• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA

NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi

Diajukan oleh :

WIDYA ARIF RAHMANTYO F 100100023

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(2)

ii

ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA

NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi

Diajukan oleh :

WIDYA ARIF RAHMANTYO F 100100023

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(3)
(4)
(5)

ORIENTASI MINAT KEJURUAN PADA SISWA SMA

Widya Arif Rahmantyo

Prof. Kumaidi, MA. Ph.D

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Widya.arif23@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini digunakan untuk mengklasifikasikan siswa menurut jenis sekolah dan minatnya. Populasi penelitian ini terdiri dari siswa SMA Negeri 2 Blora. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, diperoleh responden 125 siswa. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen skala minat kejuruan yang disusun oleh Kumaidi (2014) instrumen ini mengikuti instrument “Self Directed Search” dari Holland (1985) sehingga dihasilkan suatu pola orientasi minat kejuruan siswa yang menggambarkan tipologi pada jurusan yang berbeda. Hasil yang ditemukan menggambarkan bahwa tools ini bermanfaat untuk mengukur minat kejuruan siswa di Indonesia. Model hexagonal dari teori Holland yang menyatakan adanya 6 kepribadian yaitu : Tipe Realistik (The Realistic Type (R)), Tipe Peneliti/Pengusut (The Investigative Type (I)), Tipe Seniman (The Artistic Type (A)), Tipe Sosial (The Sosial Type (S)), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type (E)), dan Tipe Orang Rutin (Conventional Type (C)) atau dengan singkatan R-I-A-S-E-C. Walaupun hasil penelitian tidak menjelaskan tipologi kepribadian tiap siswa, namun jurusan ini mencerminkan tipologi suatu kelompok, dan hasilnya sebagai berikut. Orientasi minat kejuruan pada jurusan IPS tipologi sosial lebih dominan pada jurusan ini dan bersifat universal yaitu dari dimensi aktivitas, kemampuan dan pekerjaan. Ini artinya orientasi minat kejuruan pada siswa jurusan IPS di SMA Negeri 2 Blora terdapat pada tipologi sosial, sedangkan orientasi minat kejuruan pada jurusan IPA tipologi Investigatif lebih dominan pada jurusan ini dan bersifat universal yaitu dari dimensi aktivitas, kemampuan dan pekerjaan. Ini artinya orientasi minat kejuruan pada siswa jurusan IPA di SMA Negeri 2 Blora terdapat pada tipologi investigatif. Walaupun hasil penelitian ini sudah dapat memilah minat dari 2 jurusan SMA namun belum memilah semua jurusan yang ada terlebih di SMK. Sehingga masih banyak peluang untuk meningkatkan efektifitas instrumen dalam memetakan minat kejuruan terhadap jurusan yang heterogen pada SMK di Indonesia.

(6)

6 PENDAHULUAN

Mempersiapkan masa depan, terutama karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya (Havighurst, dikutip Hurlock, 1999). Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya. Pilihan karir menurut Holland (1985) merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orangtua, orang signifikan yang mempunyai peranan bagi individu. Pemilihan karir yang tepat sesuai dengan kepribadian akan membuat seseorang mampu mengembangkan diri dan memaksimalkan semua potensi yang dia miliki.

Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang berani, mau belajar, dan mau berlatih berdasarkan pengalaman hidupnya (Renita, 2007). Adanya program bimbingan karir sebagai suatu usaha memberikan bantuan kepada siswa untuk memahami dirinya, mengenal dirinya, mengenal dunia kerja, dan merencanakan masa depannya untuk menentukan pilihannya, dan mengambil suatu keputusan yang tepat sesuai dengan keadaan dirinya (Walgito,2005).

Bimbingan karir sesuai prinsipnya haruslah merupakan suatu proses pengembangan konsep diri artinya siswa sebagai individu harus memahami gambaran diri pribadi yang meliputi, minat, bakat, kemampuan, kebutuhan dan nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan program studi atau jenjang karir yang dipilih.

Elizabeth B. Hurlock (1981), mengatakan bahwa remaja mulai memikirkan sesuatu tentang masa depan mereka secara sungguh – sungguh. Remaja mulai memberikan perhatian lebih terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya di masa yang akan datang, salah satunya dalam pemilihan karir.

Berdasarkan hasil data statistik BPS Kabupaten Blora juni 2013, jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) di Kabupaten Blora menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ternyata tidak berbanding lurus dengan jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran terbanyak justru pada level pendidikan SLTP ke atas. Hal ini berarti sebagian besar pengangguran di Kabupaten Blora merupakan pengangguran terdidik. Dari 29.440 jiwa penduduk yang menganggur, sebanyak 10.014 jiwa (66,10%) adalah mereka yang

(7)

berpendidikan SMA/SMK ke atas. (Badan Pusat Statistik Kab. Blora, 2013).

Data faktual tersebut menggambarkan tingginya tingkat pengangguran di Kabupaten Blora. Karena itu, sangat diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya perencanaan dan orientasi masa depan yang jelas dalam bidang pekerjaan. Perencanaan terhadap jenis pekerjaan yang akan ditekuni atau dijalani oleh siswa atau remaja menjadi sesuatu penting untuk dipertimbangkan, agar pekerjaan yang ditekuninya kelak sesuai dengan minat, kemampuan, dan peluang yang mereka miliki, sehingga masa depan mereka dan bidang pekerjaan yang akan ditekuni akan lebih terarah dan jelas.

Fenomena yang dialami saat ini penjurusan sering menimbulkan masalah, karena penjurusan di SMA berkaitan dengan tujuan banyak orang yang penting dan kompleks. Tujuan itu penting karena penjurusan berarti mengarahkan hidup seseorang seperti jenis pekerjaan atau minat seseorang, nilai yang dianut serta kepribadian yang mengembannya. Tujuan juga bersifat kompleks karena penjurusan itu menyangkut kecerdasan dan kemampuan manusia untuk belajar, serta menyangkut persaingan kelas sosial karena penjurusan dipandang sebagai penempatan posisi siwa dan keluarganya dalam

masyarakat, bahkan juga menyangkut pengendalian emosi dalam arti penerimaan orangtua dan siswa apabila siswa tidak masuk jurusan yang diinginkannya.

Semetara itu siswa yang memiliki minat terhadap suatu ilmu tertentu, ketika mempelajari ilmu tersebut akan mempelajarinya dengan senang (Holland, 1985), atau dengan kata lain ilmu yang dipelajari sesuai dengan kepribadiannya. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menyatakan bahwa faktor kepribadian mempengaruhi secara positif terhadap prestasi akademik (Furnham, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penjurusan bukan masalah kecerdasan tetapi masalah minat dan bakat siswa.

Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu (Furnham, 2006). Contohnya : seorang siswa yang berminat pada matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lain. Karena pemusatan perhatian intensif terhadap materi, siswa akan belajar lebih giat dan mencapai prestasi yang diinginkan. Pada diri siswa terdapat minat khusus yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan siswa dalam minat akan menentukan pilihan karir di masa yang akan datang. Penjurusan siswa di sekolah menengah

(8)

8 atas menjadi titik awal yang menentukan profesi di masa depan. Siswa diberi kesempatan memilih jurusan yang paling cocok dengan karakteristik dirinya. Ketepatan memilih jurusan dapat menentukan keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang karena kurang tepat menentukan jurusan. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian dengan membuat orientasi minat kejuruan siswa yang dapat digunakan untuk menghasilkan estimasi penjurusan yang paling sesuai dengan karakteristik dan minat siswa. Orientasi minat kejuruan ini berdasar dari teori kepribadian vokasional dari Holland yang mendasarkan konsep terbentuknya kepribadian dari hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang sangat sesuai dengan tahapan perkembangan remaja.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut agar nantinya hasil penelitian ini dapat menjadi informasi serta acuan bagi semua orang, baik bagi orangtua, yang bertugas membimbing anak dalam menjalani tugas – tugas perkembangannya, guru, yang membimbing anak di lingkungan sekolah untuk menentukan pilihan karirnya, maupun siswa itu sendiri dalam menghadapi tugas – tugas

perkembangannya salah satunya memilih karir. Maka dari itu, untuk merealisasikan hal tersebut peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui orientasi minat kejuruan pada siswa SMA.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah 1.) Untuk mengetahui orientasi minat .

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu; 1.) Secara teoritis, Secara teori hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi baik teori – teori, konsep, serta prinsip tentang kematangan vokasional siswa relevansinya dengan layanan bimbingan karir dan dukungan keluarga yang dapat dijadikan sebagai wawasan menghadapi era global di negara – negara berkembang yang berbeda kondisinya dengan negara – negara barat. 2.) Secara praktis, Manfaat praktis penelitian ini dapat memberikan masukan bagi lembaga pendidikan, dan keluarga tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan pilihan karir pada siswa SMA dalam rangka membuat kebijakan pendidikan dan mengembangkan

(9)

kebijakan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 2 Blora.

LANDASAN TEORI Minat Kejuruan

Minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada orang lain, atau minat sebagai akibat dari pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh hadirnya seseorang atau suatu objek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas (Dyimyati, 1982).

Pengertian Minat menurut Tidjan (1976) adalah gejala psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek karena adanya perasaan senang. Dari pengertian tersebut maka minat dapat diartikan sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu objek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap objek tersebut.

Minat kejuruan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketertarikan siswa SMA dalam memilih atau merencanakan kejuruan yang berhubungan dengan profesi atau pekerjaan sesuai kemampuan dan minat siswa.

Holland (1985) memandang pemilihan karir atau kejuruan sebagai

ekspresi atau ekstensi kepribadian ke dalam dunia kerja, yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap stereotype okupasional tertentu. Holland (1985) memandang modal orientasi diri sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu.

Karakteristik Fase Perkembangan Karir Anak dan Remaja Berdasarkan Usia

Menurut Ginzberg, Axelrad dan Herman (dalam Wibowo, 2010) perkembangan karir dibagi menjadi 3 tahap pokok yaitu: (1) Tahap Fantasi: 0-11 tahun ( Masa Sekolah Dasar) Pada tahap ini anak mulai berfantasi mengenai cita-citanya. Fantasi ini banyak dipengaruhi oleh lingkungan baik itu di kehidupan nyata atau hanya sekedar melalui media, sperti televisi ataupun internet. Pada tahap ini anak menentukan karirnya tanpa pertimbangan yang rasional. (2) Tahap Tentatif: 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah) Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Tahap tentatif ini dibagi menjadi 4 sub tahap, yakni: a. Sub Tahap Minat (11-12 tahun) Anak cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja. b. Sub Tahap Kapasitas Kemampuan (13-14 tahun) Anak mulai melakukan

(10)

10 pekerjaan/kegiatan didasarkan kepada kemampuan masing-masing, disamping minat dan hobinya. c. Sub Tahap Nilai (15-16 tahun) Anak sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat dan mana yang kurang dihargai. d. Sub Tahap Transisi (17-18 tahun) Anak sudah mampu memikirkan atau merencanakan karir mereka berdasarkan minat, kemampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan. (3) Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa Perguruan Tinggi) Pada usia perguruan tinggi (usia 18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis, dimana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu, pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karir secara lebih rasional dan objektif.

Proses pemilihan karir

Secara singkat proses pemilihan karir menurut Holland (1985) dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Orang secara langsung mengorientasikan dirinya kepada kelompok besar klasifikasi karir, selama perkembangannya ia mengadakan seleksi atau menjajaki karir – karir tersebut

dengan berbagai kecenderungan terhadap klasifikasi jabatan tertentu sebagai puncak dari pilihannya. (2) Pilihan dari sekelompok besar karir – karir dimana orang/seseorang akan mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karir atau jabatan dan merupakan fungsi dari penilaian diri dan kemampuannya (intelejensinya), untuk mengadakan pemilihan yang memadai terhadap lingkungan pekerjaannya. (3) Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam proses pilihan pekerjaan di atas disertai oleh sederetan atau sejumlah faktor – faktor pribadi, meliputi pengetahuan tentang diri (Self-knowledge), evaluasi diri (Self-evaluation), dan pengetahuan tentang klasifikasi atau karir (arah atau luasnya informasi dan tingkat perbedaan antara dua dan dalam lingkungan pekerjaan), tingkat hirarkis perkembangan, sejumlah atau sederet dari faktor – faktor lingkungan meliputi luasnya potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari keluarga dan teman – teman, pemilihan atasan, dan potensi dari atasan, dan pembatasan – pembatasan yang berasal dari sumber sosial ekonomi dan lingkungan fisik.

Asumsi Dasar Teori Kepribadian Holland

Kepribadian merupakan unsur penting dalam mencapai keberhasilan

(11)

seseorang. Para ahli telah merumuskan berbagai teori kepribadian dengan berbagai asumsi dan latar belakang lingkungan individu yang berbeda – beda. Konsep kepribadian yang menekankan pada interaksi antara lingkungan dan individu yang paling sering digunakan adalah teori kepribadian Holland (Sharf, 2010). Banyak kajian terhadap teori Holland yang telah digunakan oleh para peneliti khususnya dalam mengkaji tentang fenomena pemilihan karir yang menunjang keberhasilan individu.

Fokus utama teori Holland terdapat pada pemahaman mengenai perilaku kejuruan untuk menghasilkan cara praktis dalam membantu masyarakat baik kaum muda, dewasa atau bahkan kaum tua dalam menentukan karirnya baik di dunia pendidikan dan dunia kerja (Louis, 2010).

Konsep minat yang menyangkut pekerjaan dan okupasi adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan yang lain. Jadi secara singkat bisa dikatakan bahwa minat vokasi merupakan aspek kepribadian yang paling penting sehingga inventori minat dipandang sebagai tes kepribadian

(Holland, 12 1997 : 7). Indikasi dari minat ialah kesukaan seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sedangkan ketidaksukaan menjadi kontraindikasi. Holland sendiri mengembangkan beberapa tes yang dapat membantu orang untuk mengenal diri sendiri, seperti : The Vocational Preference Inventory di tahun 1977 dan Self-Directed Search di tahun 1979.

Tipe Kepribadian

Tipe dihasilkan oleh tipe, artinya meskipun perilaku orang tua memiliki kontribusi yang minim dan kompleks dalam perkembangan minat anak (Roe, 1956; Roe and Siegelman, 1964 dalam Holland, 1997 : 5) namun asumsinya adalah tipe orangtua menyajikan lingkungan aktivitas kepada anak-anaknya yang relevan dengan tipe dari orangtua tersebut. Contohnya orangtua yang cenderung bertipe realistik tentunya akan menyediakan aktivitas, situasi, media, komunikasi dengan orang lain yang cenderung realistik pula, sehingga baik secara disadari atau lebih seringnya tidak disadari, anak akan mempersepsikan dan mengembangkan tipe realistik tersebut dalam dirinya misalnya dalam berpandangan, berpendapat, bahkan dalam memilih teman dan tetangganya.

(12)

12 Ringkasnya tipe-tipe kepribadian menurut Holland adalah hasil dari interaksi faktor – faktor bawaan dan lingkungan dan interaksi ini membawa kepada preferensi untuk jenis – jenis aktivitas – aktivitas khusus, yang nantinya mengarahkan individu kepada tipe – tipe perilaku tertentu. yang rangkumannya adalah sebagai berikut: (1) Tipe Realistik yang preferensinya pada aktivitas – aktivitas yang memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap obyek – obyek, alat, mesin, dan binatang. Implementasi konsep ini mengandung arti bahwa individu dengan tipe ini cenderung tidak menyukai aktivitas pemberian bantuan atau pendidikan. Preferensi – preferensi tersebut membawa kepada pengembangan kompetensi dalam bekerja dengan benda, binatang, alat-alat dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan kompetensi – kompetensi sosial dan pendidikan. Individu dengan tipe ini menganggap diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam keterampilan – keterampilan sosial. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti : uang dan kekuasaan. Ciri – ciri khususnya adalah praktikalitas, stabilitas, konformitas. Mungkin lebih menyukai keterampilan – keterampilan dan okupasi – okupasi teknik. (2) Tipe Investigatif memiliki preferensi untuk aktivitas – aktivitas yang memerlukan penyelidikan

observasional, simbolik, sistematik, dan kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas – aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh-contoh dari okupasi – okupasi yang memenuhi kebutuhan tipe – tipe investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika. (3) Tipe Artistik memiliki preferensi pada aktivitas – aktivitas yang beragam, bebas, dan tidak sistematis untuk menciptakan produk – produk artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tipe ini tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi dalam upaya – upaya artistik dikembangkan dan keterampilan yang rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen, dan memiliki kemampuan – kemampuan artistik. Beberapa ciri khususnya adalah emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Okupasi – okupasi artistik biasanya adalah lukisan, karangan, akting, dan seni pahat. (4) Tipe Sosial memiliki preferensi pada aktivitas – aktivitas yang melibatkan orang-orang lain dengan penekanan pada membantu, mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas – aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek dan materi. Kompetensi – kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal – hal yang bersifat

(13)

manual dan teknik diabaikan. Menganggap dirinya berkompeten dalam membantu dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan sosial. Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama, bersahabat, persuasif, dan bijaksana. Okupasi sosial mencakup pekerjaan – pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan pekerjaan kesejahteraan sosial. (5) Tipe Enterprising memiliki preferensi pada aktivitas – aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau tujuan – tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah. Kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas. (6) Tipe Konvensional memiliki preferensi pada aktivitas – aktivitas yang memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna memberikan kontribusi kepada tujuan – tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas – aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak sistematik. Kompetensi dikembangkan dalam bidang – bidang klerikal, komputasional, dan sistem usaha. Aktivitas – aktivitas artistik

dan semacamnya diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan klerikal dan numerikal. Beberapa ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri. Okupasi – okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan pemegang buku.

Pengukuran Orientasi Minat Kejuruan Untuk pengukuran orientasi minat kejuruan peneliti menggunakan instrumen skala minat kejuruan yang diambil berbasis teori Holland R-I-A-S-E-C (Self Direct Search) yang menggolongkan enam tipe kepribadian, yaitu : tipe Realistik (The Realistic Type), tipe peneliti atau pengusut (The Investigative Type), tipe seniman (The Artistic Type), tipe sosial (The Social Type), tipe pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe konvensional (The conventional Type) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia dan sudah pernah diujikan oleh oleh Aljufri Syarif dan Kumaidi, dalam penelitiannya yang berjudul Minat Kejuruan Murid – Murid Sekolah Menengah Tingkat Atas pada tahun 2014.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk mengetahui

(14)

14 gambaran orientasi minat kejuruan pada siswa SMA. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2010).

Penelitian deskriptif kebanyakan menggunakan teknik pengumpulan data berupa survei atau penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan semata – mata bersifat deskriptif, sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesa, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi (Azwar, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN Jurusan IPS

Rangking tertinggi pada dimensi aktivitas adalah siswa dengan tipologi sosial, dilanjutkan enterprising, konvensional, artistik, investigatif, dan yang terakhir realistik. Sedangkan pada dimensi kemampuan yang mendominasi dengan urutan tertinggi adalah tipologi sosial, dilanjutkan, konvensional, realistik, enterprising, investigatif, dan yang terakhir adalah artistik. Pada dimensi pekerjaan yang dominan dipilih oleh siswa jurusan IPS adalah sosial, dilanjutkan, enterprising, konvensional, realistik, artistik, lalu yang terakhir investigatif.

Dapat disimpulkan bahwa hasil rerata gambaran siswa dengan jurusan IPS mempunyai kecenderungan aktivitas sosial, kemampuan sosial dan pekerjaan sosial yang lebih dominan. Walaupun di rangking kedua pekerjaan enterprising, hal ini menggambarkan bahwa selain mempunyai tipikal pada pekerjaan sosial, pekerjaan swasta juga menjadi pilihan, karena enterprising membutuhkan interaksi sosial yang lebih kepada orang lain.

Konsistensi Siswa Jurusan IPS

Dari dimensi aktivitas, subjek mempunyai tiplogi kepribadian yang mengarah pada sosial, yang artinya aktivitas sehari-hari subjek mengarah pada tipe sosial, yaitu subjek suka menjadi anggota kelompok kegiatan sosial. Sedangkan dari dimensi kompetensi, subjek mempunyai tipologi kepribadian yang mengarah pada enterprising, yang artinya bahwa subjek merasa memiliki kemampuan dalam hal menjadi pemimpin yang baik. Dan dari dimensi pekerjaan, subjek mempunyai tipologi kepribadian yang mengarah pada enterprising, yang artinya subjek memiliki minat pada bidang pekerjaan tentang enterprising, yaitu sebagai manajer hotel.

(15)

Jurusan IPA

Rangking tertinggi pada dimensi aktivitas adalah siswa dengan tipologi investigatif, dilanjutkan sosial, artistik, enterprising, konvensional dan yang terakhir realistik. Sedangkan pada dimensi kemampuan yang mendominasi dengan urutan tertinggi adalah tipologi sosial, dilanjutkan, investigatif, konvensional, enterprising, artistik, dan yang terakhir adalah realistik. Pada dimensi pekerjaan yang dominan dipilih oleh siswa jurusan IPA adalah investigatif, dilanjutkan, enterprising, konvensional, artistik, sosial lalu yang terakhir realistik.

Dapat disimpulkan bahwa hasil rerata gambaran siswa dengan jurusan IPA mempunyai kecenderungan aktivitas, kemampuan dan pekerjaan lebih dominan pada tipologi investigatif.

Konsistensi Siswa Jurusan IPS

Dari dimensi aktivitas, subjek mempunyai tiplogi kepribadian yang mengarah pada sosial, yang artinya aktivitas sehari-hari subjek mengarah pada tipe sosial, yaitu subjek suka menjadi anggota kelompok kegiatan sosial. Sedangkan dari dimensi kompetensi, subjek mempunyai tipologi kepribadian yang mengarah pada investigatif, yang artinya bahwa subjek merasa memiliki kemampuan dalam hal memahami arti

rumus kimia sederhana. Dan dari dimensi pekerjaan, subjek mempunyai tipologi kepribadian yang mengarah pada investigatif, yang artinya subjek memiliki minat pada bidang pekerjaan tentang investigatif, yaitu menjadi ahli fisika dan menjadi peneliti ilmiah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah. (2012). Hubungan Antara

Dukungan Orangtua dengan Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pekerjaan Pada Siswa SMA. Skripsi (tidak diterbitkan) Jakarta: Program Studi Bimbingan

dan Konseling.

Universitas Islam Negeri Jakarta.

Agustriani, H dkk. (2001). www.ceria.bkkbn.go.id

Ali, M. (1995). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Aljufri B.S & Kumaidi. (1990)

Minat Kejuruan Murid – Murid Sekolah Menengah Tingkat Atas di Sumatera Barat IKIP Padang.

(16)

16 Anggali, Dimas. (2013). Peta Minat

Vokasional SMA dan SMK di Kota Salatiga Berbasis Teori Holland.

Arikunto. S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. S, (2001). Reliabilitas dan

Validitas SPSS.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. (2013). Data

Jumlah Pengangguran. Blora: BPS.. Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Desanto, R. (2006). Hubungan Tingkat Penghasilan Orangtua Dengan Pilihan Karir Calon Lulusan SLTA di Kota Madiun.

Skripsi (tidak diterbitkan) Madiun: Politeknik Madiun.

Dyimyati, M. (2010). Pengertian

Minat. Artikel.

Furnham, Adrian et.al. (2006). The

Relationship between

Psychometric & Self Estimed, Intellegence, Creativity, Personality & Academic Achievement, Imagination, Cognition, Personality. 25-200.

Gloria, A. M. (2009). Pengaruh

Dukungan Sosial Keluarga Inti pada Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation. Skripsi (tidak

diterbitkan) Medan: Universitas Sumatra Utara.

Hadi, S. (2000). Metodologi Research 2. Yogyakarta:

Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Holland, J. L. (1985). Making

Vocational Choice: A Theory of Vocational Personalities and Work Environments (2nd Edition). New Jersey: Prentice-hall. Inc.

Holland, J. L. (1997). Making

Vocational Choice: A Theory of Vocational Personalities and Work Environments (3nd

(17)

Edition). New Jersey: Prentice-hall. Inc.

Hurlock, (1999). Psikologi Perkembangan Anak, jilid ke satu.(terjemahan:

Istiwidayati). Surabaya: Erlangga.

Kuntjoro, S.(2002). Dukungan Sosial

Pada Lansia. www.e-psikologi.com

Nurmi, J.E. (1991). How Do

Adolescent See Their Future? A Review of the Development of Future Orientation and Planning.

Helsinski: Academic Press. Inc.

Sarafino, E. P. (1990). Health

Psychology: Bio Psychosocial Interactions.

New York: John Wiley.

Sarason, I. G. & Sarason, B. R. (1989). Abnormal Psychology. New Jersey:

Prentice Hall.

Sharf, R.S. (2010). Applying Career

Development. New Jersey.

Prentice Hall, inc. Englewood Cliffs.

Snow, R.E. (1986). Individual Differences and the Design of Educational Program in Journal of Psychology. 41 (10), 1029-1039

Sudaryanto. (2007). Korelasi Antara

Gaya Belajar yang Kongruen dan yang Inkongruen dan Konsep Diri Dengan Pilihan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kabupaten Temanggung.

Tesis (tidak diterbitkan) Semarang: Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Sukardi, D.K. (1994). Bimbingan

Karir di Sekolah-sekolah.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Taylor, S. E. (1991). Health Psychology. Second ed.

(18)

18 Tidjan. (1976). Meningkatkan Minat

Membaca. Jakarta: Pustaka Hidayah. Trommsdorf, G. (2003). Future Orientation and Socialization. International Journal of Psychology. Walgito, B. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. Wibowo, S. (2010). Pengaruh Keyakinan Diri dan Pusat Kendali Terhadap Kematangan Karir (Kasus Siswa SMK N 6 Jakarta).

Tesis (tidak diterbitkan) Jakarta: Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Widiana, Y. (2010). Hubungan

Antara Konsep Diri Dengan Pilihan Karier Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Malang. Skripsi

(tidak diterbitkan) Malang: Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Universitas Negeri Semarang.

Widyastuti, J. (2013). Pengaruh Self

Efficacy dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kemantapan Pengambilan Keputusan Karir Siswa.

Skripsi (tidak diterbitkan) Surabaya: Program Studi Bimbingan dan Konseling. Universitas Negeri Surabaya.

Yuningsih, W. (2008). Hubungan

Konsep Diri Dengan Pilihan Karir Siswa Kelas X Jurusan Teknik Permesinan SMK Negeri 1 Blitar. Skripsi (tidak diterbitkan) Malang: Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Malang.

Satriya, Y. (2011). Studi Diskripsi

Tentang Kepuasan Siswa, Orangtua, dan Guru Terhadap Sistem Penjurusan di Sekolah Menengah Atas, Indegenous Psychologi Bulletin, vol I, Januari,

Referensi

Dokumen terkait

merupakan sistem manajemen mutu yang direvisi tahun 2008 tepatnya tanggal 14 November 2008. Hadirnya ISO 9001 ini mendorong tanggungjawab manajemen karena

iii tahun 2012 hehehe; kanda Ippank terima kasih atas bantuan dan kerja samanya, di tunggu undangannya hehehe; kanda Alwi terima kasih atas bantuan dan kerja samanya,

Sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara kesengajaan (pourpousive sampling) mengingat jumlah populasi yang ada sama dengan jumlah yang dijadikan sampel. Dengan demikian

 Adverse trading, terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan megambil kebijakan melakukan pengeluaran tetap (fixed costs) yang besar setiap tahunnya,

Dalam rangka mengembangkan dan memperbaiki struktur organisasi pengelola perusahaan perlu mengidentifikasi semua tugas yang berbeda,tanggungjawabnya dan selanjutnya

[r]

web service dan mengimplementasikannya untuk sinkrosisasi jadwal perkuliahan di STMIK AMIKOM Yogyakarta menggunakan format iCalendar yang dapat terintegrasi dengan