• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh dosis rootone-F terhadap pertumbuhan semai buatan sentang, Melia excelsa Jack

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh dosis rootone-F terhadap pertumbuhan semai buatan sentang, Melia excelsa Jack"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SENTANG (

Melia excelsa

Jack.)

SITI SUARTINI

E 14201013

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

ii

RINGKASAN

Siti Suartini. E14201013. Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack). Dibimbing oleh Dr. Ir. Supriyanto.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan tropika basah terluas kedua setelah Brazilia. Namun sekarang, kawasan hutan Indonesia semakin berkurang akibat adanya kegiatan penebangan liar, kebakaran hutan, kegiatan pertambangan, perluasan perkebunan dan pertanian, transmigrasi, dan lain-lain. Seiring dengan kerusakan hutan tersebut, maka akan diikuti dengan hilangnya spesies pohon hutan dan semakin menurunnya potensi tegakan hutan dari jenis – jenis pohon andalan.

Salah satu spesies pohon andalan yang penting adalah Melia excelsa Jack. atau Sentang. Sentang termasuk Famili Meliaceae. Pohon Sentang memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan antara lain untuk bahan bangunan rumah, furnitur, meubel, panel dan vinir. Pucuk dan daun muda tanaman ini dapat dikonsumsi sebagai sayuran dan buahnya dapat digunakan sebagai insektisida alami karena mengandung senyawa aktif azadirachtin.

Berdasarkan besarnya potensi yang dimiliki Sentang, maka diperlukan suatu upaya pengembangan bibit dalam skala yang lebih besar. Pengadaan bibit Sentang dari biji dirasakan mendapat kesulitan karena benihnya bersifat rekalsitran (cepat kehilangan daya kecambah) dan pembiakan dengan benih tidak dapat dilakukan setiap waktu karena tergantung pada musim. Untuk itu diperlukan pengadaan bibit dengan memanfaatkan permudaan alam. Pengadaan bibit dari permudaan alam juga seringkali mengalami hambatan karena persentase hidupnya yang rendah dengan persentase kematian 40%. Kematian tersebut disebabkan oleh kerusakan akar dan sistem perakarannya termasuk sangat sederhana. Akar tersebut perlu dipotong dan dirangsang kembali pertumbuhannya dengan memberi zat pengatur tumbuh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis Rootone – F terhadap persentase hidup dan pertumbuhan semai cabutan Sentang. Manfaat dari penelitian ini yaitu menyediakan suatu teknologi alternatif untuk pengadaan bibit Sentang dari cabutan dan mencari dosis Rootone – F yang sesuai untuk semai cabutan Sentang sehingga dapat meningkatkan produksi bibit.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Persemaian Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah selama 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai cabutan Sentang, Rootone-F dan media tanam (tanah dan kompos). Alat yang dipergunakan adalah kaliper, polybag berukuran 15 x 20 cm, timbangan analitik merk Ohaus, sprayer, gunting stek, sungkup plastik, oven, kamera, penggaris dan alat tulis. Metode penelitian meliputi pengumpulan bibit cabutan, persiapan media tanam, penyiapan zat pengatur tumbuh, pemberian zat pengatur tumbuh, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan.

(3)

bibit cabutan yang terdiri atas dua taraf, yaitu : A1 (tinggi bibit 10 – 35 cm) dan A2 (tinggi bibit 36 – 60 cm). Faktor kedua adalah faktor dosis Rootone – F yang terdiri dari empat taraf, yaitu : B1 (0 mg/semai), B2 (50 mg/semai), B3 (100 mg/semai) dan B4 (150 mg/semai). Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan yang selanjutnya akan dibuat 30 ulangan sehingga terdapat 240 satuan percobaan (2 x 4 x 30). Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan program SAS for Windows Release 6.12.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup semai cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.) pada setiap perlakuan mencapai 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa semai cabutan Sentang dapat ditanam dengan mudah di persemaian. Pemberian Rootone – F pada semai cabutan Sentang berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun dan berat kering pucuk juga berpengaruh nyata terhadap berat basah pucuk dan jumlah akar sekunder. Dosis Rootone – F yang menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu dosis 100 mg/semai.

Ukuran bibit berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati kecuali jumlah akar primer dan sekunder. Ukuran bibit yang menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu semai yang berukuran 36 – 60 cm apabila dibandingkan dengan semai yang berukuran 10 – 35 cm.

(4)

iv

BDH/

Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.)

Oleh :

Siti Suartini dan Supriyanto

PENDAHULUAN. Sentang merupakan salah satu spesies pohon andalan yang penting. Pengadaan bibit Sentang dari biji dirasakan mendapat kesulitan karena benihnya bersifat rekalsitran (cepat kehilangan daya kecambah) dan pembiakan dengan benih tidak dapat dilakukan setiap waktu karena tergantung pada musim. Untuk itu diperlukan pengadaan bibit dengan memanfaatkan permudaan alam. Pengadaan bibit dari permudaan alam juga seringkali mengalami hambatan karena persentase hidupnya yang rendah dengan persentase kematian 40 %. Kematian tersebut disebabkan oleh kerusakan akar dan sistem perakarannya termasuk sangat sederhana. Akar tersebut perlu dipotong dan dirangsang kembali pertumbuhannya dengan memberi zat pengatur tumbuh agar tumbuh lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis Rootone – F terhadap persentase hidup dan pertumbuhan semai cabutan Sentang.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Persemaian Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah selama 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai cabutan Sentang, Rootone-F dan media tanam (tanah dan kompos). Alat yang digunakan adalah kaliper, polybag berukuran 15 x 20 cm, timbangan analitik merk Ohaus, sprayer, gunting stek, sungkup plastik, oven, kamera, penggaris dan alat tulis. Metode penelitian meliputi pengumpulan bibit cabutan, persiapan media tanam, penyiapan zat pengatur tumbuh, pemberian zat pengatur tumbuh, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah faktor ukuran tinggi bibit cabutan yang terdiri atas dua taraf, yaitu : A1 (tinggi bibit 10 – 35 cm) dan A2 (tinggi bibit 36 – 60 cm). Faktor kedua adalah faktor dosis Rootone – F yang terdiri dari empat taraf, yaitu : B1 (0 mg/semai), B2 (50 mg/semai), B3 (100 mg/semai) dan B4 (150 mg/semai). Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan program

SAS for Windows Release 6.12.

(5)

BDH/

The Effects Of Rootone – F Dosages

On The Growth Of Sentang (Melia excelsa Jack.) Wildlings

By :

Siti Suartini and Supriyanto

INTRODUCTION. Sentang is one of the important tree species. Seedling stock from seeds is hard to obtain because Sentang seed belongs to recalcitrant and depends on season. Therefore, seedling stock can be produced through natural regeneration. Seedling stock by natural regeneration was often having difficulties because of the low survival percentage with 40% mortality. The mortality was caused by root damages . Those root have to be cut and they need hormones to stimulate the growth. The objectives of this research were to know the effects of Rootone – F dosages on the growth of sentang wildlings.

MATERIALS AND METHOD. This research was done in nursery and laboratory of silviculture, Faculty of Forestry, Bogor Agriculture University. It was done for 4 months, from October 2005 to January 2006. The materials were Rootone – F, Sentang wildlings, soil and organic fertilizer. The Tools were caliper, polybag (15 x 20 cm), analitic balance (Ohaus), sprayer, scissor cutting, plastic cover, oven, camera, ruler and stationeries. The experimental steps were seedling stock preparation, culture media preparation, hormone preparation, hormone deeping, planting, maintenace and measurement. This research was arranged in completely randomized design with two factors. First factor was seedling height that consisted of two levels : A1(10 – 35 cm) and A2 (36 – 60 cm). Second factor was Rootone – F dosages, consisted of 4 levels : B1 (0 mg/seedling), B2 (50 mg/seedling), B3 (100 mg/seedling) and B4 (150/seedling). The result was analyzed on SAS for Windows Release 6.12. program.

RESULT AND DISCUSSION. According to the results, survival percentage of Sentang seedlings could reach 100% in each treatment. It shows that Sentang seedlings could be planted easily in nursery using wildlings. Rootone – F influenced the total number of leaf, dry weight of sprout, wet weight of sprout and total secondary root. The best growth was obtained in 100 mg/seedling Rootone – F dosage. Seedlings height influenced to all measurable variables, except primary and total secondary root. The best growth of seedling was obtained in the seedling height of 36 – 60 cm than the seedling size of 10 – 35 cm. Interaction between Rootone – F dosages and seedlings height was no significant effect on the growth of Sentang.

(6)

vi

PENGARUH DOSIS ROOTONE – F TERHADAP

PERTUMBUHAN SEMAI CABUTAN

SENTANG (

Melia excelsa

jack.)

SITI SUARTINI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.)

Nama : Siti Suartini

NIM : E 14201013

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Supriyanto) NIP. 132 008 552

Mengetahui

Dekan Fakultas Kehutanan

(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS) NIP. 131 430 799

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.)”. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1 Orang tuaku tercinta, Kakaku ’Teh Ii’ dan Adikku Suliz atas semua perhatian, kasih sayang dan doa yang tiada henti diberikan.

2 Ibu Hj. Eka dan Bapak H. Sofyan atas semua nasihat, bimbingan dan bantuan finansial yang telah diberikan.

3 Bapak Dr. Ir. Supriyanto selaku dosen pembimbing atas semua saran, nasihat dan bimbingan yang telah diberikan.

4 Bapak Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS dan Bapak Ir. Siswoyo, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata.

5 Teman – teman Lab. Silvikultur ”Tetap Semangat Ya!!!!”

6 Sahabat – sahabatku dan rekan – rekan BDH 38 atas semua kebersamaan dan keceriannya.

Tiada ada gading yang tak retak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juni 2006

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Februari 1983. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putri pasangan Bapak Sayuti (Alm.) dan Ibu Tuti.

Tahun 2001 Penulis lulus dari SMU Negeri 4 Bogor dan pada tahun yang sama diterima menjadi mahasiswi IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Budidaya Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) yang dilaksanakan di Cilacap, Baturraden dan Getas. Selain itu penulis juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

(10)
(11)

Jumlah Daun ... 22

Berat Basah Pucuk ... 23

Berat Basah Akar ... 25

Berat Kering Pucuk ... 26

Berat Kering Akar ... 27

Nisbah Pucuk Akar ... 28

Jumlah Akar Primer ... 30

Jumlah Akar Sekunder ... 30

Hubungan antara Dosis Rootone – F dan Jumlah Akar Sekunder ... 32

Hubungan antara Dosis Rootone – F dan Berat Kering Akar ... 33

Hubungan antara Jumlah Akar Sekunder dan Pertambahan Tinggi ... 33

Hubungan antara Jumlah Akar Sekunder dan Berat Kering Total ... 34

Pembahasan ... 35

Pengaruh Dosis Rootone – F ... 35

Pengaruh Ukuran Bibit ... 38

Pengaruh Interaksi Dosis Rootone – F danUkuran Bibit ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Jumlah dan Persentase Hidup Semai Cabutan Sentang

Umur 4 Bulan di Persemaian ... 15 2 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis

Rootone – F terhadap Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan

Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 17 3 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Semai

Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 18 4 Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap

Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan

di Persemaian ... 19 5 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Pertumbuhan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 20 6 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Pertumbuhan

Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan

di Persemaian ... 21 7 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan

di Persemaian ... 22 8 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Jumlah Daun

Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 22 9 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah

Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 23 10 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Berat Basah Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 24 11 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Basah

(13)

13 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Berat Basah Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 25 14 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Basah Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 25 15 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 26 16 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Kering

Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian .... 26 17 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian .... 27 18 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Berat Kering Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 28 19 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Kering

Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 28 20 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Nisbah Pucuk Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 29 21 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Nisbah Pucuk

Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 29 22 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Jumlah Akar Primer Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 30 23 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F

terhadap Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 30 24 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah

Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Buah, Bunga dan Cabang berbunga ... 4 2 Tegakan Sentang di Dekat Taman Rekreasi Kapang Surin

di Trang, Thailand ... 5 3 Bibit Cabutan Sentang umur 4 Bulan di Persemaian ... 16 4 Grafik Pertumbuhan Rata – rata Pertambahan Tinggi Semai

Cabutan Sentang Selama 16 Minggu ... 17 5 Keragaan semai Cabutan Sentang yang Terendah (A1B1) dan

Tertinggi (A2B3) ... 18 6 Keragaan Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan pada Berbagai Perlakuan Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F ... 19 7 Keragaan Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan yang Telah

Diberi Perlakuan ... 20 8 Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap

Pertumbuhan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 21 9 Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap

Pertumbuhan Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 23 10 Penampilan Akar Semai Cabutan Sentang antara Pertumbuhan Terendah (A1B1) dan Tertinggi (A2B3)... 31 11 Arsitektur Akar... 32 12 Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 33

13 Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering Akar

Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 33 14 Pengaruh Jumlah Akar Sekunder terhadap Pertambahan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 34

15 Pengaruh Jumlah Akar Sekunder terhadap Berat Kering

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Pertambahan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan

di Persemaian ... 47 2 Pertambahan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4

Bulan di Persemaian ... 48 3 Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di

Persemaian ... 49 4 Berat Basah Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di

Persemaian ... 50 5 Berat Basah Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di

Persemaian ... 51 6 Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 52 7 Berat Kering Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di

Persemaian ... 53 8 Nisbah Pucuk Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di

Persemaian ... 54 9 Jumlah Akar Primer Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ... 55 10 Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan tropika basah terluas kedua setelah Brazilia. Namun sekarang, kawasan hutan Indonesia semakin berkurang akibat adanya kegiatan penebangan liar, kebakaran hutan, kegiatan pertambangan, perluasan perkebunan dan pertanian, transmigrasi, dan lain-lain. Laju kerusakan hutan Indonesia periode 1985 – 1997 tercatat 1.6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997 – 2000 menjadi 3.8 juta hektar per tahun (Badan Planologi 2003). Seiring dengan kerusakan hutan

tersebut, maka akan diikuti dengan hilangnya spesies pohon hutan dan semakin menurunnya potensi tegakan hutan dari jenis – jenis pohon andalan.

Salah satu spesies pohon andalan yang penting adalah Melia excelsa Jack. atau Sentang. Sentang termasuk dalam Famili Meliaceae. Spesies ini merupakan spesies pohon asli Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Aru, Papua New Guinea dan Filipina. Spesies ini tumbuh pada ketinggian tempat 350 m dpl (Joker 2002).

Melia excelsa Jack. dikenal dengan berbagai nama daerah antara lain Bawang, Pait, Sontang (Sumatera); Anggu Kamain, Periwat (Kalimantan); Bawan, Hai (Aru); Maroapisa (Papua); Sentang, Surian bawang, Suren, Surian (Melayu). Pohon Sentang memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan antara lain untuk bahan bangunan rumah, furnitur, meubel, panel dan vinir. Pohonnya dapat ditanam di pinggir jalan yang berguna untuk mengurangi polusi udara. Dalam sistem agroforestry, pohon ini digunakan sebagai tanaman lorong bersama padi, kacang tanah, kedelai dan sayuran. Pucuk dan daun muda tanaman ini dapat dikonsumsi sebagai sayuran dan buahnya dapat digunakan sebagai insektisida alami karena mengandung senyawa aktif azadirachtin.

(17)

benih tidak dapat dilakukan setiap waktu karena tergantung pada musim. Untuk itu diperlukan teknik pengadaan bibit dengan memanfaatkan permudaan alam. Pengadaan bibit dari permudaan alam juga seringkali mengalami hambatan karena persentase hidupnya yang rendah (banyak anakan yang mati) dengan persentase kematian 40 %. Kematian tersebut disebabkan oleh kerusakan akar. Akar tersebut perlu dipotong dan dirangsang kembali pertumbuhannya dengan memberi zat pengatur tumbuh.

Sehubungan dengan masalah di atas, maka perlu dilakukan suatu upaya dalam pengadaan bibit Sentang antara lain penggunaan hormon tumbuh untuk memacu perakaran bibit asal cabutan, sehingga persentase hidup bibit Sentang di persemaian dapat ditingkatkan yang pada gilirannya akan menjaga kelestarian Sentang.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis Rootone – F terhadap persentase hidup dan pertumbuhan semai cabutan Sentang.

Hipotesis

1 Pemberian hormon Rootone – F dapat meningkatkan persentase hidup semai cabutan Sentang di persemaian.

2 Pemberian hormon Rootone – F dapat meningkatkan pertumbuhan semai cabutan Sentang.

Manfaat

1 Menyediakan teknologi alternatif untuk pengadaan bibit Sentang dari cabutan. 2 Mencari dosis Rootone – F yang sesuai untuk semai cabutan Sentang sehingga

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Sentang Morfologi

Melia excelsa Jack. dikenal juga dengan nama Bawang, Pait, Sontang (Sumatra); Anggu Kamain, Periwat (Kalimantan); Bawan, Hai (Aru); Maroapisa (Papua); Sentang, Surian bawang, Suren, Surian (Melayu) (Prawira dan Oetja 1978). Sentang merupakan salah satu anggota dari Famili Meliaceae. Pohonnya meranggas dan tidak berbanir. Tinggi pohon mencapai 50 m dengan diameter sampai 125 cm (Joker 2002). Kulitnya sedikit beralur dangkal dan mengelupas kecil – kecil tipis. Kulitnya berbau bawang (Prawira dan Oetja 1978).

Pohon Sentang memiliki daun majemuk tunggal dengan anak daun tanpa tangkai daun atau tangkai daun sangat pendek. Anak daun berbentuk bulat telur memanjang dengan pangkal membulat, tidak simetris dan ujungnya lancip. Ukuran anak daun dapat mencapai lebar 5 cm dan panjang 11 cm. Poros utama tempat kedudukan anak – anak daun dapat mencapai panjang 40 cm (Prawira dan Oetja 1978). Tulang daun berjumlah 6 – 11 pasang pada tiap sisinya (Ng 1992

dalam Zuhaidi dan Noor 2000).

Deskripsi Bunga dan Buah

Waktu pembungaan dan pembuahan bervariasi. Di Thailand utara, daun gugur bulan Januari – Februari, dan daun baru muncul segera sesudahnya, pembungaan terjadi Februari – Maret. Di Thailand, buah masak antara Juni – Juli pada lintang rendah berbatasan dengan Malaysia, sedangkan pada lintang yang lebih tinggi, buah akan masak lebih awal, yaitu pada bulan Mei dan Juni. Produksi benih melimpah setiap tahun (Joker 2002).

Bunga Sentang berwarna putih kehijauan dan berbau, mempunyai 5 kelopak yang berwarna putih berukuran panjang 5 – 5.6 mm dan lebar 1.5 – 2.5 mm. Panjang putik 4 mm. Bagian dalam bunga ditutupi bulu – bulu halus. Ovary terdiri dari 3 carpel dengan 2 lokus dan 1 kepala putik (Zuhaidi dan Noor 2000).

(19)

cabang – cabangnya ditutupi bulu – bulu halus (Prawira 1978). Panjang malai dapat mencapai 70 cm (Joker 2002).

Buah masak pada bulan Mei sampai Juni. Buah mengandung satu benih, berbentuk lonjong dengan panjang 2.4 – 3.2 cm dan lebar 1.3 – 1.6 cm (Zuhaidi dan Noor 2000). Buah memiliki kulit buah berdaging. Buah muda berwarna hijau, berubah kuning jika masak. Panjang benih 20 – 25 mm, lebar 10 – 12 mm. Dalam 1 kg terdapat 500 benih (Joker 2002).

Gambar 1 Buah, Bunga dan Cabang Berbunga (Lemmens et al. 1995).

Penyebaran dan Habitat

(20)

5

Menurut Prawira dan Oetja (1978), Sentang hidup tersebar atau berkelompok dalam hutan primer terutama di Kalimantan, pada tempat yang tidak digenangi air, di darat atau di pinggir anak sungai di atas tanah liat atau tanah pasir. Jenis in tumbuh pada ketinggian sampai 250 m dpl.

Sentang dapat ditemukan pada hutan dataran rendah dengan ketinggian 200 – 300 m dpl. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhannya yaitu 1600 – 2000 mm/tahun. Pertumbuhan Sentang pada areal yang datar lebih baik daripada di lereng gunung (Zuhaidi dan Noor 2000).

Kegunaan

Kayu Sentang mempunyai berat jenis 0.60 dan tergolong dalam kelas awet III – IV. Kayu Sentang banyak dipergunakan untuk bangunan rumah dan perahu. Kayu Sentang tergolong kuat, awet dan mudah dikerjakan (Prawira dan Oetja 1978).

Kayu Sentang sangat berguna untuk konstruksi ringan, meubel, panel dan vinir. Tunas muda dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Pohon ini biasanya di tanam di sepanjang jalan, batas peternakan atau batas kebun karet. Seperti neem, bijinya mengandung azadirachtin, digunakan sebagai insektisida. Pada agroforestry, pertanaman Sentang muda ditanam tumpangsari dengan padi, kacang tanah, buncis kedelai dan sayuran (Joker 2002). Daun Sentang dapat digunakan sebagai obat sakit perut dan gangguan pada suara (Mungkorndin 1993 dalam Kijkar 1996)

(21)

Silvikultur

Permudaan alam Sentang banyak terdapat di hutan primer, terutama di dekat pohon induk secara berkelompok atau menyebar (Prawira dan Oetja 1978). Penyebaran buah Sentang dibantu oleh burung atau kelelawar. Buah yang disebarkan oleh agen penyebar dapat mencapai jarak 500 – 800 m dari pohon induk (Zuhaidi dan Noor 2000).

Permudaan buatan Sentang dengan biji dapat dilakukan dengan menaburkan benih di bedeng atau langsung ditanam ke kantong plastik. Jarak tabur di bedeng adalah 20 cm antar larikan dan 5 cm dalam larikan benih. Setelah perkecambahan, semai memerlukan 50 % naungan dan kemudian secara bertahap mulai dikurangi sampai akhirnya tanpa naungan pada saat semai mencapai tinggi 30 cm (Joker 2002).

Permudaan buatan Sentang tidak hanya dengan biji, tetapi dapat pula menggunakan teknik pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif tersebut yaitu stek, cangkok, sambungan dan kultur jaringan. Stek akar merupakan metode yang paling umum digunakan untuk produksi berskala besar (Zuhaidi dan Noor 2000).

Bibit Cabutan

Bibit cabutan adalah anakan pohon yang tumbuh dan dimanfaatkan sebagai bibit dan cara pengumpulannya dengan cabutan. Anakan yang tumbuh berlimpah umumnya berasal dari pohon induk didekatnya. Pada saat anakan masih muda, daunnya lebih kecil daripada daun induknya (Soetarno et al. 2000).

Sistem cabutan mempunyai beberapa keuntungan yaitu (Smits 1986):

1 Tidak ada kemungkinan bahwa bibit yang dikumpulkan tidak berkecambah.

2 Bibit yang dicabut sudah tumbuh gratis di hutan alam sehingga waktu di pembibitan menjadi lebih singkat dan harga kesatuan bibit menjadi lebih rendah

3 Bibit yang dicabut sudah tertulari oleh cendawan dari pohon induk sehingga kekurangan mikoriza tidak akan menjadi masalah.

(22)

7

tenaga kerja yang dapat mengenal bibit /anakan (Smits 1986). Hal – hal yang patut diperhatikan dalam sistem cabutan adalah (Al Rasyid et al. 1991) :

1 Ukuran tinggi anakan yang dipergunakan di bawah 20 cm atau sudah berdaun 2 – 5 lembar.

2 Waktu pencabutan anakan setelah hujan turun dimana kondisi tanah dalam keadaan lunak.

3 Anakan yang telah dicabut segera disapih di persemaian minimum 30 hari di bawah naungan plastik dan penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari agar kelembaban tinggi (95 %) dapat terjaga. Setelah bibit bertunas 20 – 75 % naungan plastik dibuka.

4 Apabila keadaan terpaksa belum dapat disapih bibit dapat disimpan pada tempat lembab maksimum 6 hari.

5 Pengangkutan bibit cabutan ke persemaian tidak lebih dari 6 hari.

Soetarno et al. (2000) menjelaskan bahwa semakin besar bibit, resiko kematian semakin tinggi. Bibit yang optimal adalah pada saat bibit memiliki 2 – 5 daun termasuk pasangan daun pertama. Bibit yang berukuran besar masih mungkin untuk dicabut tetapi membuat biaya pengangkutan menjadi mahal. Sebaiknya bibit yang boleh dicabut tinggi maksimal tidak melebihi 60 cm.

Media Tanam Tanah

Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara. Tanah lapisan atas mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan menghisap dan memegang air yang tinggi. Tanah yang beraerasi baik, persentase pembentukan akar pada tanaman lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik (Hartmann dan Kester 1983).

(23)

kurang kompak dalam menunjang sistem perakaran dan kemungkinan kerusakan semai dalam pengangkutan ke persemaian dan ke lapangan (Kurniawati 1991).

Menurut Hartmann dan Kester (1983) kriteria media yang baik adalah sebagai berikut :

1 Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang benih selama perkecambahan atau pertumbuhan.

2 Harus mampu mempertahankan kelembaban. 3 Memiliki aerasi dan drainase yang baik.

4 Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagai organisme penyakit.

5 Tidak memiliki salinitas yang tinggi.

6 Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek penghilangan terhadap unsur – unsur penting bagi pertumbuhan.

Kompos

Kompos adalah bahan organis yang telah menjadi lapuk. Pupuk kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah. Apabila kompos diberikan pada tanah sebagai media tumbuh maka akan mempengaruhi sifat kimia, fisika maupun biologi tanah dan dapat digunakan sebagai bahan untuk memperkaya bahan organik tanah (Murbandono 1994).

Perbaikan sifat fisik tanah berupa perbaikan struktur dan tekstur tanah. Perbaikan sifat kimia tanah oleh kompos berupa penyediaan unsur – unsur hara makro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, S, Mn dan Cu. Selain itu populasi mikroorganisme tanah juga akan meningkat (Murbandono 1994).

Kompos sebagai bahan organik berperan besar terhadap perbaikan sifat – sifat tanah antara lain (Murbandono 1994) :

1 Memperbesar daya ikat tanah yang berpasir sehingga struktur tanah menjadi lebih baik.

2 Dapat memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga tanah yang tadinya berat akan menjadi ringan

(24)

9

4 Memperbaiki drainase dan tata udara tanah terutama tanah berat.

5 Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan atau air pengairan.

Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat diartikan sebagai senyawa organik selain zat hara yang dalam jumlah sedikit mendukung, menghambat maupun merubah berbagai proses fisiologis tanaman. ZPT adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan pertumbuhan ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon, mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan tempat pembentukan hormon (Hartmann dan Kester 1983).

ZPT di dalam tanaman terdiri dari 5 kelompok yaitu Auksin, Gibberelin, Sitokinin, Ethylene dan Inhibitor (Abidin 1983). Hormon yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon sedangkan yang sintetis disebut ZPT (Wattimena et al.1992).

Pemberian hormon tidak hanya akan memperbanyak akar lateral, tetapi juga menambah panjang rata-rata dari akar (Kusumo 1989). Rootone-F merupakan salah satu hormon penumbuh yang diperdagangkan dalam bentuk serbuk, berwarna putih, tidak larut dalam air dan berguna untuk mempercepat dan memperbanyak pembentukan akar-akar baru.

Bahan aktif yang dikandung oleh hormon penumbuh akar Rootone-F adalah sebagai berikut :

- 1 Naphathalene acetamide : 0.067 % - 2 Methyl – 1 – Naphathalene acetic acid : 0.033 % - 2 Methyl – 1 – Naphathalene acetamide : 0.013 % - Indole – 3 – Butyricacid : 0.057 %

- Thiram : 4.000 %

- Inert Ingredient : 95.330 %

(25)

untuk memperbanyak dan mempercepat perakaran. Selain itu, Thiram berfungsi sebagai fungisida.

Hasil – Hasil Penelitian Stek Pucuk

Stek pucuk merupakan salah satu metode pembiakan vegetatif yang telah banyak dikembangkan pada berbagai jenis tumbuhan kehutanan. Prihatin (2000) telah melakukan penelitian stek pucuk dan stek batang Kepuh (Sterculia foetida

Linn.) pada berbagai media (pasir dan serabut kelapa) dan dosis hormon Rootone – F (0, 50, 100 dan 150 mg/stek). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek pucuk memiliki kemampuan pertumbuhan yang lebih baik daripada stek batang, sedangkan media perakaran terbaik untuk stek Kepuh adalah media serabut kelapa. Untuk penggunaan ZPT Rootone-F, pemakaian dosis 150 mg/stek terbukti paling efektif meningkatkan keberhasilan stek Kepuh terutama terhadap kualitas perakaran (jumlah akar primer dan total panjang akar primer).

(26)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Persemaian Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah selama 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai cabutan Sentang, Rootone-F dan media tanam (tanah dan kompos). Alat yang dipergunakan adalah kaliper, polybag berukuran 15 x 20 cm, timbangan analitik merk Ohaus, sprayer, gunting stek, sungkup plastik, oven, kamera, penggaris dan alat tulis.

Metode Penelitian Pengumpulan Bibit Cabutan

Bibit cabutan Sentang yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Hutan Percobaan Darmaga. Bibit cabutan yang telah diambil kemudian dikumpulkan dan dikurangi bagian daunnya hingga 75 % untuk mengurangi penguapan selama perjalanan. Selain mengurangi bagian daun, dilakukan pula pemotongan akar pada akar yang terlalu panjang atau rusak. Setelah bibit terkumpul, bibit tersebut dimasukan dalam kantong plastik dan ditata bolak – balik antara akar dengan pucuk. Selama perjalanan, bibit diusahakan dalam keadaan lembab. Untuk itu bibit selalu disemprot dengan air dan jangan terlalu lama terkena cahaya matahari.

Persiapan Media Tanam

(27)

Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh

Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan adalah Rootone – F dengan dosis hormon yang digunakan adalah 0 mg, 50 mg, 100 mg dan 150 mg/semai. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Prihatin (2000) untuk jenis Kepuh. Rootone – F yang telah ditimbang kemudian dicampur dengan air sampai berbentuk pasta.

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dilakukan dengan cara oles. Bibit yang sudah dipisahkan menurut perlakuan kemudian diikat dan dimasukan ke dalam wadah yang sudah berisi cairan pasta Rootone – F pada masing – masing dosis hormon.

Penanaman

Bibit cabutan yang telah diolesi Rootone – F kemudian ditanam pada media polybag yang bagian tengahnya dilubangi dengan diameter yang lebih besar dari diameter bibit, kemudian polybag tersebut disimpan di bedengan.

Pemeliharaan

Untuk mengurangi transpirasi maka selama kurang lebih 2 minggu setelah penanaman di polybag, bibit tersebut diletakkan di bawah sungkup plastik. Pada 2 minggu pertama, kelembaban di sekitar bibit selalu dijaga, untuk itu dilakukan penyemprotan. Kegiatan pemeliharaan terhadap bibit cabutan yang telah ditanam meliputi penyiraman dan pembersihan gulma. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari, kecuali hari hujan.

Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan bibit dimulai setelah bibit cabutan ditanam hingga berumur 4 bulan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

ƒ Persentase semai hidup

(28)

13

ƒ Jumlah daun

Banyaknya jumlah daun baru yang tumbuh dihitung pada akhir penelitian. ƒ Tinggi semai

Pengukuran tinggi semai dilakukan dari titik kotiledon hingga pucuk anakan. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali selama penelitian. ƒ Diameter semai

Pengukuran diameter semai dilakukan dari titik pengukuran 1 cm dari titik kotiledon. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

ƒ Jumlah akar

Pengukuran jumlah akar meliputi banyaknya jumlah akar primer dan sekunder pada setiap sampel.

ƒ Berat basah pucuk dan akar

Pengukuran berat basah pucuk dan akar semai dilakukan pada akhir penelitian. Setelah pengamatan selesai, sampel tanaman dipotong pada bagian pucuk dan akar kemudian bagian pucuk dan akar tersebut dibersihkan lalu dilakukan penimbangan pada masing – masing bagian semai tersebut. ƒ Berat kering pucuk dan akar

Pengukuran terhadap berat kering pucuk dan akar semai dilakukan setelah penimbangan berat basah dan sampel tanaman tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 70oC selama 48 jam

ƒ Nisbah pucuk akar

Nisbah pucuk akar adalah perbandingan berat kering pucuk dengan berat kering akar.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah faktor ukuran tinggi bibit cabutan yang terdiri atas dua taraf, yaitu :

ƒ A1 = Tinggi bibit 10 – 35 cm ƒ A2 = Tinggi bibit 36 – 60 cm

(29)

ƒ B1 = 0 mg/semai ƒ B2 = 50 mg/semai ƒ B3 = 100 mg/semai ƒ B4 = 150 mg/semai

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan yang selanjutnya akan dibuat 30 ulangan sehingga terdapat 240 satuan percobaan (2 x 4 x 30). Model umum rancangan percobaan faktorial adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk ; i = 1,2 ; j = 1,2,3,4 ;k = 1,2,...,30

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada faktor tinggi bibit (A) taraf ke-i, faktor dosis

Rootone-F (B) taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ = rata – rata umum

αi = pengaruh utama faktor tinggi bibit βj = pengaruh utama faktor dosis Rootone-F

(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor tinggi bibit dan faktor dosis Rootone-F εijk = pengaruh acak yang menyebar normal

Analisis Data

Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan program SAS for Windows Release 6.12. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara berbagai perlakuan yang diberikan, maka dilakukan sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 = Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai cabutan H1 = Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai cabutan Sedangkan kriteria pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji adalah : F hitung < F tabel terima H0

F hitung > F tabel tolak H0

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Persentase Hidup

Persentase hidup semai cabutan merupakan perbandingan antara semai cabutan yang hidup terhadap seluruh semai yang ditanam. Persentase hidup setiap perlakuan menunjukkan bahwa semua semai dapat hidup dengan baik karena persentase hidupnya mencapai 100 % (Tabel 1). Hal ini membuktikan bahwa semai cabutan Sentang dapat ditanam di persemaian dengan mudah (Gambar 3).

Tabel 1 Jumlah dan Persentase Hidup Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Jumlah Hidup % Hidup

A1B1 30 100 A1B2 30 100 A1B3 30 100 A1B4 30 100 A2B1 30 100 A2B2 30 100 A2B3 30 100 A2B4 30 100 Total 240 100

(31)

Gambar 3 Bibit Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian.

Selama di persemaian, terjadi perubahan keragaan semai cabutan Sentang. Pada minggu pertama setelah penanaman, tunas baru mulai tumbuh. Seluruh semai telah bertunas pada minggu kedua. Selain munculnya tunas, terjadi pula kerontokan daun tua, sedangkan daun muda tetap hidup dan tidak rontok. Kerontokan daun banyak terjadi pada semai yang berukuran 36 – 60 cm, sedangkan pada semai yang berukuran 10 – 35 cm hanya beberapa semai saja yang mengalami kerontokan daun. Kerontokan daun dimulai dengan menguningnya daun kemudian daun terlepas dari tangkainya dan selanjutnya tangkai terlepas dari batangnya. Kerontokan daun terjadi selama penelitian.

Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan

(32)

17

Gambar 4 Grafik Pertumbuhan Rata – rata Pertambahan Tinggi Semai Cabutan Sentang Selama 16 Minggu.

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa pertambahan tinggi setiap perlakuan pada awal penelitan tidak jauh berbeda. Perbedaan tinggi mulai terlihat pada minggu keempat terutama perlakuan ukuran bibit 10 – 35 cm dengan dosis Rootone – F 50 mg/semai (A1B2). Pada minggu terakhir dapat dilihat bahwa perlakuan ukuran bibit 36 – 60 cm dan dosis Rootone – F 100 mg/semai (A2B3)

menghasilkan pertumbuhan tertinggi, sedangkan perlakuan ukuran bibit 10 – 35 cm (A1B1) dan dosis Rootone – F 0 mg/semai menghasilkan pertumbuhan terendah.

Tabel 2 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Ukuran Bibit 1 249.90004167 249.90004167 22.94** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 85.71979167 28.57326389 2.62 0.0514

Interaksi 3 75.53379167 25.17793056 2.31 0.0770

Galat 232 2527.43433333 10.89411351

Total 239 2938.58795833

Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 %

(33)

Tabel 3 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Pertambahan Tinggi (cm)

A1 (10 - 35 cm) 7.18b

A2 (36 - 60 cm) 9.22a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

Tabel 3 menyajikan hasil Uji Duncan yang menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bibit 36 – 60 cm menghasilkan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran bibit 10 – 35 cm. Perlakuan ukuran bibit 10 – 35 cm dapat meningkatkan pertambahan tinggi sebesar 7.18 cm, sedangkan untuk ukuran bibit 36 – 60 cm pertambahan tingginya sebesar 9.22 cm atau meningkat 28.41 % dibandingkan dengan kontrol.

(34)

19

Tabel 4 Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Dosis Rootone – F

Ukuran Bibit Jumlah Rerata (cm)

Interaksi antara perlakuan ukuran bibit dan dosis Rootone – F (Tabel 4)

menunjukkan bahwa ukuran bibit 10 – 35 cm dengan dosis Rootone – F 0 mg/semai (A1B1) menghasilkan pertumbuhan terendah yaitu 6.37 cm,

sedangkan ukuran bibit 36 – 60 cm dengan dosis Rootone – F 100 mg/semai (A2B3) menghasilkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10.43 cm atau meningkat 63.74 % dibandingkan dengan kontrol (Gambar 6).

(35)

Gambar 7 Keragaan Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan yang Telah Diberi Perlakuan.

Diameter Semai Cabutan

Pengukuran terhadap diameter semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Hasil sidik ragam (Tabel 5) menunjukkan bahwa ukuran bibit berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter semai cabutan, sedangkan dosis Rootone – F dan interaksinya tidak berpengaruh nyata.

Tabel 5 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Sumber keragaman

Db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F-hitung Pr > F

Ukuran Bibit 1 0.02128167 0.02128167 38.89** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 0.00365000 0.00121667 2.22 0.0862 Interaksi 3 0.00187500 0.00062500 1.14 0.3328

Galat 232 0.12695333 0.00054721

Total 239 0.15376000

Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 %

(36)

21

semai cabutan sebesar 0.05 cm apabila dibandingkan ukuran bibit 36 – 60 cm yang meningkatkan diameter semai sebesar 0.07 cm atau meningkat 40 % dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 6 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Pertumbuhan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Pertambahan Diameter (cm)

A1 (10 - 35 cm) 0.05b

A2 (36 - 60 cm) 0.07a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

Interaksi perlakuan ukuran bibit dan dosis Rootone – F menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bibit 36 – 60 cm dan dosis Rootone – F 150 mg/semai (A2B4) mampu meningkatkan diameter semai sebesar 0.08 cm. Untuk diameter terkecil terdapat pada perlakuan tinggi bibit 10 – 35 cm dengan dosis Rootone–F 0 mg/semai.

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4

Perlakuan

Diameter (cm)

(37)

Jumlah Daun

Pengukuran jumlah daun baru yang tumbuh dilakukan pada akhir penelitian. Berdasarkan sidik ragam (Tabel 7) dapat dilihat bahwa ukuran bibit dan dosis Rootone – F berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun baru, sedangkan interaksinya tidak berpengaruh nyata.

Tabel 7 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang umur 4 Bulan di Persemaian Sumber

keragaman

Db Jumlah

Kuadrat

Kuadrat Tengah

F-hitung Pr > F

Ukuran Bibit 1 75.93750000 75.93750000 73.33** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 12.24583333 4.08194444 3.94** 0.0091 Interaksi 3 5.74583333 1.91527778 1.85 0.1389

Galat 232 240.23333333 1.03548851

Total 239 334.16250000

Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 %

Menurut Uji Duncan (Tabel 8), ukuran bibit 36 – 60 cm memberikan pengaruh sangat nyata yaitu menghasilkan 6 helai daun dibandingkan ukuran bibit 10 – 35 cm yang hanya menghasilkan 5 helai daun.

Tabel 8 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Jumlah daun (helai)

A1 (10 - 35 cm) 5.23 b

A2 (36 - 60 cm) 6.35a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

(38)

23

Tabel 9 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Jumlah Daun (helai) Persentase Peningkatan (%) B1 ( 0 mg/semai)

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

Interaksi antara ukuran dan dosis Rootone – F memberikan rata – rata jumlah daun terbanyak yaitu pada perlakan ukuran bibit 36 – 60 cm dengan dosis Rootone – F 100 mg/semai (A2B3) yaitu menghasilkan daun sebanyak 7 helai daun, sedangkan bibit yang berukuran 10 – 35 cm menghasilkan 5 helai daun (Gambar 9).

A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4

Perlakuan

Jumlah Daun (Helai)

Gambar 9 Pengaruh ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian.

Berat Basah Pucuk

Pengukuran berat basah pucuk dilakukan pada akhir penelitian. Pengukuran ini dilakukan dengan cara menimbang bagian pucuk yang telah dibersihkan.

(39)

Tabel 10 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Berat Basah Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Ukuran Bibit 1 1883.56051042 1883.56051042 291.19** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 64.88262458 21.62754153 3.34* 0.0200 Interaksi 3 38.37807125 12.79302375 1.98 0.1180 Galat 232 1500.67362333

Total 239 3487.49582958

Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf uji F 5 % ** = Berbeda sangat nyata pada taraf Uji F 1 %

Uji Duncan (Tabel 11) menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bibit 36–60 cm berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah pucuk dan merupakan perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan berat basah pucuk sebesar 7.93 gram/semai.

Tabel 11 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Basah Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Berat Basah Pucuk (g)

A1 (10 - 35 cm) 2.33b

A2 (36 - 60 cm) 7.93a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

Hasil Uji Duncan (Tabel 12) menunjukkan bahwa dosis Rootone – F 100 mg/semai (B3) mampu menghasilkan berat basah pucuk sebesar 5.89 gram/semai atau meningkat 30.60 % dibandingkan dengan kontrol (B1).

Tabel 12 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Basah Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Berat Basah Pucuk (g) Persentase Peningkatan (%) B1 ( 0 mg/semai)

(40)

25

Berat Basah Akar

Pengukuran berat basah akar dilakukan pada akhir penelitian. Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang bagian akar yang telah dicuci dan dibersihkan.

Tabel 13 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Berat Basah Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Ukuran Bibit 1 418.86268167 418.86268167 196.41** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 3.98240667 1.32746889 0.62 0.6011

Interaksi 3 2.15028500 0.71676167 0.34 0.7993

Galat 232 494.77108667 2.13263399

Total 239 919.76646000

Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 %

Hasil sidik ragam (Tabel 13) menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bibit berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah akar, sedangkan dosis Rootone – F dan interaksinya tidak berpengaruh nyata.

Tabel 14 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Basah Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Berat Basah Akar (g)

A1 (10 - 35 cm) 0.87b

A2 (36 - 60 cm) 3.51a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

Uji Duncan (Tabel 14) menunjukkan bahwa ukuran bibit 36 – 60 cm berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah akar. Ukuran bibit 36 – 60 cm mampu mennghasilkan berat basah akar sebesar 3.51 gram/semai, sedangkan ukuran bibit 10 – 35 cm menghasilkan berat basah akar sebesar 0.87 gram/semai.

(41)

Rootone – F 0 mg/semai (A1B1) menghasilkan berat basah terkecil yaitu sebesar 0.61 gram/semai.

Berat Kering Pucuk

Pengukuran berat kering pucuk dilakukan setelah pengukuran berat basah pucuk dan pucuk tersebut dikeringkan dalam oven selama 48 jam pada suhu 70oC. Setelah bagian pucuk dioven kemudian dilakukan penimbangan.

Tabel 15 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Ukuran Bibit 1 162.54250042 162.54250042 271.76** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 7.11583125 2.37194375 3.97** 0.0088

Interaksi 3 4.06605792 1.35535264 2.27 0.0816

Galat 232 138.76415667 0.59812136

Total 239 312.48854625

Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 %

Hasil sidik ragam (Tabel 15) menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bibit dan dosis Rootone – F berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering pucuk, sedangkan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering pucuk.

Tabel 16 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Berat Kering Pucuk (g)

A1 (10 - 35 cm) 0.64b

A2 (36 - 60 cm) 2.29a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

(42)

27

sedangkan ukuran bibit 10 – 35 cm hanya menghasilkan berat kering pucuk sebesar 0.64 gram/semai.

Tabel 17 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Berat Kering Pucuk (g) Persentase Peningkatan (%) B1 ( 0 mg/semai)

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

Uji Duncan (Tabel 17) menunjukkan bahwa dosis Rootone – F yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering pucuk. Adapun dosis Rootone – F yang dapat menghasilkankan berat kering pucuk terbesar yaitu 100 mg/semai (B3). Dosis Rootone – F 100 mg/semai mampu menghasilkan berat kering pucul sebesar 1.72 gram/semai atau meningkat 36.51 % dibandingkan dengan kontrol (B1).

Interaksi antara ukuran bibit dan dosis Rootone – F (Lampiran 6) menunjukkan bahwa ukuran bibit 36 – 60 cm dengan dosis Rootone – F 100 mg/semai (A2B3) dapat menghasilkan berat kering pucuk terbesar yaitu 2.74 gram/semai, sedangkan perlakuan ukuran bibit 10 – 35 cm dengan dosis Rootone – F 150 mg/semai (A1B4) menghasilkan berat kering pucuk terkecil yaitu sebesar 0.50 gram/semai.

Berat Kering Akar

(43)

Tabel 18 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Ukuran Bibit 1 45.05800042 45.05800042 220.89** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 0,34542458 0.11514153 0.56 0.6390 Interaksi 3 0.54122458 0.18040819 0.88 0.4498

Galat 232 47.32435000 0.20398427

Total 239 93.26899958

Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 %

Uji Duncan (Tabel 19) menunjukkan bahwa ukuran bibit 36 – 60 cm berpengaruh nyata terhadap berat kering akar. Ukuran bibit yang dapat menghasilkan berat kering akar terbesar yaitu bibit yang berukuran 36 – 60 cm dengan berat kering sebesar 1.13 gram/semai.

Tabel 19 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Kering Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Berat Kering Akar (g)

A1 (10 - 35 cm) 0.26b

A2 (36 - 60 cm) 1.13a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

Interaksi antara ukuran bibit dan dosis Rootone – F (Lampiran 7) menunjukkan bahwa ukuran bibit 36 – 60 cm dengan dosis Rootone – F 100 mg/semai (A2B3) dapat menghasilkan berat kering akar terbesar yaitu 1.23 gram/semai, sedangkan perlakuan ukuran bibit 10 – 35 cm dengan dosis Rootone – F 0 mg/semai (A1B4) menghasilkan berat basah terkecil yaitu sebesar 0.20 gram/semai.

Nisbah Pucuk Akar

(44)

29

Tabel 20 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Nisbah Pucuk Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Sumber keragaman

Db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F-hitung Pr > F

Ukuran Bibit 1 5.93461500 5,93461500 15.55** 0.0001 Dosis Rootone - F 3 3.00358833 1.00119611 2.62 0.0513

Interaksi 3 0.14171500 0.04723833 0.12 0.9460

Galat 232 88.52380000 0.38156810

Total 239 97,60371833

Keterangan : ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 %

Hasil sidik ragam (Tabel 20) menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bibit berpengaruh sangat nyata terhadap nilai nisbah pucuk akar, sedangkan dosis Rootone – F dan interaksinya tidak berpengaruh nyata.

Tabel 21 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Nisbah Pucuk Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Nisbah Pucuk Akar

A1 (10 - 35 cm) 2.50a

A2 (36 - 60 cm) 2.19b

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

(45)

Jumlah Akar Primer

Tabel 22 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Akar Primer Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Ukuran Bibit 1 0.15000000 0.15000000 0.64 0.4246 Dosis Rootone - F 3 0.95000000 0.31666667 1.35 0.2588

Interaksi 3 0.48333333 0.16111111 0.69 0.5607

Galat 232 54.40000000 0.23448276

Total 239 55.98333333

Hasil sidik ragam (Tabel 22) menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer. Semua kombinasi perlakuan menghasilkan jumlah akar primer yang sama yaitu satu akar primer pada setiap perlakuan (Lampiran 9).

Jumlah Akar Sekunder

Hasil sidik ragam (Tabel 23) menunjukkan bahwa perlakuan dosis Rootone – F berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sekunder, sedangkan ukuran bibit dan interaksi tidak berpengaruh nyata.

Tabel 23 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian Dosis Rootone - F 3 1556.98333333 518.99444444 3.15* 0.0258 Interaksi 3 288.73333333 96.24444444 0.58 0.6260 Galat 232 38233.20000000 164.79827586

Total 239 40091.98333333

Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf uji F 5 %

(46)

31

yang dapat menghasilkan jumlah akar sekunder terbanyak yaitu 100 mg/semai (B3) dengan jumlah akar sekunder sebanyak 33 buah akar sekunder/semai.

Tabel 24 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Perlakuan Jumlah akar Sekunder (Buah)

Persentase Peningkatan (%)

B1 ( 0 mg/semai) B2 ( 50 mg/semai) B3 (100 mg/semai) B4 (150 mg/semai)

26.38b 32.15a 32.62a 28.82ab

- 21.87 23.65 9.25

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Duncan

(47)

← akar primer

← akar primer ← akar sekunder

← akar sekunder

(A) (B)

Gambar 11 Arsitektur Akar. (A) Arsitektur Akar pada Semai yang Berukuran 10 – 35 cm (B) Arsitektur Akar pada Semai yang Berukuran 36 – 60 cm

Hubungan antara Dosis Rootone – F dan jumlah Akar Sekunder

Berdasarkan hasil analisis regresi hubungan antara jumlah akar sekunder dan dosis Rootone – F diperoleh model persamaan Y = - 0.001X2 + 0.1591X + 26.432 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.9989 (Gambar 12). Hal tersebut menunjukkan bahwa dosis Rootone – F optimum untuk meningkatkan jumlah

(48)

33

Gambar 12 Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian.

Hubungan antara Dosis Rootone – F dan Berat Kering Akar

Berdasarkan hasil analisis regresi hubungan antara berat kering akar dan dosis Rootone – F diperoleh model persamaan Y = - 2E-05X2 + 0.039X + 1.293 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.8573 (Gambar 13). Hal tersebut menunjukkan bahwa dosis Rootone – F 100 mg/semai merupakan dosis yang paling baik untuk menghasilkan berat kering akar terbesar. Jika dosis Rootone – F ditingkatkan ( > 100 mg/semai) maka akan terjadi penurunan berat kering akar.

y = -2E-05x2 + 0.0039x + 1.293

Gambar 13 Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian.

Hubungan antara Jumlah Akar Sekunder dan Pertambahan Tinggi

(49)

tinggi semai yang disebabkan oleh peningkatan luas bidang serapan hara dan air. Dalam hal ini, semakin banyak jumlah akar sekunder maka akan diikuti kenaikan pertambahan tinggi.

Gambar 14 Pengaruh Jumlah Akar Sekunder terhadap Pertambahan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian

Hubungan antara Jumlah Akar Sekunder dan Berat Kering Total

Berdasarkan hasil analisis regresi hubungan antara jumlah akar sekunder dan berat kering total diperoleh model persamaan Y = 0.1461X – 0.0547 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.9075 (Gambar 15). Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan jumlah akar sekunder akan meningkatkan berat kering total. Dalam hal ini, semakin banyak jumlah akar sekunder maka akan diikuti kenaikan berat kering total.

(50)

35

Pembahasan

Pengaruh Dosis Rootone – F

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlakuan dosis Rootone – F berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun serta berat kering

pucuk dan berpengaruh nyata terhadap berat basah pucuk dan jumlah akar sekunder.

Akar sebagai organ tanaman tumbuh secara geotropik, selain berfungsi sebagai penegak batang juga berperan sebagai organ penyerap hara dalam mendukung laju pertumbuhan (Hartman et al. 1990). Jumlah akar yang dihasilkan oleh setiap semai cabutan berbeda – beda. Jumlah akar menunjukkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara (Schuurman dan Goedewagen 1971). Seperti terlihat pada Tabel 23, dosis Rootone – F yang menghasilkan jumlah akar sekunder terbanyak (33 buah akar sekunder) diperoleh pada dosis 100 mg/semai. Percabangan akar pada bibit yang berukuran 10 – 35 cm tidak sebanyak percabangan akar yang terjadi pada bibit yang berukuran 36 – 60 cm (Gambar 11). Semakin banyak percabangan akar maka akan memperluas bidang serapan akar untuk menyerap unsur hara dan air.

Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rootone – F. Rootone – F adalah salah satu jenis ZPT berbentuk serbuk yang berguna untuk merangsang , memperbanyak dan mempercepat pembentukan akar – akar baru. Rootone – F merupakan ZPT yang mudah diperoleh dan

harganya relatif murah. Bahan yang terkandung dalam Rootone – F yaitu

1 Naphathalene acetamide (0.067 %), 2 Methyl – 1 – Naphathalene acetic acid

(0.033 %), 2 Methyl – 1 – Naphathalene acetamide (0.013 %), Indole – 3 – Butyricacid (IBA) (0.057 %) dan Thiram (4.000 %). Soemomarto (1975) menjelaskan bahwa tiga senyawa yang memiliki inti Naphathalene berfungsi memperbanyak dan mendorong timbulnya suatu perakaran sedangkan satu senyawa aktif yang mengandung indole bermanfaat untuk memperbanyak dan mempercepat perakaran. Selain itu, Thiram berfungsi sebagai fungisida.

(51)

pembentukan akar (Wattimena et al. 1992). Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), IBA dan NAA bersifat lebih baik dan efektif daripada IAA, karena IBA dan NAA lebih unggul dalam aktivitas perakaran. Hal ini dikarenakan kandungan kimia IBA dan NAA lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama daripada IAA serta memberikan kemungkinan lebih berhasilnya pembentukan akar.

Penggunaan ZPT pada tanaman akan efektif pada jumlah atau dosis yang tepat dan dalam jumlah yang sedikit. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak bagian yang terluka berupa pembelahan sel dan kalus yang berlebihan dan mencegah tunas dan akar, sedangkan konsentrasi di bawah optimum menjadi tidak efektif (Wudianto 1993), sehingga pembentukan primordia akar menjadi lebih lambat. Jumlah dan konsentrasi Rootone – F yang diberikan pada semai harus tepat agar waktu perakaran cepat dan menghasilkan sistem perakaran yang baik.

Rootone – F yang digunakan pada semai cabutan Sentang sangat bermanfaat terutama dalam meningkatkan jumlah akar sekunder dan berat akar. Kemampuan suatu senyawa Rootone – F yang diberikan untuk merangsang pembentukan akar memiliki kekuatan untuk menembus dinding sel dan mempengaruhi kemampuan semai berakar. Apabila senyawa Rootone – F dapat memasuki dinding sel dengan baik maka proses pembentukan primordia akar dan akar berlangsung cepat (Prawiranata et al. 1981). Kandungan hormon endogen yang terdapat dalam bahan tanaman juga banyak membantu dalam proses pembentukan akar. Dalam hal ini, penambahan hormon eksogen untuk meningkatkan kinerja hormon endogen.

(52)

37

Akar muda mempunyai empat zone karakteristik anatomis berbeda : (1) penutup ujung akar, sel – sel parenkim seperti lendir berdinding tebal yang merupakan lapisan pelindung; (2) Meristem sub apikal yang merupakan titik tumbuh yang menghasilkan sel – sel semua jaringan akar primer lain; (3) zone pemanjangan; dan (4) zone pendewasaan, yang berkembang menjadi jaringan akar

permanen yaitu epidermis, korteks dan stele (Kuntz 1973 dalam Daniel

et al.1987). Akar – akar rambut terbentuk terus menerus dibelakang ujung akar dan berkembang menjadi sangat penting dalam penyerapan air. Ribuan akar rambut berkembang pada semai yang hanya berumur beberapa minggu dan terus menerus mengelupas dengan berkembangnya sistem akar (Karizumi 1974 dalam Daniel et al. 1987). Akar rambut terbentuk dari sel epidermis yang tumbuh memanjang menjadi akar semu yang berfungsi untuk menyerap unsur hara.

Kemampuan semai untuk memproduksi akar baru tergantung pada kondisi iklim di persemaian, karakteristik genetis jenis, perlakuan pada semai sebelum dipindahkan, kondisi penyimpanan dan transportasi semai, kehati – hatian dalam penanaman dan lingkungan lokasi penanaman. Adapun faktor – faktor lingkungan tanah yang berpengaruh terhadap perkembangan akar yaitu (Daniel et al. 1987) :

1 Suhu

Suhu rendah menghambat pertumbuhan metabolisme dan pendewasaan akar. Penyerapan air dan hara akan berkurang dan mungkin tidak mencukupi kebutuhan pucuk. Pada suhu rendah, air menjadi lebih pekat dan jaringan menjadi kurang permeabel. Pada suhu tinggi kecepatan respirasi yang naik mengurangi pertumbuhan akar. Aktivitas akar yang tidak efisien sebagai konsekuensi suhu tanah rendah biasanya dapat menjadi sebab kegagalan suatu jenis tumbuh sesudah penanaman.

2 Oksigen

(53)

3 Kesuburan

Semakin subur tanah, perkembangan akar semakin besar dalam arti masa per unit volume, dan juga semakin tinggi penetrasi akar.

4 Rintangan mekanis

Pertumbuhan akar dihalangi oleh tanah yang padat karena hambatan fisik langsung, aerasi lebih rendah dan kurang perkolasi air.

Pengaruh Ukuran Bibit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran bibit berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati kecuali jumlah akar primer dan sekunder. Ukuran bibit yang menghasilkan pertumbuhan dan biomassa terbaik yaitu bibit yang berukuran 36 – 60 cm. Pada uji coba penanaman bibit Shorea leprosula Miq pada alang –alang rapat ternyata bibit dengan ukuran 10 – 25 cm memiliki pertambahan tinggi dan diameter yang lebih kecil dibandingkan bibit yang berukuran 25 – 40 cm dan 40 – 60 cm (Kosasih 1984). Pengalaman di Filipina, bibit Casuarina equisetifolia yang tingginya antara 50 – 150 cm sangat mudah ditanam sebagai cabutan (Munez dan Nagpala 1983).

Pertumbuhan diameter berpengaruh sangat nyata pada bibit yang berukuran 36 – 60 cm (Tabel 6) yang menghasilkan pertumbuhan diameter sebesar 0.07 cm atau meningkat 40 % dibandingkan dengan kontrol. Seluruh pertumbuhan batang terjadi selama 15 – 20 minggu, sampai musim panas dan karenanya sangat dipengaruhi oleh lingkaran dan produksi fotosintesa tahun yang berjalan (Daniel et al. 1987).

(54)

39

Penyediaan karbohidrat oleh daun untuk pembentukan biomassa tanaman harus diimbangi aktivitas akar menyerap air dan unsur hara yang ditentukan oleh kuantitas akar dan efisiensi akar menyerap bahan tanaman tersebut. Unsur hara tersebut akan diangkut ke bagian atas sampai ke daun tanaman bersama dengan aliran transpirasi. Gula yang disintesis dari bagian atas tanaman terutama sukrosa akan disebarkan ke bagian lain tanaman (Sitompul dan Guritno 1995).

Peningkatan berat kering semai menunjukkan bahwa perkembangan sel – sel jaringan berjalan dengan cepat dan memiliki produktivitas yang tinggi. Perkembangan sel – sel jaringan ini berhubungan erat dengan fotosintesis yang terjadi pada kebanyakan tanaman berhijau daun. Menurut Suhariyono (1995), berat kering semai menggambarkan kemampuan semai untuk melakukan fotosintesis selama pertumbuhan dan perakarannya berkembang dengan baik sehingga penyerapan unsur hara berjalan lancar begitu pula proses fotosintesis berjalan baik dan menghasilkan karbohidrat yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan berat kering semai.

Pengaruh Interaksi Dosis Rootone – F dan Ukuran Bibit

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara dosis Rootone – F dan ukuran bibit tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap seluruh variabel yang diamati. Tidak nyatanya interaksi menunjukkan bahwa respon dari suatu faktor tidak berubah pada kondisi faktor yang lain. Hal ini karena hormon Rootone – F hanya bekerja di awal untuk induksi akar – akar baru. Pertumbuhan hanya menunjukkan efek dari pertambahan jumlah akar baru yang terbentuk.

Gambar

Gambar 1 Buah, Bunga dan Cabang Berbunga (Lemmens et al. 1995).
Gambar 2 Tegakan Sentang di Dekat Taman Rekreasi Kapang Surin di Trang, Thailand. Foto Samyos Kijkar
Gambar 3 Bibit Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian.
Gambar 4 Grafik Pertumbuhan Rata – rata Pertambahan Tinggi Semai Cabutan Sentang Selama 16 Minggu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukkan, bahwa dosis pupuk majemuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap penambahan tinggi semai, berat basah semai sengon dan penambahan diameter batang

Pemberian berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar, panjang akar terpanjang, bobot basah akar, bobot kering akar, diameter

Konsentrasi dan waktu pemberian pupuk daun berpengaruh nyata terhadap panjang tunas, jumlah daun, bobot basah batang, bobot kering batang, bobot basah daun, bobot kering

Berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap panjang daun, berat basah total dan berat kering oven plantlet, namun berpengaruh tidak nyata terhadap penambahan tinggi, jumlah

Pemberian kompos greenbotane pada bibit kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter bonggol, berat basah, berat kering bibit dan

Interaksi komposisi media dengan dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, panjang akar dan berat kering total semai jabon, sehingga

Pertumbuhan semai pada perlakuan A2B3 Semai yang telah dibersihkan. Daun digambar di kertas A4 Berat basah