• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD PERMATA HATI WONOKERTO ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD PERMATA HATI WONOKERTO ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN PADA ANAK PRASEKOLAH

DI PAUD PERMATA HATI WONOKERTO

Danny Kurniawan*), Umi Aniroh**), Abdul Wahid***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak prevalensi karies gigi pada usia di bawah 15 tahun mencapai angka 0,2% dari total populasi penduduk kabupaten Demak. Studi Pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 5 anak yang bersekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak diketahui bahwa 3 anak mengalami karies gigi dan belum adanya kegiatan pendidikan kesehatan tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar pada Anak PAUD. Untuk mencegah terjadinya karies gigi yang berkelanjutan harus ada upaya peningkatan pengetahuan penanganan karies gigi dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar kepada anak PAUD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada anak PAUD Permata Hati Wonokerto Demak.

Penelitian ini merupakan penelitian Praeksperimen dengan menggunakan jenis one group pretest posttest. Besar sampel penelitian ini menggunakan metode Total Sampling yang jumlah sampelnya sama dengan populasi yaitu sebanyak 30 anak. Uji statistik yang digunakan adalah t dependent.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan p value adalah 0,001 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kemampuan menggosok gigi anak PAUD sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan.

Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan kesehatan cara menggosok gigi yang baik dan benar dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menggosok gigi yang baik dan benar.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Menggosok Gigi, Anak

(2)

ABSTRACT

Data from the regional health agency kabupaten Demak the prevalence of dental caries at the age of 15 years under reach a level of 0.2 % of the total number of district population demak. Study the introduction that done by researchers on 5 children attending paud gems hearts wonokerto kecamatan karangtengah kabupaten demak be seen that three sons experienced dental caries and the absence of educational activities health about rubbing teeth good and right on child paud. To prevent dental caries sustainable have to no attempt increasing knowledge handling dental caries by doing health education about rubbing teeth good and right to the paud. The purpose of this research is to find a difference in the capacity rubbing teeth before and after done education health on child paud gems hearts wonokerto demak.

The research is research praeksperimen by using a kind of one group pretest posttest. Large research sample areas in a total of sampling that is the sum of sampelnya same with a population of with 30 kids. Statistical testing that is used is dependent t.

Based on the research done , obtained p value is 0,001 ( p 0.05 ). It showed that there are differences meaningful kemammpuan rubbing teeth children paud before and after he did health education.

Conclusion the result of this research showed that the implementation of education health rubbing teeth good and right can increase knowledge children in scrubbing teeth good and right.

Keywords : Health Education, Rubbing Teeth, Children

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting maka penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut (Rahmadhan, 2010).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok pra sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak pra sekolah sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Selain itu apabila anak

menderita kerusakan gigi, anak akan merasa sakit sehingga anak malas makan dan beraktifitas. Akibatnya kebutuhan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terpenuhi (Anwar 2012). Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan pencegahan karies gigi.

Karies gigi ialah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah proksimal) meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa. Karies gigi merupakan penyakit yang telah menyebar luas dan dapat dicegah tetapi sebagian besar penduduk dunia pernah terserang penyakit

(3)

ini (Tarigan, 2015). Menurut penelitian dinegara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia menyebutkan bahwa 80-95% anak dibawah usia 18 tahun terserang karies gigi.

Kemampuan menggosok gigi adalah melakukan suatu tindakan melalui upaya yang sistematis tentang cara membersihkan rongga mulut dan gigi dari semua kotoran atau sisa makanan dengan menggunakan sikat gigi. Dalam meningkatkan kemampuan menggosok gigi anak pra sekolah harus ada upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam menggosok gigi melalui pendidikan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan yang bisa diterapkan pada usia anak pra sekolah dengan bercerita semenarik mungkin dan menampilkan video. Video yang akan ditampilkan adalah cara mengosok gigi yang baik dan benar dengan menggunakan animasi atau video kartun yang menarik sehingga anak pra sekolah memperhatikan penjelasan yang diberikan.

Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013 bahwa dari 93,8 % anak usia 3 tahun ke atas menggosok gigi, tetapi hanya 2,3 % saja yang menggosok gigi dengan benar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak diperoleh Data anak usia 3-5 tahun berjumlah 30 anak dan didapatkan informasi bahwa pihak sekolah telah berupaya melakukan tindakan pencegahan agar anak tidak menderita karies gigi seperti menyediakan kantin sekolah, menyita permen, dan memberitahukan kepada orang tua murid untuk membawakan makanan dan minuman sehat sebagai bekal anak di sekolah. Tetapi berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada usia pra sekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak, 3 dari 5 orang anak mengalami karies gigi dan belum adanya upaya dari PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah

Kabupaten Demak untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menggosok gigi melalui pemasangan poster ataupun kegiatan penyuluhan.. Adanya fenomena seperti ini menjadikan peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini sebagai bahan penelitian.

Perumusan Masalah

“Apakah ada perbedaan kemampuan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada anak PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak?”

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis perbedaan kemampuan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak.

Manfaat Penelitian

Diharapkan anak PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak dapat menggosok gigi dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur sehingga terbebas dari penyakit.

Ibu guru lebih memperhatikan pada anak didiknya tentang menggosok gigi dengan baik dan benar sehingga mereka terbebas dari penyakit dan mampu menggosok gigi dengan baik dan benar.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini digunakan desain penelitian Pra-eksperimen dengan menggunakan jenis one group pretest posttest.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak pada tanggal 20 dan 21 Januari 2016.

(4)

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak yang berjumlah sebanyak 30 anak dengan usia rata-rata 3-5 tahun.

Sampel

Adapun sampel pada penelitian ini adalah anak yang ada di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak jumlahnya sebanyak 30 anak.

Tekhnik Pengambilan Sampel (Sampling). Dalam penelitian ini menggunakan tekhnik penarikan sampling secara Non Random (Non Probability Sampling) menggunakan metode Total Sampling. Pengumpulan Data

Data Primer

Data tentang kemampuan menggosok gigi pada anak Pra Sekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak sebelum dan sesudah dilaksanakannya pendidikan kesehatan dengan ceramah dan demonstrasi.

Data Sekunder

Gambaran umum lokasi penelitian yaitu PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi checklist menggosok gigi. Cara mengumpulkan data dengan mengadakan melakukan pengamatan secara langsung pada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.

Analisis Data Analisa Univariat

Analisa univariat ini dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisa Bivariat

Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik dependent T-test, karena semua data berdistribusi normal. Adapun interpretasi hasilnya dikatakan terdapat perbedaan antara kemampuan menggosok gigi anak PAUD sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Kemampuan Menggosok Gigi Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan pada Anak Prasekolah

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Kemampuan Menggosok Gigi Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan pada Anak Prasekolah di PAUD Permata Hati

Wonokerto Kecamatan Karangtengah

Kabupaten Demak Kemampuan

Menggosok Gigi Frekuensi

Persentase (%) Kurang Cukup Baik 3 23 4 10,0 76,7 13,3 Jumlah 30 100,0

Kemampuan Menggosok Gigi Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan pada Anak Prasekolah

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Kemampuan Menggosok Gigi Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan pada Anak Prasekolah di PAUD Permata Hati

Wonokerto Kecamatan Karangtengah

Kabupaten Demak Kemampuan

Menggosok Gigi Frekuensi

Persentase (%) Kurang Cukup Baik 1 15 14 3,3 50,0 46,7 Jumlah 30 100,0

(5)

Analisis Bivariat

Perbedaan Kemampuan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan pada Anak Prasekolah

Tabel 3

Perbedaan Kemampuan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan pada Anak Prasekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak, Tahun 2016

Variabel Perlakuan N Mean SD t p-value

Kemampuan menggosok Gigi Sebelum Sesudah 30 30 4,10 5,50 1,242 1,548 -6,433 0,001 PEMBAHASAN

Kemampuan Menggosok Gigi Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan pada Anak Prasekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menggosok gigi pada anak usia prasekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak dirasa masih cukup atau kurang memenuhi standar. Hal ini karena cara menggosok gigi yang benar masih belum diterapkan pada anak prasekolah, dimana anak-anak biasanya mempunyai kecenderungan untuk membersihkan gigi (menyikat gigi) hanya pada bagian-bagian tertentu saja yang disukai, yaitu permukaan labial gigi anterior dan permukaan oklusal gigi molar bawah. Hal ini didukung dari kontribusi kemampuan anak dalam menggosok gigi yang tidak memperhatikan gerakan-gerakan yang benar dalam tata cara menggosok gigi. Diketahui bahwa terdapat 13 anak yang tidak memperhatikan gerakan yang benar dalam tata cara menggosok gigi. Artinya, kemampuan menggosok gigi anak tidak membersihkan sis-sisa makanan di seluruh permukaan gigi. Jika anak menggosok gigi dengan memperhatikan gerakan-gerakan yang benar maka seluruh permukaan gigi akan dibersihkan dan tidak ada sisa makanan yang tertinggal.

Penyebab lainnya adalah kurang telatennya orangtua maupun pengasuh dalam mengajarkan anak menyikat gigi dengan benar. Banyak dari orangtua yang berpandangan bahwa jika anak besar dengan sendirinya mereka akan tahu dan

mengerti cara menyikat gigi, sehingga untuk anak prasekolah masih belum perlu diajarkan cara menyikat. Hal ini disebabkan karena minimnya kegiatan pendidikan kesehatan tentang manfaat menggosok gigi yang diadakan di desa maupun di PAUD tempat sekolah anaknya sehingga kuranglah pengetahuan orang tua tentang dampak yang terjadi jika anaknya tidak menggosok gigi secara teratur dan dengan tata cara yang benar. Hal ini tentu merupakan perilaku yang tidak benar, karena menurut Riyanti (2005) bahwa upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia prasekolah dan sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi. Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok prasekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak pra sekolah sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gig pada usia dewasa nanti. Selain itu apabila anak menderita kerusakan gigi, anak akan merasa sakit sehingga anak malas makan dan beraktivitas. Akibatnya kebutuhan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terpenuhi (Anwar 2012).

(6)

Kemampuan Menggosok Gigi Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Pada Anak Prasekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pendidikan kesehatan kemampuan menggosok gigi responden mengalami perubahan. Perubahan menggosok gigi responden terjadi karena pengetahuan responden telah berubah dari yang tidak tahu tentang cara menggosok gigi menjadi tahu tentang cara menggosok gigi dengan benar. Hal ini tentu akan mengubah kemampuannya dalam menggosok gigi dari yang kurang benar menjadi benar.

Hal ini sebagaimana dinyatakan Syafarudin (2012) bahwa kemampuan adalah suatu yang dipelajari yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu dengan baik, yang bersifat intelektual atau mental maupun fisik. Melakukan suatu tindakan ini melalui upaya yang sistematis dan rasional yang berakumulasi menjadi suatu keterampilan seseorang yang menghasilkan kecerdasan intelektual dan fisik melalui proses pengalaman, pendidikan dan latihan, sehingga dapat melakukan sesuatu itu lebih bermutu dan bermanfaat.

Perbedaan Kemampuan Menggosok Gigi Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Pada Anak Prasekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak

Peningkatan kemampuan anak Paud Permata Hati Wonokerto dalam mengosok gigi yang baik dan benar untuk setiap individu memiliki nilai yang berbeda. Untuk menilai perbedaan kemampuan menggosok gigi ditentukan dari skor yang telah ditentukan dengan rentang nilai 0-8. Perbedaan kemampuan menggosok gigi anak paud jika diukur dari rentang nilai 0-8 yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa terdapat 22 anak (73%) yang memiliki peningkatan kemampuan menggosok gigi sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan nilai yang berbeda. Peningkatan ini terjadi karena sebelum pendidikan

kesehatan para responden tidak tahu bagaimana cara menggosok gigi dengan benar menjadi tahu setelah dilakukan pendidikan kesehatan, sehingga kemampuan responden menjadi semakin meningkat.

Anak yang tidak mengalami peningkatan kemampuan menggosok gigi sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 8 anak (27%). Artinya kemampuan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan memperoleh skor yang sama. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena faktor predisposisi yaitu anak kurang memperhatikan pada saat peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar karena masih ada yang main sama teman-temannya dan secara otomatis pengetahuan berkurang sehingga kemampuannya dalam menggosok gigi tidak terjadi peningkatan. Selain itu juga disebakan oleh faktor pendorong yaitu berupa motivasi dari orang tua untuk mengawasi anaknya dalam menggosok gigi yang baik dan benar (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan uji t dependen didapatkan nilai t hitung sebesar -6,433 dengan p-value sebesar 0,001. Oleh karena p-p-value 0,001 <  (0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kemampuan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak.

Hal ini karena pendidikan kesehatan gigi yang dilakukan pada responden telah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan responden tentang cara menggosok gigi, yang mana sebelum pendidikan kesehatan para anak masih belum tahu cara menggosok gigi dengan benar, namun setelah pendidikan kesehatan mereka menjadi tahu tentang cara menggosok gigi dengan benar. Selain itu, jua disebabkan karena penelitian ini menggabungkan antara metode ceramah, demonstrasi dan tanya jawab yang dapat

(7)

menyebabkan peningkatan pengetahuan responden. Penggabungan ketiga metode tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dimana ceramah digunakan untuk menyampaikan pesan yang bersifat informatif, demonstrasi dapat mempermudah dan memperdalam proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan sehingga mendapatkan pengertian atau pemahaman lebih baik sedang tanya jawab sendiri memberikan kesempatan pada responden untuk mengemukakan pendapat sehingga terjadi umpan balik dari responden.

Pendidikan kesehatan juga berguna untuk mengubah perilaku lama yaitu cara menggosok gigi yang kurang baik menjadi perilaku baru yang lebih baik. Sebagaimana dinyatakan oleh Budiharto (2010) bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi, menjadi lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya. Pendidikan gigi merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia (Budiharto, 2010).

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak menggunakan meotode diskusi karena keterbatasan kemampuan anak dalam berpikir. Sehingga materi yang disampaikan oleh peneliti tidak dapat dikembangkankan karena tidak adanya proses diskusi antara pemberi materi penyuluhan dengan anak PAUD yang mengikuti kegiatan penyuluhan.

KESIMPULAN

Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah di PAUD Permata Hati Wonokerto Kecamatan Karangtengah

Kabupaten Demak dengan p-value sebesar 0,000 <  (0,05).

SARAN

Anak-anak di PAUD diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi sehingga memiliki pengetahuan yang tinggi dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam pemeliharaan kesehatan gigi.

Bagi Puskesmas setempat diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak PAUD yang diselenggarakan.

Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian serupa dengan responden lebih banyak dengan menerapkan metode lain dan melakukan penelitian lanjutan dengan menghadirkan pihak-pihak terkait seperti orang tua, teman dekat maupun guru agar dapat memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh dan mewakili.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dahlan, M. Sopiyudin. 2014. Statistik untuk Kedokteran & Kesehatan. Epidemiologi Indonesia: Jakarta. [2] Dinkes Demak. 2012. Profil

Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak : Demak.

[3] Ghofur. 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut. Mitra Buku: Yogyakarta

[4] Gilang Rahmadhan. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. EGC: Jakarta

[5] Hanafiah. 2007. Etika kedokteran dan hukum kesehatan:Edisi ke- 4. EGC: Jakarta

[6] Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta.

[7] Listiyowati. 2009. Hubungan Antara Peran Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi dengan Perilaku Menggosok Gigi Sebelum Tidur pada

(8)

Anak Pra Sekolah di TK Al-Firdaus Meragen Demak. Kabupaten Demak. [8] Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi

Penelitian Kesehatan. RinekaCipta: Jakarta.

[9] Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. RinekaCipta: Jakarta.

[10] Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.

[11] Nursalam 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.

[12] Siswanto, Yuliaji. 2011. Modul Mata Kuliah Biostatistik. Stikes NWU: Semarang.

[13] Suhesti. Hubungan Antara Kepatuhan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi. Jakarta; 2011.

[14] Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Gva Media: Yogyakarta

[15] Syafarudin. 2012. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Perdana Publishing: Medan.

[16] Tarigan. 2015. Karies Gigi. EGC: Jakarta

[17] Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA. 2005. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari. J Ked Gigi Unpad. Ed.Khusus:103–8.

[18] Machfoedz, et al. (2005). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

[19] Haryanti. 2009. Mengatasi kegagalan penyuluhan kesehatan gigi pada anak dengan pendekatan psikologi. Dentika Dental Journal 2009; 1(13): 80-4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan pemeriksaan IVA Test pada Wanita Usia Subur (WUS) di UPTD

 Pada tahap Retrieve, dokumen yang telah di-embed dapat dikembalikan seperti semula menggunakan Steganografi EOF dan KriptografiRC4 menjadi data yang orisinil tanpa

Kasus Diabetes Pada Kehamilan Kasus Diabetes Pada Kehamilan  Ny. K berusia 32 tahun 32 tahun sedang hamil sedang hamil 7 bulan 7 bulan dengan Diabetes dengan Diabetes

Secara operasional penelitian ini meneliti pengaruh pembelajaran dengan pendekatan integrasi-interkoneksi berbasis Al-Qur’an pada materi perbandingan terhadap hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menganalisis: (1) pemahaman konseptual matematis siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan problem solving, (2)

Perbandingan jumlah pasien dan dokter yang melayani rawat inap tahun 2009 2,74:1, dengan demikian perbandingan ini sudah mamapu mencapai target, peningkatan tersebut dikarenakan

Jabatan Asisten Manajer Pelayanan Operasi dan Jabatan Pelaksana Pelayanan Operasi Senior merupakan jabatan yang memiliki penilaian kinerja yang sangat rendah

Hasil pengukuran kandungan nitrat, fosfat, dan oksi- gen terlarut di lapisan permukaan dan dasar perairan Kepulauan Karimunjawa disajikan pada Tabel 1, serta hasil analisis uji t