• Tidak ada hasil yang ditemukan

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 6 Juli Indeks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 6 Juli Indeks"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

P P A T K

AML

NEWS

Clipping Service

Anti Money Laundering

6 Juli 2011

Indeks

1. Amrun Daulay Ditahan KPK

2. Korupsi Bidang Perkebunan

Kalbar dirugikan Rp 70 triliun

3. Dugaan Korupsi

Kejagung segera perpanjang cekal Awang Farouk

4. Dugaan Korupsi

Tiga saksi kasus tersangka Nazaruddin diperiksa

5. Giliran Sekjen DPR Diperiksa Dalam Kasus Wisma Atlet

6. Korupsi Dana Bansos

KPK ditunjuk DPRD Sikka

7. Korupsi Alkes

Ssst! Ada catatan Rp 2 miliar mengalir ke eks menko kesra

Cetak.kompas.com Rabu, 6 Juli 2011

(2)

Jakarta, Kompas - Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa (5/7), menahan anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Demokrat, Amrun Daulay. Tersangka korupsi pengadaan mesin jahit dan sapi impor di Departemen Sosial tahun 2004 ini ditahan di Rumah Tahanan Polres Jakarta Timur.

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, diperlukan penahanan untuk pengembangan penyidikan. ”KPK melakukan upaya penahanan tersangka untuk kepentingan

penyidikan,” kata Johan Budi.

Sebelum ditahan, Amrun menjalani pemeriksaan selama sekitar tujuh jam di KPK. Ia keluar sekitar pukul 15.00 dari Gedung KPK. Sebelum masuk ke mobil tahanan, Amrun mengatakan bahwa apa yang dialaminya adalah risiko yang harus dihadapinya.

”Ini risiko jabatan. Makin cepat lebih baik, makin cepat selesai,” kata Amrun yang akan ditahan setidaknya selama 20 hari. Sebelumnya, Amrun juga telah beberapa kali diperiksa oleh KPK.

Ia juga membantah telah melakukan korupsi. ”Saya tidak memakan uang negara. Itu hanya masalah administrasi,” ujar Amrun saat ditanya soal kasus yang menjeratnya. Oleh KPK, Amrun telah ditetapkan sebagai tersangka pada April lalu. Berdasarkan pengembangan penyidikan, KPK menemukan bahwa saat masih menjabat Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial, Amrun diduga telah melakukan perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang bersama-sama dengan atasannya waktu itu, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dalam pengadaan mesin jahit dan sapi impor.

Kerugian keuangan negara dalam kasus ini mencapai miliaran rupiah. ”Pengadaan sapi impor dan mesin jahit dilakukan dengan penunjukan langsung dan diduga ada penerimaan oleh tersangka,” papar Johan Budi.

Atas pebuatannya, Amrun disangka melanggar Pasal 2 Ayat 1, Pasal 3, dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam kasus ini, KPK juga telah menetapkan Kepala Subdirektorat Kemitraan Usaha Departemen Sosial Yusrizal sebagai tersangka.

Bachtiar telah diputus bersalah pada sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Maret lalu. Majelis hakim yang dipimpin Tjokorda Rae Suamba memvonis Bachtiar pidana penjara 1 tahun 8 bulan dari tuntutan 3 tahun.

Bachtiar terbukti melakukan tindak pidana korupsi dengan menyetujui penunjukan langsung dalam pengadaan mesin jahit dan sapi impor. Majelis hakim menilai

(3)

Bachtiar melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.(RAY)

Cetak.komopas.com Rabu, 6 Juli 2011

KORUPSI BIDANG PERKEBUNAN Kalbar Dirugikan Rp 70 Triliun

Pontianak, Kompas - Perluasan perkebunan kelapa sawit yang baru seluas 1,3 juta hektar di Kalimantan Barat diduga disertai tindak pidana korupsi melalui berbagai moda. Negara dirugikan sedikitnya Rp 70 triliun dari praktik korupsi itu.

Demikian temuan yang disampaikan Koalisi Anti Mafia Perkebunan, Selasa (5/7). Koalisi Anti Mafia Perkebunan terdiri atas sejumlah lembaga, antara lain Kontak Rakyat Borneo, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan Barat, Gemawan, Yayasan Titian, Riak Bumi, Lembaga Pengkajian Sosial dan Arus Informasi, serta Indonesia Corruption Watch.

Koordinator Kontak Rakyat Borneo Salman mengatakan, sejumlah perusahaan membuka lahan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat dengan melakukan berbagai tindak pidana korupsi. ”Korupsi dilakukan sejak mencari izin, yakni dengan menyuap. Ada juga modus memberikan izin terhadap kroni atau keluarga kepala daerah. Terakhir, pembiaran beroperasinya perusahaan yang melanggar hukum,” ujarnya.

Salman menambahkan, pengusaha harus mengeluarkan dana hingga miliaran rupiah untuk mendapatkan izin perkebunan walaupun semestinya izin itu tidak dipungut biaya. ”Setiap hektar lahan yang hendak dibuka untuk perkebunan kelapa sawit dikenai biaya Rp 500.000 hingga Rp 1 juta,” kata Salman.

Staf Divisi Riset dan Kampanye Walhi Kalimantan Barat, Herman S Simanjuntak, mengatakan, selain bermuara pada korupsi, pembiaran beroperasinya perusahaan yang melanggar hukum juga turut berkontribusi pada kerusakan lingkungan. ”Ada lima perusahaan di Kalimantan Barat yang membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit dengan merambah hutan produksi tanpa mengantongi izin

pemanfaatan kayu. Selain mendapatkan keuntungan pribadi, perusahaan juga jelas-jelas merusak lingkungan,” ujar Herman.

(4)

Herman menambahkan, pada tahun 2010 diketahui ada 332.000 hektar lahan hutan yang beralih fungsi menjadi perkebunan sawit tanpa izin pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan.

”Alih fungsi hutan untuk perkebunan kelapa sawit tanpa izin itu sebagian besar ada di Kabupaten Ketapang,” katanya.

Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho mengatakan, kasus dugaan korupsi di sektor perkebunan kelapa sawit di Kalbar akan segera dilaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Satuan Tugas Anti-Mafia Hukum. Menurut Emerson, penggunaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang sudah diubah dan ditambah menjadi Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi efektif untuk menjerat mafia kehutanan. ”Sudah ada indikasi suap, merugikan keuangan negara, dan pemberian gratifikasi sehingga bisa dijera,” katanya.

Emerson menambahkan, selain menggunakan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, penegak hukum bisa menjerat jaringan mafia kehutanan menggunakan Undang-Undang Pencucian Uang. ”Diharapkan ada efek jera bagi pelaku korupsi di sektor kehutanan,” katanya.

Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Barat Hiarsolih Buchori belum bisa dimintai konfirmasi. Ketika dihubungi melalui layanan pesan singkat telepon seluler, Hiarsolih mengatakan sedang rapat. (aha)

Suarakarya-online.com Rabu, 6 Juli 2011 DUGAAN KORUPSI

Kejagung Segera Perpanjang Cekal Awang Farouk

JAKARTA (Suara Karya): Bidang Intelijen Kejaksaan Agung meminta Pidana Khusus Kejagung untuk segera mengajukan perpanjangan pencekalan terhadap Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak, tersangka dugaan korupsi divestasi saham PT Kaltim Prima Coal.

"Saya sudah proaktif mengirim nota dinas kepada Jampidsus untuk menanyakan itu (perpanjangan cekal Awang Farouk)," kata Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel), Edwin Pamimpin Situmorang, Selasa.

(5)

Surat Keputusan Nomor 248/D/DSP.3/07/2010 tertanggal 28 Juni 2010

menyebutkan bahwa pencegahan terhadap Awang Farouk akan berakhir pada 28 Juli 2011.

Meski dirinya dicegah berpergian ke luar negeri, Awang Farouk pernah berangkat ke China pada 4 sampai 7 Oktober 2010 dengan jaminan Kementerian Perdagangan dalam rangka untuk mengundang investor ke tanah air. Kemudian pada 5-14 Mei 2011 Awang Farouk ke Australia.

Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kaltim menyatakan siap melimpahkan berkas perkara Gubernur Kaltim Awang Farouk Ishak ke Pengadilan Negeri Sangata, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

"Kita siap melimpahkannya, dan tidak akan ada konflik kepentingan,"kata Kepala Kejati Kaltim Faried Haryanto, Senin lalu.

Kendati demikian, ia menyatakan soal layak atau tidak layaknya berkas Awang Farouk ke pengadilan itu sepenuhnya merupakan kewenangan bidang Pidana Khusus (Pidsus) Kejagung. "Itu domain-nya (wewenang, red) Kejagung," katanya.

Kecuali, kata dia, kalau berkasnya mau disidangkan, itu merupakan wilayah kerja dari Kejati Kaltim.

Sementara itu Kejaksaan Agung menyatakan penyidikan dugaan pembobolan dana APBD Pemerintah Kabupaten Batubara, Sumatera Utara senilai Rp 80 miliiar di Bank Mega, terus berkembang dan tidak tertutup kemungkinan akan adanya tersangka baru dalam kasus tersebut.

"Penanganan kasus itu masih terus berproses dan berkembang,"kata Kapuspenkum Kejagung, Noor Rachmad, di Jakarta, Selasa.

Kejagung telah menetapkan tersangka baru pembobolan uang Pemerintah Kabupaten Batubara, sebesar Rp 80 miliar, yakni Direktur PT Pacific Fortune Management, Rahman.

Kapuspenkum Noor Rachmad menyatakan peran Rahman adalah memperkenalkan dua orang tersangka lainnya dengan Kacab Jababeka Cikarang Bank Mega, Itman. Sebelumnya Kejagung sudah menetapkan dua tersangka lainnya, yakni Kepala Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Batubara, Yos Rauke dan Bendahara Pemkab Batubara, Fadil Kurniawan. (Lerman S/Ant)

Suarakarya-online.com Rabu, 6 Juli 2011

(6)

DUGAAN KORUPSI

3 Saksi Kasus Tersangka Nazaruddin Diperiksa

JAKARTA (Suara Karya): Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali melakukan penyidikan terhadap kasus dugaan tindak pidana korupsi (Tipikor) pada proyek pembangunan wisma atlet di Jakabaring, Palembang, yang disangkakan kepada mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

Kali ini, pemeriksaan itu dilakukan terhadap tiga orang saksi yaitu Habib, Jeany Arifin dan Laurencius.

Hal tersebut, diungkapkan juru bicara KPK, Johan Budi Sapto Prawiro, kemarin. "Semuanya diperiksa sebagai saksi untuk tersangka MN," kata Johan.

Selain itu, KPK kembali melanjutkan proses penyidikan proyek pengadaan alat kesehatan untuk penanggulangan wabah flu burung di Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) pada tahun 2006.

Pemeriksaan kemarin, dilakukan terhadap tersangka kasus tersebut Ratna Dewi Umar yang menjabat Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar pada Kementerian Kesehatan.

"Kita periksa untuk proses pengembangan penyidikan," ujar Johan.

Nama Nazaruddin juga tersangkut dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pada pengadaan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan.

Namun, menurut Johan Budi menegaskan bahwa kasus tersebut bukan merupakan pengembangan dari kasus pengadaan alat kesehatan untuk pemberantasan flu burung dan dugaan korupsi pada pengadaan alat rontgen untuk rumah sakit di daerah terpencil di Indonesia.

Beberapa hari belakangan, terungkap di media massa bahwa Kepala Badan Reserse Kriminal, Ito Sumardi menerima cek dari Nazaruddin agar kasus dugaan korupsi pada pengadaan alat kesehatan itu diambil alih penanganannya oleh Markas Besar Kepolisian Negara RI (Mabes Polri).

Sementara itu Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Abdul Haris Semendawai mengatakan, LPSK siap melindungi Nazaruddin jika yang bersangkutan kooperatif.

"Sepanjang memenuhi ketentuan perlindungan, kami siap melindungi

Nazaruddin,"kata Haris Semendawai di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa. Haris bersama sejumlah staf ahli LPSK datang ke Palu dalam rangka sosialisasi dan diskusi publik peran LPSK dalam pemberian perlindungan dan bantuan terhadap korban kejahatan. Diskusi ini dihadiri lembaga yudikatif, lembaga swadaya masyarakat, dan wartawan.

(7)

Haris mengatakan, jika Nazaruddin memiliki data-data tentang dugaan korupsi dan dirinya merasa terancam jika kembali ke Indonesia, LPSK akan melindungi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu.

"Bagaimana mungkin LPSK mau melindungi dia jika tidak kooperatif. Dia koar-koar di luar negeri lalu melempar bola panas terus,"katanya seperti dikutip Antara. Anggota Penanggung Jawab Bidang Kerja Sama dan Diklat LPSK, Teguh Soedarsono mengatakan, institusi penegak hukum bisa meminta kepada LPSK untuk melindungi anggota Komisi Energi DPR ini jika dia dianggap memiliki bukti-bukti kuat tentang orang-orang diduga terlibat dalam dugaan korupsi wisma atlet Sea Games di Pelembang.

Nazaruddin Kamis pekan lalu telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus suap wisma atlet Sea Games XXVI di Jakabaring, Palembang.

KPK menduga Nazaruddin ikut menerima suap dan berperan dalam pemberian uang oleh Direktur Pemasaran PT Anak Negeri, Mindo Rosalina Manullang, bersama Manajer Pemasaran PT Duta Graha Indah, Muhammad El Idris, kepada Sesmenpora Wafid Muharam. (Nefan Kristiono)

Tempointeraktif.com Rabu, 6 Juli 2011

Giliran Sekjen DPR Diperiksa KPK dalam Kasus Wisma Atlet

TEMPO Interaktif, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa

Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Nining Indra Saleh, dalam kasus korupsi proyek Wisma Atlet Sea Games XXVI di Jakabaring, Palembang. "Dia diperiksa untuk tersangka Wafid Muharam," kata juru bicara KPK, Johan Budi SP, Rabu, 6 Juli 2011.

Nining datang ke kantor KPK sekitar pukul 11.30 WIB. Mengenakan kemeja merah dan rok pendek hitam, perempuan itu sama sekali tak menjawab semua pertanyaan wartawan.

Hari ini, KPK juga memeriksa dua saksi lain, yaitu pegawai Kementerian Pemuda dan Olahraga Rusmadi dan Muhaimin. Manajer Pemasaran PT Duta Graha Indah

Muhammad El Idris yang ditangkap bersama Wafid dan Rosalina juga diperiksa. KPK telah menetapkan empat tersangka dalam kasus suap wisma atlet, yaitu Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam, El Idris, Direktur

(8)

Pemasaran PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, dan bekas Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Penyidik telah melimpahkan berkas Idris dan Rosa ke penuntut, sedangkan pemeriksaan Wafid masih berlangsung. Sementara Nazaruddin baru dilakukan pemberkasan dengan pemeriksaan saksi. Soal materi pemeriksaan terhadap Nining, Johan mengaku belum mengetahui.

RUSMAN PARAQBUEQ Cetak.kompas.com Selasa, 5 Juli 2011 KORUPSI DANA BANSOS KPK Ditunjuk DPRD Sikka

Maumere, Kompas - DPRD Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, merekomendasi Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menangani kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial di Sikka tahun 2009 senilai Rp 19,7 miliar. Rekomendasi itu

dituangkan dalam keputusan DPRD melalui rapat paripurna yang digelar pada Senin (4/7).

Rapat dihadiri 22 dari 29 anggota DPRD Sikka. Setelah hasil kerja tim panitia khusus (pansus) dana bantuan sosial (bansos) setebal 50 halaman dibacakan, lima dari enam fraksi DPRD setempat menyatakan memercayakan kasus itu ditangani oleh KPK. Rapat yang dipimpin Ketua DPRD Sikka Rafael Raga ini juga dihadiri Bupati Sikka Sosimus Mitang.

”Hasil keputusan DPRD Sikka ini akan diserahkan langsung kepada pimpinan KPK di Jakarta. Badan Musyawarah DPRD segera menggelar rapat guna menentukan waktu keberangkatan ke KPK untuk menyerahkan seluruh berkas,” kata Rafael Raga. Dari kesimpulan pansus, penyimpangan dana bansos itu Rp 19,7 miliar. Jumlah itu lebih besar dibandingkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan sekitar Rp 10,7 miliar. Bupati Sikka Sosimus Mitang ikut menikmati penyalahgunaan dana tersebut.

Pansus juga merekomendasikan 13 nama yang diduga terlibat dalam dugaan korupsi dana bansos untuk diperiksa KPK. Mereka, antara lain, Sosimus Mitang, Wakil Bupati Sikka Wera Damianus, mantan Sekda Sikka Sabinus Nabu, Sekda Sikka Cyprianus da Costa, serta tim pemeriksa Inspektorat Kabupaten Sikka, Yosef Otu, Servasius Kabu, dan Maria Goreti.

(9)

”Praktik ini diakui masyarakat sebagai kejahatan luar biasa. Penyalahgunaan dana bansos sungguh sangat merugikan dan melukai rasa keadilan. Kami mendukung sepenuhnya jika KPK menangani kasus bansos,” ujar Uskup Maumere Mgr G Kherubim Pareira SVD dalam surat gembalanya.

Sosimus menyatakan menghormati keputusan DPRD. ”Ini kan kewenangan DPRD untuk memberikan rekomendasi agar penanganan kasus ini dibawa ke KPK,” ujarnya. (SEM)

Detik.com

Selasa, 5 Juli 2011 Korupsi Alkes

Ssst! Ada Catatan Rp 2 Miliar Mengalir ke Eks Menko Kesra

Jakarta - Ketua Majelis Hakim Tjokorda Rae Suamba mencecar staf keuangan PT Bersaudara Retno Pratiwi dalam persidangan korupsi Alkes Flu Burung di Kemenko Kesra tahun 2006. Tjokorda mempertanyakan daftar keuangan PT Bersaudara. Dalam daftar, ada dua kali uang Rp 1 miliar mengalir ke Menko Kesra.

"Ini maksudnya apa. Banyak nama di sini. Rp 1 miliar ke Menko Kesra, ada lagi ke Menko Kesra. Ini institusi atau apa, kok tiap hari terima uang?" ujar Tjokorda di pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa, (5/7/2011).

Dalam persidangan tersebut duduk mantan Sesmenpora Sutedjo Yuwono sebagai terdakwa. Sutedjo adalah Sesmenpora saat Aburizal Bakrie menjabat sebagai Menko Kesra.

Retno terbata-bata menjawab pertanyaan hakim. Staf keuangan perusahaan yang menjadi rekanan Menko Kesra dalam kasus ini mengaku tidak tahu soal data ini. "Saya tidak tahu," jawab Retno.

Retno mengaku data keuangan ini belum valid 100 persen. Data yang tercatat di sana belum tentu diikuti oleh keluarnya uang. Dia mencatat ini berdasarkan perintah atasannya di PT Bersaudara.

"Saya mencatat berdasar perintah lisan atau tulisan dari Pak Riza," katanya.

Sementara itu Ketua Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Muhammad Rum, menjelaskan data tersebut mungkin tidak sepenuhnya benar. Tapi ada beberapa yang benar, seperti penganggaran cek pelawat dan cek BNI untuk Sutedjo.

(10)

"Mereka pun berusaha menghilangkan data ini. Tapi dengan teknologi bisa kita hadirkan lagi," ujar Rum usai persidangan.

(rdf/ape)

Humas PPATK

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre (INTRAC)

(P) +62-21-3850455/3853922

(F) +62-21-3856809/3856826

(E)

[email protected]

DISCLAIMER:

Informasi ini diambil dari media massa dan sumber informasi lainnya

dan digunakan khusus untuk PPATK dan pihak-pihak yang

memerlukannya. PPATK tidak bertanggungjawab terhadap isi dan

pernyataan yang disampaikan dalam informasi yang berasal dari media

massa.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ditemukann- ya sejumlah sampel ikan telah terpapar logam berat Hg, As, dan senyawa Sianida (CN) yang relatif tinggi maka dapat diduga hewan laut di Perairan

Sub Judul : Pemanfaatan Beda Temperatur terhadap Hasil Daya Keluaran pada Termoelektrik Generator Sebagai Sumber Energi untuk Penerangan Jalan Umum (PJU) berbasis

Bukankah dalam kehidupan ini banyak orang yang mengabaikan hal-hal yang kecil atau sederhana?. Di masa pandemi ini bukan hal yang mudah untuk membuat masyarakat hidup dalam

• Abraham dan Sara menyambut tamu mereka dengan ramah, mereka melayani tamu mereka dengan baik, dan mereka memberikan yang terbaik pada tamu mereka, ternyata kedatangan tamu

Bahwa ia, Terdakwa A ARON A CHEW alias ARON bersama Saksi Chong Kim Tian alias Gery (penuntutan terpisah) pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 2016 sekitar jam

Seperti yang dikatakan oleh narasumber A selaku dari pihak organisasi mengatakan : “untuk sistem yang kami gunakan diperusahaan dalam kerja lembur kami memilih karyawan yang sesuai

Komisi Yudisial Rl bekerjasama dengan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung Rl bermaksud menyelenggarakan Pelatihan Tematik Tindak Pidana Pemilu dengan mengikutsertakan