) Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain

memberikan bantuan, beasiswa, modal usaha, penyuluhan, dan

pendidikan.

4) Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO

memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk

(58)

40

5) Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid

mendidik dan mengarahkan para pemuda putus sekolah untuk

berkarya, sehingga ikut mengatasi masalah pengangguran.

6) Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat

dengan memberikan berbagai penyuluhan, bakti sosial ataupun

melatih keterampilan.

4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial

Mengatasi masalah sosial tentu bukan hal yang mudah, tentu

terdapat banyak hambatan (Pujiati, 2008:197-198). Beberapa contoh

hambatan dalam upaya mengatasi masalah sosial, antara lain:

a. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran.

Contohnya orang yang mampu mendapat bantuan sedangkan yang

miskin tidak mendapat bantuan.

b. Program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah.

c. Kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah.

d. Terdapat pihak-pihak yang menyalahgunakan bantuan dari pemerintah

maupun luar negeri.

e. Kurang kerja sama dari masyarakat yang mengalami masalah sosial

terhadap pemerintah.

f. Penyuluhan maupun pelatihan keterampilan yang diberikan kepada

masyarakat kadang-kadang tidak ditanggapi sebagaimana mestinya.

g. Terdapat pihak-pihak yang kurang peduli dalam masalah-masalah

(59)

41

D. Model Student Team Achievement Division (STAD).

1. Pengertian Model Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD) dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan

teman-temannya di Universitas John Hopkins. Student Team Achievement

Division (STAD) merupakan suatu metode generik tentang pengaturan

kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu,

guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan

kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi

kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah

atatu mengganti mater-materi ini (Rusman, 2011:217).

Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan

salah satu model yang paling sederhana, dan merupakan model yang

paling cocok untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

pendekatan kooperatif. Metode kooperatif juga termasuk salah satu dari

beberapa pendekatan modern yang fokusnya adalah “humanistic

education” yakni pendidikan yang meletakkan sebagian besar

perhatiannya pada guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan

discovery, penggunaan metode kooperatif, dan diskusi antar siswa

(Kastolani, 2014:165).

Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok

(60)

42

heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,

penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok

(Trianto, 2009:68). Kegiatan kelompok dapat mengajarkan siswa untuk

saling membantu memecahkan masalah yang timbul pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Adanya kesetaraan gender, ras, dan etnis

membuat siswa lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam

mengembangkan pengetahuan, khususnya pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Setiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran

tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup

pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari

keseluruhan pelajaran. Kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya mencakup

latihan dan penilaian yang independen, secara berturut-turut (Slavin,

2009:153). Sebuah tim akan mendapat penghargaan, apabila mereka saling

membantu teman satu timnya dalam mempelajari materi. Dukungan dari

setiap anggota menjadi faktor utama kesuksesan sebuah tim. Setiap siswa

bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Meski para

siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam

Gambar

gambar 1.1, sebagai berikut:
Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru
Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(4) Dalam hal hasil verifikasi tidak lengkap atau tidak sesuai persyaratan, pejabat yang secara fungsional membidangi urusan kepegawaian di Unit Kerja Pembina

Pengeplotan ini adalah untuk memvisualisasikan hasil pengolahan data, yanag pertama yaitu nilai anomali TEC di setiap stasiun pengamatan, dan yang kedua adalah posisi

kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang bersandar kepada kepercayaan santri atau masyarakat umum sebagai jama‟ah, bahwa kiai yang merupakan pemimpin pesantren

[r]

Telah diuraikan bahwa tugas utama dari PPPPTK Matematika dalam implementasi program BERMUTU adalah mengembangkan modul-modul diklat terakreditasi yang akan

Proses pemesanan dan penjualan tiket bus pada saat ini masih memiliki sistem penjualan tiket secara manual, sehingga sering terjadinya kesalahan dalam pendataan, serta membuat

Tabel 3.28 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes Keterampilan Sosial 124 Tabel 3.29 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Postes Keterampilan Sosial 125 Tabel 3.30

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau