• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DENGAN MATERI HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DENGAN MATERI HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

21

Jurnal Aksioma Ad-Diniyyah : The Indonesian

ISSN: 2337-6104

Journal of Islamic Studies

Vol. 9No.1

MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA MELALUI MEDIA

PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DENGAN MATERI HUKUM

NUN SUKUN DAN TANWIN

Solihin

STAI La Tansa Mashiro

Article Info Abstract

Keywords:

Learning Tajweed, audio-visual media

Corresponding Author:

solihin870@gmail.com

Tajweed lessons are one of the subjects that need attention. The reality is that there are still many students who have low tajwid knowledge. There are several factors that influence, namely teacher factors, student factors, facilities and infrastructure factors, and environmental factors. One of the most influential factors and the need for a solution is the teacher factor. Teachers who use conventional teaching methods cause students to be less enthusiastic in learning.

The effort to overcome this is by implementing a varied learning system. One of them is using audio visual media. This study examines the problem of (1) How to improve the tajwid learning of class VIII students of MTs Daar el-Qolam Islamic Boarding School after attending audio-visual media tajwid learning, how is the change in learning behavior after participating in the learning

This research is a classroom action research (PTK) with two cycles carried out in class VIII D MTs Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Cycle I and cycle II consist of planning, acting, observing, and reflecting. Based on the analysis of research data, it can be concluded that using audio-visual media students can improve students' abilities in learning recitation. In the first cycle, the average value was 60.95. In the second cycle it increased by 15.71 from the average of the first cycle to 76.66. The application of audio-visual media also provides a change in student learning behavior in a positive direction. Based on the research results and findings, it can be concluded that using audio-visual media can improve students' tajwid learning.

Pelajaran Tajwid adalah salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian. Kenyataan yang terjadi di sekolah berbasis agama Islam, masih banyak siswa yang pengetahuan tajwid-nya rendah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor guru, faktor siswa, faktor sarana dan prasarana, dan faktor lingkungan. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dan sangat perlu adanya solusi adalah faktor guru. Guru yang mengunakan metode mengajar yang konvensional menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran. Upaya untuk mengatasinya adalah menerapkan sistem pembelajaran yang variatif. Salah satunya adalah menggunakan media audio visual. Penelitian ini mengkaji masalah (1) Bagaimana peningkatan belajar tajwid siswa kelas VIII MTs Pondok Pesantren Daar el-Qolam setelah mengikuti pembelajaranbelajar tajwid media audio visual, Bagaimanakah perubahan perilaku belajar setelah mengikuti pembelajaran tersebut.

(2)

22

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas VIII D MTs Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Siklus I, dan siklus II terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa menggunakan media audio visual siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar tajwid. Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata sebesar 60.95. Pada siklus II meningkat sebesar 15.71 dari rata-rata siklus I yaitu menjadi 76.66. Penerapan media audio visual juga memberi perubahan terhadap perilaku belajar siswa ke arah yang positif. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan dapat disimpulkan bahwa menggunakan media audio visual bisa meningkatkan belajar tajwid siswa.

Kata Kunci : Belajar tajwid, media audio visual

©2021 JAAD. All rights reserved.

Pendahuluan

Pendidikan agama Islam di

sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan serta

pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang harus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan

berbangsa dalam hal keimanan,

ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Penerapan pendidikan Islam yang masih sangat minim, terutama dalam menerapkan visi dan misinya. Sekolah

sebagai lembaga pendidikan yang

seharusnya sudah dapat meningkatkan

atau melakukan upaya-upaya yang

berhubungan dengan visi dan misi

tersebut. Karena pendidikan agama

menyangkut manusia seutuhnya atau

bersifat komprehensif, tidak hanya

membekali anak dengan pengertian agama atau mengembangkan intelek anak saja, tetapi menyangkut keseluruhan pribadi anak, mulai dari latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama baik yang menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan alam, maupun manusia dengan dirinya sendiri. Jadi pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana mempersiapkan

kehidupan diakhirat nanti yang

berlandaasan dengan Al-Qur’an dan Hadist. Dengan begitu para siswa pun perlu untuk belajar dan diajari membaca Al-Qur’an.

Membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar, mengerti akan kandungan ayat

yang dibacanyanya dan juga

mengamalkannya, niscaya akan

mendatangkan suatu kemuliaan dari Allah SWT. Dalam proses pendidikan upaya atau usaha guru sangatlah penting demi kelangsungan generasi muslim yang cinta Al-Qur’an. Visi misi inilah yang terjadi

(3)

23

salah satu visi misi di Madrasah Tsanawiyah (MTS) Daar El-Qolam. Daar El-Qolam adalah salah satu lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren yang didalamnya mewajibkan kepada seluruh santri untuk mempelajari ilmu tajwid karena ilmu tajwid merupakan ilmu pendukung dalam mempelajari serta memahami Al-Qur’an. Dan diharapkan agar siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.(Rahmat, 2015 : 5-6)

Namun pada prakteknya masih terdapat beberapa kendala pada proses pembelajaran Al-Qur’an dan tajwidnya diantaranya yaitu kurangnya kemauan atau minat siswa dalam belajar, semangat dan motivasi belajar siswa yang masih sangat rendah, kurangnya siswa dalam

memperhatikaan guru yang sedang

mengajar, hal ini dikarenakan guru yang kurang kreatif dalam menerapkan media pembelajaran Qur’an Tajwid, dan juga cara mengajar guru yang monotone yang membuat siswa bosan di kelas dan susah untuk mengingat suatu pelajaran sehingga mereka cenderung tidak memperhatikan materi pembelajaran ketika guru sedang menjelaskan.

Hal ini terbukti dengan banyaknya

siswa yang dengan mudah melupakan pelajaran yang baru saja diajarkan dan juga kurang memperhatikannya siswa terhadap penjelasan guru, dikarenakan Qur’an Tajwid ini pelajaran yang

membosankan. Sebenarnya mempelajari qur’an tajwid adalah ilmu yang mutlak dan tidak berubah-ubah hukumnya sampai kapanpun, ini berarti Qur’an Tajwid adalah ilmu yang sudah terbekukan. Seharusnya ini terjadi pemahaman yang mudah untuk siswa dalam belajar Qur’an Tajwid, karena yang peneliti ketahui materi-materi yang dipelajari dalam ilmu tajwid tidaklah begitu banyak sehingga harus diupayakan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa dalam mempelajari Qur’an Tajwid.

Upaya guru dalam mengajar siswa adalah bagian yang sangat penting dalam

mencapai keberhasilan tujuan

pembelajaran yang direncanakan. Oleh sebab itu pilihan berbagai metode,

strategi, pendekatan, dan teknik

pembelajaran adalah hal yang utama. Guru dituntut untuk menjadi guru yang kreatif agar murid selalu semangat dalaam belajar sehingga materi yang diajarkan akan mudah dipahami dan dingat oleh murid. Karena pada dasarnya anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain dan memiliki keunikan dan

kemampuan memahami pelajaraan

masing-masing yang tidak sama. Metode yang dilakukan dalam pembelajaran ini

yaitu metode audio visual dengan

penambahan adanya permainan bingo pada saat evaluasi materi yang sudah

diberikan kepada siswa. (Cahyo,

(4)

24

Dengan menggunakan metode

audio visual para siswa akan

mendengarkan sekaligus melihat

gambar/tayangan cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar karena berbeda nya tingkat pemahaman siswa dalam belajar ada siswa yang bisa memahami dengan hanya mendengarkan saja. tetapi ada pula siswa yang tidak paham atau lama dalam memahami pelajaran hanya dengan bemodalkan mendengarkan guru menjelaskan dengan kata lain harus dengan di iringi visual gambar agar lebih paham, sehingga dalam audio visual yang dimana mendengarkan

dan juga melihat gambar akan

mempermudah bagi siswa yang lebih paham penjelasan materi menggunakan audio visual daripada hanya dengan metode ceramah sehingga memudahkan mereka untuk memahami materi tersebut.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2017:1) Penelitian Tindakan Kelas

merupakan penelitian yang yang

memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, daan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak daari perlakuan

tersebut.

Sedangkan menurut Prof.

Suhardjono menjelaskan bahwa

Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan pengembangan Profesi Guru, yang cara penyajiaannya dalam bentuk tanya jawab. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur dan desain PTK karya Suharsimi Arikunto

yang terdiri dari 3 siklus. Pada

pelaksanaan penelitian siklus I sama dengan siklus II dan siklus III yang terdiri dari 4 (empat) tahapan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan

dengan menggunakan model yang

dikembangkan oleh Arikunto (2017:42).

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif (mix method’s). Data

kualitatif berupa deskripsi pada saat proses mengajar berlangsung sedangkan data kuantitatif adalah nilai santri setelah mengikuti tes yang berjumlah 35 santri.

Sumber data penelitian ini terdiri

dari pertama Catatan lapangan

digunakan untuk mencatat hal-hal

penting yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Hasil catatan lapangan daapat digunakan sebagai bahan acuan peneliti untuk menentukan kegiatan lanjutan dan refleksi. Kedua, lembar

observasi digunakan untuk

mengumpulkan data meengenai aktivitas belajar santri pada saat proses belajar

(5)

25

digunakan untuk mengukur penguasaan santri terhadap materi yang diberikan oleh guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tulis.

Prosedur pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari :

1. Siklus pertama

Siklus pertama dalam PTK terdiri dari perencanaan, pelaksanaaan, pengamatan, dan refleksi.

a.Perencanaan Pada tahap perencanaan,

tindakan dimulai dengan

mengidentifikasi masalah yang diteliti

berdasarkan observasi. Analisis:

Menentukan materi pembelajaran yaang ssesuai dengan silabus dan Rencaanaa

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Memilih bahan ajar yang akan diajarkan melalui media pembelajaran audio visual agar sesuai dengan materi pembelajaran.

Menetapkan fokus observasi yaitu

meningkatkan daya ingaat santri paadaa

mata pelajaran Al-Qur’an Tajwid.

Menyusun instrument yang akan

digunakan dalam penelitian untuk

mengukur kemampuan siswa pada materi tajwid selama proses pembelajaran.

Menyusun soal evaluasi untuk

mengetahui hasil belajar santri dalam meningkaatkan daya ingat santri tersebut.

b. Pelaksanaan dijalankan dengan

mengacu pada scenario pembelajaran.

Pelaksanaan yang dilakukan yaitu:

Abensi dan apresiasi, Menyajikan materi

menggunakan media audio visual,

Menjelaskan aturan yang berlaku dalam

pembelajaran dengam media audio

visual, Mengawasi jalannya proses

belajar mengajar, Menarik kesimpulan, Melakukan evaluasi.

c. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilaksanakan bersamaan

dengan dilaksanakannya tindakan.

Pengamatan dilalakukan oleh kolaborator terhadap situasi proses belajar mengajar, Aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar, Aktivitas guru selama proses belajar mengajar.

d.Refleksi (Reflecting)

Tahapan refleksi merupakan sarana untuk mengkaji tindakan yaang telah dilakukan agar mengetahui sejauh mana tindakan telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan dengan: Melakukan evaluasi terhadap

tindakan yang telah dilaksanakan.

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana pelaksanaan siklus kedua (Replanning) 2. Siklus kedua

Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. (a) Perencanaan (planning) Identifikasi masalah serta penetapan

(6)

26

Menetapkan indikator pencapaian

kemampuan mempelajari Qur’an Tajwid, (b) Pelaksanaan (Acting) Pelaksanaan program tindakan II mengacu pada identifikasi munculnya masalah pada siklus I, sesuai dengan alternative

pemecahan masalah yang telah

ditetapkan. (c) Pengamatan (Observing)

Pengamatan terhadap pelaksanaan

program tindakan II Refleksi (d)

(Reflecting) Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pada siklus II dan

menganalisis hasil evaluasi untuk

kemudian mengambil kesimpulan atas pelaksanaan penelitian. Karena pada hakikatnya refleksi terdiri dari lima

komponen yaitu: menganalisis,

mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan.

Data kuantitatif berupa kemampuan mengingat pelajaran yang telah dipelajari

dalam pelajaran Qur’an Tajwid,

dianalisis dengan teknik analisis

deskriptif dengan menentukan mean atau rerata. Adapun analisis data kuantitatif dilakukan dengan melakukan penskoran

individu untuk menetukan nilai

berdasarkan skor teoritis menggunakan

rumus penskoran tanpa koreksi.

Kemudian baru menggunakan rumus mean untuk mencari terata kemampuan mengingat pelajaran yang telah dipelajari oleh anak pada mata pelajaran Tajwid.

Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

Sebelum pelaksanaan tindakan

dimulai, peneliti membagikan angket yang dibagikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VIII A MTs Daar

el-Qolam 4, pertanyaannya yang

berhubungan dengan pembelajaran mata pelajaran tajwid. Berikut adalah hasil angket informasi awal siswa.

Hasil angket menunjukan bahwa siswa mengerjakan tugas Mata pelajaran tajwid dengan sebaik-baiknya dengan hasil data di atas terdapat 23 siswa atau 70%. Terdapat 9 orang siswa atau 24% yang menyatakan bahwa ragu-ragu dalam mengerjakan tugas Mata pelajaran tajwid dengan baik dan 5 orang siswa atau 14% yang tidak mengerjakan tugas Mata pelajaran tajwid dengan baik.

Rutinitas terhadap bimbingan Mata pelajaran tajwid terlihat dari jawaban 17 orang siswa atau 45% yang menyatakan

bimbingan Mata pelajaran tajwid

dilakukan di sekolah. Sebanyak 18 orang siswa atau 54% menyatakan

kadang-kadang dilakukan bimbingan Mata

pelajaran tajwid, dan 2 orang menjawab atau 6% tidak dilakukan bimbingan Mata pelajaran tajwid di sekolah.

Siklus I adalah pemberlakuan

tindakan awal penelitian dengan

menggunakan media pembelajaran audio visual. Tindakan siklus I ini sebagai upaya untuk mengetahui keterampilan Mata

(7)

27

pelajaran tajwid dengan menggunakan menggunakan media pembelajaran audio

visual Adapun hasil data tersebut

diuraikan sebagai berikut. menunjukkan kemampuan siswa dalam pelajaran tajwid. Ada 10 siswa mampu dengan baik dalam pelajaran tajwid (28%). Ada 8 siswa yang cukup mampu dalam pelajaran tajwid (23%). Dan ada 17 siswa yang kurang mampu dalam pelajaran tajwid (53%). Jadi rata-rata klasikal pelajaran tajwid adalah 60.95 atau berkategori kurang. keterampilan Mata pelajaran tajwid masih perlu ditingkatkan lagi karena pada siklus I hasilnya masih kurang. Perlu adanya suatu tindakan perbaikan agar siswa mampu mendapatkan hasil yang optimal

dan lebih baik lagi dibandingkan

sebelumnya. Oleh karena itu, perlu ada siklus II sebagai tindakan perbaikan dari

siklus I dan diharapkan dapat

meningkatkan nilai siswa dalam Mata pelajaran tajwid serta dapat mengubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang

positif terhadap pembelajaran Mata

pelajaran tajwid

Prestasi yang dicapai siswa dalam

Mata pelajaran tajwid dengan

menggunakan media pembelajaran audio visual siswa kelas VIII A MTs Daar el-Qolam memang belum baik, karena nilai rata-rata siklus I baru mencapai 60.95. Situasi dan kondisi kelas pada saat pembelajaran cukup berpengaruh pada

siswa, namun siswa masih dapat

berkonsentrasi dan menulis tajwid sesuai dengan yang ditugaskan guru. Semua siswa bisa mengumpulkan tugas tersebut sesuai dengan waktu yang disediakan guru, hanya saja dalam pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang terlihat kurang memperhatikan penjelasan guru, seperti bercerita dengan teman sebangku, mengantuk, pergi ke toilet

bersamaan. Perilaku-perilaku negatif

tersebut tentu sangat mengganggu proses pembelajaran Mata pelajaran tajwid dalam kelas.

Untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan oleh guru, maka kesulitan-kesulitan yang sedang dialami siswa perlu dicarikan jalan keluar untuk diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya. Hal-hal yang perlu dilakukan guru sebagai upaya perbaikan untuk bisa diterapkan pada pembelajaran selanjutnya, yaitu : 1) guru memberi motivasi kepada siswa bahwa Mata pelajaran tajwid itu tidak sulit dan tidak harus dalam keadaan tegang, tetapi sebaiknya dalam keadaan santai, 2) guru menjelaskan kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dari hasil karya mereka pada siklus satu, 3) guru mengajak siswa untuk mengingat peristiwa-peristiwa yang pernah dialami. 4) guru memberikan pengarahan-pengarahan kepada siswa, serta solusi dari masalah-masalah yang mereka hadapi dalam Mata pelajaran tajwid. Usaha-usaha yang dilakukan guru diharapkan dapat meningkatkan prestasi

(8)

28

siswa dalam Mata pelajaran tajwid selanjutnya.

Hasil tes keterampilan Mata pelajaran tajwid pada siklus II ini merupakan data

kedua setelah digunakan media

pembelajaran audio visual. Kriteria

penilaian keterampilan Mata pelajaran tajwid pada siklus II masih tetap sama dengan siklus I yang meliputi enam aspek, yaitu: (1) idzhar, (2) ikhfa (3) iqlab, (4) idgham, (5) membedakan, (6) membuat contoh.

Dengan demikian, dapat dilihat hasil proses pembelajaran mengunakan media pembelajaran audio visual. Hal ini dibuktikan dengan hasil-hasil yang dicapai baik dari siklus I sampai siklus II. Dari 35 siswa, 23 siswa atau 65% berhasil mencapai nilai antara > 75 baik. Sebanyak 5 siswa atau 16% mendapat nilai antara 65-75 yang berkategori cukup selanjutnya terdapat 6 siswa atau 197% mendapat nilai 65 < yang berkategori kurang. Berikut disajikan diagram yang berisi daftar nilai siswa pada pembelajaran Mata pelajaran tajwid siklus II.

Dari hasil tes pembelajaran Mata pelajaran tajwid pada siklus I ini masih

kurang maksimal dan perlu

penyempurnaan, maka dilakukan tindakan pembelajaran siklus ke II.

Perubahan perilaku siswa cenderung meningkat ke arah yang lebih positif pada setiap siklusnya. Hal ini disebabkan karena pada siklus I dan, II siswa belajar

menggunakan metode pembelajaran yang baru sehingga menarik perhatian mereka.

Berdasarkan tabel 4.12 Tentang perbandingan skor persiklus diketahui bahwa:

a. Skor hasil pada pra siklus adalah 1532.9 yang jika dipersentasekan adalah 43% dengan kategori kurang b. Skor hasil belajar meningkat menjadi

2133.4 pada siklus 1, yang berarti tingkat hasil belajar siswa adalah 60% kategori cukup meningkat 17% dari pra siklus.

c. Skor hasil belajar meningkat menjadi 2683.3 pada siklus II, yang berarti tingkat hasil belajar siswa adalah 76% kategori baik, meningkat 33% dari pra siklus.

Hasil observasi pada siklus I

menunjukkan adanya perilaku positif siswa terhadap pembelajaran. Jika dilihat pada Tabel 4.7 maka persentase perilaku

positif siswa mencapai 64,34%,

sedangkan perilaku negatif menunjukkan persentase 35,66%. Hal ini menandakan perilaku siswa lebih cenderung ke arah yang lebih positif. Perilaku tersebut antara lain: siswa memerhatikan penjelasan guru dengan baik (78,4%), , siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru (13,5%), siswa memperhatikan contoh tajwid yang diberikan guru (100%), siswa aktif dalam kelompok (78,4%), Siswa berani maju membacakan tajwid didepan kelas (8,1%), Siswa menulis materi tajwid dengan serius (70,3%), Siswa menulis tajwid dengan lancar (64,9%) dan siswa dapat belajar mandiri (64,9%) Hal yang

masih kurang dari siswa ketika

(9)

29

kurang aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, dan hanya beberapa orang saja yang berani maju. Hal inilah

yang menjadi hambatan dalam

pembelajaran. Guru berusaha mengatasi hal tersebut dengan cara membiasakan siswa untuk berdiskusi kelas, memotivasi siswa agar lebih percaya diri, dan juga memberikan pancingan terlebih dahulu sebelum mengajukan pertanyaan agar siswa aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. Dan pada siklus II, kekurangan siswa tersebut mengalami perbaikan.

Data observasi pada siklus II

menunjukkan persentase perilaku positif

siswa sebesar 85% atau terjadi

peningkatan dari siklus I. Pada siklus II, perilaku siswa semakin positif. Selain itu,

siswa lebih mudah untuk diajak

berinteraksi dengan guru. Misalnya dalam kegiatan tanya jawab saat diskusi kelas. Meskipun kemampuan berinteraksi siswa meningkat, siswa masih belum seluruhnya aktif menjawab pertanyaan dari guru. Kebanyakan siswa lebih memilih diam dan menyimpan pendapatnya, mereka

baru menjawab pertanyaan setelah

ditunjuk terlebih dahulu oleh guru (13,5%). Namun demikian, perilaku siswa tersebut sudah menunjukkan suatu hal yang lebih positif jika dibandingkan dengan siklus I. Perilaku yang sudah baik pada siklus I juga tetap dipertahankan oleh siswa pada siklus II. Dengan demikian, maka berdasarkan data hasil observasi siklus I, II diketahui bahwa terjadi perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif dengan perubahan sebesar 21%.

Data wawancara pada Tabel 4.11

menunjukkan bahwa 94,6% siswa

mengalami kesulitan belajar Qur’an tajwid

sebelum pembelajaran berlangsung.

Kesulitan tersebut diatasi dengan

menggunakan metode Audio visual.

Hasilnya siswa merasa mampu Belajar Qur’an tajwid dengan baik. Jumlah siswa yang merasa mampu sebesar 100%. Selain itu, 94,6% siswa juga merasa bahwa kesulitan yang dulu dialami siswa dapat teratasi. Sebesar 94,6% siswa mengatakan

bahwa metode Audio visual yang

digunakan guru dalam pembelajaran sudah tepat. Hal ini karena metode yang digunakan guru dapat membantu para siswa dalam belajar Qur’an tajwid. Sebesar 100% siswa mengungkapkan bahwa mereka merasa senang dengan pembelajaran yang telah dilakukan.

Data hasil observasi dan wawancara diambil setiap kegiatan baik saat siklus I, II ini disebabkan untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran Qur’an tajwid membutuhkan waktu yang lama. Minat siswa dalam Qur’an tajwid berkaitan dengan sikap dan perasaan. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat oleh sikap yang positif. Sikap dibentuk karena adanya

pengetahuan terhadap objek sikap,

kemudian dikombinasikan dengan

perasaan yang ada dalam diri seseorang. Akibat adanya perasaan dan pengetahuan, seseorang akan bersikap menerima atau menolak objek sikap, menyukai atau tidak menyukai objek sikap tersebut.

Peningkatan kemampuan siswa dalam belajar Qur’an tajwid diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa dari siklus I, II. Berdasarkan serangkaian hasil analisis dan

situasi pembelajaran di atas dapat

dijelaskan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran Qur’an tajwid mengalami perubahan yang mengarah pada perilaku

positif. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Qur’an tajwid mengunakan metode Audio visual

dapat membantu siswa dalam

meningkatkan keterampilan Qur’an

(10)

30

Kesimpulan

Siklus I dimulai dari tahap perencanaan berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran Tajwid dengan menggunakan media audio visual. Tahap

observasi dilakukan ketika proses

pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kemudian direfleksikan. Kelebihan yang diperoleh dalam siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan yang ada dicari solusinya

dalam siklus II ini dengan cara

memperbaiki perencanaan pada siklus II. Setelah memperbaiki perencanaan, maka tahap tindakan dan observasi juga diperbaiki kemudian kembali direfleksi.

Untuk memotivasi untuk belajar

Tajwid perlu menyiasati untuk

menstimulus minat siswa terhadap

pembelajaran Tajwid di sekolah, dengan menggunakan media audio visual, siswa lebih tertarik untuk belajar sehingga mereka termotivasi dalam meningkatkan pelajaran tajwid. Selain itu siswa mulai

aktif dalam proses pembelajaran,

perubahan tingkah laku dari pasif ke aktif dalam belajar mulai kelihatan, sehingga proses pembelajaran menjadi kondusif dan menyenangkan.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto dkk, 2017. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metode

Penelitian: Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Aqib, Zainal dkk. 2005. Penelitian

Tindakan Kelas (Tinjauan dan Aplikatif). Jakarta: Yrama Widya.

Bahrudin, Ahmad. 2015. ديوجتلا ملع Buku

Pegangan Santri Kelas I Dan I Ext.

Tangerang: Daar El-Qolam

Cahyo, Agus N. 2011. Latihan Otak &

Daya Ingat dengan menggunakan Audio Visual. Jogjakarta: DIVA

Press

Lafendry ferdinal. 2018. Great Teacher :

Pencetak Anak Berkarakter. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Milatuchulwiyah. Skipsi. Pengaruh

Pemahaman Ilmu Tajwid Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Mata Pelajaran Tahsinul Qur’an Mts Yayasan Pondok

Pesantren Tahfizul Qur’an

Mathla’ul Huda Ambarawa

Pringsewu Tahun Pelajaran

2016/2017 Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan. 2018.

Ridhwan Rahmat. 2019. Tajwid

Al-Fushoha. Bogor: Hijaz Edukasi

Rabbani

Rusman,

(2016),Model-ModelPembelajaranMengembangka n Profesionalisme Guru, Jakarta:

GrafindoPersada.

sugiono, 2018 Cet ke-27. Metode

Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wati Ega Risma, 2016. Ragam Media

Pembelajaran. Jogjakarta: CV. Solusi Distribusi. https://islam.nu.or.id/post/read/79360/pent ingnya-belajar-ilmu-tajwid https://pendidikan.co.id/pengertian-audio- visual-jenis-ciri-fungsi-kelebihan-manfaat/hu https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tajwid

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penalitian dilakukan yaitu untuk membuat sistem komputerisasi manajemen penggajian dan bagaimana cara kerja sistem informasi tersebut dan proses input dan output yang

Asuntojen tarjonta on lyhyellä tarkasteluaikavälillä lähes kokonaan joustamatonta, koska rakennussektori ei ehdi vastaamaan yllättävästi syntyviin kysyntäshokkeihin riittävän

Bentuk yang larut dalam air hanya 1-5 %, walaupun bentuk ini paling sedikit namun menjadi sangat penting ditinjau dari aspek lingkungan karena penyerapan oleh tanaman dan

Letak lokasi tanah yang akan dibuatkan Tidak 1 (satu) Minggu Petunjuk Teknis Program Pem- Kepmenkop &amp; UKM Hak Atas Tanah Program sertifikasi. sertifikat jelas batas-batasnya

Op basis van de bevindingen van dit rap- port lichtte Voerman de mogelijke gevolgen van de invoering van het nieuwe kiesstelsel voor de politieke partijen toe op een kennisseminar

Hasil penelitian Naimah dan Utama (2006:19) menunjukkan bahwa pada perusahaan-perusahaan besar, semakin banyak informasi non-akuntansi yang tersedia sepanjang tahun,

3.2.8 Penandaan identitas yang terdapat pada contoh uji harus diberikan pula pada semua benda uji untuk memastikan kebenaran identitas benda uji tersebut. 3.2.9 Jika

Kebijakan pola ruang kawasan budidaya diarahkan berdasarkan sifat-sifat kegiatan yang akan ditampung, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan. Rencana Pola Ruang