• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SETTING PENELITIAN Data Profil dan Monografi Kelurahan Bontang Lestari. Kelurahan : Bontang Lestari. Kecamatan : Bontang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III SETTING PENELITIAN Data Profil dan Monografi Kelurahan Bontang Lestari. Kelurahan : Bontang Lestari. Kecamatan : Bontang Selatan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

67 BAB III

SETTING PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

3.1.1. Data Profil dan Monografi Kelurahan Bontang Lestari

Kelurahan : Bontang Lestari

Kecamatan : Bontang Selatan

Kota : Bontang

Propinsi : Kalimantan Timur

Keadaan Data Bulan : Juli – Desember 2019

3.1.2. Peta Administrasi Kelurahan Bontang Lestari

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

3.1.3. Bidang Pemerintahan

(2)

68 1. UMUM

A. Luas dan Batas Wilayah

Tabel 1 : Luas Wilayah Bontang Lestari

Luas Kelurahan Luasan (Km²)

Bontang Lestari 87,21

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

Tabel 2 : Batas Wilayah Bontang Lestari

Batas Wilayah Kelurahan/Desa Keterangan a. Sebelah Utara Kelurahan Satimpo -

b. Sebelah Selatan Santan Ulu Kabupaten Kutai Kartanegara c. Sebelah Barat Teluk Pandan Kabupaten Kutai Timur d. Sebelah Timur Selat Makassar -

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

B. Kondisi Wilayah

Tabel 3 : Kondisi Wilayah Bontang Lestari

Kondisi Wilayah Keterangan

a. Ketinggian tanah dari permukaan laut 0 – 106 mdpl

b. Banyak Curah Hujan 875 mm/thn

c. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai)

Datar – Berbukit (2 – 40%)

d. Suhu Udara Rata Rata 28 – 29 oC

(3)

69 C. Orbitrasi (Jarak dari Pusat Pemerintahan Kelurahan)

Tabel 4 : Orbitrasi Bontang Lestari

Orbitasi dan Jarak Tempuh Keterangan (km) a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan ± 23

b. Jairak dari Ibukota Kotamadya Daerah Tingkat II ± 2 c. Jarak dari Ibukota Propinsi Dati I Kalimantan

Timur

± 120

d. Jarak dari Ibukota Negara ± 2900

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

2. PERTANAHAN A. Umum

Tabel 5 : Status Umum Pertanahan Bontang Lestari

Jenis Status Luasan (ha)

a. Sertifikat Hak Milik 94

b. Sertifikat Hak Guna Bangunan 8

c. Sertifikat Hak Pakai 45

d. Tanah Bersertifikat 32

e. Tanah Bersertifikat PRONA 117

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

Berdasarkan data mengenai status pertanahan di Kelurahan Bontang Lestari dari semua kepemilikan tanah semua memilik sertifikat hak milik sebanyak 95 Hektar. Dalam hal kelengkapan sertifikat hak guna bangunan, sertifikat hak pakai tanah yang bersertifikat dan tanah yang bersertifikat PRONA semua terdaftar dalam data di Kelurahan Bontang Lestari sehingga tidak ada status pertanahan yang belum memiliki hak legalitas. Tetapi, untuk sertifikat hak guna usaha belum ada masyarakat yang memiliki legalitas tersebut sehingga mengenai data kepemilikan hak guna usaha belum tercantum di data kepemilikan kelurahan Bontang Lestari.

(4)

70 B. Peruntukan

Tabel 6 : Status Peruntukkan Tanah Bontang Lestari

Jenis Peruntukan Keterangan

a. Jalan 220 Km

b. Sawah dan Ladang 533 Ha

c. Bangunan Umum 27 Ha

d. Empang 19 Ha

e. Permukiman/Perumahan 171 Ha

f. Jalur Hijau 50 Ha

g. Perkuburan 9,7 Ha

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

C. Penggunaan

Tabel 7 : Status Penggunaan Tanah Bontang Lestari

Jenis Penggunaan Keterangan

a. Industri 10 Ha b. Perkantoran 54 Ha c. Pasar Desa 01 Ha d. Tanah Wakaf 2,5 Ha e. Tanah Sawah - Irigasi Sederhana 02 Ha - Irigasi Tadah Hujan 50 Ha f. Tanah Kering - Pekarangan 50,5 Ha - Perladangan 370 Ha - Tegalan 14 Ha - Perkebunan Rakyat 18 Ha - Tempat Rekreasi 04 Ha g. Tanah yang Belum Dikelola

(5)

71

- Rawa 385 Ha

- Lain-lain 202 Ha

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

Berikut mengenai data keperuntukan dan penggunaan pertanahan yang berada di Bontang Lestari dimana semua keperuntukan dan luasannya telah tercantum menurut data dari Kelurahan. Adapun hal penggunaan pertanahan yang dimana telah dibagi menjadi tanah industri, perkantoran, pasar desa, tanah wakaf, tanah sawah, tanah kering, dan tanah yang belum dikelola sehingga dalam penggunaan pertanahan tidak terdapat tanah untuk proses perkebunan negara maupun swasta.

3. KEPENDUDUKAN

A. Jumlah Penduduk menurut : a. Jenis Kelamin

Tabel 8 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang)

Laki-laki 3.382

Perempuan 2.785

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

b. Jumlah Kepala Keluarga : 2.248 c. Jumlah Penduduk Berdasarkan RT

Tabel 9 : Jumlah Penduduk Berdasarkan RT

No RT

Jenis Kelamin Jumlah

Penduduk Jumlah KK Laki-laki Perempuan

(6)

72 2. 02 143 119 262 110 3. 03 354 272 626 267 4. 04 246 233 479 152 5. 05 245 171 416 134 6. 06 217 175 392 124 7. 07 137 122 259 102 8. 08 268 189 457 179 9. 09 144 114 258 95 10. 10 89 85 174 68 11. 11 221 223 444 173 12. 12 300 272 572 204 13. 13 123 93 216 84 14. 14 83 60 143 53 15. 15 122 80 202 67 16. 16 82 76 158 48 17. 17 165 115 280 88 18. 18 199 163 362 134 19. 19 111 104 215 66 TOTAL 3.382 2.785 6.167 2.248

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

4. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan dan Kelompok Tenaga Kerja

Tabel 10 : Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan, Kelompok Tenaga Kerja dan Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Lulus Pendidikan Umum

Taman Kanak-kanak : 1.832 Orang

Sekolah Dasar : 1.182 Orang

(7)

73

SMU – SLTA : 1.157 Orang

Akademik : 23 Orang

Sarjana : 129 Orang

Pasca Sarjana : 1 Orang

Kelompok Tenaga Kerja

10 – 14 Tahun : 82 Orang 15 – 19 Tahun : 300 Orang 20 – 26 Tahun : 552 Orang 27 – 40 Tahun : 1.487 Orang 41 – 56 Tahun : 1.060 Orang 57 Keatas : 432 Orang

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencarian : Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri : 54 Orang

Karyawan : 694 Orang

Buruh : 167 Orang

Pertukangan : 15 Orang

Pedagang : 16 Orang

Petani : 297 Orang

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019)

Berdasarkan kelompok jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dimana masyarakat Bontang Lestari memiliki tingkatan pendidikan yang dimana di mulai dengan anak-anak yang berkategori Taman Kanak-Kanak, SD, SMP dan SMA. Adapun masyarakat yang menuntut ilmu hingga ke tahap akademik Sarjana dan Pasca Sarjana. Berdasarkan data tingkat pendidikan juga ada pembagian kelompok tenaga kerja berkriteria menurut umur dimana sebagian besar masyarakatnya bekerja di umur diatas umur 20 tahun dengan berbagai macam pembagian pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Bontang Lestari. Pembagian kerja berdasarkan

(8)

74 jumlah penduduk menurut mata pencaharian juga berbagai macam salah satunya yaitu ada yang bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), TNI, Polri, Karyawan Swasta, buruh, pertukangan, pedagang dan sebagai petani.

5. Keamanan Kelurahan

Tabel 11 : Keamanan Kelurahan Bontang Lestari

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019). 6. Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan

Tabel 12 : Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan

Jumlah Organisasi Kemasyarakatan : 5 Kelompok Jumlah Tokoh Masyarakat dan Politik : 8 Orang Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

7. Bidang Pembangunan

Tabel 13 : Bidang Pembangunan Keagamaan

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019). Pembinaan Hansip

Jumlah Anggota : 40 Orang

Laki-laki : 38 Orang

Perempuan : 2 Buah

Jumlah Hansip Terlatih : 40 Orang

AGAMA (SARANA PERIBADATAN)

Jumlah Mesjid : 15 Buah

Jumlah Mushola : 2 Buah

(9)

75 8. Pembangunan Kesehatan

Tabel 14 : Bidang Pembangunan Kesehatan KESEHATAN

Laboratorium : 1 Buah

Apotik/Depot Obat : 1 Buah

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

Menurut sarana di bidang pembangunan di wilayah Bontang Lestari menurut data monografi terdapat sarana pembangunan peribadatan agama yaitu mesjid, musholla dan gereja karena masyarakat Bontang Lestari hanya menganut 2 agama yaitu agama Islam dan Kristen sehingga tidak ada bangunan untuk tempat ibadah seperti Vihara maupun Pura. Untuk sarana kesehatan terdapat 1 tempat laboratorium kesehatan untuk pengecekan darah. Selain laboratorium kesehatan tersedia juga ada 1 tempat apotik / depot obat tetapi tidak terdapat rumah sakit umum pemerintah, poliklinik balai pelayanan masyarakat dan juga praktek bidan sehingga ketika masyarakat ingin melakukan pengobatan maupun praktek bidan ketika ada yang ingin melahirkan hanya tersedia rumah sakit rujukan yaitu di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) dan RS. Yabis yang terletak di Bontang Barat yang tidak jauh dari lokasi Kelurahan Bontang Lestari.

9. Prasarana Perhubungan

Tabel 15 : Prasarana Perhubungan Bontang Lestari 1. Jalan

a. Lingkungan : 1.623 Km

b. Desa : 10 Km

(10)

76 d. Protokol : 30 Km e. Kabupaten : 1,5 Km f. Propinsi : 225 Km 2. Jembatan : 6 Buah 3. Pelabuhan : 3 Buah a. Laut : 3 Buah b. Sungai : 3 Buah

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

10. Alat Transportasi

Tabel 16 : Kepemilikan Transportasi Bontang Lestari

Sepeda : 25 Buah

Gerobak : 5 Buah

Kendaraan Beroda Tiga : 3 Buah

Sepeda Motor : 100 Buah

Mobil Dinas : 1 Buah

Mobil Pribadi : 25 Buah

Truk : 25 Buah

Lain-lain : 11 Buah

Perahu dayung/Sampan : 105 Buah

Perahu Motor : 66 Buah

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

Berdasarkan kepemilikan transportasi sebagian besar masyarakat memiliki kendaraan bermotor dan mobil. Dikarenakan sebagian masyarakat di Bontang Lestari terdapat wilayah pesisir sehingga tidak sedikit terdapat masyarakat yang memiliki perahu yang berjenis dayung/sampan maupun perahu motor. Tetapi di Kelurahan Bontang lestari tidak terdapat transportasi berupa oplet/bus dikarekan bus hanya digunakan untuk transportasi karyawan perusahaan dan transportasi untuk keluar Kota Bontang seperti perjalanan menuju Samarinda, Balikpapan dll.

(11)

77 11. Industri

Realitas industri yang berada di lokasi Bontang Lestari terdapat 2 industri besar yaitu industri PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dan juga industri pengelola Kelapa Sawit / CPO (Cruide Palm Oil) yang industri nya bernama PT Energi Unggul Persada. Dalam hal ini Kelurahan Bontang Lestari tidak terdapat industri kecil, industri sedang dan home industry (Industri Rumahan).

12. Pertanian

Tabel 17 : Pertanian Bontang Lestari 1. Padi dan Palawija

a. Padi : 127 Ton

b. Jagung : 82 Ton

c. Ketela Rambat : 0,5 Ton

d. Kacang Tanah : 1.025 Ton

e. Kedelai : 1 Ton

2. Sayur-sayuran

a. Sawi : 0,2 Ton

b. Tomat : 15 Ton

c. Wortel : 2 Ton

d. Kacang Panjang : 53 Ton

e. Terong : 11,5 Ton

f. Buncis : 0,25 Ton

g. Lombok : 155 Ton

h. Ketimun : 13 Ton

i. Dan lain-lain : 0,2 Ton

3. Buah-buahan

a. Pisang : 25 Ton

b. Pepaya : 2 Ton

(12)

78 d. Mangga : 31 Ton e. Durian : 0,6 Ton f. Jambu : 1 Ton g. Rambutan : 20 Ton h. Salak : 0,5 Ton i. Melon : 2 Ton

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

13. Perkebunan

Tabel 18 : Perkebunan Bontang Lestari PERKEBUNAN

a. Kelapa : 35 Ton

b. Kopi : 0,5 Ton

c. Coklat : 0,5 Ton

d. Karet : 5 Ton

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019). 14. Kehutanan

Tabel 19 : Jenis Kehutanan Bontang Lestari

1. Luas : 18.000 Ha

2. Jenis Tanaman Hutan

a. Kayu Jati : 785 Ha

g. Kayu Albasia : 2 Ha

h. Kayu Akasia : 38 Ha

i. Kayu Mahoni : 5 Ha

o. Lain-lain : 15 Ha

Sumber : Monografi bulan Juli-Desember 2019 (Lestari, 2019).

Berdasarkan pembagian kelompok pertanian, perkebunan dan kehutanan di Kelurahan Bontang Lestari terdapat beberapa pembagian beberapa hasil dari pertanian yang telah di tampilkan bersadarkan data monografi. Selain hasil dari

(13)

79 pertanian juga terdapat hasil perkebunan yang beraneka ragam yang dimiliki oleh masyarakat diatas lahannya yaitu kelapa, kopi, coklat dan karet. Untuk pembagian kehutanan di Bontang Lestari terdapat 4 jenis kehutanan diatas 18.000 Hektar dimana terdapat jenis tanaman hutan yaitu kayu jati, kayu albasia, kayu akasia, dan kayu mahoni.

15. Pertamanan Dan Lingkungan Hidup

Tabel 20 : Pertamanan dan Lingkungan Hidup

1.

Taman

- Luas Taman : 233 Ha

- Jalur Hijau : 233 Ha

2. Kebersihan

- Lokasi Pembuangan Sementara : 1 Buah - Lokasi Pembuangan Akhir : 1 Buah

- Volume Sampah : 60 M2

- Sarana Angkutan sampah : 2 unit

- Personel Kebersihan : 1 orang

- Tempat Sampah : 84 buah

- Jamban : 300 buah

- PDAM : 526 buah

- Sumur : 55 Buah

(14)

80 3.2. Pemetaan Aktor

Sumber : Pemetaan Menurut Peneliti Keterangan :

Berdasarkan pemeetan aktor yang dijabarkan oleh peneliti yaitu bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami terkait siapa saja pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik sesuai dengan judul dan hasil di lapangan mengenai mediasi dalam dinamika konflik agraria antara korporasi dengan masyarakat.

Konflik agraria ini terjadi karena adanya kegiatan monopoli yaitu mengclaim hak agraria dari pihak Kelompok Masyarakat. Kelompok tersebut yaitu Kelompok masyarakat Santan dan Kelompok masyarakat Bontang. yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik oleh pihak korporasi yaitu PT Energi Unggul Persada.

Dalam proses kegiatan pembebasan lahan yang akhirnya menimbulkan konflik terjadi persoalan baru yang peneliti maksud dengan Dinamika Konflik. Dimana dinamika konflik ini yang berkonflik adalah kelompok masyarakat sekitar wilayah perusahaan, anggota LSM Bontang Lestari, Ketua RT 12 dan supir truck

(15)

81 yang bersatu menjadi Kelompok PLBB (Persatuan Levelansir Bahan Bangun) dimana persoalan dinamika konflik ini mencakup konflik mengenai perizinan perusahaan yang belum lengkap tetapi telah melakukan aktivitas di lapangan dan juga mengenai proses pembangunan yang dilakukan oleh pihak korporasi tetapi tidak melibatkan masyarakat lokal di dalamnya yang dimana korporasi memperkerjakan pihak dari Samarinda.

Adanya persoalan mengenai Dinamika Konflik ini pihak negara hadir sebagai fasilitator tim penyelesaian konflik yang ditempuh melalui dengan cara non litigasi mulai dari upaya konsultasi, negosiasi, konsiliasi, hingga pada tahap mediasi dengan beberapa pihak yang terkait.

Awal mula terjadinya konflik tersebut diawali dengan adanya konflik agraria. Pihak yang terlibat di dalam konflik agraria ini merupakan semua aktor namun yang berkonflik adalah kelompok masyarakat itu sendiri. Dimana kelompok masyarakat yang berkonflik ada kelompok masyarakat Tambak Damai Indah atau lebih dikenal dengan kelompok masyarakat Bontang dengan kelompok masyarakat Santan mengapa demikian, hal tersebut dikarenakan lokasi perusahaan yang berada di perbatasan Bontang dan Santan (Kutai Kartanegara). Dimana kelompok masyarakat Bontang diketuai dengan bapak Asikin kemudian digantikan oleh bapak Aswan dan kelompok masyarakat Santan diketuai dengan bapak H. Mide.

Penyebab terjadinya konflik antara kedua kelompok masyarakat ini dikarenakan adanya kepenguasaan lahan (claim) semua kepemilikan lahan yang digunakan oleh perusahaan merupakan milik dari kelompok masyarakat Santan dengan indikasi semua lahan telah dibebaskan dan dibayar oleh perusahaan dengan

(16)

82 penuh dengan penjualan pertama sebanyak 128 Hektar sedangkan lahan tersebut sebagian milik Kelompok masyarakat Bontang sebanyak 92, 7 Hektar yang ditandai dengan kelengkapan bukti berupa legalitas. Sehingga hal inilah yang menyebabkan awal mula terjadinya konflik yaitu Konflik Agraria.

Setelah adanya konflik agraria yang terjadi dengan melibatkan kedua kelompok masyarakat dengan pihak korporasi muncullah sebuah konflik baru dimana konflik tersebut mengenai kelengkapan perizinan perusahaan yang belum terselesaikan tetapi perusahaan telah melakukan aktivitas pembangunan selain mengenai kelengkapan perizinan yang belum selesai masalahnya adapun konflik baru yang muncul yaitu mengenai pelibatan masyarakat lokal di dalam kegiatan perusahaan dikarenakan ketika aktivitas pembangunan di lokasi perusahaan ditemukan tenaga kerja dari luar Bontang yang digunakan yaitu Dumb Track Samarinda yang dimana menurut masyarakat menyalahi aturan komitmen yang disepakati yaitu akan memberdayakan 75% masyarakat lokal sehingga menimbulkan keresahan masyarakat yang memicu sebuah konflik baru sehingga peneliti menamakan hal tersebut menjadi dinamika konflik.

Dimana di dalam dinamika konflik ini aktor yang terlibat yaitu ada korporasi dengan kelompok masyarakat yang terdiri dari kelompok masyarakat Bontang, kelompok masyarakat Santan, Supir Truck Bontang yang bersatu menjadi kelompok PLBB (Persatuan Levelansir Bahan Bangun), dan ditambah bentuk sinergi dan dukungan oleh pihak Ketua RT dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

(17)

83 Dengan adanya dinamika konflik yang terjadi di Kota Bontang khususnya di wilayah Segendis RT 12 Bontang Lestari membuat pihak negara hadir dengan tujuan memfasilitasi dengan melakukan mediasi agar kejadian dinamika konflik ini dapat segera terselesaikan. Kehadiran negara ini diwakilkan dengan keterlibatan Pemerintah Kota, DPRD Kota dan Provinsi. Adapun jajaran dinas yang terkait yaitu hadirnya Dinas Penanaman Modal & PTSP, Dinas Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan, dan Dinas Perhubungan. Sebelum adanya pihak Pemerintah Kota, DPRD dan jajaran Kedinasan konflik ini lebih dulu melewati pihak Kelurahan Bontang Lestari dan Kecamatan Bontang Selatan. Sehingga dalam proses pelaksanaan mediasi dengan tujuan agar dinamika konflik ini dapat teselesaikan dengan cepat tanpa adanya emosi dan tindakan anarkis maka menghadirkan juga aktor di dalam pelibatan pengawasan yang dibantu oleh FKPD (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah), pihak Kepolisian, TNI, Satpol PP dan juga tim Babinsa agar kegiatan mediasi ini berjalan dengan tertib.

3.3. Kronologi Konflik

Tabel 21 : Kronologi Konflik

No Waktu Judul Peristiwa Peristiwa 1. 1. 12 Oktober 2018 Acara Tasyakuran Penyambutan Investor

Acara tasyakuran dan penyambutan investor dari PT Energi Unggul Persada yang dihadiri oleh Direktur Utama yaitu Ganda dan Martua Sitorus, Jajaran Direksi Gama Corp, Walikota Bontang, Sekretaris Daerah, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, DPRD, Dandim, Kodim, Polres Bontang, Kecamatan Bontang Selatan, Kelurahan Bontang Lestari, dan juga instansi terkait

(18)

84 2. 2. 25 Oktober 2018 Pertemuan masyarakat pemilik lahan

Pertemuan kelompok masyarakat yang tanahnya di claim karena hadirnya investor dari Perusahaan CPO (Cruide Palm Oil) dan masyarakat saling memperlihatkan bukti-bukti surat sertifikasi dan saksi riwayat yang dimiliki masyarakat. Lokasi pertemuan di lokasi pendirian perusahaan yaitu di RT 12 Segendis 3. 8 November 2018 Tindakan mengclearing lokasi mangrove

Perusahaan CPO mengclearing lokasi yang dimana dulu kondisi tanahnya menjadi kawasan magrove sebesar 92,7 H. Sehingga tidak ada lagi pohon mangrove yang tersisa padahal, tanah yang di bersihkan masih merupakan tanah milik masyarakat atau yang berkumpul menjadi kelompok tani tambak damai indah 4. 10 November 2018 Masyarakat turun lapang melihat kondisi tanahnya

Masyarakat pemilik tanah turun ke lapangan untuk melihat kondisi tanah miliknya yang telah di clearing oleh pihak perusahaan CPO dengan memperlihatkan bukti legalitas yang dimilikinya berupa surat hak milik. 5. 12 November 2018 Kordinasi lembaga masyarakat

Koordinasi A. Ansong (Kepala Lembaga Advokasi Warga) dengan Haruna (Kepala Lembaga Peduli Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat) di Kantor LSM Bontang Lestari dengan tujuan merencanakan pelaporan kepada Badan Lingkungan Hidup akan adanya kegiatan operasi oleh pihak Perusahaan di lapangan dengan membersihkan pohon mangrove yang tanahnya masih milik masyarakat atau sengketa. Keterlibatan kelompok LSM merupakan bentuk kepedulian kepada masyarakat sekitar yang dimana dalam menyampaikan aspirasi langsung sangat sulit. LSM bergerak dengan sendirinya dengan tujuan bersinergi dengan masyarakat yang dimana menurutnya yang di hadapi tidak hanya pihak perusahaan.

(19)

85 6. 12 November 2018 Lembaga masyarakat melapor ke Badan Lingkungan Hidup

Pertemuan Andi Ansong, Haruna, Ali Idris dan juga Ketua RT ke Badan Lingkungan Hidup untuk melaporkan kegiatan operasi yang sudah berjalan di lokasi kawasan magrove yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang dimana lokasi tersebut merupakan milik masyarakat kelompok tertentu yang telah di claim oleh kelompok masyarakat yang lain. Sehingga tujuan pertemuan ini melaporkan dan memberhentikan kegiatan atas dasar perintah oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Bontang agar dapat menyelesaikan dulu konflik agraria yang terjadi.

7. 13 November 2018 Konsultasi hukum ke pemuda pancasila

Konsultasi Hukum oleh Ketua Pemuda Pancasila, A. Ansong, Haruna dan beberapa tokoh masyarakat yang lain. Dimana hasil rapat tentang pembangunan CPO yang telah dibayarkan tetapi tidak sampai kepada pemilik asli yang tanahnya dibebaskan oleh pihak Perusahaan. 8. 14 November 2018 Pengiriman surat kepada DPRD Komisi II oleh LSM

Pihak Lembaga Peduli Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bontang mengirimkan surat kepada Komisi II DPRD Kota Bontang. Nomor surat 011/Lp3M/11/DPRD/2018. Hal: Audiensi. Berisikan surat tentang sehubungan dengan adanya pembangunan pabrik pengolahan sawit oleh PT Energi Unggul Persada di Segendis RT 12 Kelurahan Bontang Lestari Kota Bontang. Maka dengan ini kami dari LP3M memandang penting dilakukan audiens bersama dengan PT Energi Unggul Persada untuk memastikan komitmen pada kelestarian lingkungan yang diatur pada pasal 16 UU 25/2007. 9. 15 November 2018 Sidak DPRD Provinnsi

Sidak DPRD Provinsi yaitu Henry Pailan Tandi Payung Komisi 1 ke lokasi tanah pembangunan CPO di Segendis Bontang Lestari. Indikasi tanah sengketa, kerusakan mangrove, dan izin pembangunan yang belum lengkap.

(20)

86 10. 19 November 2018 Rapat DPRD Komisi II

Rapat klarifikasi bersama DPRD Komisi II Bontang yang mempertemukan pihak-pihak terkait termasuk PT Energi Unggul Persada, LP3M Bontang dan juga PTSP Kota Bontang mengenai perizinan. Dari pertemuan klarifikasi ini belum ada hasil yang dapat disimpulkan karena mengenai bukti-bukti perizinan oleh pihak perusahaan sebagian mengatakan masih dalam proses dan juga masih terdapat beberapa pihak yang belum dihadirkan. 11. 27 November 2018 Kegiatan penebangan mangrove yang kedua

Ditemukan kembali kegiatan penebangan mangrove dalam kegiatan operasi alat berat yang dilakukan oleh pihak Perusahaan CPO padahal hingga saat itu belum ada titik terang atas sengketa tanah yang terjadi. Kegiatan sengketa yang belum tuntas tetapi kegiatan operasi di lapangan masih tetap dilaksanakan.

12. 9 Desember 2018 Aksi turun lapang masyarakat

Aksi turun lapang atau mediasi lapangan ke lokasi pembangunan CPO oleh masyarakat pemilik lahan yang bersatu dalam kelompok tani damai indah yang dihadiri juga oleh pihak LP3M Bontang dan Kepolisian Kota Bontang dengan menuntut adanya sengketa tanah yang dilakukan oleh pihak perusahaan 13. 10 Desember 2018 Kegiatan turun lapang masyarakat

Masyarakat dan pihak LSM kembali melakukan kunjungan ke lapangan oleh pihak pemilik tanah atas apa yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap kondisi tanahnya yang di clearing

14. 12 Desember 2018 Mediasi di Dinas Penanaman Modal tenaga kerja terpadu satu pintu

Kegiatan mediasi mengenai sengketa lahan/agraria. Hasil rapat Kepala DPMTK-PTSP (Dinas Penanaman Modal, Tenaga Kerja dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) mengatakan pembangunan pabrik CPO terkendala dengan sengketa agraria padahal dengan adanya pabrik tersebut diprediksi akan serap 5 ribu tenaga kerja namun hal tersebut masih terganjal persoalan lahan.

(21)

87 15. 18 Desember 2018 Perencanaan Groundbreaking perusahaan

PT Energi Unggul Persada selaku Senior Research dan Business Development Pabrik CPO di Kota Bontang yaitu Apri Gunawan mengatakan pastikan awal Groundbreaking awal tahun 2019 menurut penuturan pertemuannya kepada media cetak maupun media online. 16. 29 Januari 2019 Temuan aktivitas Galian C oleh Perusahaan

Ditemukan kegiatan operasi perusahaan dengan melakukan penimbunan dengan alat berat 10 roda dan juga melakukan kegiatan aktivtas galian C yang dilakukan malam hari oleh pihak perusahaan. Sehingga menuai konflik baru mengenai izin dilakukannya galian C di Kota Bontang. Mengingat galian C di Kota Bontang tidak boleh dilakukan kecuali ada izin-izin yang sudah layak dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berkaitan. 17. 1 Februari 2019 Demo masyarakat di Kantor Walikota akibat aktivitas Galian C

Aksi protes warga di Kantor Walikota Bontang indikasi adanya kegiatan penggalian dan penimbunan yang dilakukan pihak perusahaan yang tidak menaati aturan sehingga jalanan yang beraspal menjadi licin akibat tanah liat dan debu yang tidak dipertanggung jawabkan. Tindakan tersebut tidak hanya meresahkan warga tetapi juga merugikan warga dengan adanya masyarakat yang melintas di jalanan tersebut mengalami kecelakaan akibat jalan yang licin.

18. 2 Februari 2019 Ketua RT dan Lembaga Masyarakat mengirim surat laporan kepada walikota

Ketua RT 12 dan anggota LSM mengirimkan surat laporan kepada Walikota Bontang yang berisikan mengenai sehubungan dengan adanya aktifitas pengangkutan tanah project penimbunan lokasi CPO di jalan Letjend Urip Sumiharjo, Segendis yang menggunakan mobil 10 roda yang mengotori jalan dan menghasilkan debu. Dari aktifitas tersebut mengancam kesehatan dan keselamatan pengguna jalan. Karena pihak perusahaan tidak bertanggung jawab untuk membersihkan setiap ada tanah yang mengotori jalan dan mengganggu pengguna jalan. Kami mohon kepada pemerintah Kota Bontang agar segera

(22)

88 memberi solusinya. Tembusan Wakil Walikota Bontang, Ketua Komisi II DPRD Bontang, Camat Bontang Selatan, Lurah Bontang Lestari, Arsip.

19. 6 Februari 2019 Demo Kelompok PLBB (Dumb Truck)

Kelompok Dumb Truck Kota Bontang yang bersatu menjadi Kelompok PLBB (Persatuan Levelansir Bahan Bangun) melakukan aksi demo di Kantor Walikota Bontang. Dengan tuntutan pemberdayaan truck lokal di pembangunan proyek CPO PT Energi Unggul Persada Bontang Lestari-Kota Bontang. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kegiatan yang dilakukan oleh pihak PT Energi Unggul Persada namun kenyataan kondisi lapangan perusahaan menggunakan Truck dari masyarakat diluar Kota Bontang, padahal menurut penuturan masyarakat dimana pihak PT Energi Unggul Persada harus berkomitmen untuk 75% menyerap atau memberdayakan masyarakat sekitar Kota Bontang. Kegiatan tersebut dilakukan oleh Ormas Kota Bontang, supir truck Kota Bontang dan lembaga masyarakat lainnya. 20. 18 Maret 2019 Sidak DPRD Kota Bontang Komisi 1 dan komisi 3

Kunjungan DPRD Kota Bontang yaitu Rustam H.S Ketua Komisi 3 di bidang Infrastruktur dan Pembangunan dan Agus Haris Ketua Komisi 1 di bidang Ketenagakerjaan dan juga merupakan anggota Pansus RTRW.

Kunjungan Rustam H.S dan juga Agus Harus untuk melakukan sidak di lokasi pembangunan pabrik dan pengolahan CPO karena adanya pengaduan dari lembaga masyarakat. Sidak tersebut Rustam H.S menyatakan bahwa belum adanya masterplan terkait pembangunan pabrik pengolahan CPO di lokasi padahal pengerjaan di lokasi sudah berjalan. Oleh karena itu ia meminta kepada pihak perusahaan untuk segera membuat dan menyerahkan masterplan tersebut agar semua paham lokasi ini akan dijadikan apa dan seperti apa. Ditambahkan dengan adanya

(23)

89 aduan masyarakat terkait dengan adanya lalu lalang kendaraan 10 roda yang melintas yang dimana kendaraan 10 roda itu memiliki jalur pelintasan khusus seperti di holling ataupun di tambang. Sehingga pihak DPRD menfasilitasi untuk memanggil pihak perusahaan, perwakilan lembaga masyarakat, dan dinas terkait untuk duduk bersama membahas persoalan tersebut.

Ditambahkan penuturan menurut Agus Haris melakukan sidak dikarenakan untuk memastikan kelengkapan izin perusahaan serta kebutuhan akan tenaga kerja dimana nantinya penyerapan tenaga kerja 75% harus berasal dari tenaga kerja lokal sehingga memastikan komitmen-komitmen dari perusahaan kepada pihak pemerintah dan masyarakat. Begitu juga mengenai pemberian upah yang merupakan tanggung jawab perusahaan harus sesuai dengan SK Gubernur yang berlaku.

Hal lain disampaikan kepada Agus Haris dimana DPRD Kota Bontang belum mengesahkan peraturan daerah atau Perda RTRW tentang peruntukan kawasan yang menjadi tempat pembangunan pabrik CPO sedangkan di lokasi sudah ada aktivitas proses pembangunan pabrik CPO.

Olehnya, demi menegakkan peraturan tersebut Agus Haris pun merekomendasikan Pemerintah untuk memberhentikan sementara pembangunan proyek Pabrik CPO dengan tujuan mematuhi rambu-rambu peraturan yang sudah kita buat sendiri. 21. 22 Maret

2019

Rapat pertemuan di DPRD Kota Bontang

Rapat pertemuan antara wakil rakyat di DPRD Bontang, namun hal tersebut ditunda karena pihak dari perusahaan PT Energi Unggul Persada tidak menghadiri rapat tersebut. Padahal tujuan adanya rapat tersebut sebagai RDP (Rapat Dengar Pendapat) untuk PT Energi Unggul Persada.

(24)

90 Hasil rapat antara gabungan Komisi I dan III DPRD Kota Bontang, dengan opini terkait pemberhentian sementara aktivitas proyek pembangunan pabrik CPO karena belum lengkapnya izin yang dikantongi oleh pihak PT Energi Unggul Persada seharusnya belum boleh melakukan aktivitas di lapangan. Aktivitas yang dilakukan oleh pihak PT Energi Unggul Persada yaitu :

- Izin Penebangan Mangrove - Izin Pemanfaatan Kayu - Izin aktivitas Galian C

Merupakan kewenangan pemerintah provinsi dan hingga kini belum ada tembusan yang diterima oleh DMPTSP Provinsi Kaltim mengenai izin-izin tersebut.

Hal lain juga disebutkan oleh Kepala Seksi Konservasi sumber daya alam dinas Lingkungan Hidup menurutnya izin mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) juga merupakan kewenangan dari Pemerintah Provinsi Kaltim diketahui masih pada proses kerangka acuan dan juga masih akan melalui beberapa tahapan hingga izin tersebut dikeluarkan. 22. 12 Juni 2019 Pengiriman surat kepada Perusahaan oleh Dinas DPMP-PTSP.

Pengiriman surat kepada pihak perusahaan PT Energi Unggul Persada oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) yang bernomor: 503/351/DPMPTSP.04 Bersifat: Penting. Perihal: Penghentian Seluruh Kegiatan. Berisi kan tentang Menindak lanjuti Surat Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tanggal 13

November 2018 Nomor:

503/1613/DPMTKPSTP 05 Perihal penghentian sementara kegiatan, surat Nomor : 503/106/DPMPTSP 04 Tanggal 7 Februari 2019 perihal penghentian sementara kegiatan pematangan tanah, dan surat Nomor : 503/337/DPMPTSP/ 04 Tanggal 26 Maret 2019 tentang penghentian sementara

(25)

91 kegiatan dan berdasarkan hasil Rapat Kerja Gabungan Komisi I dan Komisi III DPRD Kota Bontang tanggal 10 Juni 2019 yang merekomendasikan untuk penghentian seluruh aktifitas kegiatan proyek PT Energi Unggul Persada.

23. 22 Juni 2019

Mediasi di Kantor Walikota

Rapat mediasi di Kantor Walikota Bontang bersama PLBB (Persatuan Leveransir Bahan Bangunan) dan PT Energi Unggul Persada. Rapat mediasi yang berisi tentang penjelasan mengenai penggunaan 10 roda yang berasal dari luar Bontang yang menuai masalah untuk masyarakat lokal. Dimana tuntutan masyarakat bontang berdasarkan komitmen yang diberikan perusahaan akan memberdayakan masyarakat kota Bontang. Menurut masyarakat pada saat demo yaitu “Kami ada tiga tuntutan, intinya kami ingin dari pihak perusahaan memberdayakan. Artinya kita di sini hanya sebagai penonton aja”. Sehinggga hal tersebut di fasilitasi oleh Pemerintah Kota Bontang untuk mempertemukan antara Pemerintah, PT Energi Unggul Persada, dan juga pihak PLBB. 24. 24 Agustus 2019 Rapat di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur

Rapat di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kaltim dengan indikasi meminta agar perizinan AMDAL untuk dikaji ulang dan tidak terburu-buru untuk di keluarkan dikarenakan di lapangan masih terdapat konflik sengketa lahan yang belum selesai. Dari kegiatan rapat tersebut merupakan kegiatan mediasi dengan mempertemukan masyarakat pemilik tanah dan juga pihak-pihak yang terkait yang terlibat di dalamnya. 25. 25

Agustus 2019

Aksi masyarakat menutup jalan

Masyarakat menutup jalannya aktivitas kegiatan PT Energi Unggul Persada yang tetap saja melakukan kegiatan Galian C di lokasi dan juga membuat pengguna jalan mengalami kecelakaan akibat aktivitas yang ditimbulkan dengan mengotori jalan dan membuat jalanan menjadi licin, padahal dari hasil rapat maupun surat teguran sudah

(26)

92 diperjelas bahwa seluruh kegiatan aktivitas yang dilakukan PT Energi Unggul Persada diberhentikan sementara karena mengenai izin belum sama sekali keluar dan juga mengenai sengketa lahan masyarakat belum selesai. 26. 26 Agustus 2019 Kegiatan kunjungan dan pelaporan oleh Lembaga Masyarakat ke pihak DPMTK-PTSP

Kepala LP3M (Lembaga Peduli Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat) Bontang Lestari, Kepala GP-PAK (Gerakan Pemuda Pewaris Adat Kutai), Kepala PLBB (Persatuan Leveransir Bahan Bangunan) dan juga ALKAB (Aliansi Kaltim Bersatu) ke empat LSM ini mendatangi pihak DPMTK-PTSP untuk melaporkan operasi kegiatan yang dilakukan oleh pihak PT Energi Unggul Persada. Kegiatan perusahaan yang berlangsung seperti, penimbunan dan pemancangan tiang pancang. Kedua kegiatan tersebut belum memiliki ijin dari OPD terkait. Menurut penuturan Ketua LP3M yaitu “kami menghimbau kegiatan ini jangan dilanjutkan lagi, sebelum izinnya lengkap, bagaimanapun Pemerintah Bontang harus tegas jangan sampai kedepan ada lagi perusahaan yang coba melanggar aturan yang berlaku di Bontang”.

Menurut Ketua ALKAB yaitu agar pemerintah Bontang lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan, agar taat dengan aturan yang berlaku supaya investasi bisa lancar masuk di Bontang. Selain itu LSM tersebut menindaklanjuti surat keputusan dari DPRD Bontang untuk menutup sementara kegiatan PT EUP. Kami tidak anti investasi, namun siapapun yang masuk ke Bontang unntuk berinvestasi harus menaati aturan yang berlaku.

Sementara itu Kepala Dinas DPMTK-PTSP Puguh Harjanto membenarkan bahwa izin operasi PT EUP belum lengkap. Izin yang belum terbit yakni IMB dan Amdal. Diketahui sementara sudah dalam proses

(27)

93 pembahasan. Karena Amdal maka kewenangannya ada di tingkat provinsi, kami menunggu hasil dari sana karena minggu lalu sudah dilakukan sidang komisi 2 DPRD Kaltim mengenai itu. Kami akan menindaklajuti tuntutan warga ini dengan saling berkomunikasi dengan OPD pelaksana teknis.

27. 26 Agustus

2019

Pelaksanaan aksi demo oleh Supir Dumb Truck

Aksi Demo kembali yang dilakukan oleh pihak supir Dumb Track di lokasi penimbunan operasi kegiatan PT Energi Unggul Persada dikarenakan supir-supir truck resah akibat masih berjalannya kegiatan operasi di lapangan tetapi yang dipakai bukan masyarakat lokal. 28. 27 Agustus 2019 Rapat mediasi di Dinas Perhubungan

Rapat mediasi antara Ketua LSM LP3M dengan pihak Dinas Perhubungan Kota Bontang. Mempertanyakan perizinan yang dilakukan pihak PT Energi Unggul Persada kepada Dinas Perhubungan mengenai penggunaan mobil 10 roda di wilayah RT 12 Segendis Kelurahan Bontang Lestari lebih tepatnya di lokasi penimbunan operasi kegiatan PT Energi Unggul Persada.

29. 2 September

2019

Aksi demo

masyarakat

Demo pertemuan masyarakat pemilik lahan dengan 4 Kepala LSM, Ketua RT 12, kepolisian dan perwakilan PT Energi Unggul Persada dengan mendatangi lokasi di Segendis dengan menuntut adanya pembebasan sengeta lahan yang dilakukan pihak perusahaan namun tidak melibatkan Ketua RT namun pihak perusahaan memiliki tanda tangan pengesahan milik RT sehingga Ketua RT menuntut mengajak masyarakat untuk mendatangi langsung pihak dari perwakilan PT Energi Unggul Persada. 30. 3 September 2019 Rapat mediasi di Polres Kota Bontang

Rapat mediasi di Polres Kota Bontang bersama Ketua LSM LP3M dan masyarakat pemilik lahan yang bergabung menjadi kelompok tani damai indah. Dalam hasil pertemuan dengan Polres Kota Bontang memperoleh hasil kesepakatan antara

(28)

94 kelompok Tani Damai Indah dengan Kepolisian Kota Bontang di Lapangan. 31. 4 September 2019 Aksi Demo di Polres Kota Bontang

Kelompok PLBB melakukan kegiatan orasi atau demo di depan Polres Kota Bontang dengan tuntutan keadilan supir lokal untuk diberdayakan dalam pengangkutan dan meminta untuk memulangkan mobil 10 roda dari Kota Bontang yang telah merugikan Truck asal lokal. Tuntutan lain yaitu untuk memperhatikan solar di SPBU yang semakin langkah karena banyaknya mobil 10 roda yang masuk di Kota Bontang.

32. 5 September 2019 Aksi Demo kembali di Kantor Dishub

Kelompok PLBB kembali melakukan orasi/demo di Kantor DISHUB Kota Bontang dengan tuntutan yang sama yang dilakukan sebelumnya 33. 11 September 2019 Rapat mediasi di Dishub

Rapat mediasi di DISHUB Kota Bontang dengan pihak LSM dan juga PLBB dan supir dumb track. Rapat mediasi tersebut bertujuan dengan mempertanyakan kepada pihak DISHUB mengenai perizinan dengan adanya mobil 10 roda yang beroperasi di Kota Bontang dan juga tidak adanya pemberdayaan tenaga kerja asli masyarakat Bontang. 34. 5 Oktober 2019 Adanya surat teguran unuk penyetopan semua kegiatan yang dilakukan perusahaan

Adanya surat pernyataan dari Pemerintah Kota Bontang atas kejadian kecelakaan masyarakat Kota Bontang yang melintas akibat jalanan licin yang diakibatkan oleh Operasi kegiatan penimbunan yang dilakukan oleh pihak PT Energi Unggul Persada.

Mengingat pada tanggal 12 juni 2019 telah ada surat edaran dari Dinas DPMPTSP Kota Bontang dan Tembusan dari SEKDA dengan No. Surat 503”/351/DMPTSP.04. Dengan perihal penyetopan semua kegiatan CPO. Namun kenyataannya masih melanjutkan kegiatan operasi dan akibatnya memakan korban.

(29)

95 Dari surat pernyataan tersebut di buat dan di tanda tangani oleh drh. H. Agus Amir. M.Si jabatan sebagai plt Sekretaris Daerah. Dalam surat nya berisikan tentang :

Menindak lanjuti pertemuan yang dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Oktober 2019 antara Pemerintah Kota, PT Energi Unggul Persada dan Persatuan Leveransir Bahan Bangunan di Kantor Walikota disepakati hal-hal sebagai berikut :

1. Pada hari Rabu, 2 Oktober 2019 Jam 09.00 WITA akan dilaksanakan pertemuan antara Pemerintah Kota, PT Energi Unggul Persada dan PT Indominco Mandiri tentang akses jalan

2. Pada hari Kamis, 3 Oktober 2019 akan dilakukan pertemuan lanjutan antara Persatuan Leveransir Bahan Bangunan dan PT Indominco Mandiri 3. Pemerintah Kota akan memerintahkan kepada Satpol PP untuk melakukan pengawasan

terhadap surat nomor

503”/351/DMPTSP.04 tanggal 12 Juni 2019 yang diterbitkan ole Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Perihal Penghentian Seluruh Kegiatan.

3.4. Tahapan Dinamika Konflik

Dalam penulisan tahapan dinamika konflik peneliti mengambil 4 bagian sesuai dengan realitas data di lapangan. Pembagian tersebut yaitu diawali dengan kejadian awal mula konflik, konflik keras, konflik memanas, dan konflik merumit. Dalam hal ini adapun penjelasan yang peneliti maksud yakni :

(30)

96 1. Awal Mula Konflik. Judul awal mula konflik di dalam pembagian fase konflik yang digunakan oleh peneliti dengan maksud dimana kejadian dan kronologi konflik itu berawal. Segala bentuk dari latar belakang dari pihak investor memilih lokasi di Segendis, RT12 Bontang Lestari hingga ke tahap pembebasan lahan, hingga terjadinya sebuah konflik agraria.

2. Namun seiring berjalannya waktu fase konflik kedua yang digunakan oleh peneliti yakni dimana konflik ini terasa seperti konflik keras. Konflik keras yang digunakan oleh peneliti yakni dengan maksud kata keras tersebut yaitu dimana kelompok masyarakat dan pihak perusahaan tetap bertahan atau berpegang pada pendirian yang keras sehingga menimbulkan persoalan ini keluar dari awal mula konflik yaitu pada konflik agraria. Sehingga yang dimaksud peneliti mengenai keluar dari persoalan awal yaitu konflik agraria yaitu adanya konflik baru mengenai proses untuk mempertimbangkan kembali perizinan lingkungan hidup dikarenakan masih adanya konflik agraria yang terjadi di masyarakat namun kenyataan lapangan izin prinsip tetap bisa keluar meskipun pihak-pihak yang memiliki kewenangan mengetahui bahwa persoalan mengenai konflik agraria di lokasi pembangunan perusahaan belum selesai.

3. Selanjutnya peneliti menggunakan kata fase memanas. Kata memanas yang dimaksudkan oleh peneliti yaitu situasi yang semakin panas. Kata memanas tersebut dirasa pas untuk peneliti gunakan di tahap fase selanjutnya dikarenakan adanya situasi konflik yang tidak lagi pada tahap konflik agraria saja, melainkan timbulnya konflik baru seperti perizinan perusahaan yang masih dalam tahap proses dan belum dikeluarkan SK

(31)

97 (Surat Keputusan) oleh pihak instansi yang terkait namun pihak perusahaan telah melakukan kegiatan pembangunan. Selain konflik mengenai perizinan konflik lainnya muncul yakni konflik mengenai ketidak terlibatan masyarakat lokal dalam proses pembangunan perusahaan. Sehingga dengan tidak diberdayakan masyarakat lokal tersebut membuat konflik ini menjadi memanas.

4. Fase terakhir yang peneliti gunakan yaitu fase konflik yang merumit. Kata merumit yang dimaksudkan oleh peneliti ini adalah rumit yang artinya konflik tersebut semakin susah, pelik dan sulit untuk diatasi. Hal tersebut dikarenakan kondisi merumit ini dimana konflik tersebut tidak ada penyelesaian yang berujung sehingga persoalan tersebut kini menjadi dinamika konflik yang tidak hanya ada konflik agraria saja melainkan adanya konflik-konflik yang lain yaitu mengenai perizinan perusahaan yang belum lengkap sampai pada proses keterlibatan masyarakat lokal dalam pemberdayaan masyarakat. Namun hal tersebut semakin merumit karena konflik-konflik tersebut masih berjalan sejak tahun 2018 hingga saat ini masih belum ditemukan upaya penyelesaiannya.

Berikut penjabaran peneliti mengenai fase-fase konflik sesuai dengan apa yang peneliti temukan di lapangan :

(32)

98 Tabel 22 : Tahapan Dinamika Konflik

Awal Mula Konflik

Investor management PT Energi Unggul Persada memilih Segendis, Kelurahan Bontang Lestari, Kota Bontang sebagai lokasi pembangunan perusahaan CPO (Cruide Palm Oil). Lokasi tersebut merupakan tanah milik masyarakat yang yang diatasnya terdapat tanaman mangrove dan juga kelapa sawit milik masyarakat. Kehadiran perusahaan ini diterima oleh pihak pemerintah dan juga masyarakat sebagai perusahaan yang diharapkan dapat memberikan keuntungan Kota Bontang dengan mengurangi jumlah pengangguran. Namun, siapa sangka seiring berjalannya proses kehadiran perusahaan yang baru pasti membutuhkan lokasi yang luas. Peneteapan lokasi segendis sebagai lokasi berdirinya perusahaan menjadikan pihak Kelurahan dan pihak Pemerintah membuat agenda sosialisasi kepada masyarakat dengan memberitahukan bahwa akan ada pembangunan perusahaan di Segendis RT 12 barang siapa yang memiliki hak dan kewenangan untuk segera mempersiapkan legalitasnya. Tetapi kegiatan tersebut malah menimbulkan masalah yang tidak asing lagi untuk Kota Bontang yaitu mengenai konflik agraria. Konflik yang terjadi ini antara kelompok masyarakat Santan dan masyarakat kelompok masyarakat Bontang. Dimana ada bentuk claim masyarakat Santan atas tanah milik masyarakat Bontang yang dibuktikan dengan legalitas yang ada sebanyak 92,7 H merupakan tanah milik masyarakat Bontang. Tetapi pihak perusahaan telah membebaskan tanah yang dibayarkan kepada pihak kelompk masyarakat Santan dari keseluruhan lokasi yang akan digunakan. Isu tersebut terjadi karena adanya bentuk miss komunikasi dan juga penyalahgunaan kewenangan.

Menurut perusahaan tidak ada bentuk claim karena perusahaan telah melakukan pembebasan lahan dan memiliki bukti sertfikasi. Tetapi, menurut masyarakat Bontang belum menerima dana pembelian perusahaan atas tanah miliknya dan masyarakat sendiri pun memiliki sertifikasi kepemilikan atas lahannya. Sehingga masalah ini masyarakat didampingi oleh pihak beberapa pihak lembaga masyarakat di Bontang Lestari untuk memfasilitasi masyarakat kepada perusahaan. Pada tanggal 12 Oktober 2018 pertemuan pertama antara masyarakat yang berkumpul menjadi satu menjadi Kelompok Tani Tambak Damai Indah, Kepala Lembaga Advokasi Warga selaku Kuasa Legal masyarakat dan pihak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk mengumpulkan bukti-bukti sertifikasi yang

(33)

99 asli atas kepemilikan hak legalitas di Segendis yang merupakan lokasi dibangunnya perusahaan PT Energi Unggul Persada.

Menurut pihak DPMTK-PTSP (Dinas Penanaman Modal, Tenaga Kerja dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) melakukan rapat mediasi mengenai sengketa lahan. Berdasarkan hasil rapat mengatakan pembangunan pabrik CPO (Cruide Palm Oil) terkendala dengan sengketa tanah padahal pembangunan perusahaan ini mampu menserap 5000 tenaga kerja untuk masyarakat Bontang. Pihak DPRD Provinsi juga melakukan rapat mengenai perizinan dan sengketa lahan yang belum selesai. Dimana dalam rapat tersebut mempertemukan masyarakat pemilik tanah dan juga pihak-pihak yang terkait.

Seiring berjalannya waktu belum ada hasil dari jawaban perusahaan mengenai bentuk claim kepemilikan lahan namun perusahaan telah melakukan kegiatan di lokasi yaitu dengan mengclearing kawasan mangrove yang dimana mangrove tersebut berdiri diatas lahan milik masyarakat. Adanya kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut membuat masyarakat tidak terima dan membuat masyarakat melakukan kunjungan ke Segendis untuk memberhentikan kegiatan penebangan mangrove tanpa sepengetahuan masyarakat pemilik lahan.

Kejadian ini mengundang pihak Kepala Lembaga Advokasi Warga Kepala LSM LP3M Bontang Lestari dan kepolisian menelusuri kejadian ini dengan melakukan turun lapang bersama masyarakat pemilik tanah kelompok Bontang dan Kelompok Santan untuk mengklarifikasi legalitas hak atas kepemilikan lahan. Hal lain juga menanyakan izin penebangan mangrove dan pemanfaatan kayu di Segendis. Tetapi pihak pelaksana kegiatan belum mengantongi izin apapun tetapi telah melakukan kegiatan di lapangan.

Hal ini membuat pihak LSM LP3M Bontang Lestari berkoordinasi dengan Kepala Lembaga Advokasi Warga melakukan kunjungan dan pelaporan kepada Badan Lingkungan Hidup dengan adanya kegiatan operasi oleh pihak perusahaan di lapangan dengan melakukan penebangan pohon mangrove dan pemanfaatan kayu di Segendis tanpa mengantongi izin secara lengkap. Pihak LSM LP3M Bontang Lestari kembali melakukan pelaporan operasi kegiatan perusahaan kepada Komisi II DPRD Kota Bontang. Berdasarkan nomor surat 011/Lp3M/11/DPRD/2018. Hal Audiensi, Surat tersebut berisikan tentang sehubungan dengan adanya pembangunan pabrik pengelolaan sawit oleh pihak PT Energi Unggul Persada

(34)

100 di Segendis RT 12 Kelurahan Bontang Lestari, Kota Bontang. Maka pihak LSM LP3M memandang penting untuk dilakukan audiens bersama dengan pihak PT Energi Unggul Persada untuk memastikan komitmmen pada kelestarian lingkungan yang diatur pada pasal 16 UU 25/2007.

Adanya surat tersebut membuat DPRD Provinsi melakukan sidak ke lokasi tanah pembangunan CPO di Segendis dengan indikasi adanya pelaporan mengenai tanah sengketa, kerusakan mangrove, dan izin pembangunan yang belum lengkap tetapi telah melakukan operasi kegiatan.

Setelah melakukan sidak DPR Komisi II Bontang melakukan rapat klarifikasi dengan mempertemukan pihak-pihak terkait termasuk pihak PT Energi Unggul Persada, LSM LP3M Bontang Lestari, dan juga pihak DPMTK-PTSP mengenai perizinan yang belum dikantongi pihak perusahaan namun telah melakukan operasi kegiatan.

Bentuk-bentuk izin yang harus dikantongi perusahaan yaitu tentang perizinan mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), Perizinan mengenai RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah), perizinan pengelolaan lingkungan yaitu penebangan mangrove, pemanfaatan kayu, dan izin aktivitas galian C.

Konflik Keras

Konflik sosial tetap berpegang pada pendirian dan merubah fokus permasalahan yang awalnya merupakan isu konflik agraria yang terjadi antara kelompok masyarakat Santan dan kelompok masyarakat B dengan ketrlibatan pihak perusahaan berubah menjadi isu penyelidikan mengenai perizinan yang belum dikantongi oleh pihak perusahaan. Dimana dalam hasil rapat menurut pemaparan DPMTK-PTSP mengatakan bahwa semua izin pelaksanaan operasi kegiatan masih dalam proses belum ada satupun surat perizinan yang keluar sehingga seharusnya perusahaan belum boleh melakukan operasi kegiatan apapun sebelum surat perizinan semua telah keluar.

Bentuk konflik yang melebar lainnya yaitu ditemukannya operasi kegiatan penggalian C dan melakukan penimbunan dengan menggunakan alat berat 10 roda. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak perusahaan pada malam hari sehingga membuat masyarakat tidak mengetahui bahwa ada kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Mengingat untuk peraturan di Kota Bontang tidak boleh melakukan penggalian C secara liar kecuali telah mengantongi izin-izin yang sudah layak oleh pihak-pihak yang berkaitan. Namun dalam kenyataannya operasi

(35)

101 kegiatan penggalian C yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT Energi Unggul Persada belum lengkap sehingga menuai konflik baru.

Adanya permasalahan baru ini membuat masyarakat melakukan aksi turun lapang untuk memberhentikan operasi kegiatan. Karena, kegiatan penggalian C yang dilakukan oleh pihak perusahaan menimbulkan kerugian salah satunya yaitu dengan merusak kondisi jalan raya, membuat jalanan licin akibat pemindahan tanah timbunan yang berserakan di jalan raya sehingga menelan korban kecelakaan. Selain jalanan yang licin, membuat jalanan rusak akibat mobil yang berlalu lalang merupakan mobil 10 roda, dan juga debu-debu yang dihasilkan dari kegiatan ini merugikan masyarakat.

Dengan adanya permasalahan baru ini membuat pihak Ketua RT, dan Kepala LSM kembali mengirimkan surat pelaporan kepada Walikota Bontang. Surat tersebut berisikan sehubungan dengan adanya aktifitas pengangkutan tanah project penimbunan lokasi CPO di Jalan Letjend Urip Sumiharjo, Segendis yang menggunakan mobil unit 10 roda yang mengotori jalan dan menghasilkan debu. Dari aktifitas tersebut mengancam kesehatan dan keselamatan pengguna jalan. Karena pihak perusahaan tidak bertanggung jawab untuk membersihkan setiap ada tanah yang mengotori jalan dan mengganggu pengguna jalan. Surat pemohonan ini berharap pemerintah Kota Bontang agar segera memberi solusinya.

Adanya permasalahan baru yaitu adanya aksi demo di 3 lokasi yang dilakukan oleh kelompok PLBB (Persatuan Leveransir Bahan Bangunan), ORMAS Bontang, Ketua LSM, dan juga masyarakat supir dumb truck Kota Bontang di Kantor Walikota, Polres Bontang, dan juga di depan DISHUB (Dinas Perhubungan) dengan tuntutan pelibatan supir truck lokal untuk di berdayakan di proyek CPO PT Energi Unggul Persada. Hal tersebut terjadi karena pihak perusahaan menggunakan unit 10 roda dalam proses operasi kegiatan di lokasi perusahaan yang dimana komitmen awal perusahaan dalam mendirikan perusahaan wajib memberdayakan masyarakat lokal.

(36)

102 Konflik

Memanas

Konflik semakin meluas akibat tindakan-tindakan perusahaan yang melanggar aturan-aturan yang ada. Aturan yang dilanggar berupa belum adanya penyelesaian sengketa lahan yang terjadi antara pihak perusahaan dengan masyarakat, belum memiliki izin secara penuh namun telah melakukan beberapa operasi kegiatan sehingga membuat pihak dinas, DPRD gabungan Komisi I dan II, dan DPR Provinsi melakukan sidak dan mengambil keputusan untuk melakukan pemberhentian operasi kegiatan sementara sampai semua izin telah di kantongi oleh pihak perusahaan. Hal pelanggaran lain yang dilakukan perusahaan yaitu dengan melanggar komitmen awal dengan perjanjian untuk memberdayakan masyarakat lokal Kota Bontang namun kenyataannya dalam operasi kegiatan ditemukan masyarakat diluar Kota Bontang yang beraktifitas di lokasi pembangunan perusahaan.

Hal lain yang menggelitik masyarakat yaitu tindakan perusahaan yang tidak menaati adanya peneguran-peneguran yang dilakukan oleh pihak dinas maupun DPRD Komisi I dan II mengenai pemberhentian sementara kegiatan operasi, tetapi perusahaan masih tetap melaksanakan operasi kegiatan di lapangan yaitu di Segendis sehingga hal inilah yang membuat konflik semakin meluas antara perusahaan dan masyarakat.

Konflik merumit

Adanya proses mediasi dan pengawasan yang tidak berujung. Meskipun pihak pemerintah, lembaga masyarakat, perusahaan dan masyarakat selalu melakukan kegiatan pertemuan namun hal tersebut tidak memberikan solusi penyelesaian konflik yang ada. Sehingga, bentuk-bentuk konflik yang terjadi semakin rumit. Berbagai pihak yang memfasilitasi permasalahan ini namun tidak membuat masalah ini mendapatkan jalan keluar yang diinginkan antara pihak perusahaan dan masyarakat. Proses yang menghambat jalannya mediasi ini dimana tidak adanya kehadiran beberapa pihak juru kunci setiap kegiatan mediasi berlangsung sehingga beberapa keputusan yang diambil hanya beberapa pihak saja sehingga pihak yang tidak hadir hanya menerima surat hasil rapat mediasi. Surat hasil rapat mediasi ini menurut saya tidak efektif karena keputusan-keputusan yang diambil hanya beberapa pihak saja sehingga pihak yang tidak hadir mau tidak mau menuruti aturan yang diperoleh dari surat hasil rapat mediasi tersebut, sehingga sulit ditemukan kebenaran-kebenaran yang terjadi.

Gambar

Gambar 1 : Peta Administrasi Kelurahan Bontang Lestari
Tabel 1 : Luas Wilayah Bontang Lestari
Tabel 4 : Orbitrasi Bontang Lestari
Tabel 6 : Status Peruntukkan Tanah Bontang Lestari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi Berjudul “Perbaikan DesainKursi dan Meja Sortasi Biji Kopi Untuk Meningkatkan Kenyamanan KerjaUPH HARAPAN MAKMUR 6 Bondowoso” telah diuji dan disahkan oleh

Selain itu, studi politik di tingkat lokal banyak memaparkan bangkitnya kekuasaan para bangsawan, usif, karaeng dan sultan sebagai simbol orang kuat lokal atau bos

Regional branding ‘Solo, The Spirit of Java’ ditujukan sebagai alat pemasaran dalam segala upaya pemasaran wilayah Subosukowonosraten ( Kabupaten Boyolali, Sukoharjo,

risiko-risiko yang dihadapi bagi mahasiswa yang tidak mengerti fiqih muamalah adalah (1) ilmu akuntansi syariah hanya dapat digunakan nanti setelah lulus, itupun

Dengan demikian, dari beberapa penawaran Engineer terhadap pemahaman baru yang ditawarkan, dan faktor penyebab pemikirannya, serta relevensi pemikannya terhadap

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa, nilai R- squared (R 2 ) sebesar 0.900323, artinya 90,03 persen variasi variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) di Kota Surabaya

Selanjutnya menurut Caldarella dan Merrel (Muzaiyin: 2013) terdapat 5 elemen keterampilan sosial yaitu: a)Keterampilan yang berhubungan dengan teman sebaya (Peer