• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Melyani AMIK BSI Bekasi E-mail: melyani.myn@bsi.ac.id

Abstraksi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), khususnya internet berkembang begitu cepat dan memiliki dampak pada berbagai sendi kehidupan manusia. Internet dapat membawa kita ke era globalisasi, era dimana hambatan geografis dari wilayah, atau negara untuk dihilangkan. Tidak hanya penghalang geografis, waktu isolasi tersingkir oleh Internet. Di mana dan kapan kita bisa bekerja, berkomunikasi, berinteraksi, membuat dan menyebarkan data, informasi, dan pengetahuan yang sangat cepat dan akurat, ke berbagai belahan dunia, asal terhubung ke internet.

Keyword: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Internet, Informasi, Komunikasi

1. Pendahuluan

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah mengubah cara orang melihat dan bertindak menghabiskan waktu untuk bekerja dan menyelesaikan semua masalah. Paradigma baru yang muncul dalam masyarakat yang mengungkapkan perubahan baru dalam aktivitas kehidupan masyarakat sebagai akibat dari kemajuan IT. Pada perdagangan dan sistem ekonomi yang sekarang muncul e-commerce, e-bisnis, e-trading, dan e-toko. Dalam sistem yang muncul dari pemerintah e-pemerintah, yang kemudian menyebabkan bentuk-bentuk baru dalam pelayanan administrasi dan pemerintahan, seperti:e-administrasi, e-masyarakat,e-health, e-warga,e-layanan,e-demokrasi dan e-tender atau e-procurement. Dalam sistem yang muncul dari korespondensi e-mail. Bentuk-bentuk perubahan di atas fundamental mengubah aktivitas di dunia nyata ke dalam kegiatan dunia maya (aktivitas di dunia internet). Banyak bentuk-bentuk perubahan lainnya terjadi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat yang dibawa oleh kemajuan IT, bukan pengecualian, dalam pendidikan. (Raharjo,2003) merumuskan bahwa dampak kemajuan Teknologi Informasi Komputer dalam dunia pendidikan sangatlah luar biasa. Berbagai model pembelajaran dengan memanfaatkan komputer seperti: e-learning (electronic e-learning), Computer Assisted Instruction (CAI), Computer Based

Instruction (CBI), dan e-teaching (electronic teaching) sangat mungkin menangani perkembangan dunia pendidikan. Model pembelajaran tersebut memungkinkan guru dan peserta didik mencari bahan pembelajaran sendiri langsung dari situs-situs di internet melalui komputer sebagai sarana belajar. Dengan memahami cara menggunakan komputer, guru dan peserta didik dapat mengakses bahan pelajaran melalui jaringan intranet dan internet, dan melalui CD dapat mempelajari bahan pembelajaran secara interaktif dan menarik, tanpa harus didampingi oleh seorang guru secara langsung.

Dengan demikian dunia pendidikan termasuk yang sangat diuntungkan dari kemajuan Teknologi Informasi Komputer karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal, dan buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi dengan para pakar di dunia, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa mengalami sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri.

Menurut Rusman (2000) menjelaskan bahwa bagi negara-negara maju, pendidikan berbasis Teknologi Informasi bukan hal yang baru lagi. Mereka telah terlebih dulu dan lebih maju dalam menerapkan berbagai teknik dan model pendidikan berbasis Teknologi Informasi Komputer. Indonesia

(2)

masih tergolong pemula dalam menerapkan sistem ini. Namun sebagai pemula tentu kita punya kesempatan berharga untuk belajar banyak atas keberhasilan dan kegagalan negara-negara maju yang telah menerapkannya sehingga penerapan pendidikan berbasis Teknologi Informasi Komputer di Indonesia menjadi lebih terarah. Sebagai pemula, Pemerintah Indonesia sudah termasuk cepat dalam menanggapi kebutuhan dunia pendidikan terhadap TI. Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi (kampus), ketersediaan internet kini semakin meluas, mulai tersedia teknologi video conference, yang semuanya itu memberikan penguatan pada proses belajar mengajar dikampus.

Menurut Raharjo (2001) dalam jurnal Internet untuk pendidikan bahwa Tehnologi Informasi juga diberikan pada pendidikan dasar, menengah dan kejuruan, Pemerintah telah membangun situs pembelajaran e-dukasi.net, penyediaan jardiknas (meski masih belum menyeluruh) adalah wujud nyata langkah pemerintah dalam membangun e-education pada dunia pendidikan di tanah air, demikian pula peluncuran book, serta pengembangan e-library pada berbagai perpustakaan pemerintah maupun perguruan tinggi. Semua hal tersebut tidak lain adalah upaya pemerintah untuk mendorong kemajuan Teknologi Informasi Komputer dalam pendidikan kita agar pendidikan di Indonesia dapat lebih cepat mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara lain. Paparan jurnal berikut ini mencoba untuk memberikan berbagai aspek tentang pendidikan berbasis Teknologi Informasi Komputer, dimulai dari hal yang mendasar yakni pengertian, kemudian dilanjutkan dengan model pendidikan berbasis Teknologi Informasi Komputer, media Teknologi Informasi Komputer dalam pembelajaran, Komponen utama sistem pendidikan berbasis Teknologi Informasi Komputer, laboratorium virtual, strategi penerapan pendidikan berbasis Teknologi Informasi Komputer , dan paling akhir akan ditutup dengan suatu simpulan.

Pengertian pendidikan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan berbasis TIK adalah suatu sistem pendidikan dimana proses belajar-mengajar berlangsung dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi dan komunikasi (Teknologi Informasi Komputer) (Firmansyah, R. 2016). Dalam

sistem ini interaksi antara pengajar dan peserta didik tidak harus saling bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pembelajaran konvensional, namun mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu media yang disebut komputer. (Rusman, 2004) Dalam jurnal pendidikan bahwa konteks pembelajaran berbasis Teknologi Informasi Komputer ini terjadi pergeseran pola interaksi antara guru dan siswa, dimana pada pembelajaran konvensional guru berperan sebagai sumber belajar yang berkewajiban mentransfer pengetahuan, sedangkan pada pembelajaran berbasis TIK guru berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi peserta didiknya.

Menurut Rusman (2009) bahwa hal-hal fisik menyangkut materi pembelajaran, buku, dalam sistem pembelajaran konvensional, pada pendidikan berbasis TIK berubah menjadi bentuk informasi digital. Dengan perubahan tersebut, maka mereka tidak harus bertatap muka secara fisik, maka cara mengajar guru dan cara belajar peserta didik juga harus berubah. Pendidikan berbasis TIK akan mengubah perilaku guru dan peserta didik dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar. Guru dan peserta didik harus sama-sama menguasai instrumen teknologi informasi yang digunakan didalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung. Mencermati difinisi di atas, maka tantangan dalam implementasi pembelajaran berbasis TIK akan terasa sangat berat. Disamping karena harus mengubah cara maupun proses belajar mengajar guru dan peserta didik, investasi berupa penyediaan insfrastruktur TIK yang memadai juga menjadi masalah tersendiri. Atas kondisi tersebut maka pendidikan berbasis TIK kemudian mengambil bentuk-bentuk yang lebih sederhana untuk mengurangi beban prasyarat implementasi pendidikan berbasis TIK tersebut, seperti menggunakan jaringan intranet (intranet adalah jaringan komputer lokal yang merupakan bentuk miniatur dari internet) dan menggunakan media CD-ROM. Menurut Hartanto dan Purbo (2002) bahwa proses pembelajaran pada jaringan lokal intranet memiliki karakteristik hampir sama dengan proses pembelajaran pada jaringan internet, hanya saja dilakukan dalam satu ruangan atau dalam satu gedung atau dalam area yang terbatas. Pada sistem berbasis CD-ROM, materi pembelajaran

(3)

dibawa oleh murid dalam bentuk CD-ROM, kemudian dipelajari pada komputer masing-masing.

Satu hal yang harus diingat, apapun bentuk yang diambil dari pendidikan berbasis TIK, harus tetap mengacu pada tujuan utama yakni memperbaiki secara signifikan kualitas belajar dan pembelajaran dan juga meningkatkan literasi teknologi informasi. 2. Metode Penelitian

Menurut Rusman (2007) dalam jurnal Teknodik-Pustekom Jakarta bahwa dalam model pembelajaran berbasis TIK (Teknologi Informasi Komputer) ada model sistem pembelajaran yaitu pembelajaran yang tidak sinkron (Asynchronous learning) dan pembelajaran yang sinkron (Synchronous learning).

Pembelajaran Tidak Sinkron

Pada model tidak sinkron, proses pembelajaran berlangsung dimana antara pengajar dan peserta pembelajaran dilakukan pada waktu yang berbeda. Seorang peserta dapat mengambil materi pembelajaran pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan materi pembelajaran.

Untuk saat ini, pembelajaran tidak sinkron lebih banyak digunakan, karena: pertama, peserta tidak harus terikat dengan waktu, peserta dapat mengambil materi pembelajaran kapan dan dimana saja, kedua, relatif lebih mudah dan lebih sederhana dalam implementasinya, dan terakhir, dari kebutuhan sumber daya terutama infrastruktur internet relatif lebih murah. Kekurangan model pembelajaran ini adalah interaksi dua arah yang bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran tidak dapat diselenggarakan, namun demikian, meski tidak bersifat real time, model pembelajaran ini dapat dilengkapi dengan fasilitas forum, untuk menjaga interaktifitas antara peserta didik dan pengajar, atau antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, dalam mendiskusikan berbagai topik materi pembelajaran.

Pembelajaran Sinkron

Pada model sinkron, proses pembelajaran dilakukan secara bersamaan, terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta pembelajaran. Model ini mirip dengan proses pembelajaran konvensional di kelas, oleh karena itu model pembelajaran sinkron sering disebut virtual classroom. Interaksi dua arah yang bersifat real time

antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi teleconference dan chatting. Sesungguhnya model pembelajaran sinkron pada internet adalah bentuk paling ideal dari pendidikan berbasis TIK, karena dengan model ini seorang pengajar bisa menjelaskan materi pembelajaran dengan peserta didik yang tersebar di seluruh dunia. Akan tetapi model ini membutuhkan sumber daya yang sangat besar, terutama penyediaan infrastruktur internet dengan bandwidth berkapasitas tinggi. Namun demikian keterbatasan tersebut untuk saat ini dapat diatasi dengan memanfaatkan jaringan lokal intranet sebagai alternatif pilihan

3. Pembahasan

Pada pembelajaran berbasis TIK tdak dapat dipisahkan dari peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai media dalam pembelajaran.

3.1. Media Pembelajaran.

Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis TIK, adalah: A. Internet

Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TIK, karena dari perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TIK lainnya. Menurut Bailey (1996) mengemukakan bahwa “Internet merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui”. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TIK tersedia akses internet. Namun demikian untuk menunjang pelaksanaan program pembelajaran berbasis TIK ini perlu disiapkan sumber daya manusia melalui program pelatihan e-learning.

B. Intranet

Intranet menjadi alternatif penting sebagai media pendidikan berbasis TIK, ketika terjadi kendala dalam penyediaan infrastruktur internet. “Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal saja (dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung)” (Bailey,1996). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan lebih murah dijalankan pada intranet.

(4)

C. Mobile Phone / Handphone

Pembelajaran berbasis TIK juga dapat dilakukan dengan menggunakan media telpon seluler (handphone), karena kemajuan teknologi telpon seluler maka seseorang bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti proses pembelajaran melalui telpon seluler.

Pembelajaran dengan berbasis telepon seluler populer disebut M-learning (mobile-learning) dalam Rusman. (2004) Dengan model m-learning, maka pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan sana dengan mudah dan praktis karena media yang digunakan sangat mobile.

D. CD-ROM/Flash Disk

Hartanto dan Purbo (2002) menjelaskan bahwa “Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan internet/intranet tidak tersedia”. Materi pembelajaran disimpan dalam media CD-ROM atau Flash Disk, kemudian dibuka dan dipelajari pada suatu komputer. Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TIK yang paling sederhana dan paling murah.

3.2. Komponen Utama dalam Pembelajaran Berbasis TIK

Menurut Criswell (1989) mendeskripsikan bahwa ada 2 komponen utama dalam pembelajaran berbasis TIK, yaitu Learning Management System (LMS), dan Learning Content (LC).

A. Learning Management System (LMS) LMS merupakan suatu sistem komputer yang dapat diibaratkan sebagai staff administrasi yang akan mengatur penyelenggaraan proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa fungsi dari LMS: 1. Mengelola materi pembelajaran

Setiap mata pelajaran akan memiliki materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan kelas (seperti kelas 1, 2, 3) dan juga semester. Pada setiap semester, materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap materi pembelajaran kemudian dapat mengalami perubahan atas dasar pergantian kurikulum.

2. Registrasi dan Persetujuan

Fungsi ini bermanfaat dalam membatasi mereka yang berhak mengikuti pelajaran dengan mereka yang tidak berhak. Hal ini disebabkan bahwa setiap pelajaran memiliki struktur dan

tingkatan, dan untuk mempelajarinya perlu prasyarat. Untuk itulah pentingnya registrasi dan persetujuan.

3. Merekam aktifitas belajar mengajar Peran ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: berapa lama, kapan mulai, kapan berakhir proses belajar mengajar (mengakses materi pembelajaran), siapa saja yang hadir, proses diskusi (tanya jawab) yang terjadi, dan memberikan peringatan kepada peserta. Hal ini penting untuk penilaian proses pembelajaran.

4. Melakukan evaluasi

Merupakan fungsi LMS untuk melakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar menyangkut: mengukur kemajuan peserta antara sebelum melakukan pembelajaran dengan sesudah pembelajaran, mengukur seberapa jauh pemahaman peserta terhadap materi, dan atas dasar hasil evaluasi kemudian memberikan saran ke peserta untuk mengulang kembali beberapa materi pembelajaran yang dianggap kurang. Aspek evaluasi lain yang bisa dilakukan adalah mengukur kepuasan atau persepsi peserta terhadap materi pembelajaran terutama dalam hal penyajian materi. 5. Media komunikasi

LMS dapat menjadi media komunikasi, menyampaikan pengumuman, meningkatkan interaktifitas antara pengajar, peserta didik, dan pihak administrator.

6. Pelaporan

Merupakan muara akhir dari fungsi-fungsi LMS di atas yaitu untuk pembuatan pelaporan otomatis dan transparan menyangkut hasil dan proses belajar mengajar. Pembuatan laporan dapat dibuat berdasarkan hak-hak akses dari komponen sekolah. Sebagai contoh pelaporan untuk pimpinan (pihak atasan), pengajar, peserta didik bahkan mungkin orang tua dapat mengakses dengan fasilitas yang berbeda-beda.

B. Learning Content

Dalam bukunya “The Design of Computer-Based Instruction”. Criswell (1989) menyebutkan bahwa “Learning content adalah materi pembelajaran itu sendiri, yang akan disajikan kepada peserta didik”. Isi materi harus dibuat oleh mereka yang punya kompetensi dibidangnya dalam hal ini adalah guru mata pelajaran, tidak peduli

(5)

apakah mereka memahami banyak tentang TI atau tidak. Setelah isi materi selesai dibuat baru kemudian dibuatkan versi elektroniknya oleh para pengembang content (content developers) sehingga bisa dimasukkan ke LMS.

Penyajian content harus mengandung daya tarik sehingga peserta memiliki minat untuk membaca (mempelajari), mengandung unsur-unsur animasi, suara, video, interaktif, dan simulasi, namun demikian harus tetap memperhatikan bandwidth dari internet atau intranet sehingga tidak terlalu lambat tampil saat dipelajari oleh peserta. Dalam mempelajari materi, peserta harus memiliki kontrol terhadap penyajian materi, dapat melompat dari satu topik ke topik yang lainnya. Fasilitas forum, chatting, dan video conference dapat digunakan untuk menjaga interaktifitas.

Virtual Laboratory

Virtual lab merupakan salah satu learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas experiments seperti halnya mereka melakukan experiments di laboratorium sebenarnya. Ada 2 komponen penting dalam virtual lab, yaitu: simulasi dan animasi (Bailey,1996). Simulasi bertujuan menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi peserta dapat melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai parameter-parameter, sehingga menimbulkan perilaku berbeda terhadap percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku berbeda tersebut kemudian ditampilkan melalui animasi. Hasil-hasil percobaan juga secara otomatis dapat direkam oleh sistem dan pada akhirnya dapat diambil sebagai pelaporan. Virtual lab paling ideal dijalankan di internet, sehingga peserta dapat melakukan percobaan darimana dan kapan saja. Namun demikian dapat juga dijalankan dalam lingkungan intranet atau komputer standalone. Dengan virtual lab gedung maupun alat lab fisik diubah menjadi komputer dan piranti lunak virtual lab. 3.3. Strategi Pengembangan Pendidikan

Berbasis TIK

Pada bagian ini, penulis mencoba untuk memberikan pandangan sebagai suatu strategi dalam pengembangan pendidikan berbasis TIK. Strategi menjadi suatu yang sangat penting disini agar pengembangan pendidikan berbasis TIK memiliki tahapan-tahapan yang jelas, terarah, dan terukur,

sehingga investasi (anggaran) besar yang dihabiskan dalam penyelenggaraan pendidikan, dapat mencapai hasil yang optimal.

Menurut Criswell (1989) menyebutkan bahwa arah pengembangan pendidikan berbasis TIK harus tertuang dalam suatu grand design (blue print). Pada grand design tersebut setidak-tidaknya menyentuh atau mengatur secara jelas mengenai hal-hal berikut ini;

A. Menentukan model pembelajaran berbasis TIK yang akan diselenggarakan.

Setidaknya ada 3 model pendidikan berbasis TIK yang dapat dikembangkan, yaitu: pertama, model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis internet, kedua, model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis intranet, dan terakhir, model pembelajaran tidak sinkron dengan memanfaatkan CD-ROM/Flash Disk. Model-model tersebut dibuat atas dasar ketersediaan anggaran dan kesiapan sekolah dalam melakukan pembelajaranberbasis TIK.

B. Merancang suatu skenario berjenjang atau bertahap dalam menerapkan pendidikan berbasis TIK.

Sistem pendidikan ini tidak mungkin diterapkan secara serempak pada seluruh sekolah, mengingat jumlah sekolah sangat banyak. Meski demikian, harus ada suatu perencanaan dalam jangka waktu berapa tahun seluruh sekolah akan terjangkau oleh sistem pendidikan ini. Skenario berjenjang yang dimaksud disini adalah bertahap dalam hal jumlah sekolah dan berjenjang dalam menerapkan model pendidikan yang digunakan (Rusman, 2009). Dalam skenario berjenjang terdapat hal-hal berikut yang harus diatur.

1. Skenario Bertahap dalam Pemilihan Sekolah

Karena penerapan pendidikan berbasis TIK tidak dapat secara serempak dilakukan untuk seluruh sekolah, maka harus ada mekanisme seleksi yang jelas dan bersifat kompetisi, dalam memilih sekolah. Mekanisme ini penting karena: pertama, untuk mengetahui keseriusan dan kesiapan sekolah, kedua, untuk mengetahui model pembelajaran yang cocok untuk suatu sekolah. Mekanisme seleksi dapat dilakukan atas dasar proposal self evaluation (evaluasi diri) dan atau proposal jenis lainnya dari sekolah. Proposal ini berguna untuk

(6)

mengetahui kesiapan dan dukungan dari sekolah. Setidak-tidaknya ada 4 dukungan yang dapat diberikan sekolah terhadap pengembangan pendidikan ini, yaitu: dukungan infrastruktur, dukungan pengembangan learning content, dukungan penyiapan tenaga administrator TIK disekolah, dan dukungan percepatan penguasaan TIK dikalangan pengajar (guru).

2. Skenario berjenjang dalam penerapan model pendidikan

Sekolah-sekolah yang terpilih dalam mekanisme seleksi di atas, akan terkelompok ke dalam 3 model pendidikan (lihat poin 1 di atas). Kelompok model 1 memiliki jumlah sekolah paling sedikit, kelompok model 2 memiliki jumlah sekolah lebih banyak dari kelompok 1, dan kelompok model 3 memiliki jumlah sekolah paling banyak. Pada suatu periode tertentu (mungkin setiap 1 tahun) kelompok-kelompok tersebut dinilai (dievaluasi). Sekolah yang memiliki kemajuan dalam pendidikan berbasis TIK, kemudian diubah kelompokknya ke model yang lebih tinggi.

C. Pengembangan Fundamental Infrastructure. Komponen yang termasuk ke dalam infrastruktur mendasar, antara lain:

1. Penyediaan media Internet/Intranet. Permasalahan utama dalam penyediaan internet adalah memilih kanal komunikasi dan kapasistas bandwidth. Pemilihan ini sangat terkait dengan model pembelajaran yang diselenggarakan dan ketersediaan anggaran (Rusman,2009). Pembelajaran yang menggunakan tele-conference tentu membutuhkan kapasitas bandwidth yang lebih tinggi dan anggaran relatif besar. Untuk intranet, semasih jangkauan area jaringan masih dalam satu sekolah, media komunikasi dapat menggunakan sistem peng-kabel-an.

2. Pengembangan LMS.

LMS adalah staf administrasi-nya sistem pembelajaran berbasis TI, yang akan mengelola jalannya proses belajar mengajar (Rusman,2009). LMS cukup dikembangkan satu untuk semua sekolah karena karakteristiknya sama, sehingga LMS lebih tepat dikembangkan oleh pemerintah (instansi

terkait) kemudian didistribusikan ke setiap sekolah.

3. Pengembangan Learning Content dan Website Pembelajaran.

Learning content adalah isi materi pelajaran, sedangkan situs website pembelajaran adalah tempat mem-publish learning content di internet sehingga mudah terjangkau oleh sekolah-sekolah (sama dengan situs e-dukasi.net) dalam Rusman (2009). Berbeda dengan materi pembelajaran konvensional yang mungkin perubahan kurikulumnya terjadi dalam waktu 5 tahun, materi pembelajaran pada pendidikan berbasis TIK harus selalu mengalami pengayaan dan pembaharuan, karena disini salah satu ciri khas pendidikan ini. Disamping dengan cara melakukan eksplorasi materi pembelajara di internet, Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk pengayaan dan pengembangan learning content adalah meng-organize para guru yang memiliki kompetensi di masing-masing bidang (mata pelajaran). 4. Penyiapan tools atau aplikasi komunikasi untuk mendukung proses pembelajaran (Raharjo,2001). Tools komunikasi melipui tools untuk tele-conference, chatting, dan forum.

D. Pengembangan Virtual Laboratory. Lab maya ini harus dikembangkan secara terus menerus baik dari segi kualitas dan kapasitas (Bailey,1996). Sengaja penulis menaruh virtual lab sebagai poin tersendiri disini (yang seharusnya bagian dari learning content), sebagai bentuk penekanan khusus. Keberadaan virtual lab sangat penting bagi sekolah-sekolah dan merupakan cara singkat membangun lab dengan biaya yang jauh relatif lebih murah. Hampir semua mata pelajaran dapat dibuatkan virtual lab-nya. Virtual lab dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif peserta terhadap materi pelajaran.

E. Percepatan penguasaan TIK dikalangan pengajar (guru).

Para pengajar harus menguasai TIK minimal TIK yang berkaitan dengan proses pembelajaran (Raharjo,2001). Bila pengajar tidak menguasai TIK, hampir dipastikan pendidikan berbasis TIK tidak akan berjalan. F. Penyediaan Administrator TIK

disekolah.

Administrator TIK disetiap sekolah sangat dibutuhkan untuk maintenance teknologi

(7)

informasi di sekolah (Rusman,2007). Teknologi internet/intranet atau yang lainnya sewaktu-waktu dapat mengalami permasalahan. Disinilah tugas dari seorang administrator TIK.

G. Merancang skenario Evaluasi.

Evaluasi pelaksanaan sistem pendidikan berbasis TIK harus jelas dan terukur. Evaluasi dapat dilakukan setidak-tidaknya dengan mengukur 2 hal berikut ini.

1. Mengukur kepuasan peserta ajar terhadap interaksi dan cara penyajian dari komponen pembelajaran (LMS maupun materi pembelajaran)

2. Mengukur hasil pembelajaran berdasarkan tingkat penyerapan peserta terhadap materi pembelajaran.

Evaluasi juga dapat dilakukan untuk mengukur tingkat penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap pengajar dan peserta ajar. Dari sini akan dapat diketahui pengaruh sistem pendidikan berbasis TIK terhadap tingkat literasi teknologi informasi dikalangan sekolah (Rusman,2007).

Selain evaluasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di atas, evaluasi juga dapat dilakukan atas dasar dukungan-dukungan sekolah yang ditulis diproposal dengan kenyataan yang telah terrealisasi. 4. Simpulan

Pengembangan pendidikan berbasis TIK perlu menjadi pemikiran serius berbagai pihak, serta perlu strategi terstruktur dengan tahapan yang terarah pasti menuju kepada upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berkesetaraan global sehingga pendidikan kita tidak semakin terpuruk di antara kemajuan pendidikan di dunia yang sudah berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Harus ada skenario berjenjang dalam penerapan model pendidikan berbasis TIK yang didasari atas kemampuan sekolah dalam menyerap dan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi.

Perlu adanya regulasi pemerintah yang mendorong iklim sekolah, guru, karyawan, siswa agar mampu mengubah paradigma pembelajaran konvensional yang mutlak mengandalkan guru, menjadi pembelajaran modern yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar, dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana belajar.

Secara bertahap sekolah yang terlibat dalam pendidikan berbasis TIK harus meningkat

dalam pemanfaatan TIK untuk pembelajaran,

Perlu komitmen kuat guru, sekolah yang kuat, yang dapat dilihat dari dukungan infrastruktur, dukungan learning content, dukungan percepatan penguasaan TIK dikalangan pengajar, dan dukungan staff administrator dari sekolah.

Referensi

Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo, (2002).E-Learning berbasis PHP dan MySQL, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta,

Bailey, D.H. (1996), Constructivism and Multimedia: Theory and Application: Inovation and Transformation. Journal of Instruction Media.

Budi Rahardjo, (2003) Proses e-Learning di Perguruan Tinggi, Seminar & Workshop, ITB.

___________,(2001) Internet Untuk Pendidikan, http://budi.insan.com. Criswell, E.L. (1989). The Design of

Computer-Based Instruction. New York: Mac Millan.

Firmansyah, R. (2016). RANCANG

BANGUN JARINGAN KOMPUTER

DENGAN KABEL LISTRIK

SEBAGAI MEDIA TRANSMISI

UNTUK KOMUNIKASI

DATA. INFORMATIKA, 1(2).

Rusman, (2000), Eksistensi Komputer dan Internet dalam Dunia Pendidikan, Jurnal Pendidikan FIP.

_________ (2004), Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan. Jurnal Edutech. Vol 3, No 1 Februari 2004. ISSN. 0852-1190.

_________. (2007), Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa di SMK, Jurnal Teknodik-Pustekom Jakarta.

_________, (2009) Manajemen Kurikulum:Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta. Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitannya dengan kerjasama ekonomi sub-regional dalam lingkup kerjasama ASEAN yang melibatkan propinsi-propinsi di wilayah KBI dan KTI , berbagai upaya telah

Pada har i ini, Rabu tanggal Dua Puluh Empat bulan Juni tahun Dua Ribu Lima Belas ber tempat di Kantor Pengadilan Neger i Jayapur a, Pokja ULP Pengadilan Negeri

On Going Status Kerja Sama. (on Going/Habis/ Selamanya/

Kombinasi getah pohon jarak cina (Jatropa multifida L) dan getah bonggol pisang kepok (Musa x paradisiaca L) memberikan pengaruh lebih cepat terhadap waktu total

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KLAUSA RELATIF MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS NEGERI MANADO8. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Permasalahan yang akan diteliti adalah, pertama, bagaimana implementasi dari kebijakan ruang udara terbuka (open sky policy) dalam rangka liberalisasi perdagangan jasa

(1) Utang/pinjaman jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) merupakan utang/pinjaman yang memberikan manfaat kurang dari 1 (satu) tahun yang

Penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Charles (2011) Korelasi Antara Berat Badan Ibu Hamil Dengan Berat Lahir Bayi bawha berat badan ibu sebelum hamil yang