• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 5. Peta Tutupan lahan DAS Sunter (BPDAS Ciliwung-Cisadane

4.6.2 Kecamatan di DAS Sunter

Daerah Aliran Sungai (DAS) Sunter memiliki beberapa kecamatan seperti yang terlihat pada gambar 6. Kecamatan yang akan dilihat kejadian banjir rob adalah kecamatan di daerah utara yaitu Cilincing dan Koja karena berbatasan langsung

dengan laut. Kecamatan Cilincing sendiri memilki 7 kelurahan yaitu Kali Baru, Marunda, Cilincing Semper Barat, Semper Timur, Suka Pura dan Rorotan. Sedangkan daerah Koja memiliki 6 kelurahan yaitu Koja Utara, Koja Selatan, Lagoa, Rawa Badak, Tugu Utara, dan Tugu Selatan.

(2)

III. METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

• Bahan

1. Peta Administrasi Jakarta

2. Data Curah Hujan tanggal 9-13 Januari 2008 Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, Stasiun Meteorologi Halim Perdana Kusuma, dan Stasiun Meteorologi Kemayoran.

3. Peta Batas DAS (Daerah Aliran Sungai) Sunter

4. Data Pasang Surut perairan Teluk Jakarta tanggal 9-13 Januari 2008 5. Citra Satelit dari Google Earth

untuk daerah Marunda dan Kalibaru

• Alat

Alat yang digunakan dalam analisis dan pengolahan data adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Software yang digunakan dalam penelitian

Software Fungsi

Ms. Office Word 2003 Pengolah kata Ms. Office Excel 2003 Pengolah angka

• Arc View GIS 3.3 dengan Full Extention • Global Mapper 8 Analisis data spasial 3.2 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data tanggal 9-13 Januari 2008 untuk data curah hujan dan data tinggi muka laut teluk Jakarta dikarenakan pada tanggal-tanggal tersebut terjadi banjir Rob di daerah pesisir Jakarta.

3.2.1 Penentuan Aliran Permukaan dengan metode SCS (Soil

Conservation Service)

3.2.1.1 Penentuan Hujan Wilayah dengan metode Polygon Thiessen

Teknik poligon dilakukan dengan cara menghubungkan satu alat penakar terpasang dengan lainnya dengan menggunakan garis lurus. Metode poligon merupakan metode yang lebih akurat dibanding dengan metode aritmatik, digunakan pada daerah yang letak stasiun hujannya tidak tersebar merata. Metode ini mengabaikan efek topografi dan

satu poligon mewakili satu stasiun penakar (Mayong 2006).

Tiga stasiun pengamat curah hujan yaitu Tanjung Priok, K emayoran dan Halim Perdanakusumah mewakili setiap poligon sehingga dapat diperoleh nilai curah hujan dari wilayah DAS sunter.

3.2.1.2 Menghitung limpasan permukaan dari hujan wilayah

Hujan wilayah yang dicari pada langkah awal kemudian digunakan untuk mencari limpasan permukaan dengan metode SCS. Persamaan yang berlaku untuk metode SCS adalah sebagai berikut (Asdak 1995) :

Dimana :

Q = Limpasan Permukaan (mm) I = Curah Hujan (mm)

S = Perbedaan antara curah hujan dan limpasan permukaan (mm).

Limpasan permukaan akan berkurang dengan meningkatnya nilai infiltrasi atau nilai S. Untuk menentukan besarnya dapat digunakan persamaan dibawah ini (Asdak 1995) :

CN : bilangan kurva (Curve Number )

Penelitian ini menggunakan nilai bilangan kurva (curve number ) DAS Sunter sebesar 89,6 (Ria 2008).

3.2.2 Memetakan Daerah yang Tergenang Banjir Rob (Pasang)

Data topografi dari DAS Sunter kemudian dibuat menjadi format grid (x,y,z), dimana x,y merupakan posisi lintang dan bujur, serta nilai z merupakan nilai ketinggian. Setelah dibuat grid, nilai tinggi muka laut yang diperoleh dari Bakosurtanal dikurangi dengan mean sea level Teluk Jakarta sebesar 1.7 meter sehingga didapat genangan air laut ke daratan. Nilai genangan tersebut yang kemudian diquery sebagai nilai z untuk mengetahui daerah-daerah yang tergenang air pasang.

Langkah penelitian setelah memetakan daerah banjir pasang air laut di kawasan DAS Sunter adalah membandingkan daerah yang tergenang dengan daerah yang tergenang

S

I

S

I

Q

8

,

0

)

2

,

0

(

2

+

=

254

)

400

.

25

(

=

CN

S

(3)

sebenarnya yaitu pada tanggal 9-13 Januari 2008.

Gambar 7. Diagram alir metode pemetaan genangan banjir Rob di DAS Sunter

Gambar 8. Diagram alir metode perhitungan limpasan permukaan

3.2.3 Mengetahui Pengaruh Limpasan permukaan terhadap Kejadian Banjir Rob

Hasil perhitungan nilai limpasan permukaan dengan metode SCS kemudian

dilihat pengaruhnya terhadap genangan banjir Rob. Untuk mengetahui tambahan genangan yang diakibatkan adanya limpasan permukaan. Query Peta Topografi DAS Sunter Grid (x, y, z) Nilai z (nilai ketinggiaan) Data tinggi pasang-surut pengamatan Dikurangi data

Mean Sea Level

Tinggi Genangan air

pasang

Peta Genangan Banjir Rob di DAS Sunter

Tiap tanggal pengamatn

Tutupan Lahan Curve Number

(CN) Infiltrasi (S) Limpasan Permukaan (Q) Curah Hujan (CH)

(4)

3.3 Diagram Alir Penelitian

G ambar 9. Diagram alir penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hujan Wilayah

Penentuan hujan wilayah untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Sunter menggunakan polygon Thiessen dengan data curah hujan dari tiga stasiun pengamatan hujan yaitu Stasiun tanjung Priok, Halim Perdana Kusuma dan Kemayoran. Nilai curah hujan dari masing-masing stasiun pengamatan hujan dapat dilihat pada lampiran 1.

Nilai curah hujan dari masing-masing stasiun akan mew akili satu poligon sehingga akan diperoleh nilai hujan wilayah DAS sunter. Data curah hujan per stasiun

pengamatan pada lampiran 1, menunjukan kejadian hujan yang tercatat pada tanggal 9-13 Januari 2008 hanya terjadi pada tanggal 12 Januari 2008. Namun hujan tersebut hanya terjadi di stasiun Tanjung Priok, sedangkan di stasiun Halim dan Kemayoran tidak tercatat kejadian hujan.

Perhitungan nilai curah hujan wilayah dengan poligon Thiessen bisa digunakan di daerah penelitian karena daerah penelitian memiliki topografi yang relatif datar. Setiap satu stasiun pencatat hujan mewakili satu wilayah poligon. Nilai dari hujan wilayah pada DAS Sunter dapat dilihat pada tabel 3. Data Curah Hujan tiap stasiun Curah hujan wilayah (polygon Thiessen) Limpasan permukaan (metode SCS) Data tinggi muka laut

Peta genangan air laut

Peta Banjir Rob DAS Sunter

(5)

Tabel 3. Nilai hujan wilayah per tanggal setiap stasiun pengamatan

Stasiun

Luas (km2)

Curah hujan wilayah

09-Jan-08 10-Jan-08 11-Jan-08 12-Jan-08 13-Jan-08

Tanjung Priok 104,40 0,00 0,00 0,00 16,98 0,00

Kemayoran 28,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Halim 250,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 382,41 0,00 0,00 0,00 16,98 0,00

Tabel 4. Cur ah hujan wilayah dan limpasan permukaan per tanggal

Tanggal Curah Hujan (mm)

Limpasan Permukaan (mm) 09/01/2008 0,00 0,00 10/01/2008 0,00 0,00 11/01/2008 0,00 0,00 12/01/2008 16,98 3,03 13/01/2008 0,00 0,00

4.2 Limpasan Permukaan dengan metode SCS (Soil Conservation Service) Penentuan limpasan permukaan dengan metode SCS menggunakan bilangan kurva DAS Sunter yaitu sebesar 89,6 (Ria 2008), sehingga diperoleh nilai S sebesar 29,48 dan nilai limpasan permukaan dapat dilihat pada tabel 5.

Hasil perhitungan nilai curah hujan wilayah pada DAS Sunter seperti yang terlihat pada tabel 4, menunjukkan bahwa limpasan permukaan yang terjadi kecil karena nilai limpasan permukaannya hanya 3,03 mm yaitu pada tanggal 12 Januari 2008, sedangkan pada tanggal-tanggal lain tidak ada limpasan permukaan akibat tidak ada kejadian hujan.

Nilai limpasan permukaan yang diperoleh nantinya digunakan untuk mengetahui hubungan limpasan permukaan tersebut terhadap kejadian pasang air laut di wilayah studi penelitian.

4.3 Genangan Akibat Pasang Air Laut Data tinggi muka laut yang diperoleh dari Bakosurtanal, karena keterbatasan data pasang surut pengamatan maka hanya dapat digunakan data selama 5 hari yaitu tanggal 9-13 Januari 2008. Pada tanggal pengamatan

perairan Teluk Jakarta sedang mengalami pasang air laut karena bertepatan dengan bulan baru, yaitu bertepatan dengan awal bulan Muharram. Kejadian tersebut mengakibatkan banjir Rob (pasang) di beberapa wilayah di utara Jakarta, termasuk daerah di utara DAS Sunter yaitu Kecamatan Cilincing dan Koja.

Kejadian pasang air laut yang tercatat pada tanggal 9-13 Januari 2008 kemudian nilainya dikurangi nilai mean sea level Jakarta sebesar 1, 70 m sehingga akan diperoleh nilai tinggi limpasan air laut ke daratan yang kemudian menimbulkan genangan di beberapa kawasan.

Nilai tinggi genangan pasang air laut ke daratan tanggal 9-13 Januari 2008 dapat dilihat pada tabel 5. Tinggi genangan maksimum terjadi pada tanggal 11 Januari 2008 sebesar 720 mm, sedangkan tinggi genangan minimum terjadi pada tanggal 9 Januari 2008 yaitu sebesar 480,99 mm.

Nilai tinggi genangan pada tabel 5 kemudian akan digunakan untuk memetakan daerah yang tergenang air laut setiap tanggal sesuai dengan tinggi genangan per hari. Setelah dipetakan maka kemudian dapat diketahui luas daerah yang tergenang.

(6)

Tabel 5. Nilai tinggi muka laut dan limpasan air pasang.

Tanggal (Masehi) Tanggal (Hijriah) Tinggi Muka Laut (mm) Genangan (mm) 09 Januari 2008 29 Dzulhijjah 1428 2180,99 480,99 10 Januari 2008 1 Muharram 1429 2389,14 689,14 11 Januari 2008 2 Muharram 1429 2420,00 720,00 12 Januari 2008 3 Muharram 1429 2344,78 644,78 13 Januari 2008 4 Muharram 1429 2289,59 589,59

4.4 Peta Banjir Rob di DAS Sunter

Genangan air laut yang telah diketahui nilainya digunakan untuk memetakan daerah-daerah yang tergenang banjir Rob. Hasil pemetaan genangan air laut ke daratan menunjukkan genangan hanya terjadi di Kecamatan Cilincing, tidak terjadi di Kecamatan Koja. Genangan di kecamatan Cilincing tanggal 9, 10, 12 dan 13 Januari 2008 dapat dilihat lampiran. Sedangkan untuk

peta genangan tanggal 11 Januari 2008 dapat dilihat pada gambar 10 dan 11.

D aerah yang tergenang di Kelurahan Kalibaru pada tanggal 11 Januari 2008 dapat dilihat pada gambar 10, sedangkan daerah yang tergenang banjir Rob di Kelurahan Marunda pada tanggal 11 Januari 2008 gGambar 11. Kedua gambar tersebut memperlihatkan daerah yang tergenang air laut pada saat tinggi genangan maksimum.

(7)

Gambar 11. Peta genangan banjir Rob (Pasang) daerah Marunda tanggal 11 Januari 2008

Daerah di Kelurahan Kalibaru dan Marunda yang tergenang air pasang laut pada tanggal 11 Januari 2008 (gambar 10 dan 11), daerah yang tergenang ditunjukkan den gan kotak-kotak berwarna merah. Kotak merah tersebut memilki ukuran pixel 0,1 cm dan dari ukuran pixel tersebut didapat nilai luasan banjir tiap tanggal pengamatan.

Tabel 6. Luas genangan banjir pasang per tanggal

Tanggal Luas (m2) Luas (ha) 09/01/2008 13.000 1,3 10/01/2008 64.000 6,4 11/01/2008 66.000 6,6 12/01/2008 64.000 6,4 13/01/2008 53.000 5,3

Nilai luas genangan banjir pasang di daerah kecamatan Cilincing yaitu meliputi kelurahan Kalibaru dan Marunda tiap tanggal pengamatan yaitu tanggal 9-13 Januari 2008 ditunjukkan pada tabel 6. Nilai luas dinyatakan dalam satuan m2 dan ha (hektar). Pada tanggal 11 Januari 2008 luas genangan mencapai luas genangan maksimum yaitu sebesar 6,6 ha, hal ini disebabkan tinggi muka laut juga maksimum yaitu mencapai

720,00mm. Sedangkan luas genangan minimum terjadi pada tanggal 9 Januari 2008 yaitu sebesar 1, 3 ha, karena tinggi muka laut hanya sebesar 480,99 mm.

Sepanjang bulan Januari 2008, di beberapa Daerah di Jakarta mengalami banjir Rob atau banjir pasang. Beberapa daerah di Jakarta Utara, Timur dan Barat tergenang oleh air laut. Kejadian banjir Rob terjadi mulai dari awal bulan Januari hingga ahhir Januari, namun kejadian tersebut tidak terus menerus. Biasanya kejadian banjir Rob terjadi saat bulan baru atau bulan purnama. Hal ini disebabkan gravitasi bumi, matahari dan bulan. Pada saat bulan purnama, banjir rob lebih besar genangan dan luasnya.

Pada kejadian pasang di suatu peraiaran, parameter lokal juga mempengaruhi seperti misalnya topografi, bentuk pantai, tanah dan juga angin. Namun pada penelitian ini parameter tersebut tidak digunakan.

Di daerah kajian, yaitu daerah DAS Sunter, daerah yang biasa tergenang banjir Rob yaitu daerah Cilincing, tepatnya di kelurahan Kali Baru dan Marunda. Pada tanggal 10-14 Januari 2008, banjir Rob tersebut terjadi setiap hari, biasanya air masuk ke daratan pada pagi hari dan surut ketika

(8)

siang hari. Anonim (2008) memberitakan bahwa ketinggian genangan air bervariasi antara 10-40 cm. Beberapa ruas jalan lain yang juga tergenang adalah Lodan Raya, Kapuk, Budi Mulia Raya, Gunung Sahari, dan Jalan Raya Cakung Cilincing.

4.5 Pengaruh Limpasan Permukaan terhadap Banjir Rob

Limpasan permukaan yang diperoleh dengan metode SCS (Soil Conservation Service) didapat nilai nol kecuali pada tanggal 12 Januari 2008, yaitu limpasan permukaanya bernilai 3,03 mm. Namun, limpasan permukaan pada tanggal 9-13 Januari 2008 tidak dipetakan karena nilai tersebut yang sangat kecil sehingga jika dipetakan tidak akan terlihat limpasan permukaan dari DAS Sunter. Nilai limpasan permukaan dan genangan air laut dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Nilai limpasan permukaan dan genangan air laut per tanggal

Tanggal Limpasan Permukaan (mm) Genangan air laut (mm) 09/01/2008 0,00 480,99 10/01/2008 0,00 689,14 11/01/2008 0,00 720,00 12/01/2008 3,03 644,78 13/01/2008 0,00 589,59

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa limpasan permukaan tidak mempengaruhi besarnya genangan yang terjadi per hari. Hal ini disebabkan limpasan yang nol kecuali pada tanggal 12 Januari 2008, pada tanggal tersebut limpasan permukaan hanya sebesar 3.03 mm. Jadi, limpasan permukaan tidak mempunyai hubungan dengan kejadian banjir pasang yang terjadi pada waktu pengamatan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemetaan daerah yang tergenang banjir Rob (pasang) pada tanggal 9-13 Januari 2008 berkisar antara 480-720 mm. Pada tanggal-tanggal tersebut daerah yang tergenang banjir Rob adalah daerah kecamatan Cilincing, tepatnya di Kali Baru dan Marunda. Sedangkan untuk luas genangan banjir pasang yang terjadi pada tanggal 9-13 Januari 2008 tersebut berkisar antara 13.000 -66.000 m2.

Luas banjir pasang maksimum terjadi pada tanggal 11 Januari 2008 dan luas banjir minimum pada tanggal 9 Januari 2008.

Kejadian banjir Rob yang sebenarnya pada tanggal-tanggal pengamatan memiliki ketinggian genangan berkisar antara 10-40 cm di daerah Kali Baru dan Marunda. Perbedaan tinggi genangan hasil pemetaan dengan tinggi genangan banjir sebenarnya diakibatkan pada pemetaan banjir tidak memperhitungkan faktor tanggul yang ada di wilayah utara Jakarta. Keberadaan tanggul dapat membantu mengurangi tinggi genangan air laut ke daratan.

Limpasan permukaan Limpasan permukaan tanggal 9-13 Januari 2008 yang diperoleh dengan metode SCS (Soil Conservation Service) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sunter selama tanggal 9-13 Januari 2008 bernilai nol kecuali pada tanggal 12 Januari yaitu sebesar 3,03 mm. Limpasan permukaan yang terjadi tidak dapat dipetakan karena sebagian besar bernilai nol.

Nilai limpasan permukaan yang dipero leh tersebut tidak mempengaruhi ketinggian maupun luasan banjir pasang yang terjadi pada saat tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa limpasan permukaan tidak mempunyai hubungan dengan kejadian banjir pasang pada tanggal-tanggal pengamatan.

5.2 Saran

Keterbatasan akan data tinggi muka air laut (pasang-surut) menyebabkan data yang digunakan sebagai tanggal pengamatan kurang jumlahnya, sehingga data curah hujan yang digunakan pada tanggal yang sama. Sedangkan pada tanggal-tanggal tersebut sedikit kejadi an hujan.

Nilai perhitungan curah hujan sebaiknya tidak menggunakan polygon Thiessen karena menghasilkan nilai hujan wilayah yang terlalu besar selisihnya dengan nilai hujan titik di satu pengamatan.

Limpasan permukaan dengan metode SCS yang terhitung nilainya sangat kecil akibat kecilnya nilai hujan wilayah. Metode ini juga hanya mempertimbangkan faktor penggunaan lahan dan curah hujan. Penggunaan nilai CN yang didapat dari penelitian orang lain juga mempengaruhi hasil penelitian. Akan lebih baik jika CN diperoleh dengan perhitungan di lapagan.

Kejadian banjir Rob perlu diteliti lebih lanjut terutama jika kejadian tersebut terjadi pada saat Jakarta dilanda banjir besar. Namun perlu diperhatikan masalah ketersediaan data tinggi muka laut (data pasang surut)

Gambar

Gambar  6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.
Gambar 8. Diagram alir metode perhitungan limpasan permukaan  3.2.3 Mengetahui Pengaruh Limpasan
Tabel 5. Nilai tinggi muka laut dan limpasan  air pasang.
Gambar 11.  Peta genangan banjir Rob (Pasang) daerah Marunda tanggal 11 Januari 2008

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keabsahan penggunaan model SWAT di sub DAS Ciliwung Hulu, menganalisis perubahan alih ragam curah hujan menjadi

Variabel yang digunakan dalam perhitungan transformasi hujan-debit Tank Model dan GR2M adalah evapotranspirasi bulanan dan curah hujan bulanan wilayah yang disajikan dalam

Sekitar 48,3% luas wilayah Sub-DAS Progo Hulu merupakan daerah datar sampai berombak, secara umum berada pada bagian tengah DAS (mulai bagian tengah sampai hilir DAS)

Bagian hulu DAS Citarum memiliki variasi curah hujan yang tinggi disebabkan kondisi di daerah hulu yang merupakan daerah cekungan antar gunung (inter-mountain basin) dimana

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.3 diperoleh bahwa curah hujan rerata tahunan tertinggi pada DAS Air Manna Bagian Hilir di tiga pos hujan yang sudah

Dari grafik hubungan limpasan permukaan dengan hujan yang terjadi, maka bila dibandingkan dengan grafik CN-SCS maka didapatkan nilai CN pada DAS Lesti dari tahun

Analisa hujan-limpasan Sub DAS Lesti menggunakan model jaringan saraf tiruan dengan data input berupa curah hujan, evapotranspirasi, koefisien aliran dan debit stasiun

Gambar 2.Hubungan curah hujan bulanan dan limpasan bulanan Jika dilihat dari total limpasan setahun, maka nilai tertinggi juga terjadi di sub DAS Kedungbulus dan terendah pada sub DAS