• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS XI DI SMK NU ROUDHOTUL FURQON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS XI DI SMK NU ROUDHOTUL FURQON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE

TERHADAP AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS

XI DI SMK NU ROUDHOTUL FURQON KEC.

BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN

PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh

IIN MASIDHOH

NIM 111 11 013

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

































Artinya:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Multazam, Ibuku Siti

Badriyah, dan adikku Muhammad Aminin yang selalu memberi nasihat, kasih

sayang, bimbingan dan motivasi serta dukungan materi.

2. Sahabat kecilku, yaitu Mahdzuroh, Dayah, Iyah, Takul, dan Prapti yang

selalu menemani di saat suka maupun senang, yang selalu memotivasi dan

memberi banyak dukungan.

3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu mbk Nida, pak Rizal, pak Hadi, bang Hasan, bang Pras,

bang Alwi, bang Sentot, Luluk, Nurul, Regina, Sahal, Didik, Najmi, Shokif,

Washaq, Sueb, Zainal, Ryan, Arfan, dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga

lainnya yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi

serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat.

4. Teman-temanku di kampus yaitu kelas PAI A angkatan tahun 2011,

(8)

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan tugas ini.

4. M. Farid Abdullah, S.Pdi., M.Hum selaku pembimbing akademik.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

(9)

6. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMK NU Roudhotul Furqon yang

telah memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan

penelitian di sekolah tersebut.

7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan

dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam

menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, Agustus 2015

Penulis

IIN MASIDHOH

(10)

ABSTRAK

Masidhoh. Iin. 2015 Hubungan Emotional Intelligence Terhadap Akhlaqul Karimah Siswa Kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dra. Siti Asdiqah M.Si.

Kata kunci: emotional intelligence dan akhlaqul karimah.

Latar belakang penelitian ini bertolak pada banyak pendapat bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh IQ, tetapi fakta yang ada justru berbeda dengan asumsi itu. Kecerdasan emosi (EQ) memegang peranan yang sangat penting dalam setiap keberhasilan seseorang. Sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional yang akan memberikan pengaruh terhadap akhlak siswa. Pendidikan akhlak adalah persoalan nilai, oleh karena itu kewajiban semua insan akademis untuk merealisasikan nilai dalam pendidikan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; 1) Bagaimana emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?, 2) Bagaimana akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?, 3) Bagaimana hubungan emotional intelligence terhadap akhlakul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?. Tujuan dari penelitian ini adalah; 1) Mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016, 2) Mengetahui akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016, 3) Mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 65 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner yang berbentuk angket untuk menjaring data emotional intelligence dan akhlaqul karimah. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan product moment.

(11)

ini dibuktikrn dengan ro = 1,09 kemudian dikonsultasikan dengan harga r table pada taraf 5% (0,244) artinya, berdasarkan tabel r product moment, ro lebih besar atau sama dengan rt. Maka dapat disimpulkan bahwa emotional intelligence

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR BERLOGO... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

(13)

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 18 A. Macam-Macam Kecerdasan ... 18

1. Pengertian Kecerdasan ... 18

2. Pengerian Emotional Intelligence ... 22

3. Macam-Macam Emosi ... 26

4. Cara Meningkatkan Emotional Intelligence ... 33

B. Akhlaqul Karimah ... 35

1. Pengertian Akhlaq ... 35

2. Pokok-Pokok Akhlaqul Karimah ... 37

3. Macam-Macam Akhlaqul Karimah ... 39

C. Hubungan Emotional Intelligence dengan Akhlaqul Karimah Siswa ... 55 BAB III HASIL PENELITIAN... 57

A. Gambaran Umum SMK NU Roudhotul Furqon ... 57

1. Sejarah Berdirinya ... 57

2. Lokasi SMK NU Roudhotul Furqon ... 58

3. Visi dan misi SMK NU Roudhotul Furqon ... 58

4. Struktur Organisasi ... 59

5. Tujuan SMK NU Roudhotul Furqon ... 59

(14)

7. Kurikulum ... 60

8. Data Guru dan Karyawan ... 61

9. Data Kesiswaan ... 62

10.Sarana dan Prasarana ... 63

11.Kegiatan Ekstrakulikuler ... 64

B. Penyajian data... 65

1. Subjek Penelitian ... 65

2. Hasil Penelitian Melalui Angket ... 67

BAB IV ANALISIS DATA... 71

A. Analisis Pendahuluan ... 72

B. Analisis Uji hipotesis ... 88

C. Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Variabel Emotional Intelligence ... 14

Tabel 1.2 Variabel Akhlaqul Karimah ... 15

Tabel 3.1 Struktur Organisasi SMK NU Roudhotul Furqon ... 60

Tabel 3.2 Data Guru SMK NU Roudhotul Furqon ... 62

Tabel 3.3 Data kepegawaian SMK NU Roudhotul Furqon ... 63

Tabel 3.4 Data Kesiswaan SMK NU Roudhotul Furqon ... 64

Tabel 3.5 Data sarana dan prasarana SMK NU Roudhotul Furqon ... 64

Tabel 3.6 Kegiatan Ekstrakulikuler SMK NU Roudhotul Furqon ... 64

Tabel 3.7 Daftar Responden SMK NU Roudhotul Furqon ... 65

Tabel 3.8 Hasil Angket Emotional Intelligence ... 68

Tabel 3.9 Hasil Angket Akhlaqul Karimah ... 70

Tabel 4.1 Data Skor Emotional Intelligence ... 75

Tabel 4.2 Interval Emotional Intelligence ... 78

Tabel 4.3 Nilai Nominasi Emotional Intelligence ... 78

Tabel 4.4 Frekuensi Emotional Intelligence ... 82

Tabel 4.5 Distribusi Angket Akhlaqul Karimah ... 83

Tabel 4.6 Interval akhlaqul karimah ... 86

Tabel 4.7 Nilai Nominasi Akhlaqul karimah ... 87

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk pilihan Allah yang mengemban tugas ganda,

yaitu sebagai khalifah Allah dan abdullah. Untuk mengaktualisasikan tugas

ganda tersebut, maka Allah telah melengkapi manusia dengan sejumlah

potensi dalam dirinya. Untuk mengaktualisasikan tugas ganda tersebut, maka

Allah telah melengkapi manusia dengan sejumlah potensi dalam dirinya.

Hasan Langgulung sebagaimana dikutip oleh Baharuddin (2005:13)

mengatakan potensi-potensi itu adalah ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah.

Masing-masing istilah itu memiliki penekanan makna yang menggambarkan

sisi tertentu dari jiwa manusia itu. Sekaligus istilah-istilah itu juga merupakan

suatu susunan yang proporsional dalam sistem stratifikasi psikis manusia

(Baharuddin, 2007:94).

Menurut susunan biologisnya manusia termasuk jenis hewan yang

menyusui (mamalia) dan sering disebut dengan hewan yang berpolitik (zoon

politicon) serta hewan yang berfikir (hayawan natiq). Manusia memiliki

kesamaan hewan dalam hal instink biologisnya yaitu naluri ingin

mempertahankan diri dan jenisnya (struggle for life), makan, minum, tempat

tinggal, hubungan kelamin (seks), dan lain-lain. Perbedaan yang utama antara

(17)

nurani (Baharuddin, 2005:134). Sehingga dengan akalnya manusia dapat

membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk.

Secara bahasa kata „aql mempunyai aneka makna diantaranya

bermakna al-hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja

(fi‟il) „aqala bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan. Karena

itulah seseorang yang menggunakan akalnya disebut dengan aqil yaitu orang

yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya (Baharuddin, 2007:115).

Manusia dengan akalnya di beri kebebasan oleh Allah Swt. untuk

memilih. Atas dasar akal juga, manusia menjadi dinamis dan mengalami

kemajuan. Sebagaimana firman Allah Swt. :



“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS. ar-Ra‟d:11).

Dari itu, manusia senantiasa membutuhkan pendidikan untuk

mengembangkan potensi dirinya tersebut. Sebenarnya pendidikan digunakan

untuk mengetahui potensi yang baik ataupun buruk. Manakala manusia lebih

(18)

kemungkinan besar ia akan menjadi jahat. Demikian sebaliknya, jika ia

memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan potensi

baiknya maka kemungkinan besar ia menjadi baik. Dengan demikian,

“manusia sangat tergantung dengan pendidikan untuk menjadikannya sebagai

manusia” (Baharuddin, 2005:145). Tetapi, manusia harus menyadari akan arti

pentingnya pendidikan dalam dirinya. Selain pendidikan, lingkungan juga

berpengaruh dalam menentukan potensi manusia.

Banyak pendapat bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh IQ,

tetapi fakta yang ada justru berbeda dengan asumsi itu. Seperti yang

diungkapkan oleh Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence

(1996:44) menyatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang

hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % di isi oleh kekuatan-kekuatan lain.

Selain itu, terdapat SQ (kecerdasasan spritual) yang memang keberadaannya

semula dipertanyakan tetapi pada hakikatnya itu sangat diperlukan. SQ yang

eksistensinya dulu belum mampu dilihat oleh orang-orang banyak, kini mulai

patut disejajarkan bahkan berada diatas IQ (Agustian, 2005:38).

Kecerdasan emosi (EQ) memegang peranan yang sangat penting

dalam setiap keberhasilan seseoarang. Menurut Robert K Cooper PhD

sebagaimana yang di kutip oleh Ary Ginanjar agustian (2005:40), hati

mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang

kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati mengetahui hal-hal mana

(19)

pusat perasaan yang ada dalam diri seseorang, jika hati sedang senang maka

otomatis anggota tubuh akan merasakan dan sebaliknya.

Di dalam banyak atau sebagian peristiwa, pikiran-pikiran ini

terkoordinasi secara istimewa, pikiran sangat penting bagi perasaan. Tetapi,

bila muncul nafsu, keseimbangan itu goyah pikiran emosionallah yang

menang, serta menguasai pikiran rasional (Goleman, 1996:12). Dengan

demikian, betapa pentingnya kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh

seseorang untuk mengimbangi kecerdasan intelektualnya. Maka seseorang

harus cermat dalam merasakan perasaan dalam dirinya.

Pendidikan agama yang diharapkan untuk memberi solusi namun

dimaknai oleh kebanyakan siswa sebagai mata pelajaran yang harus

dituntaskan. Rata-rata para siswa belajar hanya menghafalkan tanpa mengerti

dan memahami. Hal ini terjadi karena siswa tidak memahami tujuan dari

indikator tersebut. Pelajaran akhlak yang mengajarkan budi pekerti dan moral

hanya dianggap sepele. Dengan demikian, siswa hanya sebatas memperoleh

pengetahuan mengenai pendidikan agama Islam, namun siswa belum mampu

meresapi apa yang telah dipelajari dan belum bisa mengaplikasikan

pengetahuannya itu dalam sebuah perbuatan.

Banyak contoh disekitar kita seorang siswa yang memiliki

kemampuan akademik, nilai rapor dan rangking yang memuaskan seringkali

justru memiliki masalah emosi. Jika kita melihat masih banyaknya kasus

negatif yang mewarnai dunia pendidikan, seperti: pelecehan seksual yang

(20)

menurunnya rasa hormat murid terhadap guru kemudian perilaku mencontek,

tawuran antar pelajar, bahkan melakukan hal-hal yan ekstrem. Hal tersebut

terjadi karena kurangnnya pengetahuan tentang diri yang tidak dimiliki

peserta didik. Maka dari itu, sekolah harus membangun budaya yang

mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, dan menjauhkan diri

dari nilai-nilai kekerasan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kecerdasan emosional yang akan memberikan pengaruh

terhadap akhlak siswa agar dapat mencapai mutu pendidikan.

Permasalahan siswa sekarang merupakan realita dimana kecerdasan

emosional sangat berpengaruh tehadap akhlak. Pengaruh kecerdasan

emosional bisa digambarkan melalui kekuatan emosi seseorang yang

seharusnya lebih kuat daripada kekuatan logikanya. Sebenarnya, otak logika

berfikir lebih cepat daripada otak emosi.

Pendidikan akhlak adalah persoalan nilai, oleh karena itu kewajiban

semua insan akademis untuk merealisasikan nilai dalam pendidikan. Proses

pendidikan akhlak berada dan berkembang bersama proses perkembangan

kehidupan manusia yang berjalan serempak, tidak terpisah satu sama lain.

Dengan pendidikan akan terjadi proses penanaman nilai-nilai akhlak yang

baik yang lebih terarah dan perlu ditanamkan sejak kecil sehingga akan

tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada

diri siswa sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam

(21)

untuk meneliti: ”HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP

AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS XI DI SMK NU ROUDHOTUL

FURQON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN

2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul

Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?

2. Bagaimana akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul

Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?

3. Bagaimana hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah

siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab.

Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU

Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran

2015/2016.

2. Untuk mengetahui akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU

Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran

(22)

3. Untuk mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul

karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru

kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebagai jawaban sementara yang kebenarannya

masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari

tinjauan pustaka (Martono, 2011:63). Adapun hipotesis penelitian ini adalah

“Ada hubungan positif antara Emotional Intelligence Terhadap Akhlaqul

karimah Siswa Kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab.

Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016”.

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:

a. Bagi Siswa

Sebagai upaya aplikasi teori-teori pendidikan yang telah penulis

pelajari dalam bentuk penelitian, sehingga menambah wawasan dan

memperluas cakrawala keilmuan.

b. Bagi Guru

Diharapkan guru dapat mengembangkan keilmuan pendidikan

(23)

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini berguna untuk mereka yang berkecimpung dalam

dunia pendidikan, atau masyarakat umum dapat dijadikan acuan

dalam pendidikan atau mendidik akhlak anak didik atau anak pada

umumnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang dapat disampaikan penulis yaitu dengan penerapan

EQ dalam pembelajaran akhlak siswa dapat memahami perbedaan antara

perilaku yang baik dan buruk dan mengembangkan kebiasaan dalam hal

perbuatan yang konsisten dengan sesuatu yang dianggap baik.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penulisan

skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah pokok, yakni :

1. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)

Kecerdasan emosional menurut Agustian (2005:41) adalah

seseorang yang memiliki ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan

kemampuan beradaptasi. Kecerdasan emosional berhubungan dengan

kemampuan untuk merasakan, memahami, dan mengarahkan emosi

sehingga dapat dipahami secara proposional ketika berhadapan dengan

tantangan hidup.

Menurut Daniel Doleman pengertian kecerdasan emosional adalah:

(24)

tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas sress, tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo‟a.

Adapun indikator kecerdasan emosi antara lain:

a. Pengendalian diri ketika mengalami kegagalan

b. Pelaksanaan tugas-tugas atau pekerjaan dengan senang hati

c. Menerima kritik dari orang lain dengan lapang dada

d. Membantu teman yang sedang mengalami kesulitan

e. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik

2. Akhlaqul Karimah

Secara istilah akhlak merupakan sebuah sistem yang lengkap yang

terdiri dari karakteristik-karakteristik atau tingkah laku yang membuat

seseorang menjadi istimewa (Mahmud, 2004:26). Menurut Saebani dan

Hamid (2010:13), kata “akhlak” berasal dari Bahasa Arab, yaitu jama‟ dari

kata “khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan

tindakan.

Menurut Imam Abu Ahmad Hamid Al Ghazali, Al-khuluq adalah

suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Dalam batin manusia ada empat

rukun yang harus terpenuhi seluruhnya sehingga terwujudlah keindahan

khuluq „akhlak‟. Jika keempat rukun itu terpenuhi, indah dan saling

bersesuaian, maka terwujudlah keindahan akhlak itu. Keempat rukun itu

antara lain: kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan

(25)

2004:28). Maka dari pengertian akhlak dari pakar di atas dapat

disimpulkan bahwa akhlak adalah apa yang dinilai baik oleh akal dan

syariat.

Karimah berasal dari bentuk fi”il karuma-yakromu-karoman yang

artinya mulia, murah hati, dan dermawan. Sedangkan menurut kamus

besar bahasa Indonesia karimah berarti baik dan terpuji (Tim penyusun

KBBI, 1990:447). Akhlak terdapat dua macam, yaitu akhlak yang terpuji

dan akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah) itu

adalah akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik-baik yang

harus dianut yang dimiliki oleh tiap orang, sedang akhlak tercela (akhlak

mazmumah) adalah akhlak yang buruk yang harus dihindari dan dijauhi

oleh setiap orang (Tatapangarsa, 1991:147).

Adapun indikator akhlaqul karimah, yaitu:

a. Berbakti kepada orang tua

b. Menghormati guru

c. Memaafkan kesalahan orang lain

d. Jujur

e. Berbuat baik terhadap teman dan lingkungan sekitar

f. Sabar

G. Metode Penelitian

(26)

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena

menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang kemudian

diolah dengan metode statistika. Dipilihnya penelitian dengan jenis

kuantitatif ini dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu emotional intelligence

sebagai variabel X dan akhlaqul karimah siswa sebagai variabel Y.

b. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan emotional

intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMK NU Roudhotul

Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang yang dilaksanakan pada bulan Juli

sampai selesai.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80). Sedangkan Hadi (2006:70)

mengatakan semua individu untuk siapa kenyataan diperoleh dari

sempel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi atau universal.

Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah siswa kelas XI di

SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun

(27)

b. Sampel

Sampel adalah objek-objek/ bagian dari populasi yang akan diteliti

dan dimanfaatkan untuk memperoleh gambaran mengenai karakter

populasi (Yunus, 2010:267). Dalam hal ini penulis mengambil sampel

siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab.

Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari

100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar,

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2006: 134).

Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh

jumlah populasi siswa kelas XI, dikarenakan jumlah populasi kurang

dari 100 orang, yaitu sejumlah 65 siswa.

4. Pengumpulan Data

Agar penelitian sesuai yang diharapkan maka penulis

menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:

a. Angket

Angket atau kuosioner adalah cara pengumpulan data dengan

menggunakan daftar pertanyaan atau angket atau daftar isian terhadap

objek yang diteliti (populasi) (Hasan, 2003:17). Dalam penulisan

angket terdapat beberapa prinsip yang menyangkut beberapa faktor

yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan

(28)

yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang pertanyaan,

dan urutan pertanyaan (Sugiyono, 2008:142).

Metode ini digunakan untuk mendapat data tentang emotional

intelligence dan akhlaqul karimah siswa.

b. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode yang lain adalah metode

dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum SMK NU

Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah butir-butir pertanyaan dalam

angket sesuai dengan indikator masing-masing variabel :

a. Variabel Emotional Intelligence (x)

Tabel 1.1

Emotional Intelligence

Variabel Indikator Item Angket

Emotional

intelligence

1. Pengendalian diri ketika

mengalami kegagalan

1

2. Pelaksanaan tugas-tugas

atau pekerjaan dengan

senang hati

(29)

3. Menerima kritik dari

orang lain dengan lapang

dada

4,5

4. Membantu teman yang

sedang mengalami

kesulitan

6,7, dan 8

5. Menyesuaikan diri

terhadap lingkungan

dengan baik

9,10

Jumlah soal 10

b. Variabel Akhlaqul Karimah (y)

Tabel 1.2 Akhlaqul Karimah

Variabel Indikator Item Angket

Akhlaqul

Karimah

1. Berbakti kepada orang

tua

1,2, dan 3

2. Menghormati guru 4

3. Memaafkan kesalahan

orang lain

5

4. Jujur 6 dan 7

(30)

teman dan lingkungan

sekitar

6. Sabar 10

Jumlah soal 10

6. Analisis Data

Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis

data yang diperoleh untuk mencari ada tidaknya hubungan antara

emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kecenderungan variasi masing-masing variabel,

digunakan teknik analisis dengan rumus:

Keterangan:

P = Angka Presentase

F = Frekuensi masing–masing variabel

N = Jumlah respoden

b. Untuk mengetahui persentase hubungan kedua variabel dan menguji

hipotesis yang telah diujikan, digunakan analisis product moment

Persentase frekuensi chi kuadrat dengan rumus :

(31)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi X dan Y

X = Emotional Intelligence

Y = Akhlaqul karimah siswa

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat

dijabarkan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sitematika Penulisan

Skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang

berkaitan dengan teori-teori yang berhubungan dengan emotional

intelligence, akhlaqul karimah, dan hubungan emotional

intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa.

BAB III : Hasil Penelitian

Pada bab ini dilaporkan gambaran umum lokasi dan objek

penelitian serta penyajian data penelitian.

(32)

Bab ini dibahas tentang analisis data tiap variabel, dan

pengujian hipotesis.

BAB V : Penutup

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Macam-Macam Kecerdasan

1. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama

dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Prof. Dr.

Naquib Mahfudz (1995) seorang guru besar Universitas Sains dan

Teknologi di Malaysia menyatakan bahwa:

Manusia adalah hewan yang berpikir. Ia mengistilahkan dengan al-hayawanu an-natiqu. Istilah ini sebenarnya sudah banyak berkembang sejak zaman Yunani kuno sebagai kesadaran secara antropologis, biologis, dan sosiologis. Manusia memiliki kecerdasan yang menjadi dasar semua kecerdasan (Imam, 2009:67).

Dalam pengertiannya, intelligence disebut sebagai kecerdasan

(Sulistami, 2006:37). Kecerdasan merupakan sarana untuk dapat

memahami dan meyakini kebesaran Tuhan (El-Sutha, 2009:1). Dengan

kecerdasan manusia dapat memahami hakikat kehidupan. Kecerdasan

merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia kepada

orang-orang yang dikehendakinya. Kecerdasan tidak akan ada artinya jika tidak

diimbangi dengan pelatihan dan pengembangan diri.

Menurut Howard Gardner (seorang profesor dari Harvard

(34)

a. Kecerdasan Linguistik yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan

kemampuan menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun kalimat.

Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator,

pengacara, negarawan, dan sebagainya.

b. Kecerdasan matematis logis yaitu kemampuan untuk menangani

bilangan dan perhitungan, pola berfikir logis, dan ilmiah. Biasanya,

kecerdasan ini dimiliki oleh para ilmuwan, matematikawan, saintis,

filsuf, fisikawan, dan lain sebagainya.

c. Kecerdasan visual yaitu kemampuan untuk melihat suatu obyek

dengan sangat detail. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para

arsitek, fotografer, seniman, pilot, pemahat patung, dan para penemu

teknologi.

d. Kecerdasan musikal yaitu kemampuan untuk menyimpan nada,

mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik.

e. Kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk menggabungkan antara

fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan yang sempurna.

f. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain.

g. Kecedasan intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami diri

sendiri dan bertangung jawab atas kehidupannya sendiri. Orang yang

memiliki kecerdasan ini akan mudah untuk sukses menjadi pengusaha,

(35)

h. Kecerdasan naturalis yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai

jenis flora (tanaman), fauna (hewan), dan fenomena alam lainnya.

i. Kecerdasan spiritual, Howard Gardner menyebutnya dengan istilah

kecerdasan eksistensial. Menurutnya, kata eksistensial mempunyai

kaitan erat dengan pengalaman spiritual seseorang. Kecerdasan

eksistensial, menurut Gardner dalam Islam adalah kecerdasan spiritual.

(SQ) (Suyadi, 2014:126-139).

Pada dasarnya kecerdasan spiritual merupakan fitrah yang melekat

pada diri seseorang. Allah Swt. berfirman:



“Kemudian Dia menyempurnakan-Nya dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur” (QS. as-Sajdah:9).

Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan

dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan, yang

dijabarkan sebagai berikut:

a. Kecerdasan ruhaniah (spiritual intelligence), yaitu kemampuan

seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk, dan rasa

(36)

b. Kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan seseorang dalam

memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa, dan

matematik (logical mathematical intelligence).

c. Kecerdasan emosional (emotional intelligence), yaitu kemampuan

seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya

untuk memahami irama, nada, musik, serta nilai-nilai estetika.

d. Kecerdasan sosial, yaitu kemampuan seseorang dalam menjalin

hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok. Dalam

kecerdasan ini termasuk pula interpersonal, intrapersonal skill, dan

kemampuan berkomunikasi (linguistic intelligence).

e. Kecerdasan fisik (bodily-kinesthetic intelligence), yaitu kemampuan

seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyarat

tubuhnya (Tasmara, 2001:49).

Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kelanjutan dari kecerdasan

intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). SQ dapat dijadikan

sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara

efektif. EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan potensi IQ

secara efektif, jika bagian-bagian otak telah rusak, maka seseorang tidak

dapat berfikir efektif (Sulistami, 2006:38). EQ menjadikan seseorang

mampu mengenali, berempati, mencintai, termotivasi, berasosiasi, dan

(37)

Dengan kecerdasannya, manusia dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Makin tinggi kecerdasan seseorang, maka makin dapat

manusia bertahan dan menyesuaikan diri dalam berbagai lingkungan.

2. Pengertian Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)

Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan oleh Peter

Salovey pada tahun 1990. Kemudian Daniel Goleman pada tahun 1995

dengan mempublikasikan buku Emotional Intelligence (Satiadarma dan

Waruwu, 2003:24).

Beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional, antara lain:

a. Daniel Goleman

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam

mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan

nafsu dalam setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap yang

didasarkan pada pikiran yang sehat (Musthafa, 2007:10).

b. Ary Ginanjar Agustian

Kecerdasan emosional adalah seseorang yang memiliki

ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi

(Agustian, 2005:41).

c. Jarot Wijanarko

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseoang untuk

(38)

berkomunikasi dengan oang lain dan lingkungan (Wijanarko,

2010:43).

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan

emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dan kemampuan

untuk merasakan perasaan orang lain atau empati. EQ-emotional

intelligence merupakan padanan emosi atau perasaan dari IQ yang

kognitif. Intelligence emosi adalah istilah yang relatif baru, tetapi

sebenarnya merupakan yang sudah dikenal dengan nama-nama yang

berbeda (Alder, 2011:31).

Dalam perspektif Islam, kecerdasan emosi adalah kemampuan

seseorang dalam mengelola emosi (perasaan) agar dapat mencapai tujuan.

Kecerdasan emosi perlu guna membantu manusia dalam pengambilan

keputusan yang didasarkan pada nalar dan logika agar tidak mudah

terhanyut dengan perasaan. Hal ini sesuai ajaran Islam bahwa Allah telah

memerintahkan untuk menguasai, mengendalikan dan mengontrol emosi.

Dalam mendidik EQ yang sesuai dengan ajaran Islam, ada

beberapa tahap yang bisa dilalui orang tua yaitu:

a. Pengasuhan, yaitu usaha peningkatan kematangan emosional

b. Pengasuhan emosi dengan menganalisis berdasarkan perkembangan

anak (Muallifah, 2009:132)

Keterampilan emosional dapat dilangsungkan di sekolah.

Keberhasilan di sekolah bukanlah diramalkan oleh kumpulan fakta

(39)

ukuran-ukuran emosional dan sosial, yakin pada diri sendiri dan

mempunyai minat, tahu pola perilaku apa yang diharapkan orang lain dan

bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk tidak berbuat nakal,

mampu menunggu, mengikuti petunjuk, dan mengacu pada guru untuk

mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya saat

bergaul dengan anak-anak lain (Goleman, 1996:273).

Kecerdasan akademis terkadang tidak menawarkan persiapan

untuk menghadapi kegagalan atau kesulitan hidup. Kelley dan Caplan

menyatakan bahwa ketika kemampuan bawaan berkembang, bakat

akademis bukanlah peramal yang baik akan produktivitas kerja, tidak juga

IQ (Goleman, 1996:230). Bahkan IQ yang tinggi tidak menjamin

seseorang nantinya akan mencapai kesejahteraan hidup. Misalnya, orang

yang cemas walaupun memiliki IQ tinggi lebih mudah gagal karena

perasaannya selalu dihinggapi rasa khawatir yang berlebihan. Kecuali bagi

orang yang mampu mengimbangi dengan kecerdasan emosi akan

mencapai kebahagiaan hidup karena mampu mengetahui dan menangani

perasaan diri sendiri maupun orang lain dengan efektif.

Kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih significant

dibanding kecerdasan intelektual. IQ barulah sebatas syarat minimal

meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosionallah yang sesungguhnya

(hampir seluruhnya terbukti) mengantarkan seseorang sampai puncak

prestasi. Terbukti, banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual

(40)

kecerdasan intelektual yang biasa-biasa saja, justru sukses menjadi

bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan

pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok (Agustian, 2005:17).

Menurut Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional

Intelligence (1996:129) menyatakan bahwa puncak kecerdasan emosional

adalah flow, yaitu keadaan yang bebas dari gangguan emosional, perasaan

penuh motivasi, dan jauh dari paksaan. Flow dapat dicapai dengan sengaja

memusatkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang dihadapi, konsentrasi,

dan perhatian ringan namun terpusat. Keadaan ini membuat kerja keras

bisa tampak menyegarkan dan menguatkan semangat, bukannya malah

melelahkan.

Orang yang memiliki kecerdasan emosi mempunyai ciri pokok,

yaitu kendali diri, empati, pengaturan diri, motivasi, dan keterampilan

sosial (Musthafa, 2007:42-47). Dengan kecerdasannya mampu melepaskan

dari suasana hati yang tidak mengenakkan. Orang tersebut juga akan

mempunyai harapan yang lebih tinggi sehingga akan menghadapi

kehidupan dengan lebih baik terutama dalam kehidupan bermasyarakat.

Orang yang memiliki kecerdasan emosional dapat mempelajari

situasi-situasi sosial yang ada disekitarnya. Kecerdasan emosi dapat

memberikan dampak luar biasa untuk berhubungan dengan orang lain.

Kecerdasan ini dapat dimanfaatkan untuk membaca pikiran dan perasaan

orang lain serta dapat memotivasi diri guna menghadapi

(41)

merupakan kecakapan sosial yang dapat membantu keberhasilan dalam

pergaulan dengan orang lain.

3. Macam-macam Emosi

Terdapat macam-macam emosi yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Amarah

Perasaan ini berupa beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal

hati, terganggu, bermusuhan, dan yang paling hebat adalah tindakan

kekerasan dan kebencian patalogis. Perasaan ini timbul karena tidak

mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Marah kerap dinamai emosi

dalam arti peyoratif (Hude, 2006:162). Sedangkan MM Nilam

Widyarini berpendapat bahwa marah termasuk emosi negatif pada

manusia (Rusdi, 2011:45). Banyak yang menyertai perilaku ini mulai

dari tindakan diam atau menarik diri bahkan mengancam sampai

kepada perbuatan mencedarai atau mengancam nyawa orang lain.

Emosi orang marah dapat dikenali melalui raut muka yang merah

padam, mata yang merah, dan nada yang tinggi serta tindakan agresif

lainnya. Orang yang sedang marah memungkinkan melakukan

kesalahan sebab kemarahan dapat menghilangkan kemampuan

pengendalian diri. Allah Swt. berfirman:

(42)

“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS. al-Ahzab:25).

Amarah mempunyai dampak dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Jangka pendek biasanya langsung dirasakan oleh orang

tersebut, seperti dapat menumbuhkan rasa gelisah dan menciptakan

kata-kata kasar dan kotor. Bahkan bila amarah ke tangan, tangan

mudah menyambar senjata atau menghantam lawan. Sedangkan dalam

jangka panjang amarah mempunyai dampak, yaitu:

1) Amarah dapat menurunkan kecerdasan

2) Amarah dapat memicu munculnya sikap destruktif dan perusak

3) Amarah dapat menyebabkan seseorang menjadi penipu

4) Amarah dapat membuat diri dipermainkan orang lain

5) Amarah dapat menumbuhkan sifat dengki

6) Amarah dapat mempercepat proses penuaan (Rusdi, 2011:68-73)

Dengan demikian, amarah dapat membawa dampak yang serius.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dr. Stephen Diamond bahwa

marah adalah emosi yang paling bermasalah (Rusdi, 2011:35-36).

Dalam keadaan marah diharapkan dapat berpikir dengan tenang karena

dapat mempengaruhi kondisi jiwa yang akan membuat badan dan batin

seseorang menjadi tidak normal. Sehingga tak perlu mengeluarkan

amarah hanya untuk menunjukkan dirinya perkasa, kuat, dan berani.

(43)

pikiran (Maurus, 2014:98). Marah dapat menyebabkan berbagai

penyakit seperti: penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi,

migrain, stroke, dan bahkan kematian.

b. Kesedihan

Perasaan ini berupa pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihi diri, ditolak, kesepian, putus asa, dan patalogisnya adalah

depresi berat. Perasaan ini muncul karena hilangnya segala sesuatu

yang disayangi. Ekspresi yang lazim dari sebuah kesedihan adalah

bercucurnya air mata. Kesedihan dapat menurunkan semangat hidup

dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena terlalu terbawa oleh

masalah tersebut. Jika semakin meningkat akan menimbulkan depresi

dan akan menurunkan metabolisme tubuh.

Allah selalu berharap agar manusia tidak mudah bersedih, terutama

terhadap nasib orang-orang yang tidak mau beriman (Hude, 2006:

180). Allah Swt. berfirman:



(44)

dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal”(QS. al-Mujadillah:10).

c. Rasa takut

Perasaan ini berupa cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan

takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, phobia, dan panik.

Perasaan ini timbul karena merasakan sesuatu yang mengancam

dirinya. Sehingga mendorong seseorang untuk menghindar dari

bahaya tersebut. Melalui analisis diri, ambillah sikap yang jelas

sehingga tidak akan terjebak dalam perangkap kecemasan.

Takut tidak terbatas ketika di dunia, tetapi juga di akhirat.

Ketakutan dapat menjadi modal untuk menggapai maqam yang lebih

tinggi di hadapan Allah (Hude, 2006: 192). Allah Swt. berfirman:





“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”(QS. ar-Ra‟du:21).

(45)

Perasaan ini berupa bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur,

bangga kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa

terpenuhi, kegirangan luar biasa, dan senang sekali. Ketika berbahagia,

kegiatan di pusat otak (lobus-lobus prefrontal kiri) menghambat

perasaan negatif (lobus-lobus prefrontal kanan) meningkat dan

memenangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan (Musthafa,

2007:26). Sumber rasa ini biasanya karena ada sesuatu yang

membuatnya merasa puas.

Emosi ini diperlihatkan oleh air muka yang berseri-seri yang dapat

diamati oleh orang lain yang melihatnya (Hude, 2006: 138). Allah Swt.

berfirman:

“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”(QS. Yunus:58).

e. Cinta

Perasaan ini berupa penerimaan, persahabatan, kepercayaan,

kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.

Emosi cinta merupakan landasan keterpautan hati antara dua jenis dan

keterkaitan antara satu sama lainnya guna tetap terpeliharanya

(46)

f. Terkejut

Perasaan ini berupa terkejut, terkesiap, terpana, dan takjub. Allah

Swt. berfirman:

”Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan (kaget) sambil berteriak: Celakalah aku” (QS. al-Insyiqaaq:10-11).

g. Jengkel

Perasaan ini berupa hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan

mau muntah. Allah Swt. berfirman:



telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam al-Qur‟an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya”(QS. al-isro‟:46).

h. Malu

Perasaan ini berupa rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina,

aib, dan hancur lebur. Malu adalah rasa takut atas kekuatan dan

pengaruh orang lain. Kebulatan tekad dan motivasi yang lebih besar

dari tindakan akan melepaskan dari ketegangan yang tidak diperlukan

(47)

Berbeda dengan Goleman, JB. Watson menyatakan bahwa manusia

hanya mempunyai tiga emosi dasar, yaitu:

a. Fear (takut) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi

anxiety (cemas)

b. Rage (kemarahan) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi

anger (marah)

c. Love (cinta) yang akan menjadi simpati (Hartati dkk., 2004:82-83).

Menurut Denny Nicolas, pada dasarnya manusia memiliki dua

macam emosi dasar, yaitu emosi positif dan emosi negatif (Rusdi,

2011:43). Emosi positif berupa hal-hal yang membuat seseorang gembira

dan menyenangkan. Sedangkan emosi negatif berupa perasaan takut,

marah, kecewa, khawatir, dan sedih. Keduanya memerlukan pengelolaan

yang baik agar keberadaannya bermanfaat, tetapi emosi negatiflah yang

memerlukan pengelolaan ekstra.

Dengan demikian, emosi merupakan keadaan atau dorongan untuk

bertindak sehingga mendorong individu untuk memberikan respon atau

bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.

4. Cara Meningkatkan Emotional Intelligence

Menurut Solovely, tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan

emosional adalah sebagai berikut:

a. Mengenali emosi diri

Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi

(48)

mencermati perasaan yang sesungguhnya membawa seseorang dalam

bawah kendali kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan

yang lebih tentang perasaan adalah orang yang andal dalam kehidupan,

karena mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka

yang sesungguhnya atau pengambilan keputusan-keputusan masalah

pribadi.

b. Mengelola emosi

Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan cocok adalah

kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang

buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus

bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar

dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan

kejatuhan dalam kehidupan.

c. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang

sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk

memotivasi diri sendiri, dan menguasai diri sendiri untuk berkreasi.

Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati adalah landasan kepribadian dalam

segala bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam flow yang

memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang.

Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih

(49)

d. Mengenali emosi orang lain

Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri

emosional, merupakan “keterampilan bergaul”. Orang yang empatik

lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan keperawatan, mengajar,

penjualan, dan manajemen.

e. Membina hubungan

Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan

mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang

menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam

bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan

orang lain (Goleman, 1996:58-59).

f. Melepaskan emosi negatif

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami

dampak dari emosi negatif terhadap diri. Sebagai contoh keinginan

untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang

membuat mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak

hubungan dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan

stress. Jadi, selama dikendalikan oleh emosi negatif justru tidak bisa

mencapai potensi terbaik dari diri. Solusinya, lepaskan emosi negatif

(50)

orang-orang di sekitar tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif

yang muncul (http://belajarpsikologi.com/ 2009/12/09

cara-meningkatkan-kecerdasan-emosi-eq/ di akses pada tanggal 16 Juni

2015).

Dengan demikian, kecakapan emosional merupakan kemampuan

untuk memahami dan mengelola emosi, baik untuk diri sendiri maupun

orang lain termasuk dalam hubungan sosial. Dengan adanya emosi juga,

manusia dapat menunjukkan keberadaanya dalam masalah-masalah

manusiawi. Keputusan tidak dapat dilakukan hanya dengan rasio, tetapi

harus menggunakan suara hati atau bahasa emosi.

B. Akhlaqul Karimah

1. Pengertian Akhlak

Akhlak lazim dipergunakan dalam istilah lain seperti etika yang

berasal dari bahasa Yunani ethes yang mengandung arti adat kebiasaan

dan moral yang berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang

berarti adat kebiasaan (Adz-Dzakiey, 2005:18). Akhlak merupakan kata

jamak dari bentuk tunggal khuluk, yang pengertian umumnya: perilaku,

baik itu terpuji atau tercela.

Beberapa pendapat Ulama tentang akhlak antara lain:

(51)

Khuluq adalah kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang darinya

terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan (Ahmadi, 2004:13).

b. Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani

Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani, akhlak adalah

sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir

perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir

dan merenung (Mahmud, 2004:32).

c. Ahmad bin Musthafa

Menurut Ahmad bin Musthafa, akhlak adalah ilmu yang darinya

dapat diketahui jenis-jenis keutamaan (Mahmud, 2004:32).

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak

merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari

padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui

proses pemikiran dan pertimbangan atau penelitian.

Suatu perbuatan atau perilaku dapat dikatakan sebagai akhlak

apabila telah memenuhi dua syarat, yaitu:

a. Perbuatan dilakukan dengan berulang-ulang

b. Perbuatan dilakukan dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih

dalam sehingga benar-benar merupakan kebiasaan. (Adz-Zaky,

(52)

Ukuran baik atau buruk dalam Islam adalah ajaran Islam itu

sendiri, yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadis. Perbuatan manusia di nilai baik

apabila sesuai dengan ketentuan yang di ajarkankan oleh Islam, sedangkan

di nilai buruk apabila menyimpang dari ketentuan syariat Islam.

Segala perbuatan manusia yang bernilai baik makdinamakan

akhlak terpuji (akhlaqul-karimah), sedangkan perbuatan-perbuatan yan

buruk dinamakan akhlak tercela (akhlaqul-madzmumah) (Halim,

2000:18). Kriteria akhlaqul karimah tidak hanya berkenaan dengan

hubungan baik dengan sesama manusia belaka, tetapi mencakup hubungan

baik dengan Allah Swt. Orang yang mempunyai ahklaqul karimah yang

baik akan mendapatkan pahala yang ganda, yakni berupa pahala dari

Allah Swt dan akan dikasihi oleh sesama.

2. Pokok-Pokok Akhlaqul Karimah

a. Akhlaqul karimah kepada Allah SWT

Pada prinsipnya adalah penghambaan diri secara total kepada Allah

SWT. Adapun perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada

Allah SWT antara lain:

1) Mengenali-Nya dengan baik dan benar

2) Membenarkan segala firman-Nya

3) Mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya

(53)



yang sebanyak-banyaknya” (QS. al-Ahzab:41).

5) Mencintai-Nya (Halim, 2000:44-57)

b. Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia

Pada dasarnya bertolak pada keluhuran budi dalam menempatkan

diri dan menempatkan orang lain pada posisi yang tepat. Adapun

perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada sesama manusia

antara lain:

1) Mengikuti jejak Rasulullah saw

2) Menghormati keberadaan para Nabi dan Rasul

3) Menghormati para Ulama. Allah swt berfirman:



...Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para Ulama....”(QS. Fathir:28).

4) Mentaati ulil amri (Halim, 2000:89-106)

(54)

Pada prinspnya adalah menempatkan makhluk lain itu sesuai

dengan posisinya masing-masing. Adapun perbuatan-perbuatan yang

termasuk Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain antara lain:

1) Menghormati keberadaan malaikat, Allah SWT berfirman:

“Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kalian ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, kepada hari akhir, para malaikat, Kitab-kitab, para Nabi....” (QS. al-Baqarah:177).

2) Menghargai keberadaan jin

3) Mewaspadai keberadaan iblis

4) Menyayangi binatang (Halim, 2000:137-145)

3. Macam-Macam Akhlaqul Karimah

a. Berbakti kepada orang tua

Kasih sayang merupakan kebutuhan asasi bagi manusia. Di antara

karunia dan anugerah Allah yang sangat besar terhadap manusia

adalah bahwa Allah menjadikan rasa kasih sayang sebagai suatu

insting-insting pada diri setiap orang tua (Syantut, 2007:86). Kedua

orang tua adalah yang berjasa dalam kehidupan setiap anak. Tanpa

(55)

telah mengasuh dan merawat dari kecil hingga dewasa. Karena kasih

sayang dan cinta tuluslah yang membuat seorang anak tumbuh dan

berkembang dengan baik. Mereka juga yang memberi kebaikan tanpa

meminta balasan. Mereka tidak pernah menghitung berapa banyak

uang yang diberikan kepada seorang anak untuk keperluan sandang

dan pangan.

Di dalam kebaktian kepada orang tua, ada seribu satu keberkahan

hidup. Bahkan, kesuksesan dan kemuliaan hidup seorang anak pun

sangat bergantung pada keberbaktian mereka kepada kedua orang tua.

Perintah berbakti kepada kedua orang tua adalah salah satu perintah

yang bersifat universal, yakni berlaku bagi seluruh umat manusia pada

semua zaman (El-Sutha, 2012:125). Berbakti kepada kedua orang tua

bukanlah tuntutan yang hanya sekadar kewajiban dari anak untuk

memperoleh hak-haknya. Karena berbakti adalah suatu tugas yang

dibebankan Allah atas tiap insan (Arifin dan Said,1981:10). Para ahli

tafsir berkata, Allah Swt. menghubungkan antara beribadah kepada

Allah dan berbakti kepada kedua orang tua, karena untuk menegaskan

(56)

Artinya:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”(QS. al-Isro‟:23).

Penetapan Islam atas kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua

orang tua, sesungguhnya adalah wujud nyata dari penghargaan Islam

atas mulia dan tingginya kedudukan kedua orang tua di hadapan Allah

dan manusia. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu perbuatan

yang mulia. Bahkan Rasulullah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa

berbakti kepada kedua orang tua itu pahalanya sama dengan jihad fi

sabilillah (El-sutha, 2009:5).

Berbakti kepada kedua orang tua akan membukakan pintu surga.

Sehingga ada pepatah yang mengatakan: “surga ditelapak kaki ibu”.

Maksud dari pepatah ini adalah seorang anak harus tulus mencintai dan

menyayangi seorang ibu. Memang hanya ibu yang disebut namanya,

tetapi ini tidak mengesampingkan figur seorang ayah. Hal ini sesuai

dengan peran ibu dari hamil sampai melahirkan bahkan sampai dewasa

sangatlah besar. Ketika hamil muda seorang ibu tidak bisa makan

enak, karena makanan yang baru dimakan dimuntahkan kembali.

Ketika kehamilan mulai tua dengan kondisi perut yang semakin

(57)

pinggang yang terasa pegal. Kemudian ketika bayi ibu harus bangun

tiap malam walaupun dalam ngantuk yang hebat untuk mengganti

popok dan memberi ASI (air susu ibu).

Berbakti kepada kedua orang tua juga akan mendapatkan

kemuliaan, keberkahan, dan kesuksesan di dunia. Keridhoan Allah

tergantung ridho orang tua dan murka Allah tergantung murka orang

tua. Ridho orang tua adalah cara untuk mengetuk pintu rahmat Allah

Swt, walau sesungguhnya pintu rahmat itu selalu terbuka untuk

hamba-hambanya (Saleh, 2011:84). Ridho orang tua ibarat jalan tol,

yaitu diberinya kemudahan dalam menghadapi segala persoalan

kehidupan. Tetapi, banyak orang sukses yang beranggapan bahwa itu

semua karena kecerdasan, kerja keras, dan keberuntungan yang

didapatnya. Mereka lupa akan ridho dan restu yang telah diberikan

kepadanya.

Seorang anak tidak boleh menyakiti kedua orang tua karena

nantinya akan mengalami kesengsaraan dan penderitaan baik di dunia

maupun di akhirat. Allah tidak akan pernah mengabulkan do‟a yang

diucapkan kedua orang tua untuk anaknya sebelum minta maaf dan

bertaubat kepada Allah Swt.

Dengan demikian, untuk memperoleh kehidupan yang bahagia di

dunia dan akhirat maka harus berbakti kepada kedua orang tua yaitu

dengan selalu menjaga, merawat, dan memeliharanya.

(58)

Guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid.

Tugas pendidik dalam Islam secara umum adalah mendidik, yaitu

mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi

psikomotor, kognitif, maupun afektif (Tafsir, 2014:74). Hubungan

antara guru dan murid bukanlah hubungan yang didasarkan pada

untung-rugi, dalam arti ekonomi.

Penghargaaan Islam terhadap guru sangat tinggi, yaitu meletakkan

kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal itu

terjadi karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Ada

penyebab khas mengapa orang Islam menghargai guru, yaitu

pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya berumber dari

Tuhan (Tafsir, 2014:76). Kedudukannya dihargai dengan tinggi bila

mau mengamalkan ilmunya yaitu dengan cara mengajarkan kepada

orang lain.

Dengan demikian, sebagai murid harus selalu menghormati guru.

Karena gurulah yang dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan.

c. Memaafkan kesalahan orang lain

Akhlak ini termasuk salah satu akhlaqul karimah yang sangat

penting. Orang yang memberi maaf adalah orang yang kuat, kaya

batin, dan berjiwa lapang (Tasmara, 2001:32). Sebenarnya tindakan

memaafkan memiliki satu pesan penting, yaitu niat untuk berdamai

baik untuk orang lain maupun diri sendiri. Memaafkan mengandung

(59)

sebagai bagian relasi antara orang satu dengan yang lain. Untuk

kemudian melupakan peristiwa tersebut agat tidak ada lagi perasaan

ingin menyakiti. Memaafkan mengandung makna universal yang

setiap orang mengalami hal ini.

Memaafkan tidak hanya memberikan pengaruh pada kenyamanan

dalam bersosialisai dengan orang lain tetapi juga bagi kesehatan tubuh.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan

bahwa mereka yang mampu memaafkan memiliki tingkat kesehatan

yang lebih tinggi, baik jiwa maupun raga (Rusdi, 2011:66). Beberapa

dampak positif dari sifat memaafkan bagi kesehatan antara lain:

1) Dapat menyehatkan pikiran

2) Membuat otot menjadi elastis dan kuat

3) Menstabilkan tekanan darah

4) Menghilangkan sakit hati

5) Menyehatkan tulang leher dan punggung

Menurut David Norris menyebutkan lima langkah untuk menjadi

pribadi pemaaf, yaitu:

1) Memperteguh niat untuk memaafkan,

2) Secara akurat memeriksa kembali pelanggaran (kesalahan) orang

yang akan dimaafkan,

3) Memaknai kembali luka batin akibat kesalahan,

(60)

5) Mengintegrasikan kembali berbagai retak psikis yang dialami

akibat luka batin (Rusdi, 2011:167).

Memaafkan itu memang sulit dilakukan. Banyak alasan mengapa

orang sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain. Menurut Timothy

Wibowo, mengemukakan beberapa alasan yang menghalangi

seseorang memberi kata maaf ketika bersalah, antara lain:

1) Memberi kata maaf dipahami sebagai sikap menyetujui perbuatan

yang dilakukan orang lain.

2) Memaafkan diidentikkan dengan kesediaan menerima kembali

orang yang telah berbuat salah dalam kehidupan kita.

3) Memaafkan diyakini dapat menurunkan gengsi

4) Jika memaafkan, ada kemungkinan hati kita akan sakit lagi.

5) Perasaan ingin memberikan hukuman kepada orang yang berbuat

salah dengan cara tidak memaafkan (Rusdi, 2011:176-177).

Dengan demikian, orang yang memaafkan akan merasa lebih baik,

tidak hanya secara batiniah, tetapi juga jasmaniah.

d. Jujur

Benar atau jujur termasuk golongan akhlak mahmudah. Benar

artinya sesuainya dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak

saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa Arab, benar

atau jujur disebut sidiq (Ash-Shidqu), lawan dari kizib (Al-Kizbu)

Gambar

Tabel 1.1 Emotional Intelligence
Tabel 1.2 Akhlaqul Karimah
Tabel 3.1 Struktur Organisasai Guru dan Karyawan SMK NU Roudhotul
Tabel 3.2 Rekapitulasi Guru dan Karyawan SMK NU Roudhotul Furqon
+7

Referensi

Dokumen terkait

MAKASSAR 2017.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana perikanan dan upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum

Adapun populasi terjangkau adalah berjumlah 40 mahasiswa Universitas Negeri Jakarta di Pondok Pesantren Sulaimaniyah Cipinang dengan alasan setelah dilakukan survei awal,

adalah jika siswa ingin mencapai keberhasilan belajar maka harus bekerja sama dengan teman kelompoknya, jika tidak maka akan tenggelam dengan ketidaktahuan yang dimiliki

Salah satu metode pengendalian kinerja proyek yang digunakan adalah dengan cara metode Earned Value , yang dapat memberikaninformasi mengenai posisi kemajuan

1) Pengucapan seperti fonologi.. Yang lain menyebutkan kesulitan mereka dalam intonasi, stres, aksen, dan kelancaran atau laju bicara. Lexis juga muncul sebagai salah

Penelitian yang dilakukan akan membahas permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan adhesive tersebut yaitu bagaimana melakukan perbaikan untuk meningkatkan target OTIF

Permasalahan penelitian yang terjadi adalah dimana World Robotic Explorer merupakan perusahaan yang baru didirikan beberapa bulan lalu, oleh sebab itu masih diperlukannya

1) Hawalah/pemindahan utang tidak disyaratkan adanya utang dari penerima hawalah/pemindahan utang, kepada pemindah utang. 2) Hawalah/pemindahan utang tidak disyaratkan adanya