i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA SISWA KELA
S IV DI MI MA’ARIF
KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR
KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
WENI PUSPITA DEWI
NIM 115 11 006
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA SISWA KELA
S IV DI MI MA’ARIF
KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR
KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
WENI PUSPITA DEWI
NIM 115 11 006
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Segala sesuatu yang kita lakukan tidak akan berhasil tanpa diiringi dengan doa.
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)
PERSEMBAHAN
Kedua orang tua yang tidak pernah lelah memberikan dukungan beserta doa.
Kakak ku Wahyu Sunandar dan kakak ipar yang selalu memberikan motivasi.
Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu.
Sahabat ku Mustika Ungu yang selalu memberikan nasihatnya.
Seseorang yang selalu memberikan semangat agar aku cepat mendapat gelar
sarjana.
Teman-teman seperjuangan PGMI tahun 2011.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas karunianya sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa
terlantunkan untuk Rosulullah Muhammad yang menjadi sebaik-baiknya panutan.
Penelitian yang diberi judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI MODEL STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF
KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN
AJARAN 2014/2015”, pada dasarnya adanya penelitian ini ditujukan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan penerapan model pembelajaran yang selama
ini dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran IPS, dengan sasaran akhir
adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas,
dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dimana pada akhir siklus kedua penerapan
model Student Team Achievement Division (STAD) ini dapat membuahkan hasil,
dimana hasil belajar siswa di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga meningkat dengan cukup memuaskan.
Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari sempurna dan tanpa bantuan dari
berbagai pihak takkan mungkin terselesaikan. Oleh karenanya sudah sepantasnya
pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
x
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua jurusan PGMI yang telah
memberikan kesempatan serta saran yang membangun kepada peneliti.
4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memotivasi serta membimbing peneliti sehingga peneliti mampu
menyelesaikan penelitian ini.
5. Bapak Khurur Rozad, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Ma’arif
Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti.
6. Bapak Drs. Ibrahim Alfian selaku wali kelas IV di MI Ma’arif
Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berkenan
menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah
berkenan untuk menjadi subjek penelitian ini.
Jazakumullah akhsanal jaza’, Robbuna jualah yang akan membalas semua
kebaikan. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti persembahkan hasil
penelitian yang masih jauh dari keadaan sempurna ini kepada seluruh insan
pendidikan. Kritik dan saran dari pembaca yang budiman, sangat peneliti nantikan
dengan tangan terbuka.
Salatiga,
Peneliti
xi
ABSTRAK
Dewi, Weni Puspita. 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas IV Di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Slatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd
Kata Kunci : Hasil Belajar dan Model Student Team Achievement Division (STAD)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model Student Team
Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015. Subjek penelitian terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian dilakukan selama 4 bulan mulai bulan Maret-Juni 2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan pencapaian nilai dengan KKM dan ditandai dengan adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………... I
LEMBAR BERLOGO……… ii
HALAMAN JUDUL……….. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……… iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN……….. V PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. vii
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan………. 6
xiii
F. Definisi Operasional………...
1. Hasil Belajar IPS Materi Masalah Sosial………..
2. Model Student Team Achievement Division (STAD)……
7
7
8
G. Metodologi Penelitian…..………...
1. Rancangan Penelitian………
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar…….………..
1. Pengertian Hasil Belajar………...
2. Macam-macam Hasil Belajar………...
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar……….
4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar………..
20
20
22
24
27
B. Mata Pelajaran IPS……….
1. Pengertian IPS………..
2. Tujuan Pembelajaran IPS……….
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS………
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV
xiv
C. Materi Masalah Sosial………....
1. Pengertian Masalah Sosial………
2. Macam-macam Masalah Sosial………
3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial……….
4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial……… 33
33
34
37
40
D. Model Student Team Achievement Division (STAD)………..
1. Pengertian Model Student Team Achievement Division
(STAD)………..
2. Kekurangan dan Kelebihan Model Student Team
Achievement Division (STAD)………..
3. Langkah-langkah Model Student Team Achievement
Division (STAD)………
41
41
43
44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Awa (Pra Siklus)………
1. Perolehan Nilai Ulangan Mata Pelajaran IPS…………...
2. Data Keadaan Siswa……….
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I………..
1. Perencanaan Tindakan………..
xv
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian………...
1. Deskripsi Data Pra Siklus……….
2. Deskripsi Data Siklus I……….
3. Deskripsi Data Siklus II……… 69
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru ……… 13
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru ………. 32
Tabel 2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……….. 46
Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ……….... 51
Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa ………... 52
Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ……….. 56
Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I ……….. 59
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus II ………. 64
Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus II ………. 66
Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ……….... 70
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Siklus I ……… 71
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Siklus II ……….. 72
Tabel 4.4 Gabungan Nilai Evaluasi Antar Siklus ………... 73
Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ……….. 75
Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ………... 81
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Rancangan Penenelitian Tindakan Kelas……… 12
Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ………. 74
Gambar 4.2 Presentase Nilai Evaluasi Siklus II ……… 81
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I….……….. 93
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…………...….. 103
Lampiran 3 Dokumentasi Siklus I………....…………... 115
Lampiran 4 Dokumentasi Siklus II………... 118
Lampiran 5 Soal Tes Evaluasi Siklus I..……….………... 121
Lampiran 6 Soal Tes Evaluasi Siklus II……….…...……….. 125
Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus)……….. 129
Lampiran 8 Lembar Observasi Guru siklus I……..………. 130
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru siklus II..…..………. 134
Lampiran 10 Data Guru MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga…...………..…………. 138
Lampiran 11 Surat Pengantar Lembaga……….…..……….... 139
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian………...…… 140
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi..………...…… 141
Lampiran 14 Lembar SKK……….. 143
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang membicarakan
hubungan antara manusia yang mencakup hubungan individu dengan
kelompok, hubungan kelompok dengan kelompok serta hubungan
kelompok dengan alam. Sekaligus sebagai sarana untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Karena pada
hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai program pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial
semata, melainkan juga harus diarahkan membina siswa menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas
kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu, siswa yang dibina tidak hanya
cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi semata,
melainkan harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab tinggi terhadap
kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara (Rasimin, 2012:38). Jadi
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang cukup mudah
dimengerti dan diterapkan khususnya pada siswa kelas IV di MI Ma’arif
Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.
Pentingnya pendidikan memberikan kesempatan kepada
lembaga-lembaga pendidikan yang ada untuk menjadi tempat menimba ilmu. Salah
satunya adalah Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai peran penting dalam
2
dan berakhlakul karimah. Selain itu setiap umat muslim baik laki-laki
maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu sebagai bekal di
dunia maupun di akhirat kelak. Seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
saw dalam hadist yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi :
اًقْي ِرَط َكَلَس ْنَم َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلىُسَر َلَاق َلَاق ةَرْي َرُه ْيِبَأ ْنَع
saw, “barangsiapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju ke syurga.” (HR. At Tirmidzi)Pentingnya ilmu bagi setiap manusia menjadikan peneliti merasa
perlu mengembangkan pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan
siswa, terutama pada pelajaran IPS. Materi masalah sosial di sampaikan
kepada siswa bertujuan memberikan pemahaman tentang berbagai macam
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat, dan usaha untuk
mengatasinya. Selain itu, siswa juga dapat memahami bahwa masalah
sosial merupakan suatu keadaan yang tidak normal atau tidak semestinya
sehingga memerlukan strategi penangan khusus dalam mengatasinya.
Masalah sosial biasanya didefinisikan sebagai kesulitan atau ketimpangan
yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan
dengan segera, dan sementara itu orang masih percaya akan masih
dapatnya masalah itu dipecahkan (Daldjoeni, 1981:29).
Setelah dilakukan survey di MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan
3
selaku guru mata pelajaran IPS kelas IV maka ditemukan beberapa
masalah, yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang masalah-masalah
sosial yang terjadi di lingkungan mereka tinggal. Kurangnya pemahaman
masalah sosial di lingkungan mereka tinggal juga membuat siswa menjadi
pasif terhadap segala permasalahan yang timbul di masyarakat. Selain itu,
rendahnya pemahaman siswa mengenai materi masalah sosial juga
ditandai dengan data nilai ulangan harian mata pelajaran IPS yang hasilnya
kurang memuaskan. Kebanyakan siswa mendapatkan nilai di bawah
KKM, padahal nilai KKM yang ditentukan MI Ma’arif Kutowinangun
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tidak terlalu tinggi, yaitu 60. Dari 20
siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga, terdapat 20% (4 siswa) yang memenuhi KKM, sedangkan 80%
(16 siswa) mendapatkan nilai di bawah KKM.
Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru
ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai
di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), seperti rendahnya
pemahaman siswa tentang materi pembelajaran, dan kurangnya kreativitas
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kurangnya kreativitas
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran mengakibatkan minat
belajar siswa menjadi rendah, yang berpengaruh pada keaktifan mereka di
kelas. Sebagai pendidik guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar,
sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal ini dapat
4
pembelajaran, sehingga komunikasi antara siswa dengan guru dapat
berjalan dengan baik.
Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai ulangan
siswa, kemudian peneliti berdiskusi dengan guru mengenai model
pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran
IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang
diperlukan adalah model yang menempatkan siswa sebagai pusat
pembelajaran. Sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Melalui diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru,
maka peneliti memutuskan untuk menggunakan model Student Team
Achievement Division (STAD) sebagai solusi yang tepat dalam
permasalahan yang ada di kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga.
Penerapan model Student Team Achievement Division (STAD)
dalam pembelajaran IPS, terutama pada materi masalah sosial diharapkan
mampu memupuk motivasi siswa dalam belajar. Kegiatan kelompok
dengan cara saling membantu merupakan dasar model Student Team
Achievement Division (STAD), selain menjadikan anak lebih aktif dalam
proses pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap saling percaya dalam
sebuah kelompok.
Secara garis besar, model Student Team Achievement Division
5
dengan cara saling membantu satu sama lain. Adanya kerjasama yang baik
dalam sebuah kelompok dapat membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Langkah awal guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok beranggotakan
empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,
suku, dan lain-lain). Setelah diadakan kuis, guru memberikan soal untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Hal
ini dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman
siswa tentang materi pelajaran masalah sosial.
Dari permasalahan tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan
penelitian tindakan kelas menggunakan pola kolaboratif, dimana peneliti
bertindak sebagai pengamat dengan mengambil judul “PENINGKATAN
HASIL BELAJAR IPS MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI
MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN
KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN
2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan model Student Team Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada
siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
6
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui model Student Team Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial pada
siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil
belajar IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV MI Ma’arif
Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Ajaran
2014/2015.
Indikator keberhasilan: Siklus berhenti pada saat 85% dari jumlah
seluruh siswa telah memenuhi KKM mata pelajaran IPS yaitu 60.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi
teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
7 2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial
sekaligus melatih siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam
mengikuti proses pembelajaran.
b. Bagi sekolah, dapat meningkatkan hasil belajar dan
mengembangkan kualitas pendidikan melalui model Student Team
Achievement Division (STAD).
c. Bagi guru, sebagai masukan untuk menguatkan kemampuannya
dalam menyampaikan materi pelajaran melalui model Student
Team Achievement Division (STAD).
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut
diperoleh setelah selesai meyelesaikan program pembelajarannya
melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan
belajar (Rusmono, 2012:10). Sedangkan masalah sosial merupakan
salah satu materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang suatu
kondisi atau perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan
8
setelah terjadinya proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi
masalah sosial yang dibuktikan dengan prosentase pencapaian KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal), yakni jika nilai ulangan siswa minimal
mencapai 60 dan siswa yang mencapai KKM sedikitnya 85% dari
jumlah keseluruhan siswa di kelas.
2. Model Student Team Achievement Division (STAD)
Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen (Trianto, 2009:68). Gagasan utama dari STAD adalah
memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Kastolani,
2014:166). Jadi pada intinya model Student Team Achievement
Division (STAD) mengajarkan siswa untuk bekerja sama dengan satu
timnya dalam hal mempelajari materi yang disampaikan oleh guru.
G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau
dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang
dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan
9
praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Taniredja,dkk.,
2010:16-17). Tahap-tahap yang terdapat dalam Penelitian Tindakan
Kelas dapat membantu guru menemukan solusi dari masalah yang
timbul di kelas, sekaligus mendorong guru untuk berani bertindak dan
berpikir kritis dalam mengembangkan teori pembelajaran.
Peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai
upaya perbaikan suatu praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari
pemberian tindakan. Bentuk pemberian tindakan pada penelitian ini
dengan memberikan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dengan
menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD)
(variabel bebas) untuk diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (variabel terikat) karena adanya pemberian
tindakan yang dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai
pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan
siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara
alami, sehingga nilai dan data yang diperoleh valid.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru Ilmu Pengetahuan
Sosial kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga. Siswa kelas IV MI Ma’arif Kutowinangun Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga dipilih sebagai subyek penelitian karena dinilai
10
lebih termotivasi dan pemahaman belajar merekapun menjadi
meningkat, sedangkan bagi guru dapat menambah wawasan mengenai
model-model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Penelitian
ini terdiri dari satu kelas yang siswanya berjumlah 20 anak.
3. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari
empat tahap penting, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses yang akan dilaksanakan
untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang ada dikelas.
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui
masalah dalam pembelajaran, sehingga kita dapat menemukan
solusi yang tepat dalam menangani masalah yang ada di lapangan.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Membuat rencana atau skenario pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model Student Team Achievement Division
(STAD).
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan
saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
11
3) Mempersiapkan lembar observasi guru, untuk mengetahui
kondisi guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD).
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD).
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model
Student Team Achievement Division (STAD).
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan
isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Hal yang
perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke dua ini pada waktu
pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,
tidak dibuat-buat (Arikunto,dkk., 2006:18). Dalam pelaksanaan
tindakan, dilakukan model Student Team Achievement Division
(STAD) yang akan digunakan sebagai alat bantu serta materi yang
akan disampaikan.
c. Pengamatan
Pengamatan dalam Penelitian Tindakan Kelas merupakan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Tujuan dilakukan
pengamatan adalah untuk menggali data, maka dari itu diperlukan
12
pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu, juga diperlukan
tes evaluasi untuk menggali data siswa
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto,dkk., 2006:19).
Peneliti memilih untuk melakukan dua siklus, setiap siklusnya
terdapat kegiatan refleksi yang berguna untuk mengevaluasi
tahap-tahap yang telah dilakukan.
Model rancangan Penelitian Tindakan Kelas dan
penjelasannya untuk masing-masing tahap ditampilkan pada
gambar 1.1, sebagai berikut:
Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK model spiral (Arikunto, dkk., 2008:16).
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
13 4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Lembar Observasi
Langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah
melakukan observasi, dengan begitu peneliti akan mengetahui
permasalahan yang terdapat di lapangan. Lembar observasi yang
diperlukan peneliti adalah untuk mengamati guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung menggunakan model Student Team
Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial materi masalah sosial. Adapun aspek-aspek
yang diamati dalam lembar observasi guru terdapat dalam tabel
1.1, sebagai berikut:
Tabel 1.1 Lembar Observasi Guru
No Aspek Yang Diamati Skala
Partisipasi A B C D
I PRA PEMBELAJARAN
1 Memeriksa kesiapan siswa
2 Melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A Penguasaan Materi Pembelajaran
3 Menjelaskan tujuan pembelajaran
4 Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
5 Menyampaikan materi dengan jelas
6 Mengkaitkan materi dengan realita
kehidupan
B Pendekatan / Strategi Pembelajaran
7 Membimbing siswa membentuk
14
8 Menjelaskan cara mengerjakan LKS
9 Memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan dalam kerja kelompok
10 Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada siswa
11 Memberikan reward kepada siswa
C Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
12 Menggunakan LKS sebagai sumber belajar
13 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar
D Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
14 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
15 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran
E Penilaian proses dan hasil belajar
17 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
F Penggunaan Bahasa
19 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar.
20 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
III PENUTUP
21 Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa
22 Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa
23 Mengadakan tes evaluasi
15 b. Tes Tertulis
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division (STAD) dalam materi masalah sosial. Soal
tes berisi pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi
masalah sosial yang sudah disampaikan atau diajarkan. Pada siklus
I soal tes mencakup materi pengertian masalah sosial dan
macam-macam masalah sosial, sedangkan pada siklus II soal tes mencakup
materi upaya mengatasi masalah sosial dan hambatan dalam
mengatasi masalah sosial.
c. Dokumentasi
Dokumentasi foto yang dipilih peneliti sebagai bukti hasil
penelitian adalah berupa gambar. Gambar yang diabadikan melalui
dokumentasi foto ini berisi peristiwa dan momentum yang
menggambarkan perilaku dan aktivitas yang dilakukan siswa
bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang
diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan
sumber data yang dapat memperjelas data yang lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan
digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi, tes
16
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengamati
guru pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan
model Student Team Achievement Division (STAD) dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial.
b. Tes Tertulis
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan model Student Team
Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS materi
masalah sosial.
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu
teknik untuk memperoleh data yang berupa foto atau gambar.
Dokumentasi dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung, sehingga aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi masalah sosial
dengan model Student Team Achievement Division (STAD) akan
terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti
visual kegiatan pembelajaran, selama penelitian berlangsung.
6. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Teknik
17
a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM
Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM
pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa dari
batas KKM, yakni 60, maka siswa tersebut telah mencapai KKM.
Jika nilai siswa kurang dari 60 maka siswa tersebut tidak mencapai
KKM.
b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal
Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi
jawaban benar siswa 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat
85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi berdasarkan
ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri
oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria
ketuntasan minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan,
yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas
(sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah
berbeda.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka keberhasilan
penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu apabila
siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah
seluruh siswa dengan nilai KKM 60. Ketuntasan belajar siswa
18
klasikal pada siklus II lebih besar daripada prosentase ketuntasan
belajar secara klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan
klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
(Aqib, dkk., 2010:41)
Menurut Supramono dan Sugiarto (1993:29) untuk
mencari nilai rentang kategori yang digunakan dalam lembar
observasi guru adalah dengan menentukan interval kelas, maka
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: Interval kelas
: Nilai observasi yang tertinggi + ½ unit pengamat terkecil
: Nilai observasi yang terkecil – ½ unit pengamat terkecil
: Banyaknya kelas
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan indikator, P =
19
keberhasilan, definisi operasional, model penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Berisi tentang penjabaran hasil belajar, materi masalah
sosial, dan model Student Team Achievement Division (STAD).
BAB III : Pelaksanaan Penelitian
Berisi tentang rancangan penelitian, subjek lokasi dan
waktu penelitian, siklus penelitian, instrument penelitian, metode
pengumpulan data, analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang keadaan umum, managemen, dan pemaparan
rata-rata serta prosentase dari siklus ke siklus di Madrasah
Ibtidaiyah Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.
BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran-saran dari peneliti.
Daftar Pustaka
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan
makhluk lain telah dikaruniai akal dan hati oleh Allah SWT. Akal dan hati
yang dimiliki manusia harus dapat digunakan dengan baik, karena setiap
hari manusia melakukan proses belajar yang berlangsung secara alamiah.
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan,
dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang,
Rasulullah SAW menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia
harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat (Yamin, 2005:97).
Adanya proses belajar yang dilakukan secara bertahap dapat menimbulkan
hasil belajar yang berupa perubahan atau kemampuan baru pada diri
seseorang.
Istilah hasil belajar mempunyai makna, yaitu perubahan-perubahan
yang terjadi dalam diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto,
2013:5). Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas
dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) yang menyatakan
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa
21
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran
tertentu.
Snelbeker (dalam Rusmono, 2012:8) mengatakan bahwa
perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan
perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada
dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari
pengalaman. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi
atau penilaian yang dapat dijadikan tindak lanjut, atau bahkan cara untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak
saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap
dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa (Susanto, 2013:5-6).
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional. Untuk mengetahui apakah
22
dapat diketahui melalui evaluasi (Susanto, 2013:5). Evaluasi dilakukan
pada akhir proses pembelajaran.
Menurut Bloom (dalam Rusmono, 2012:8), hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan
belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan
pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif
meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat,
nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah
psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa
siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu.
Berdasarkan pemaparan berbagai pendapat di atas mengenai
pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa mengenai pengetahuan dan
pemahaman tentang materi tersebut, ditandai dengan adanya perubahan
hasil belajar secara berkelanjutan hingga tercapainya KKM. Hasil belajar
juga merupakan suatu puncak dalam proses pembelajaran yang dialami
oleh siswa, ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang lebih baik.
Hal ini tidak terlepas dari pengawasan guru sebagai fasilitator.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi
23
psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemahaman konsep
Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013:6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan
berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
1) Keterampilan proses
Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013:9)
mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan
keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan
mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu hasil
tertentu, termasuk kreativitasnya. Dalam melatih keterampilan
proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang
dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab,
dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang
24
2) Sikap
Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013:11), sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,
metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik
berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap
merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
Hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan
pada pengertian pemahaman konsep dan yang sangat berperan
adalah domain kognitif.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt (dalam Susanto, 2013:12), belajar
merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa
raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan
sesuatu, baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari
lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti
kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan
kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu
sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber
belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.
Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di
dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi. Tinggi
25
Menurut Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14-18) mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu:
a. Kecerdasan anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat memengaruhi
terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan
atau tidaknya suatu permasalahan. Kemampuan merupakan potensi
dasar bagi pencapaian hasil belajar yang dibawa sejak lahir.
b. Kesiapan atau Kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di
mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana
mestinya. Setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan
bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan
ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.
c. Bakat Anak
Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar.
d. Kemauan Belajar
Keengganan siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena
ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya
26
jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar
yang diraihnya.
e. Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang
mempunyai minta besar terhadap suatu pelajaran, akan memusatkan
perhatiannya terhadap materi yang memungkinkan siswa tadi untuk
belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
f. Model Penyajian Materi Pelajaran
Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak
membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa
tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.
g. Pribadi dan Sikap Guru
Siswa pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya
melalui bacaan atau melauli guru saja, tetapi bisa juga melalui
contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
h. Suasana Pengajaran
Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis
antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di
antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses
pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat
27
i. Kompetensi Guru
Guru yang profesional sangat dibutuhkan untuk membantu
siswa dalam proses belajar. Guru yang profesional adalah guru yang
memiliki kompeten dalam bidangnya dang menguasai dengan baik
bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar
mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan
semestinya.
j. Masyarakat
Lingkungan masyarakat ikut mempengaruhi kepribadian siswa,
karena dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku
manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan.
4. Ragam Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
berkesinambungan (Muandar, 2010:201-202). Terdapat berbagai macam
evaluasi yang berbeda, mulai dari evaluasi yang paling sederhana sampai
evaluasi yang paling kompleks.
a. Pre-test dan Post-test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan
memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk
mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan
disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak
28
Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan
evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas
materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan
cukup dengan menggunakan instrument sederhana yang berisi
item-item yang jumlahnya sangat terbatas.
b. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang
mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi
penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran
perkalian bilangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat atau
dasar perkalian.
c. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang
belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis ini dititikberatkan
pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat
kesulitan.
d. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
29
evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui
penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan
belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa
pengajaran remedial (perbaikan).
e. Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan
umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau
prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program
pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setia akhir semester atau
akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan alporan resmi mengenai
kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke
kelas yang lebih tinggi.
Berdasarkan penjelasan beberapa ragam evaluasi di atas, peneliti
menggunakan evaluasi formatif dalam penelitian ini. Evaluasi diadakan
pada akhir penyajian pembelajaran, setelah dilakukan fase-fase yang
terdapat dalam model Student Team Achievement Division (STAD).
Tujuannya adalah untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa,
dan untuk menilai sejauh mana tingkat pemahaman siswa tentang materi
yang sudah disampaikan.
Alat evaluasi yang digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar
adalah tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah tes yang
jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut
30
alat untuk mengukur hasil belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan
skor atau angka pasti. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban
yang diberikan oleh para siswa.
B. Mata Pelajaran IPS
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari
apa yang ada di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat
dinamakan social studies (Daldjoeni, 1981:6). Ilmu Pengetahuan Sosial
dapat diartikan penelaahan masyarakat. Melalui pengajaran sejarah,
geografi, dan ekonomi siswa diajak guru untuk menelaah manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Para siswa juga diharapkan dapat mengerti
masa kontenporer, sehingga tidak melupakan jasa-jasa pahlawan yang
telah memperjuangkan bangsa Indonesia.
Menurut Ahmad Susanto (2013:137) Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam
rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta
didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas keadaan
manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan
31
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang studi yang diberikan pada
jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan
bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta
keterampilan dalam kehidupan siswa di lingkungan masyarakat. Secara
perinci, Mutakin (dalam Susanto, 2013:145-146) merumuskan tujuan
pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
32
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:160) ruang lingkup
materi pelajaran IPS di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang
tercantum dalam kurikulum, sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan buadaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas
IV SD/MI dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah,
kenampakan alam, dan
keberagaman suku
bangsa di lingkungan
Kabupaten dan
Provinsi.
1.1 Membaca peta lingkungan setempat
(Kabupaten/Kota dan Provinsi)
dengan menggunakan skala
sederhana.
1.2 Mendiskripsikan kenampakan alam
di lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi serta hubungannya dengan keberagaman sosial dan budaya. 1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran
sumber daya alam serta
pemanfaatannya untuk kegiatan
ekonomi di lingkungan setempat.
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa
dan budaya setempat
(Kabupaten/Kota dan Provinsi).
1.5 Menghargai berbagai peninggalan
sejarah di lingkungan setempat (Kabupaten/Kota dan Provinsi) dan menjaga kelestariannya.
33
patriotisme tokoh-tokoh di
lingkungannya.
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
2.2 Mengenal pentingnya koperasi
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman
menggunakannya.
2.4 Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya.
C. Materi Masalah Sosial
1. Pengertian Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang
tidak normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada
masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di
pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat
pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan
kepedulian. Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti,
saling memberi dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam
suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun.
Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial
34
2. Macam-macam Masalah Sosial
Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun
di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu
berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat
nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sedangkan masyarakat di
kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab
serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah
satu masalah sosial di wilayah tersebut (Pujiati, 2008:190-193). Berikut
adalah macam-macam masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat:
a. Pengangguran
Menganggur artinya tidak bekerja. Pengangguran adalah orang
dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah
pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih
banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Pengangguran dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1) Tidak memiliki keahlian/keterampilan
Orang yang tidak mempunyai keahlian/keterampilan
niscaya tidak akan mendapat pekerjaan atau tidak dapat
menciptakan lapangan pekerjaan.
2) Malas bekerja
Golongan orang-orang malas tidak bekerja ada yang tidak
35
berpendidikan. Akan tetapi, sifat malas mereka menyebabkan
mereka enggan bekerja.
3) Tidak ada lowongan pekerjaan
Ada orang yang memiliki pendidikan dan keahlian, tetapi
karena lapangan pekerjaan sedikit daripada jumlah angkatan kerja,
maka mereka tidak memperoleh pekerjaan.
b. Kebodohan
Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau
pendidikannya rendah. Di negara kita ternyata masih banyak orang
yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali.
Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor:
1) Kemiskinan
Keluarga yang miskin biasanya tidak memperhatikan
pendidikan anak-anaknya.
2) Tidak mengutamakan pendidikan
Ada golongan masyarakat tertentu yang menganggap
bahwa sekolah tidak penting. Adapun yang lebih penting adalah
anak bekerja membantu orang tuanya mencari penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
c. Kemiskinan
Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak,
36
miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan,
sandang dan papan. Kemiskinan dapat menyebabkan berbagai
permasalahan sosial yang lain, seperti kejahatan, kelaparan, putus
sekolah, kurang gizi, rentan penyakit dan stress. Kemiskinan bisa
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1) Faktor internal
Pendidikan yang rendah, tidak memiliki keterampilan dan
karena sifat malas.
2) Faktor eksternal
Kondisi ekonomi negara yang buruk, harga-harga
melambung tinggi dan kurangnya perhatian pemerintah.
d. Kejahatan
Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau
perbuatan yang melanggar hukum. Pengangguran dan kemiskinan
dapat menyebabkan tindak kejahatan, orang yang tertekan masalah
ekonomi biasanya akan lebih mudah melakukan tindak kejahatan.
Kejahatan ini di mulai dari judi, penipuan, pencurian, perampokan,
penganiayaan, hingga korupsi.
e. Pertikaian
Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah
paham, emosi yang tidak terkendali atau karena memperebutkan
sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip,
37
keluarga atau di masyarakat. Pertikaian yang tidak segera diselesaikan
bisa berakibat fatal. Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan
korban jiwa. Masyarakat yang didalamnya terdapat pertikaian atau
konflik menyebabkan suasana tidak aman dan nyaman.
f. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja berbagai macam bentuknya, seperti
coret-coret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak
semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan
remaja antara lain sebagai berikut:
1) Kurangnya perhatian dari orang tua
2) Pengaruh lingkungan pergaulan
3) Kurang mantapnya kepribadian diri
4) Jauh dari kehidupan beragama
3. Upaya Mengatasi Masalah Sosial
Mengatasi masalah sosial bukanlah perkara yang mudah.
Pemerintah selalu berusaha mengatasi berbagai masalah sosial dengan
melibatkan peran serta tokoh masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua
adat, lembaga-lembaga sosial dan lain-lainya (Pujiati, 2008:195-196).
Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
dalam mengatasi permasalahan sosial:
a. Pemberian Kartu Askes
Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) yang diberikan kepada
38
Kesehatan Keluarga Miskin), dengan kartu Askes keluarga miskin
dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau
gratis.
b. Pemberian Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin)
Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari
pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. Adanya
pengadaan raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga
miskin dapat memenuhi kebutuhan pangannya.
c. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan kepada
siswa-siswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat SLTA. Hal ini
bertujuan untuk meringankan biaya pendidikan. Pemerintah juga
mempunyai program BOS buku, dengan BOS buku diharapkan orang
tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya
yang sekolah.
d. Sekolah Terbuka
Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya
tidak terlalu padat dan terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagi
siswa yang kurang mampu, dengan adanya sekolah terbuka siswa
dapat sekolah meskipun sudah bekerja.
e. Program Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti
39
program pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah
atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan.
f. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan kepada masyarakat
miskin yang tidak berpenghasilan. BLT merupakan dana
kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
g. Pemberian Bantuan Modal Usaha
Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin
yang akan mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk
usaha kecil dan menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam
rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Selain
berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihak-pihak lain yang juga
turut membantu mengatasi masalah sosial, antara lain:
1) Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.
2) Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan
moral dalam menghadapi masalah sosial.
3) Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain
memberikan bantuan, beasiswa, modal usaha, penyuluhan, dan
pendidikan.
4) Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO
memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk
40
5) Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid
mendidik dan mengarahkan para pemuda putus sekolah untuk
berkarya, sehingga ikut mengatasi masalah pengangguran.
6) Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat
dengan memberikan berbagai penyuluhan, bakti sosial ataupun
melatih keterampilan.
4. Hambatan dalam Mengatasi Masalah Sosial
Mengatasi masalah sosial tentu bukan hal yang mudah, tentu
terdapat banyak hambatan (Pujiati, 2008:197-198). Beberapa contoh
hambatan dalam upaya mengatasi masalah sosial, antara lain:
a. Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran.
Contohnya orang yang mampu mendapat bantuan sedangkan yang
miskin tidak mendapat bantuan.
b. Program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah.
c. Kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah.
d. Terdapat pihak-pihak yang menyalahgunakan bantuan dari pemerintah
maupun luar negeri.
e. Kurang kerja sama dari masyarakat yang mengalami masalah sosial
terhadap pemerintah.
f. Penyuluhan maupun pelatihan keterampilan yang diberikan kepada
masyarakat kadang-kadang tidak ditanggapi sebagaimana mestinya.
g. Terdapat pihak-pihak yang kurang peduli dalam masalah-masalah
41
D. Model Student Team Achievement Division (STAD).
1. Pengertian Model Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkins. Student Team Achievement
Division (STAD) merupakan suatu metode generik tentang pengaturan
kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu,
guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan
kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi
kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah
atatu mengganti mater-materi ini (Rusman, 2011:217).
Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan
salah satu model yang paling sederhana, dan merupakan model yang
paling cocok untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan kooperatif. Metode kooperatif juga termasuk salah satu dari
beberapa pendekatan modern yang fokusnya adalah “humanistic
education” yakni pendidikan yang meletakkan sebagian besar
perhatiannya pada guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan
discovery, penggunaan metode kooperatif, dan diskusi antar siswa
(Kastolani, 2014:165).
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
42
heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok
(Trianto, 2009:68). Kegiatan kelompok dapat mengajarkan siswa untuk
saling membantu memecahkan masalah yang timbul pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Adanya kesetaraan gender, ras, dan etnis
membuat siswa lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam
mengembangkan pengetahuan, khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Setiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran
tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup
pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari
keseluruhan pelajaran. Kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya mencakup
latihan dan penilaian yang independen, secara berturut-turut (Slavin,
2009:153). Sebuah tim akan mendapat penghargaan, apabila mereka saling
membantu teman satu timnya dalam mempelajari materi. Dukungan dari
setiap anggota menjadi faktor utama kesuksesan sebuah tim. Setiap siswa
bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Meski para
siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam