• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap jual beli dengan sistem real money trading di game rising force online.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap jual beli dengan sistem real money trading di game rising force online."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

TERHADAP JUAL BELI DENGAN SISTEM

REAL MONEY

TRADING

DI

GAME

RISING FORCE ONLINE

SKRIPSI

Oleh :

Fiki Adi Pamungkas NIM. C72213125

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang “Tinjauan Hukum

Islam dan Hukum Positif Terhadap Jual Beli Dengan Sistem RMT (Real Money Trading) di Game Rising Force Online”. Rumusan masalahnya:

Pertama, Bagaimana praktik jual beli dengan sistem RMT (Real Money Trading). Kedua, Bagaimana tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap praktik jual beli dengan sistem RMT (Real Money Trading) di Game Rising Force Online.

Data penelitian ini dihimpun melalui wawancara dengan pemain game Rising Force Online yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian ini menggunakan pola pikir deduktif, yaitu ketentuan Hukum Islam dan Hukum Positif mengenai transaksi jual beli yang selanjutnya dijelaskan pada kajian komprehensif, untuk selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan yang bersifat umum.

Dari Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme jual beli menggunakan sistem Real Money Trading yaitu dengan mengiklankan barang menggunakan fitur chat all, calon pembeli yang melihat dapat melakukan negoisasi dengan fitur whips, setelah timbul kesepakatan dilakukanlah pembayaran melalui rekber ataupun Cash On Delivery (COD). Dari hasil penelitian juga ditemukan adanya ketidakjelasan mengenai kepemilikan barang atau item yang diperjualbelikan. Berdasarkan Terms Of Service poin 18 yang tersedia di website Rising Force Online, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya kepemilikan benda yang diperjualbelikan adalah kepemilikan yang tidak sempurna, player hanya memiliki benda dan manfaatnya, namun tidak dengan hak kepemilikannya. Dalam pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa objek yang diperjualbelikan merupakan fasilitas yang disediakan oleh lyto, player berhak atas barang tersebut tetapi player tidak memiliki barang tersebut sepenuhnya. Objek tersebut juga dapat menghilang sewaktu – waktu ketika game Rising Force Online Tutup. Dari hal tersebut maka dapat diketahui adanya unsur gharar dalam jual beli tersebut. Menurut Hukum Islam kepemilikan barang merupakan salahsatu syarat sahnya transaksi yang berarti jual beli dengan menggunakan sistem Real Money Trading di Game Rising Force Online tidak memenuhi salah satu syarat jual beli menurut hukum Islam. Sedangkan menurut hukum Positif, mekanisme jual beli dengan menggunakan sistem Real Money Trading, sah menurut Undang – Undang ITE. Namun keabsahan tersebut dibatalkan oleh pasal 1471 KUHPerdata yang mengharuskan adanya kejelasan mengenai kepemilikan barang.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 7

C.Rumusan Masalah ... 8

D.Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G.Definisi Operasional ... 12

H.Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DALAM HUKUM POSITIF A.Jual Beli dalam Hukum Islam ... 20

1. Pengertian Jual Beli ... 20

(8)

3. Rukun Jual Beli... 24

4. Syarat Jual Beli ... 25

5. Macam – Macam Jual Beli ... 29

6. Bentuk – Bentuk Jual Beli ... 31

7. Jual Beli Gharar ... 32

B. Transaksi Elektronik Menurut Hukum Positif 1. Pengertian Transaksi Elektronik ... 33

2. Syarat dan Ketentuan Transaksi Elektronik Menurut Undang – Undang No 11 Tahun 2008 ... 36

3. Hal – Hal yang Dilarang Dalam Transaksi Elektronik Menurut Undang – Undang No 11 Tahun 2008 ... 41

BAB III PRAKTIK REAL MONEY TRADING DI GAME RISING FORCE ONLINE A.Gambaran Umum Mengenai Game Rising Force Online ... 48

B.Definisi dan Praktik Jual Beli Menggunakan Sistem Real Money Trading ... 58

1. Definisi Real Money Trading ... 58

2. Praktik Jual Beli Menggunakan Sistem Real Money Trading di Game Rising Force Online ... 58

3. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Real Money Trading di Game Rising Force Online ... 63

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI MENGGUNAKAN SISTEM REAL MONEY TRADING DI GAME RISING FORCE ONLINE A.Analisis Terhadap Praktik Jual Beli Dengan Menggunakan Sistem Real Money Trading di Game Rising Force Online ... 65

B.Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Menggunakan Sistem Real Money Trading di Game Rising Force Online ... 69

(9)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 80 B.Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep hukum bisnis Islam saat ini tidak lepas dari cara-cara praktik di

masa awal Rasulullah hidup bersama para sahabatnya. Karena itu konsep

bisnis Islam bisa dikatakan sebagai reformasi cara-cara bisnis di masa

jahiliyah yang melanggar hak-hak dan prinsip keadilan dan kemanusiaan.1

Ada tiga aspek yang sangat mendasar dalam ajaran Islam, yaitu aspek

akidah (tawhi>d), hukum (Syari^’ah), dan akhlak. Ketika seseorang memahami

tentang ekonomi Islam secara keseluruhan, maka ia harus mengerti ekonomi

Islam dalam ketiga aspek tersebut. Ekonomi Islam dalam dimensi akidahnya

mencakup atas dua hal : yaitu pemahaman tentang ekonomi Islam yang

bersifat ekonomi ilahiyah dan pemahaman tentang ekonomi Islam yang

bersifat Rabba>niyah.

Segala pembahasan yang berkaitan dengan ekonomi Islam sebagai

ekonomi ilahiyah, berpijak pada ajaran tawhi>d ulu>hiyah. Ketika seseorang

mengesakan dan menyembah Allah, dikarenakan kapasitas Allah sebagai dzat

yang wajib disembah dan juga tidak menyekutukan-Nya, hal ini berimplikasi

pada adanya niat yang tulus, bahwa segala pekerjaan yang dikerjakan oleh

manusia adalah dalam rangka beribadah kepada Allah, sebagai salah satu

1 Asep Saepudin Jahar, Euis Nurlaelawati, dan Jaenal Aripin, Hukum Keluarga, Pidana, dan

(11)

2

bentuk peyembahan kepada-Nya. Termasuk ketika seseorang melakukan

kegiatan ekonomi kesehariannya.2

Sistem Ekonomi Islam berusaha mendialektikkan nilai-nilai ekonomi

dengan nilai akidah ataupun etika. Artinya, kegiatan ekonomi dan perikatan

lain yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan dialektika nilai

materialisme dan spiritualisme berdasarkan sumber hukum syari’at Islam.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan

tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan bernilai

ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah juga sangat

konsen terhadap nilai-nilai humanisme.3

Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-bay’ yang

menurut etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily

mengartikan secara bahasa dengan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Kata al-bay’ dalam Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya,

yaitu kata al-Syira (beli). Dengan demikian, kata al-bay’ berarti jual, tetapi

sekalius juga berarti beli.4 Jadi, jual beli atau al-bay’ yaitu saling tukar

menukar harta dengan tujuan kepemilikan.

Kaidah umum dalam bermuamalah dijelaskan :

اَهيْْيرََْ ىَلَع ٌلْييلَد َلُدَي ْنَأ َايا ُةَحََيإا يةَلَماَعُمْلا يِ ُلْصَأَا

2 Fauzia Ika Yunia dan Riyadi Abdul Kadir, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,

2014), 8.

3 Dimyaudin Djuwaini, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 16.

4 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid 5, cet. Ke 8, (Damaskus: Dar al-Fikr al

(12)

3

Artinya : “Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh

dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”5

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa, Pada dasarnya hukum dari jual beli

adalah mubah, namun terkadang hukumya bisa berubah menjadi wajib, haram,

sunnah dan makruh bergantung pada situasi dan kondisi berdasarkan

maslahah.6

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini,

jual beli pun ikut berkembang dalam parktiknya, saat ini sangat marak jual

beli dengan media elektronik. Transaksi dengan media elektronik dapat

memudahkan penjual dan pembeli, karena penjual dan pembeli tidak perlu

repot-repot untuk bertemu, mereka hanya perlu berkomunikasi lewat

telefon/SMS untuk bertransaksi.

Menurut Undang-Undang nomor 11 Tahun 2008 yang dimaksud dengan

transaksi elektronik yaitu perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan komputer, jaringan komputer, dan atau media elektronik

lainnya.7

Dengan berkembangnya era jual beli saat ini, yang menjadi obyek jual

belipun ikut meluas seiring dengan kebutuhan manusia, dari mulai kebutuhan

pokok hingga kebutuhan tersier, seperti suatu item atau gold dalam game

online.

5 A. Djazuli, Kaidah-kaidah fikih: kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah

masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2007), 130.

6 Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 26.

7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(13)

4

Dari banyaknya pengguna game online di Indonesia tak sedikit yang

menjadikan game online sebagai bisnis untuk mendapatkan pundi-pundi

keuntungan. Berawal dari hiburan, kini banyak pula orang-orang menjadikan

game online sebagai pekerjaannya. Mengetahui peluang tersebut, para

developer game online berlomba-lomba untuk menciptakan game semenarik

mungkin. Publisher atau Developer game di Indonesia biasanya membuat

game bertipe Free to Play dan Freemium. Free to Play yaitu pemain bisa

memainkan game tersebut secara gratis dan tidak perlu memerlukan uang

sepeserpun. Sedangkan Freemium yaitu gabungan dari Free dan Premium

yakni yaitu game yang menawarkan layanan mendasar secara cuma-cuma, dan

mengenakan biaya untuk fitur-fitur tertentu. Game yang ber genre Freemium

lah yang menguasai pasar game Indonesia.

Real Money Trading merupakan transaksi elektronik didalam suatu

game untuk melakukan pembelian gold ataupun item dalam game dengan

menggunakan uang asli seperti rupiah.8 Real Money Trading tidak harus

anatar sesama player. Real Money Trading bisa terjadi antara player dengan

Publisher/Developer. Contohnya seperti seorang player membeli voucher

game untuk mengisi suatu kredit tertentu, lalu dengan kredit tersebut dia bisa

membeli barang yang jarang tersedia di pasaran. Dari segi keamanan, Real

Money Trading antara player dengan developer/publisher lebih aman

dibandingkan Real Money Trading dengan antar sesama player. Dikarenakan

8 Ketut Krisna Wijaya, “Itemku: Marketplace Gold dan Item Game Online di Indonesia”,

(14)

5

banyaknya kasus penipuan dan kecurangan dalam memperoleh barang yang

akan diperjual belikan tersebut.

Real Money Trading lebih marak digunakan pada game berjenis

MMORPG (Massively Multiplayer Online Role-Playing Game) yaitu suatu

game berbasis Role Playing Game dimana pemain terhubung ke server di

dalam game yang dimainkannya. Terdapat ratusan bahkan ribuan pemain yang

saling berinteraksi di dalam dunia virtual.

Rising Force Online yaitu salah satu game yang bergenre MMORPG

terbesar yang di dari sekian banyak game yang berada di Indonesia. Rising

Force Online juga dapat ditemukan di beberapa negara besar seperti Korea,

Jepang, Inggris, Rusia dan Filipina9.

Dari sekian banyak game online, game Rising Force Online lah yang

sangat aktif kegiatan Real Money Tradingnya, baik Real Money Trading

antara player dengan player maupun antara player dengan developer.

Obyek yang kebanyakan dijual dalam game Rising Force Online ini

antara lain :

1. CP/Disena/Dalant (Mata uang di dalam game tersebut) dengan kisaran

harga Rp. 2.000,00 – Rp. 5.000,00 tiap 1.000.000 CP/Disena/Dalant

(harga jual tiap bangsa berbeda-beda bergantung pada kondisi

kemakmuran suatu bangsa. semakin makmur suatu bangsa maka harga

jual semakin murah).

(15)

6

2. Voucher game (voucher yang berguna untuk mengisi suatu kredit di

dalam game untuk membeli item premium), voucher tersedia dengan

harga Rp. 10.000, Rp. 20.000, Rp. 35.000, Rp. 65.000, Rp. 175.000, dan

Rp. 500.000. Voucher tersebut dapat dijual didalam game untuk dijadikan

CP/Disena/Dalant.

3. Item (suatu barang di dalam game) item dapat dijual dengan rupiah

ataupun mata uang di dalam game tersebut, apabila dijual dengan rupiah,

maka penentuan harganya menyesuaikan dengan harga item di suatu

game tersebut lalu di rupiahkan.10

Obyek yang diperjualbelikan di atas berguna sebagai salah satu faktor

penguat karakter di dalam game tersebut, karena dengan karakter yang kuat

kita dapat melakukan banyak hal, salah satunya yaitu terbukanya peluang

untuk menjadi Race Leader, dewan dalam game Rising Force Online tersebut.

Berdasarkan dari persoalan yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Positif Terhadap

Jual Beli Dengan Sistem Real Money Trading Di Game Rising Force Online”.

Kajian skripsi ini, dapat memberikan wawasan tentang penjelasan dalam

aspek hukum Islam tentang jual beli untuk menyikapi berbagai pola kegiatan

muamalah yang ada.

(16)

7

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis

mengidentifikasi permasalahan - permasalahan yang dimungkinkan dapat

muncul dalam penelitian ini. Diantaranya yaitu :

1. Praktik jual beli dengansistem Real Money Trading di game Rising Force

Online

2. Akad yang digunakan dalam jual beli dengan sistem Real Money Trading

di game Rising Force Online

3. Obyek yang diperjualbelikan dengan sistem Real Money Trading di game

Rising Force Online

4. Manfaat obyek yang diperjualbelikan

5. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap jual beli dengan

sistem Real Money Trading di game Rising Force Online

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, Kiranya perlu penulis

membatasi pembahasan mengenai masalah dalam penelitian ini agar penulisan

penlitian ini lebih terarah pada ruang lingkupnya dan permasalahannya.

1. Mekanisme kerja dari praktik jual beli dengan sistem Real Money Trading

di game Rising Force Online

2. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap jual beli dengan

(17)

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah yang meliputi hal-hal tersebut adalah :

1. Bagaimana praktik jual beli dengan sistem Real Money Trading di game

Rising Force Online ?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap praktik jual

beli dengan sistem Real Money Trading di game Rising Force Online ?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran tentang

topik yang diteliti oleh peneliti sebelumnya agar tidak terjadi pengulangan

atau duplikasi dari kajian peneliti atau yang telah ada.11

Penelitian tentang jual beli merupakan hal yang biasa dan sangat banyak

sekali ditemukan di internet. Tapi pada saat ini ada sangat banyak ragam dari

jenis jual beli, salah satunya yaitu jual beli benda maya dengan sistem Real

Money Trading. Hal tersebut saat ini banyak terjadi dan dilakukan dikalangan

para gamers dikarenakan mereka dapat memadukan hobbynya dan dapat

mendapatkan pundi-pundi keuntungan dari hal tersebut.

Di antara skripsi yang sudah membahas adalah skripsi yang ditulis oleh

Moh. Afifuddin Zuhri pada tahun 2013, Jurusan Muamalah Fakultas Syariah

IAIN Sunan Ampel yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli

11 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknik

(18)

9

Follower Twitter” dalam skripsi tersebut penulis menjelaskan tentang

kesesuaian hukum Islam terhadap praktik jual beli follower twitter. Skripsi

tersebut berkesimpulan bahwa jual beli follower twitter sah secara rukun dan

syarat. Tetapi jika melihat dampak yang diakibatkan, jual beli follower twitter

tidak sesuai dengan asas muamalah yang mengedepankan prinsip

kemaslahatan.12

Selanjutnya terdapat pula skripsi yang ditulis oleh Yasinta Devi pada

tahun 2010, Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Analisa Hukum Islam

Tentang Jual Beli Gold Pada Game Online Jenis World Of Warcraft (WOW)”.

Pada skripsi tersebut menjelaskan tentang cara mendapatkan gold pada game

World of Warcraft (WOW) dan Tinjauan hukum islam terhadap jual beli gold

pada game World of Warcraft (WOW). Skripsi tersebut berkesimpulan jual

beli gold pada game online jenis World of Warcraft (WOW) ini dinyatakan

tidak sah berdasarkan hukum Islam, karena barang yang diperjual belikan

merupakan barang haram yang didapat dari perjudian. Meskipun rukun dan

syarat jual beli terpenuhi, akan tetapi keabsahan itu rusak akibat barang yang

diperjual belikan bukan barang yang diperbolehkan menurut hukum Islam.13

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Salsa Bella Rizky Nur Annisak,

jurusan Muamalah, fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya

12 Moh. Afifuddin Zuhri, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Follower Twitter(Skripsi--

IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013). 71.

13Yasinta Devi, “Analisa Hukum Islam Tentang Jual Beli Gold Pada Game Online Jenis World Of

(19)

10

yang berjudul “Analisis Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Pasal

28 Dan Pasal 32 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

(ITE) Terhadap Jual Beli Account Clash Of Clans (COC) Via Online”. Pada

skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana praktek jual beli Account

Clash Of Clans (COC) Via Online dan tinjauan hukum Islam dan

Undang-Undang ITE terhadap praktik jual beli Account Clash Of Clans (COC) Via

Online. Skripsi tersebut berkesimpulan bahwa praktik jual beli Account Clash

Of Clans (COC) Via Online sah menurut rukun dan syarat. Tapi dalam sistem

pembanyaran lewat pulsa terdapat unsur Gharar karena ada tambahan yang

tidak jelas. Sedangkan ditinjau dari undang-undang ITE, praktik jual beli

Account Clash Of Clans (COC) Via Online tidak sesuai dengan ketentuan UU

ITE karena praktik jual beli Account Clash Of Clans (COC) banyak terjadi

penipuan dan kecurangan14

Dalam judul skripsi yang penulis bahas kali ini berbeda dengan judul

skripsi yang ada di kajian pustaka di atas, dimana dalam skripsi yang pertama

menjelaskan mengenai jual beli follower twitter. Dalam skripsi yang ditulis

oleh penulis yang menjadi media jual beli berbeda dengan skripsi tersebut.

Sedangkan di dalam judul skripsi yang kedua obyek yang diperjualbelikan

hanyalah gold. Dalam skripsi yang ditulis oleh penulis obyek jual belinya

sangat luas meliputi item, fitur premium dan sebagainya. Lalu pada skripsi

14Salsa Bella Rizky Nur Annisak, “Analisis Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 11 Pasal

(20)

11

yang ketiga yang menjadi objek transaksi yaitu akun. Dalam penelitian yang

ditulis oleh penulis yang menjadi obyek jual-beli yaitu sesuatu hal yang ada

dalam akun tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan Skripsi

ini adalah antara lain :

1. Untuk mengetahui mekanisme praktik jual beli dengan sistem Real

Money Trading di game Rising Force Online

2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap

jual beli dengan sistem Real Money Trading di game Rising Force Online

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum pada umumnya dan khususnya ilmu pengetahuan hukum

Islam dan minimal digunakan untuk dua aspek yaitu :

1. Secara Teoritis

Secara Teoritis, hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk dapat

memeberikan wawasan akan hal hal yang baru dan saat ini telah

berkembang pesat.

2. Secara Praktis

Secara Praktis, hasil dar penelitian ini diharapkan berguna sebagai

(21)

12

dan jual beli sistem Real Money Trading dalam Game Online dalam

penyelesaian masalah dalam bidang muamalah pada umumnya dan

masalah jual beli pada khususnya.

G. Definisi Operasional

Sebagai gambaran didalam memahami suatu pembahasan maka perlu

sekali adanya pendefinisian terhadap judul yang bersifat operasional dalam

tulisan skripsi ini, agar mudah dipahami secara jelas tentang arah dan

tujuannya.

Adapun judul skripsi adalah “Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Positif

Terhadap Jual Beli Dengan Sistem Real Money Trading Di Game Rising Force

Online” dan agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam memahami judul

skripsi ini, maka perlu kiranya penulis uraikan tentang pengertian judul

tersebut, sebagai berikut :

Hukum Islam : Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu

Allah dan Sunnah Rosul tentang tingkah laku

manusia mukallaf yang diakui dan diyakini

mengikat untuk semua yang beragama Islam.15

Dalam skripsi ini yang dimaksud hukum islam

berupa firman Allah, sunnah Rasul, kaidah dan

fiqh.

(22)

13

Hukum Positif : Kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis

dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang

berlaku dan mengikat secara umum atau

khusus dan ditegakkan oleh atau melalui

pemerintah atau pengadilan dalam negara

Indonesia. Dalam skripsi inim hukum positif

berupa undang – undang ITE dan KUHPerdata

Jual Beli : Menjual atau menukar sesuatu dengan

sesuatu yang lain.16

Real Money Trading : Sebuah transaksi yang menjual belikan benda

maya dalam suatu game dengan menggunakan

uang asli (Rupiah).

Rising Force Online : Yaitu salahsatu game online di Indonesia

dengan berbasis Role Playing Game.

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Data mengenai transaksi jual beli dengan sistem Real Money

Trading dengan cara terjun ke lapangan dengan mewawancarai pelaku

jual beli. Data berupa informasi mengenai bagaimana transaksi tersebut

16 Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT Raja

(23)

14

berlangsung, pihak siapa saja yang terlibat, bagaimana cara mendapatkan

objek yang diperjualbelikan, dan sebagainya

2. Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya secara

langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara,

maupun observasi. Sumber informasi yang memiliki kompetensi

sesuai dengan obyek penelitian. Adapun data pada penelitian ini

diperoleh dari para gamers yang pernah/berpengalaman dalam

melakukan jual beli dengan sistem Real Money Trading di game

Rising Force Online.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder

adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan

dengan penelitian yang dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat

serta memberikan penjelasan mengenai sumber-sumber data

primer.17 Dalam skripsi ini, yang dijadikan sumber sekunder adalah

buku-buku referensi, website, dan jurnal yang akan melengkapi hasil

observasi dan wawancara yang telah ada. Untuk itu beberapa sumber

yang ada kaitannya dengan tema skripsi yaitu tentang jual beli

17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 8, (Bandung: Alfabeta,

(24)

15

dengan sistem Real Money Trading. Diantaranya sumber data

tersebut adalah :

1) Dimyaudin Djuwaini, Fiqh Muamalah

2) Yusuf Al Subaily, Pengantar Fiqh Muamalat dan Aplikasinya

dalam Ekonomi Modern

3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

4) Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu

5) Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riadi, Prinsip Dasar Ekonomi

Islam

6) Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual

7) Asep Saepudin Jahar, Euis Nurlaelawati, Jaenal Aripin, Hukum

Keluarga, Pidana & Bisnis

8) Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum

9) https://id.techinasia.com

10)https://rf.lytogame.com

3. Teknik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati

langsung terhadap objek penelitian. Observasi juga merupakan

(25)

16

yang diteliti.18 Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan

langsung terhadap praktik jual beli dengan sistem Real Money

Trading di game Rising Force Online. Pengamatan ini dilakukan

dengan cara mengamati/mengikuti jalannya proses jual beli dengan

dengan sistem Real Money Trading, kemudian mencatat hal-hal yang

dianggap penting dan diperlukan dalam penelitian.

b. Interview (Wawancara)

Yaitu merupakan dialog yang dilakukan peneliti kepada pelaku jual

beli yang dengan sistem Real Money Trading guna mendapatkan

informasi dari pihak penjual dan pembeli. Metode ini digunakan

untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.19

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang

yang pernah melakukan transaksi jual beli dengan sistem Real Money

Trading

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah seluruh data terkumpul maka dilakukan analisis data secara

kualitatif dengan tahapan sebagai berikut :

a. Editing, yaitu pengecekan atau pengoreksian data yang telah

dikumpulkan atau dengan kata lain memeriksa kembali informasi

yang telah diterima oleh peneliti. Dalam penelitian ini data yang

telah diperoleh dari wawancara maupun observasi diperiksa kembali.

18 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, cet Ke 4, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2003), 54.

(26)

17

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.20 Setelah

dilakukan pemeriksaan, data yang telah didapat dipilah untuk diambil

bagian yang diperlukan untuk penelitian ini.

c. Analyzing, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta

yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.21 Data yang telah diperiksa dan dipilah di analisis

untuk mendapatkan kesimpulan.

c. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu data yang berupa informasi

nyata dilapangan dan data yang dipahami sebagai data yang tidak bisa

diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.22 Setelah data yang

terkumpul lengkap, maka penulis menganalisa data ini dengan

menggunakan metode sebagai berikut :

a. Deskriptif Analitis

Deskriptif analitis yaitu metode yang digunakan untuk

menggambarkan dan memaparkan tentang konsep jual beli dengan

20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 136.

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Cet Ke 7, (Bandung: Alfa Beta,

2008), 246.

22 Andi Pratowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Diva

(27)

18

sistem Real Money Trading dan konsep jual beli dalam hukum

Islam.

b. Deduktif, dalam analisis ini penulis menggunakan pola pikir

deduktif yaitu proses pendekatan yang berangkat dari fakta khusus,

yaitu jual beli dengan sistem Real Money Trading yang kemudian

dijelaskan pada kajian komperhensif dan selanjutnya adalah

didapatkan kesimpulan yang bersifat umum.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran sederhana dan

menyeluruh, maka penulis membuat sistematika yang bertujuan untuk

mempermudah pembahasan. Sistematika penulisan saling berkaitan antara

bab satu dengan bab lainnya. Sedangkan gambaran umumnya adalah sebagai

berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan

penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian

dan sistematika pembahasan tentang Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum

Positif Terhadap Jual Beli dengan Sistem Real Money Trading Di Game

Rising Force Online

Bab kedua merupakan pembahasan tentang transaksi dalam Hukum

Islam dan Hukum Positif, yang di dalamnya meliputi unsur-unsur jual beli,

(28)

19

sah jual-beli serta bentuk dan macam-macam jual beli, definisi jual beli

elektronik, definisi jual beli berdasarkan Hukum Positif.

Bab ketiga merupakan pembahasan mengenai gambaran umum tentang

game Rising Force Online, pengertian transaksi dengan sistem Real Money

Trading, mekanisme jual beli dengan sistem Real Money Trading, latar

belakang terjadinya jual beli dengan sistem Real Money Trading di game

Rising Force Online.

Bab keempat merupakan analisis Praktik jual beli dengan Sistem Real

Money Trading ditinjau dari perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif.

Bab kelima penutup. Skripsi ini ditutup dengan mengemukakan

kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan pada

bab pendahuluan. Juga dikemukakan sejumlah saran sebagai aplikasi dari

(29)

BAB II

JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MENURUT HUKUM POSITIF

A. Pengertian Jual Beli Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli atau al-bay’ secara bahasa artinya memindahkan hak milik

terhadap benda dengan akad saling mengganti.1 Jual beli atau perdagangan

dalam istilah fiqh disebut al-bay’ yang menurut etimologi berarti menjual atau

mengganti. Wahbah Al Zuhaily mengartikannya secara bahasa dengan

menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.2

Menurut istilah terminologi yang dimaksud dengan jual beli adalah

suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai

secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima bendabenda

dan pihak lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan

yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.3

Definisi jual-beli yang disepakati para ulama yaitu tukar – menukar

harta dengan harta dengan cara – cara tertentu yang bertujuan untuk

memindahkan kepemilikan.4

1 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam, (Jakarta:

Amzah, 2010), 23.

2 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid 5, cet. Ke 8, (Damaskus: Dar al-Fikr al

Muashir, 2005), 126.

(30)

21

Definisi lain yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah yang dikutip oleh

Wahbah Al-Zuhaily, jual-beli adalah saling tukar harta dengan harta dengan

cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan sepadan

melalui cara tertentu yang bermanfaat.5

Dalam istilah perbankan jual beli atau al-bay’ didefinisikan sebagai

suatu pertukaran (exchanging) antara suatu komoditas dengan uang atau

antara komoditas dan komoditas yang lain.6

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong – menolong antara sesama umat manusia

mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’a>n dan sunnah Rasulullah saw.

Terdapat beberapa ayat al-Qur’a>n dan sunah Rasulullah saw, yang berbicara

tentang jual beli antara lain :7

a. Al-Qur’an

1) Surat al-Baqarah ayat 275

َبِ رلا َمرَحَو َعْيَ بْلا َُا لَحَأَو

Artinya : “Padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba”8

5 Abdul Rahman Ghazaly, Gufron Ihsan, Saipudin Shidiq, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana,

2010), 67-68.

6 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2014), 185.

7 Abdul Rahman Ghazaly, Gufron Ihsan, Saipudin Shidiq, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana,

2010), 68.

8 Departemen Agama RI, Al-Mudarris, Al-Qur’anul Karim,(Jakarta: PT. Readboy Indonesia, 2008),

(31)

22

Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwa manusia

diperbolehkan melakukan jual beli selama tidak melanggar

ketentuan – ketentuan hukum Islam yakni salah satunya yaitu riba.

2) Surat al-Baqarah ayat 282

َأَو

ْش

دِه

اْو

ْمُتََْاَبَ تاَذِإ

Artinya : “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”9

Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwa manusia membawa saksi

ketika kegiatan jual beli berlangsung.

3) Surat an-Nisa> ayat 29

ََ اوُنَمَآ َنيِذلا اَه يَأ ََ

ٍضاَرَ ت ْنَع ًةَراَِِ َنوُكَت ْنَأ َِإ ِلِطاَبْلِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكََْ

ْمُكْنِم

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian makan

harta sesama kalian dengan cara yang batil, selain melalui perdagangan yang saling ridha diantara kalian.”10

Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwa Allah

mengharamkan orang beriman untuk memakan, memanfaatkan,

menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya) harta orang

lain dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh

syari’at. Kita boleh melakukan transaksi terhadap harta orang lain

dengan jalan perdagangan dengan asas saling ridha, saling ikhlas.

9 Ibid., 49.

(32)

23 b. As-Sunnah

...

ِئُس

َل

ِبنلا

ىلَص

ُل

ِهْيَلَع

َملَسَو

:

يَأ

ِبْسَكْلا

أ

ُبَيْط

؟

َلاَقَ ف

:

ُلَمَع

ِلُجرلا

ِِدَيِب

لُكَو

َ ب ٍعْي

ٍرْوَُْْم

11

Artinya : “...Rasulullah saw. ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah saw. menjawab: usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati”12

Makna hadits di atas yaitu jual beli yang baik merupakan jual beli

yang di bekati oleh Allah, di mana jual beli tersebut merupakan jual beli

yang jujur tanpa diiringi kecurangan dalam jual beli tersebut.

َع ْن

َد

ُوا َد

ْب

ِن

َص

ِلا

ِح

ْلا

َم َد

ن

َبَأ ُتْعََِ :َلاَق ِهْيِبَا ْنَع ,

ْلا َدْيِعَس

م.ص ِل ُلْوُسَر َلاَق ُلوُقَ ي يِرْدُخى

َهجام نبا اورُ ٍضاَرَ ت ْنَع ُعْيَ بْلا اََِاَو

Artinya : “Dari Abu Dawud Ibnu Shalih Al-Maddani dari ayahnya

berkata saya mendengar Abu Sa’id al-Qhudri berkata;

bahwa Rasullullah Saw; jual beli atas dasar saling

meridha>i”. (HR. Ibnu Ma>jah)13

Makna hadits di atas yaitu jual beli harus didasarkan atas keridhoan

kedua belah pihak, tidak ada unsur keterpaksaan yang terkandung dalam

jual beli.

c. Ijma’

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa

11mam Ahmad Ibn Hanbal, al-Musnad al-Imam ahmad Ibn Hanbal, Jilid 4, (Beirut: Darul Kutub

al-Ilmiyah, 1993), 173-174.

12Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid 5, cet. Ke 8, (Damaskus: Dar al-Fikr

al Muashir, 2005), 26.

(33)

24

bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain

yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang miliknya yang

sesuai.14

3. Rukun Jual Beli

Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga

jual-beli itu dapat dikatakan sah oleh Syara’. Dalam menentukan rukun jual

beli terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama.

Rukun jual beli menurut ulama hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan

membeli dari pembeli), dan kabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut

mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan kedua belah

pihak untuk melakukan transaksi jual-beli.15

Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:

a. Ada orang yang berakad al muta’aqida>yn (penjual dan pembeli).

b. Ada s}igha>t.

c. Ada objek yang dibeli.

d. Ada nilai tukar pengganti barang.16

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, unsur atau rukun jual beli

ada tiga yaitu :

a. Pihak - pihak

14Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalat, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 75.

15 Abdul Rahman Ghazaly, Gufron Ihsan, Saipudin Shidiq, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana,

2010), 71.

(34)

25

Pihak pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli terdiri atas penjual,

pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

b. Objek

Objek jual beli terdiri atas benda yang berwujud dan benda yang tidak

berwujud, benda bergerak maupun benda yang tidak bergerak, dan yang

terdaftar maupun yang tidak terdaftar. Syarat objek yang diperjualbelikan

adalah sebagai berikut :

1) Barang yang diperjualbelikan harus ada.

2) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diserahkan.

3) Barang yang diperjualbelikan harus berupa barang yang memiliki

nilai/harga tertentu.

4) Barang yang diperjualbelikan harus halal.

5) Barang yang diperjualbelikan harus diketahui oleh pembeli.

6) Kekhususan barang yang diperjualbelikan harus diketahui.

7) Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu akad.

c. Kesepakatan

Kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan, dan isyarat, ketiganya

memiliki makna hukum yang sama.17

4. Syarat Jual Beli

Dalam jual beli, terdapatempat macam syarat, yaitu syarat terjadinya

akad, syarat sahnya akad, syarat terlaksananya akad, dan syarat lujum.

(35)

26

Secara umum tujuan adanya semua syarat tersebut antara lain untuk

menghindari pertentangan di antara manusia. Menjaga kemaslahatan orang

yang sedang berakad. Menghindari jual-beli gharar (terdapat unsur penipuan),

dan lain-lain.

Jika jual beli tidak memenuhi syarat terjadinya akad, akad tersebut

batal. Jika tidak memenuhi syarat sah, menurut ulama Hanafiyah, akad

tersebut fasid. Jika tidak memenuhi syarat nafadz, akad tersebut mauquf yang

cenderung boleh, bahkan menurut ulama Malikiyah, cenderung kepada

kebolehan. Jika tidak memenuhi lujum, akad tersebut mukhayyir (pilih-pilih),

baik khiyar untuk menetapkan maupun membatalkan.18

Adapun syarat – syarat jual beli yang disepakati jumhur ulama yaitu

sebagai berikut :

a. Syarat – syarat orang yang berakad.

Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli

itu harus memenuhi syarat :

1) Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil yang

belum berakal dan orang gila hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil

yang telah mummayiz, menurut ulama Hanafiyah apabila akad yang

dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti menerima

hibah, wasiat, dan sedekah, maka akadnya sah. Sebaliknya, apabila

akad itu membawa kerugian bagi dirinya, seperti meminjamkan

(36)

27

hartanya kepada orang lain, mewakafkan, atau menghibahkannya,

maka tindakan hukumnya tidak boleh dilaksanakan.

2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya

seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan

sebagai penjual dan pembeli.19

b. Syarat – syarat yang terkait dengan Ijab Kabul

Para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari jual beli yaitu

kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari

ijab dan kabul yang dilangsungkan. Menurut mereka ijab dan kabul perlu

diungkapkan secara jelas dalam transaksi – transaksi yang bersifat

mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli, sewa – menyewa, dan

nikah.

Apabila ijab kabul telah diucapkan dalam akad jual beli, maka

kepemilikan barang atau uang telah berpindah tangan dari pemilik

semula. Barang yang dibeli berpindah tangan menjadi milik pembeli. Dan

nilai atau uang berpindah tangan menjadi milik penjual

Para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan kabul yaitu

sebagai berikut :

1) Orang yang mengucapkannya telah ba>ligh dan berakal.

2) Kabul sesuai dengan ijab.

3) Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majelis.

19Abdul Rahman Ghazaly, Gufron Ihsan, Saipudin Shidiq, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana,

(37)

28

Di zaman modern, perwujudan ijab dan kabul tidak lagi diucapkan,

tetapi dilakukan dengan sikap mengambil barang dan membayar uang

oleh pembeli, serta menerima uang dan menyerahkan barang oleh penjual

tanpa ucapan apa pun.20

c. Syarat -syarat barang yang diperjualbelikan (Ma’qud ‘ala>ih)

Syarat – syarat yang terlkati dengan barang yang diperjual belikan

yaitu sebagai berikut :

1) Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual

menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.

2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.

3) Milik sendiri. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak

boleh diperjualbelikan.

4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang

disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.21

d. Syarat - syarat nilai tukar

Terkait dengan masalah nilai tukar, para ulama fiqh membedakan

al-ts}aman dengan al-si’r. al-ts}aman adalah harga pasar yang berlaku di

tengah-tengah masyarakat secara aktual, sedangkan al-si’r adalah modal

barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke

konsumen. Jadi, harga barang itu ada dua, yaitu harga antar pedagang dan

harga atar pedagang dengan konsumen.22

20 Ibid., 74.

(38)

29

Para ulama fiqh mengemukakan syarat-syarat ath-thaman

sebagai berikut:

a. Harga yang disepakati kedua belah pihak, harus jelas jumlahnya.

b. Bisa diserahkan pada waktu akad (transaksi), sekalipun secara

hukum seperti pembayaran dengan cek atau kartu kredit.

Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang), maka

waktu pembayarannya harus jelas.

c. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan

barang, maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang

diharamkan syara’.23

5. Macam -Macam Jual beli

Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli, Imam

Taqiyyudin mengemukakan pendapat bahwa jual-beli dibagi menjadi tiga

bentuk yaitu jual-beli benda yang terlihat, jual beli benda yang disebutkan

sifat sifatnya dalam janji, dan jual beli benda yang tidak ada.

Jual beli benda yang terlihat ialah pada waktu melakukan akad, benda

atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli. Hal ini

lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli

beras di pasar.

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli

salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam jual dilakukan

23 Abdul Rahman Ghazaly, Dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),

(39)

30

untuk jual beli tidak tunai (kontan). Salam pada awalnya berarti

meminjamkan barang atau sesuatu, maksudnya ialah perjanjian yang

penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai

imbalan uang telah ditetapkan akad.

Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat adalah jual beli

yang dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau masih

gelap, sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau

barang titipan yang akibatnya menimbulkan kecurigaan salah satu pihak.

Sementara itu merugikan dan menghancurkan harta benda seseorang yang

tidak diperbolehkan.24

Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga

bagian, yaitu dengan lisan, dengan perantara, dan dengan perbuatan. Akad jual

beli yang dilakukan dengan lisan ialah akad yang dilakukan oleh kebanyakan

orang. Bagi orang bisu diganti dengan isyarat karena isyarat merupakan

pembawaan alami dalam menampakkan kehendak. Hal yang dipandang dalam

akad adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan pembicaraan dan

pertanyaan. Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan,

atau surat-menyurat sama halnya dengan ijab kabul dengan ucapan, misalnya

via pos dan giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak

berhadapan dalam satu majelis akad, tetapi melalui pos dan giro, jual beli

seperti ini dibolehkan menurut syara. Dalam pemahaman sebagian ulama,

(40)

31

bentuk jual beli salam antara penjual dan pembeli salin berhadapan dalam satu

majelis akad sedangkan jual beli via pos dan giro antara penjual dan pembeli

tidak berada dalam satu majelis akad.25

6. Bentuk – Bentuk Jual Beli

Dari berbagai tinjauan, al-bay’ dapat dibagi menjadi beberapa bentuk,

antara lain :

a. Ditinjau dari sisi objek akad al-bay’ yang menjadi.

1) Tukar – menukar uang dengan barang, ini bentuk bay’ berdasarkan

konotasinya.

2) Tukar - menukar barang dengan barang, disebut juga dengan

muqayadhah (barter).

3) Tukar – menukar uang dengan uang, disebut juga dengan sharf.

b. Ditinjau dari sisi waktu serah terima, al-bay’ dibagi menjadi empat

bentuk :

1) Barang dan uang serah terima dengan tunai. Hal ini merupakan

bentuk asal al-bay’.

2) Uang dibayar di muka dan barang menyusul pada waktu yang

disepakati. Hal tersebut dinamakan salam.

3) Barang diterima di muka dan uang menyusul, disebut dengan ba’i ajal

(jual beli tidak tunai).

(41)

32

4) Barang dan uang tidak tunai, disebut ba’i dain bi dain (jual beli utang

dengan utang).

c. Ditinjau dari cara menetapkan harga, al-bay’ dibagi menjadi :

1) Ba’i msawamah (jual-beli dengan cara tawar – menawar)

Yaitu jual beli dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga

pokok barang, akan tetapi menetapkan harga tenrtentu dan

membuka peluang untuk ditawar. Ini bentuk asal al – bay’

2) Ba’i amanah, yaitu jual belu dimana pihak penjual menyebutkan

harga pokok barang lalu menyebutkan harga jual barang tersebut.26

7. Jual – Beli Gharar

Gharar menurut bahasa berarti tipuan yang mengandung

kemungkinan besar tidak adanya kerelaan menerimanya ketika diketahui

dan ini termasuk memakan harta orang lain secara tidak benar (batil).

Sedangkan gharar menurut istilah fiqh, mencakup kecurangan (gisy),

tipuan (khida>’) dan ketidakjelasan pada barang (jiha>lah), juga

ketidakmampuan untuk menyerahkan barang. Suatu akad mengandung

unsur penipuan, karena tidak ada kepastian, baik mengenai ada atau tidak

ada objek akad, besar kecil jumlah maupun menyerahkan objek akad

tersebut.27

Bai’ al-gharar (jual – beli gharar) adalah setiap akad jual beli yang

mengandung resiko atau bahaya kepada salah satu pihak orang yang

26 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2013), 109.

27 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid 5, cet. Ke 8, (Damaskus: Dar al-Fikr al

(42)

33

berakad sehingga mendatangkan kerugian finansial. Hal ini disebabkan

karena adanya keragu-raguan antara apakah barang yang diperjualbelikan

itu mulus atau tidaknya (ada cacat).28

Para ulama sepakat mengenai keharaman bai’ al-gharar ini. Hal ini

berdasarkan pada hadits Rasulullah Saw :

ىَََ

َع َملَسَو ِهْيَلَع َُا ىلَص َِا ُلوُسَر

ِرَرَغْلا ِحْيَ ب ْنَعَو َةاَصَحا ِحْيَ ب ْن

Artinya : “Rasulullah Saw melarang jual beli gharar dan jual beli kerikil”29

B. Transaksi Elektronik Menurut Hukum Positif

1. Pengertian Transaksi Elektronik

Jual beli menurut hukum positif yaitu suatu perjanjian bertimbal – balik

dalam mana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik

atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk

membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari

perolehan hak milik tersebut.30

Transaksi elektronik didefinisikan bermacam-macam oleh parah ahli.

Menurut Adi Nugroho : Transaksi elektronik merupakan persetujuan jual beli

antara pihak pembeli dan penjual secara elektronik yang biasanya

mengunakan jaringan komputer pribadi. Menurut Ommo W. Purbo dan Aang

Arif : Transaksi elektronik merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi dan

28 Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), 102. 29 Ibid., 104.

(43)

34

proses bisnis yang menggabungkan perusahaan, konsumen dan komunitas

tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang pelayanan, dan

informasi yang dilakukan secara elektronik.31

Menurut Undang-Undang nomor 11 Tahun 2008 yang dimaksud dengan

transaksi elektronik yaitu perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan komputer, jaringan komputer, dan atau media elektronik

lainnya.32

Menurut Pasal 1 angka (17) Undang – Undang No. 11 Tahun 2008

tentang informasi dan transaksi elektronik, kontrak elektronik adalah

perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik.33 Kontrak online

dalam transaksi elektronik menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a. Kontrak melalui chatting dan video conference.

Chatting adalah alat komunikasi yang disediakan oleh internet yang

biasa digunakan untuk dialog interaktif secara langsung. Dengan chatting

seseorang dapat berkomunikasi secara langsung dengan orang lain sama

seperti telepon, hanya saja komunikasi lewat chatting ini adalah tulisan

pertanyaan yang terbaca komputer masing-masing. Video conference

adalah alat untuk berbicara dengan beberapa pihak dengan melihat

gambar dan mendengar suara secara langsung pihak yang dihubungi

dengan alat ini. Dengan demikian, melakukan kontrak dengan melakukan

31 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 58.

32 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

1 angka (2).

33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

[image:43.595.136.515.227.540.2]
(44)

35

chatting dan video conference ini dapat dilakukan secara langsung antara

beberapa pihak dengan menggunakan sarana komputer atau monitor

televisi.

b. Kontrak melalui e-mail

Kontrak melalui e-mail adalah salah satu kontrak online yang

sangat populer karena pengguna e-mail saat ini sangat banyak dan

mendunia, dengan biaya yang sangat murah dan waktu yang efisien.

Untuk memperoleh alamat e-mail, dapat dilakukan dengan cara

mendaftarkan diri sebagai subscriber pada server atau ISP (internet

service provider) tertentu. Kontrak berupa e-mail dapat berupa penawaran

yang dikirim kepada seseorang atau banyak orang yang tergabung dalam

sebuah mailing list (daftar kirim), serta penerimaan dan pemberitahuan

penerimaan yang seluruhnya dikirimkan melalui email.

c. Kontrak melalui web atau situs.

Kontrak melalui web dapat dilakukan dengan cara situs web

seorang supplier (baik yang berlokasi di server supplier maupun

diletakkan pada server pihak ketiga) memiliki deskripsi produk atau jasa

dan satu seri halaman yang bersifat self contraction, yaitu dapat

digunakan untuk membuat kontrak sendiri, yang memungkinkan

(45)

36

konsumen harus menyediakan informasi personal dan harus menyediakan

nomor kartu kredit.34

Dihubungkan dengan jual beli, pengertian jual beli dalam ketentuan

pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain

untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Berdasarkan pada Pasal 1457

KUHPerdata, Subekti berpendapat bahwa pengertian tersebut kurang tepat,

karena yang dimaksud penyerahan dalam jual beli tidak hanya benda, tetapi

juga hak miliknya. Oleh karena itu, Subekti mengemukakan definisi jual beli

yaitu suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (penjual)

berjanji utuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan

dan perolehan hak milik tersebut.35

Objek jual beli juga diharuskan jelas kepemilikan barangnya. Dalam

pasal 1471 KUH Perdata mengatakan: “Jual beli barang orang lain adalah

batal, dan dapat memberikan dasar untuk penggantian biaya, kerugian dan

bunga, jika si pembeli tidak telah mengetahui bahwa barang itu kepunyaan

orang lain”.36

2. Syarat dan Ketentuan Transaksi Elektronik Berdasarkan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

34 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 63. 35 Ibid., 66.

36 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

(46)

37

Syarat dan ketentuan dalam bertransaksi elektronik juga di atur pada

Undang-Undang No 11 Tahun 2008. Ketentuan tersebut, terdapat pada pasal

17 sampai 22, dengan perincian sebagai berikut :

a. Pasal 17

1) Penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup

publik maupun lingkup privat.

2) Para pihak yang melakukan transaksi elektronik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib beritikad baik dalam melakukan

interaksi dan atau pertukaran informasi elektronik dan atau dokumen

elektronik selama transaksi berlangsung.37

b. Pasal 18

1) Transaksi lektronik yang dituangkan kedalam kontrak elektronik

mengikat para pihak.

2) Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku

bagi transaksi elektronik Internasional yang dibuatnya.

3) Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam transaksi

elektronik Internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas

Hukum Perdata Internasional.

4) Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum

pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif

37 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(47)

38

lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul

dari transaksi elektronik Internasional yang dibuatnya.

5) Jika para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), penetapan kewenangan pengadilan,

arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang

berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari transaksi

tersebut, didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional.38

Dalam pasal diatas menekankan mengenai ruang lingkup

penyelenggaraan transaksi elektronik. Penyelenggara transaksi boleh memilih

antara lingkup hukum publik ataupun lingkup hukum private.

c. Pasal 19

Para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan

sistem elektronik yang disepakati.39

d. Pasal 20

1) Kecuali ditentukan lain oleh para pihak. Transaksi elektronik terjadi

pada saat penawaran transaksi yang dikirim pengirim telah diterima

dan disetujui penerima.

38 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

18.

39 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(48)

39

2) Persetujuan atas penawaran transaksi elektronik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan pernyataan

penerimaan secara elektronik.40

Dalam pasal diatas menjelaskan mengenai subjek atau pelaku transaksi

dan mengenai media yang dipilih sesuai dengan kesepakatan kedua belah

pihak dalam penyelenggaraan transaksi elektronik.

e. Pasal 21

1) Pengirim atau penerima dapat melakukan transaksi elektronik

sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui agen

elektronik.

2) Pihak yang bertanggungjawab atas segala akibat hukum dalam

pelaksanaan transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur sebagai berikut :

a) Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan

transaksi elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang

bertransaksi;

b) Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum

dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab

pemberi kuasa; atau

40 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(49)

40

c) Jika dilakukan melalui agen elektronik, segala akibat hukum

dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab

penyelenggara agen elektronik.

3) Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroprasinya

agen elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung

terhadap sistem elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung

jawab penyelenggara agen elektronik.

4) Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroprasinya

agen elektronik akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala

akibat hukum menjadi tanggung jawab pengguna jasa layanan.

5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam

hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan,

dan/atau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.41

f. Pasal 22

1) Penyelenggara agen elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada

agen elektronik yang dioperasikannya yang memungkinkan

penggunanya melakukan perubahan informasi yang masih dalam

proses transaksi.

41 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(50)

41

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggara agen elektronik

tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah42

Pasal diatas menjelaskan mengenai siapa saja yang dapat dan terlibat

dalam kegiatan transaksi elektronik. Jika kerugian transaksi eletronik

disebabkan gagal beroperasinya agen elektronik akibat pihak ketiga secara

langsung terhadap sistem elektronik, maka semua akibat hukum menjadi

tanggung jawab penyelenggara agen elektronik. Sedangkan jika kerugian

transaksi eletronik disebabkan gagal beroperasinya agen elektronik akibat

pihak pengguna jasa layanan, maka semua akibat hukum menjadi tanggung

jawab pengguna jasa layanan.

3. Hal – hal yang dilarang dalam transaksi elektronik menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2011 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Hal – hal yang dilarang dalam bertransaksi elektronik di atur pada pasal

27 sampai dengan pasal 37 yang kurang lebih isinya antara lain :

a. Pasal 27

1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan

atau/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan yang melanggar kesusilaan.

2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

42 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(51)

42

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan perjudian.

3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

4) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan pemerasan dan/atau pengancaman.43

b. Pasal 28

1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita

bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen

dalam transaksi elektronik.

2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi

yang ditunjukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau

permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu

berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).44

c. Pasal 29

43 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

27.

44 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(52)

43

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan

atau menakut-nakuti yang ditunjukkan secara pribadi.45

d. Pasal 30

1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

mengakses komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain

dengan cara apapun.

2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

mengakses komputer dan/atau sistem elektronik dengan cara apapun

dengan tujuan memperoleh informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik.

3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

mengakses komputer dan/atau sistem elektronik dengan cara apapun

dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem

keamanan.46

e. Pasal 31

1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik dalam suatu komputer dan/atau sistem

elektronik tertentu milik orang lain.

45 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

29.

46 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(53)

44

2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan intersepsi atas transmisi informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam

suatu komputer dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain,

baik yang tidak menyebabkan perubahan apapun maupun yang

menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau

penghentian informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang

sedang ditransmisikan.

3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),

intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas

permintaan kepolisian, kejaksaan dan/atau institusi penegak hukum

lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang – undang.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.47

f. Pasal 32

1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan

transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,

menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik milik orang lain atau milik publik.

47 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal

(54)

45

2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada sistem elektronik

orang lain yang tidak berhak.

3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayau (1) yang

mengakibatkan terbukanya suatu informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses

oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana

mestinya.48

g. Pasal 33

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan tindakan apapun yang berakibat terganggunya sistem

elektronik dan/atau mengakibatkan sistem elektronik menjadi tidak

bekerja sebagaimana mestinya.49

h. Pasal 34

<

Gambar

gambar dan mendengar suara secara langsung pihak yang dihubungi
  Gambar 3.4 Special Job Bangsa Bellato
 Gambar 3.7
 Gambar 3.8

Referensi

Dokumen terkait

Dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa jual-beli secara online dengan pembuktian data SMS sebagai dokumen elektronik pada transaksi yang mengakibatkan timbulnya kerugian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjanjian jual beli lelang Trading Card Game melalui internet bukanlah lelang sebagaimana dimaksud Vendu Reglement dan peraturan

Setelah dikaji, dilihat dari rukun dan syarat jual beli, ada beberapa kasus yang tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli, seperti kasus penipuan blackberry oleh Hafid

mubah (boleh), kecuali ada dalil yang mengharamkannya dan adanya kesepakatan para ulama terhadap transaksi jual beli melalui surat dan perantara, sehingga jual beli online di qiyas kan

Penelitian dalam tesis ini dilatarbelakangi oleh munculnya perjanjian jual beli online yang timbul sebagai suatu kendala tentang perjanjian, perpajakan, tata cara

Berdasarkan hasil penelitian dari informan tentang transaksi jual beli secara online 70 % orang mengatakan bahwasanya transaksi dari jual beli secara online melalui

Salah satu dari jual beli online adalah jual beli nickname (akun yang dibuat agar dapat bermain game online) char Point Blank (game online tembak- tembakan),

Berdasarkan skema di atas, maka diperoleh gambaran bahwa dalam proses transaksi jual beli online penjual menawarkan produk yang dijual melalui website pada berbagai media online,