IMPLEMENTASI ARSITEKTUR ISLAM PADA DESAIN MASJID
DI DEPOK
ISLAMIC ARCHITECTURE IMPLEMENTATION OF MOSQUE
DESIGN IN DEPOK
1
Nisya Rustika Astaningrum, 2Rina Widayanti, 3Ruswandi Tahrir 1
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadama Jl. Margonda Raya No.100, Depok, Jawa Barat 16424
2
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadama Jl. Margonda Raya No.100, Depok, Jawa Barat 16424
3
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadama Jl. Margonda Raya No.100, Depok, Jawa Barat 16424
ABSTRAK
Tafsiran etimologi arsitektur islam sangat luas dan berkembang. Jika arsitektur islam merujuk pada islam sebagai agama maka arsitektur islam berarti yang diinspirasikan oleh pemikiran, dan aplikasi islam, dan dibuat untuk melayani kebutuhan religious islam (Utaberta, 2010). Maka dalam arsitektur islam hendaknya berpedoman pada aturan dasar agama islam yaitu Al- Qur’an dan sunnah (Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H., 2012). Jika dalam setiap kegiatan pedoman tersebut harus dipegang kuat, maka hal itu harus diimplementasikan pada bangunan masjid yang merupakan arsitektur islam sebagai tempat ibadah umat beragama islam. Secara tidak langsung, tipologi arsitektur masjid muncul dari masjid populer yang digunakan sebagai rujukan dalam merancang. Pemilihan objek Masjid Dian Al-Mahri dan Masjid Ukhuwah Islamiiyah sebagai masjid populer di Kota Depok. Penelitian ini mengobservasi objek dengan melakukan survey langsung ke Masjid Dian Al-Mahri di Jl. Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. dan Masjid Ukhuwah Islamiyah di Universitas Indonesia, Jalan Lingkar Kampus Raya, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat. Setelah itu diolah dan disandingkan dengan studi literatur secara arsitektural dan secara islam berupa Al-Qur’an dan Hadis. Elemen dalam masjid seperti orientasi, bentuk, atap, menara, zoning, serambi, ruang shalat, mimbar dan mihrab, tempat wudhu, material, warna, hiasan menjadi acuan dalam melihat bagaimana kedua masjid ini mengimplementasikan arsitektur islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadis. Bentuk, material dan warna tidak sepenuh memiliki aturan khusus dalam merancang bangunan masjid. Dari kajian tersebut Masjid Ukhuwah Islamiyah lebih mengimplementasikan arsitektur islam dari pada Masjid Dian Al-Mahri dimana 2 elemen masjid seperti tempat wudhu dan atap tidak memenuhi aturan Al-Qur’an dan hadis dalam merancang masjid.
Kata Kunci: Arsitektur, Arsitektur Islam, Islam, Masjid
ABSTRACT
Interpretation of the etymology of Islamic architecture is widespread and developing. If Islamic architecture refers to Islam as religion then Islamic architecture means that inspired by thought, and application of Islam, and made to serve the religious needs of Islam (Utaberta, 2010). Thus, in Islamic architecture should be guided by the basic rules of religion of Islam, namely the Qur'an and Sunnah (Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H., 2012). If in any activity the guideline must be held strongly, it must be implemented in the mosque building that is an Islamic architecture as a place of worship of Muslims. Indirectly, the architectural typology of mosques emerged from the popular mosques used as a reference in designing. The choice of Masjid Dian
Al-Mahri Mosque and Ukhuwah Islamiiyah Mosque as popular mosques in Depok city. The research is observing the object by conducting a direct survey to Masjid Dian Al-Mahri at Jl. Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, West Java, and Ukhuwah Islamiyah Mosque at the University of Indonesia, Jalan Lingkar Kampus Raya, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, West Java. After that it was processed and paired with the study of literature architecturally and Islam based on Qur'ani and Hadith. Elements in mosques such as orientation, shape, roof, tower, zoning, porch, prayer room, pulpit and mihrab, place of ablution, material, color, decoration become reference in seeing how the two mosques implement Islamic architecture which is guided by the Qur'an and hadith. The shape, material and color do not have the special rules in designing the mosque building. From the study, Masjid Ukhuwah Islamiyah More implementing Islamic architecture than in Masjid Dian Al-Mahri where 2 elements of mosques such as ablutions and roofs do not fulfill the rules of the Qur'an and Hadith in designing mosques.
Keywords: Architecture, Islamic Architecture, Islam, Mosque
PENDAHULUAN
Hasil rancangan/desain yang berorientasi tepat guna dan “well-tasted”, yaitu sesuai atau cocok bagi penghuninya, mempunyai pengaruh yang positif pada lingkungan (Bachroon & Edrees, n.d.). Maka arsitektur melalui pendekatan nilai lebih memiliki akar yang kuat sehingga antara seni dan rancangan bisa saling bersinergi (Handryant, 2010). Perkembangan arsitektur yang berkaitan dengan agama tertentu banyak mengambil dari sejarah masa lampau, sehingga lebih daripada pembentukan sebuah imej. Hal itupun yang terjadi pada arsitektur islam di Indonesia serta definisinya yang masih bermakna ambigu.
Budaya arsitektur dalam Islam dimulai dengan dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam as sebagai pusat beribadah umat manusia kepada Allah SWT (Saoud, 2002). Namun, masa Turki Ustmani dan Safafid yang merupakan masa-masa kejayaan islam dianggap sebagai rujukan dalam berarsitektur (Utaberta, 2010).
Dengan begitu, muncul perbedaan para penafsir menafsirkan arsitektur islam baik dari sisi mulai dibangunnya Ka’bah juga pada masa kejayaan islam. Bagaimana pun dasar hukum dalam agama islam merupakan pedoman dalam berarsitektur yang berkaitan dengan islam (sunnah (Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H., 2012) Karena pada dasarnya , dalam pemaparan yang disampaikan oleh Ust Adi Hidayat yang merujuk pada Q.S Al-Jin ayat 18, Masjid merupakan rumah Allah yang mempunyai punya aturan dan harus dipahami. Sehingga perlu kehati-hatian karena dalam mensinergikan rancangan bangunan terhadap fungsi dan kegiatan bangunan.
Secara tidak langsung, tipologi arsitektur masjid muncul dari masjid populer yang digunakan sebagai rujukan dalam merancang. Di Kota Depok, Masjid Dian Al-Mahri merupakan Masjid populer karena masyarakat menilai ada keunikan pada bentuk masjidnya yang mengadopsi arsitektur timur tengah. Lain halnya dengan Masjid Ukhuwah Islamiah yang merupakan Masjid utama di salah satu Universitas Negeri terbaik di Indonesia, masjid tersebut lebih mengadopsi arsitektur Indonesia jika sekilas dilihat dari penutup atapnya.
Namun dengan perbedaan pendekatan tersebut, penelitian ini menitikberatkan bagaimana implementasi Arsitektur Islam yang dimana keduanya merupakan bangunan masjid yang memberi pengaruh terhadap budaya sekitar. Namun nantinya pendekatan arsitektur yang digunakan lebih dijadikan bahan pertimbangan penulis bagaimana pendekatan terbaik dalam merancang masjid.
Untuk mengetahui implementasi arsitektur islam pada kedua masjid tersebut, perlu mengetahui bagaimana kedua masjid tersebut menginterpretasikan arsitektur islam berdasarkan pendekatan isu serta definisi antara arsitektur dan islam.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif yang merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu perbedaan antara dua masjid dengan gaya berbeda yaitu Masjid Dian Al-Mahri yang berlokasi di Jl. Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat dan Masjid Ukhuwah Islamiya yang berlokasi di Universitas Indonesia, Jalan Lingkar Kampus Raya, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, keduanya dikomparasi dalam ranah arsitektur islam. Pada saat penelitian berlangsung, penelitian memusatkan pada masalah-masalah aktual yang terlihat pada objek. Melalui penelitian deskriptif, peristiwa dan kejadian dideskripsikan menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut (Surya Dharma, 2008).
Jenis data yang digunakan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh yaitu hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun di lokasi penelitian. Analisis data dilakukan dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk uraian naratif. Pemaparan data pada berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu perlu memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data (Surya Dharma, 2008). Pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana diperlukan sebagai data informasi untuk mengungkap proses. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapat dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja (Kusaeri).
Penelitian ini mengulik bagaimana antara arsitektur dan islam yang akhirnya mendaptkan makna arsitektur islam yang definisinya bisa ditinjau dari pendekatan isu dan klasifikasi hubungan arsitektur dan islam, hal tersebut yang akhirnya mendapatkan hasil dari bagaimana interpretasi arsitektur islam bagi kedua masjid tersebut, pun dalam penelitiannya elemen-elemen pada masjid dijadikan patokan dalam membahas arsitektur islam pada kedua masjid ini. Setelah antara interpretasi arsitektur islam dan implementasi hukum islam pada kedua masjid ini ditemukan, maka hasilnya akan mengetahui bagaimana implementasi arsitektur islam (dalam hal mendasar) pada desain masjid Dian Al-mahri dan Masjid Ukhuwah Islamiyah.
Untuk mendukung hal diatas, metode observasi dengan survey langsung ke lapangan memberikan output berupa bagaimana desain arsitektur pada kedua masjid dihubungan dengan sumber islam. Pun, studi literatur seperti Al-Qur’an, hadis dan itjima sebagai penyaji data yang valid sebagai hukum islam, sedangkan untuk menyajikan teori arsitektur yang berkaitan dengan objek dibutuhkan studi literatu berupa media cetak, media daring maupun jurnal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isu Pendekatan
Pada Masjid Dian Al-Mahri terdapat pendekatan isu dalam menginterpretasikan arsitektur dan islam atau pun arsitektur islam.
Pendekatan isu berdasarkan pemilihan tipologi dan konteks ibadah ritual yang tepatnya mengambil tipologi dari arsitektur islam yang juga mengadaptasi gaya arsitektur timur tengah. Hal tersebut dipresentasikan pada bentuk, atap kubah, penggunaan menara sebagai tempat pengeras suara serta desain menara yang bergaya timur tengah, serambi di mana desainnya mengambil gaya arsitektur timur tengah misalnya pada penggunaan lengkungan, ruang shalat dengan desain interior bergaya arsitektur timur tengah, begitu pun dengan mimbar, mihrab dan hiasan yang mengambil ornament-ornamen bericiri arsitektur islam sepeerti kaligrafi, arabesque dan geometris.
Gambar 1 Kubah Emas
Dokumentasi pribadi, 2019
Gambar 2 Menara Masjid Dian Al-Mahri Gambar 3 Ruang shalat Masjid Dian Al-
Dokumentasi pribadi, 2019 Mahri
Dokumentasi pribadi, 2019
Pendekatan isu berdasarkan interpretasi tentang simbolisme terpresentasikan pada bentuk, serambi dengan skala monumental dimana simbolisme yang ditunjukkan ialah skalanya monumental yang menggambarkan keagungan yang dibuat seakan-akan manusia/penggunanya merasa kecil.
Gambar 4 Serambi Masjid Dian Al-Mahri
Serta dalam pemilihan material, yaitu pemilihan material yang terbagaik sebagai bentuk simbol untuk bangunan masjid harus harus menggunakan yang terbaik sebagai bentuk keagungan.
Gambar 5 Material Masjid Dian Al-Mahri
Dokumentasi pribadi, 2019
Isu kebutuhan untuk sesuai dengan semangat sejaman, setempat dan ide tentang progress, terdapat pada bentuk di mana bangunan Masjid ini menggunakan gaya modern, selain itu letak tempat wudhu yang berada lebih dari 1 tempat memudahkan pengunjung untuk memilih tempat wudhu yang terfesien maupun terbaik.
Gambar 6 Masjid Dian Al-Mahri
Dokumentasi pribadi, 2019
Interpresentasi hukum dasar islam meliputi bagaiman aorientasi masjid ini menghadap ke kiblat di mana ketentuan tersebut hanya ada pada Al-Qur’an, Pun pada zoning, pintu masuk antara laki-laki dan perempuan dibedakan dengan pemisahan jarak cukup jauh (Gambar 7.) begitu pun ruang shalat dan tempat wudhu yang dibuat terpisah anatara tempat wudhu laki-laki dan perempuan sesuai dengan syariat islam.
Gambar 7 Letak pintu masuk
Isu pendekatan objek dan nilai berupa pemilihan material granit dan marmer di mana penggunaan material mendukung bangunan tanpa air conditioner ini dalam penghawaan.
Isu penggunaan sejarah masa lampau. Masjid ini memang banyak mengambil pengaruh masjid-masjid bergaya timur tengah yang juga merupakan produk arsitektur islam masa lampau, namun, masjid ini lebih mendekatkan pada tipologinya.
Sedangkan pada Masjid Ukhuwah Islamiyah terdapat pendekatan isu dalam menginterpretasikan arsitektur dan islam atau pun arsitektur islam.
Isu pendekatan dalam pemilihan tipologi dan konteks ibadah ritual sekuler terpresentasikan pada bentuk luar dan atap yang mengambil gaya arsitektur nusantara, serta penggunaan hiasan arsitektur islam berupa kaligrafi, geometris dan arabesque.
Gambar 8 Atap pada Masjid Ukhuwah Islamiyah
Dokumentasi pribadi, 2019
Interpretasi simbolisme dalam pemilihan bentuk arsitektur nusantara dikarenakan masjid berada di lingkungan Universitas Indonesia di mana bangunan harus mencerminkan nilai ‘Indonesia’, sehingga arsitek menelik bagaimana arsitektur nusantara pada masjid yang pada akhirnya Masjid Agung Demak dijadikan salah satu pertimbangnnya.
Kebutuhan untuk sesuai dengan semangat sejaman, setempat dan ide tentang progress terprentasikan pada perubahan struktur atap, yaitu jika arsitektur nuantara pada Masjid Agung Demak menggunakan saka guru sebagai penopangnya, namun karena penyesuian terhadap hukum dasar islam sehingga diubah menjadi arc.
Gambar 9 Ruang dalam Masjid Ukhuwah Islamiyah
Dokumentasi pribadi, 2019
Dalam interpretasi hukum dasar islam, orientasi menghadap kiblat menyesuaikan syariat dalam Al-Qur’an, begitu pun untuk pembagian zoning, ruang shalat dan tempat wudhu yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan sesuai syariat. Walaupun dalam pemisahan pintu masuk anatara laki-laki dan perempuan tidak secara jelas dipisahkan.
Gambar 10 Tangga akses ruang shalat perempuan
Dokumentasi pribadi, 2019
Pendekatan nilai dan objek, di mana tidak adanya menara. Zonasi serambi yang langsung berhadapan dengan danau di mana dapat menjadikan ruang komunal dengan view terbaik. Mimbar dengan bentuk sederhana dan kelengkapan lainnya agar mimbar dan mimbar fungsional. Pemilihan material yang disesuaikan dengan iklim agar fungsi penghawaan ruangan berjalan dengan maksimal.
Gambar 11 Serambi kanan Masjid Ukhuwah Islamiyah
Dokumentasi pribadi, 2019
Pendekatan isu sejarah masa lampau terpresntasikan pada atapnya yang mengambil bentuk dari Masjid Agung Demak karena merupakan masjid dengan arsitektur nusantara di jawa dan penggunaan ornamentasi arsitektur islam seperti kaligrafi, arabesque dan geometris.
Gambar 12 Ornamen pada Masjid Ukhuwah Islamiyah
Definisi Arsitektur dan Islam
Dari pendekatan isu Masjid Dian Al-Mahri lebih mengarah kepada pendekatan tipologi yang mengambil tipologi arsitektur islam timur tengah yang dianggap arsitektur islam paling benar, dapat dikatakan interpretasi masjid ini mengarah pada makna arsitektur masyarakat islam.
Sedangkan, Masjid Ukhuwah Islamiah ditinjau dari pendekatan isu, lebih mengarah kepada pendekatan isu yang menginterpretasikan hukum dasar islam, namun ada hal lain yang menjadi isu pendekatan seperti semangat sejaman sehingga, dapat dikatakan interpretasi masjid ini mengarah pada makna arsitektur oleh arsitek muslim.
Implementasi Arsitektur Islam
Dalam hal ini mengkaji bagaimana antar Masjid Dian Al-Mahri dan Masjid Ukhuwah Islamiyah mengimplementasikan arsitektur islam dengan sumber paling dasar, yaitu sumber hukum dasar islam sendiri. Ada pun acuannya ialah elemen-elemen pada masjid yaitu orientasi, atap, zoning, ruang shalat, tempat wudhu dan hiasan.
Tabel 1. Implementasi Hukum Islam pada Elemen Masjid NO Elemen Sumber Masjid Dian
Al-Mahri
Masjid Ukhuwah Islamiyah
1. Orientasi “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya”
(Al-Baqarah:144)
Berorientasi ke arah kiblat yang diikuti dengan mihrab sebagai penanda arah kiblat ✓ Bangunan menghadap ke kiblat sesuai dengan yang ditunjukan pada aplikasi penunjuk arah kiblat. ✓
1. Bentuk Pada hakikatnya, Islam tidak pernah memberikan aturan apapun terhadap bentuk bangunan
.
- -
2. Atap “Dulu, pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami dilarang membuat shaf di antara tiang-tiang, dan kami jauhi tiang-tiang itu.” (HR. Ibnu Hibban 2219 dan dihasankan
Menggunakan atap
kubah yang
mempengaruhi struktur ruang dalam shalat menggunakan mega kolom Menggunakan atap limasan dengan mengganti saka guru menjadi bentuk arc agar tidak
mempengaruhi shaf utama shalat
Syuaib al-Arnauth). ✘ ✓ 3. Zoning “Alangkah baiknya jika
kita biarkan pintu ini untuk kaum wanita” (HR
Abu Dawud)
Terdapat pembagian zoning yang diantaranya
memisahkan pintu masuk laki-laki dan perempuan.
✓
Pembagian zoning laki-laki dan perempuan untuk ruang shalat dan ruang wudhu
4. Ruang Shalat
a) “Janganlah shalat kecuali menghadap sutrah, dan jangan biarkan seseorang lewat di depanmu, jika ia enggan dilarang maka tolaklah ia dengan keras, karena sesungguhnya
bersamanya ada qarin (setan)” (HR. Ibnu Khuzaimah 800, 820, 841. Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi (115) mengatakan bahwa sanadnya jayyid, ashl hadist ini terdapat dalam Shahih Muslim).
b) “Shaf yang paling baik bagi laki-laki adalah shaf yang paling awal, sedangkan shaf yang paling buruk bagi mereka adalah shaf yang paling akhir. Dan shaf yang paling baik bagi wanita adalah shaf yang paling akhir, sedangkan shaf yang paling buruk bagi mereka adalah shaf yang paling awal.” (HR Muslim) a) Pintu masuk ke ruang shalat berada di shaf palin belakang sehingga tidak menganggu jalannya shalat berjamaah. ✓
b) Letak shaf laki-laki di depan, sedangkan shaf wanita di belakang dan di lantai kedua ✓
a) Tidak ada pintu masuk, jadi memungkinkan sirkulasi yang kondisional ✓ b) Ruang shalat antara laki-laki dan perempuan dipisah ✓
5. Tempat wudhu
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dengan satu mud (air) dan mandi dengan satu sha’ sampai lima mud (air)” (HR. Bukhari no. 198 dan Muslim no. 325).
Debit air yang dikeluarkan cenderung besar ✘ Debit air dikeluarkan cenderung kecil ✓
6. Material Tidak ada spesifik membahasa tentang material apa yang harus/tidak boleh digunakan pada hukum islam.
- -
7. Warna Tidak ada hukum islam membahas warna untuk bangunan.
- -
8. Hiasan “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya terdapat gambar/lukisan
(bernyawa) tidak akan di masuki oleh para malaikat” (HR Muslim) Ornamen hanya berupa kaligrafi, arabesque (motif tumbuhan) dan geometris ✓ Ornamen hanya berupa kaligrafi, arabesque (motif tumbuhan) dan geometris ✓ Keterangan:
✓ : Ditemukan mengimplementasikan arsitektur islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan atau hadits
- : Tidak ditemukan mengimplementasikan arsitektur islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan atau hadits
Sumber: Dokumen pribadi, 2020
SIMPULAN
Isu pendekatan Masjid Dian Al-Mahri lebih mengarah pada isu pendekatan tipologi yaitu, gaya arsitektur islam kebanyakan yang mengambil gaya arsitektur timur tengah. Dari pendekatan isu di mana lebih mengarah kepada pendekatan tipologi yang mengambil tipologi arsitektur islam timur tengah yang dianggap arsitektur islam paling benar, dapat dikatakan interpretasi masjid ini mengarah pada makna arsitektur masyarakat islam.
Pada Masjid Ukhuwah Islamiyah pendekatan isu lebih mengarah pada interpretasi hukum-hukum dasar islam. Dari pendekatan isu di mana lebih mengarah kepada pendekatan isu yang menginterpretasikan hukum dasar islam, namun ada hal lain yang menjadi isu pendekatan seperti semangat sejaman sehingga, dapat dikatakan interpretasi masjid ini mengarah pada makna arsitektur oleh arsitek muslim.
Disimpulkan bahwa pada Masjid Dian Al-Mahri ada beberapa hal seperti penggunaan atap yang mempengaruhi struktur ruang dalam bangunan kontra dengan hukum dasar islam di
mana tiang-tiang dianatara shaf mengganggu shalat berjamaah. Juga pada ketersediaan air wudhu di mana berbeda dengan yang dianjurkan. Sedangkan, pada Masjid Ukhuwah Islamiyah pada zoning yang tidak spesifik memisahkan laki-laki dan perempuan pada pintu utamanya.
Ada pun beberapa saran dari hasil penelitian arsitektur yang dilakukan baik bagi arsitek, pemilik bangunan dan masyarakat umum. Pertama, pada dasarnya masjid sebagai rumah Allah yang utamanya digunakan sebagai tempat ibadah umat islam. Dalam hal ini hendaknya dalam mendesain masjid harus mengutamakan nilai pada bangunannya yang mana berpedoman pada hukum dasar islam, sehingga tidak ada kegalauan mau pun ketidaktahuan yang dibatasi oleh desain masjid bagi penggunanya, yaitu umat muslim sendiri.
Bagi pemilik bangunan/proyek, hendaknya mengetahui bahwa arsitektur bukan hanya sekadar rancangan yang memiliki nilai estetika, namun yang terpenting ialah untuk apa dan siapa penggunanya. Hal lainnya ialah, dalam menginterpretasikan simbol tidak hanya serta merta makna simbolik yang sebenarnya tidak ada fungsi lainnya untuk bangunan kepada penggunanya itu sendiri.
Sementara untuk masyarakat umum, hendaknya melihat kembali bahwa arsitektur islam tidak sebatas bertipologi bangunan yang sudah banyak didirikan, namun ada hal yang terpentingnya yaitu sesuai dengan syariat islam yang berpedoman pada hukum dasar islam Namun, pada objek yang diteliti sebagai bangunan yang sudah terbangun, perlunya informasi langsung misalnya, berupa poster mengenai hukum dasar islam yang awam agar menyesuaikan dengan bentuk perancangannya sekarang, misalnya mengenai hukum shalat dianatara tiang-tiang masjid.
Bagaimana pun, ketidaksempurnaan dalam penelitian ini membutuhkan penelitian lanjutan agar pengetahuan baik dari objeknya yaitu Masjid Dian Al-Mahri dan Masjid Ukhuwayh Islamiyah, arsitektur dan islam atau pun arsitektur islam semakin luas dan berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Aghbayli, A. (2016). A PARAMETRIC ENVISION OF PORTUGUESE AND AZERBAIJAN. Ai-Faruqi, I. R. (2012). Ekspresi Seni dalam Islam. Jurnal ¢u¥uf, 5(2), 271–287.
Ashadi, A. (2019). ARSITEKTUR MASJID-MASJID TUA.
Atik Hosiah, Y. E. P. (2012). Keindahan Dan Ornamentasi Dalam Perspektif Arsitektur Islam. Journal of Islamic Architecture, 2(1). https://doi.org/10.18860/jia.v2i1.2106
Aziz, A., & Humaizi. (2013). Implementasi Kebijakan Publik Studi Tentang Kegiatan Pusat Informasi Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Provinsi Sumatera Utara Abdul. Journal of Chemical Information and Modeling, 3 No 1(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Bachroon, M., & Edrees. (n.d.). Munichy Bachroon Edrees.
Ekomadyo, A. S. (2003). Islam , Indonesianity , and Modernity in Architecture of Achmad Noe ’ Man. Interntational Symposium of Modern Asian Architecture Network III (MAAN III) Petra University Surabaya, September, 2003.
Ekomadyo, D. A. S. (2016). Mempertanyakan “ Arsitektur Islam .” 1(2), 1–11. Fauzianti, R. (2011). Analisis Surah Ar-Rum. Tesis Bab 3, 36–57.
Fikriarini, A. (2010). ARSITEKTUR ISLAM : Seni Ruang dalam Peradaban Islam. 12(3), 194– 206.
Gharibpour, A. (2012). D efinition of Architecture. 2(4), 51–58. Handryant, A. N. (2010). No Title.