• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 5 No. 1 Juli-Desember 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 5 No. 1 Juli-Desember 2018"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN. 2355-8911 www.jurnalsagacious.net 49 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN

MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL EXPLICIT INSTRUCTIONS, PROBLEM BASED LEARNING, DAN WORD SQUARE SISWA KELAS 5 SDN TANJUNG REMA

MARTAPURA Ramadi, Noor Rizqi Fadliana

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kalimantan Selatan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tanjung Rema Martapura pada siswa kelas 5 semester genap tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 22 orang. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis data kualitatif yaitu aktivitas guru dan siswa, dan analisis data kuantitatif yaitu hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas guru terlaksana dengan sangat baik, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan telah memenuhi indikator keberhasilan.

Kata Kunci: Menulis laporan pengamatan, explicit instruction, problem based learning, dan word square

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No. 20 tahun 2003). Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menegaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suyadi. 2013:4).

Berdasarkan hal tersebut, maka upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah dengan menyelenggarakan pendidikan dasar. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah pendidikan yang berbentuk sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan Susanto (2014:69) yang menyatakan bahwa sekolah dasar masuk pada kategori pendidikan dasar.

Pendidikan Sekolah Dasar bukan hanya memberi bekal kemampuan intelektual dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung saja melainkan juga sebagai proses mengembangkan

kemampuan dasar peserta didik secara optimal dalam aspek intelektual, sosial, dan personal untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, untuk mencapai hal tersebut, maka harus ada pengembangan kurikulum.

Kurikulum yang dipakai di Indonesia saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan KTSP. KTSP ini mulai diberlakukan di Indonesia sejak tahun ajaran 2006/2007, yang merupakan hasil

penyempurnaan dari kurikulum 2004

(Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK) di dalamnya lebih menekankan pada standar isi dan standar kompetensi lulusan. (Susanto. 2014:272) Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam KTSP adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak kelas 1 SD. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang pendidikan formal. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan

peningkatan kemampuan siswa untuk

berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia.

(2)

50 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 Silabus kelas 5 semester II pada materi

menulis laporan pengamatan dengan Standar Kompetensi (SK) Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas serta Kompetensi Dasar (KD) Menulis laporan pengamatan/kunjungan berdasar tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan, bertujuan agar siswa dapat menuliskan laporan pengamatan berdasarkan tahapan dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang benar.

Fakta yang terjadi di SDN Tanjung Rema Martapura berdasarkan hasil pretest yang dilakukan peneliti menunjukkan dari 22 orang siswa hanya 6 orang atau 27,27% yang tuntas dengan KKM 65, sedangkan 16 orang siswa atau 72,72% belum mampu memenuhi nilai KKM yang ditentukan. Pembelajaran dikatakan tuntas apabila persentase ketuntasan di kelas minimal 81% dari total seluruh siswa namun dilihat dari hasil tes belum memenuhi ketuntasan. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia perlu diadakan perbaikan pada materi menulis laporan pengamatan.

Penyebab rendahnya hasil tes yang dilakukan peneliti pada materi menulis laporan pengamatan yaitu siswa kurang menguasai keterampilan menulis laporan pengamatan, hal tersebut disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi siswa pada pembelajaran menulis, siswa kurang memahami materi menulis laporan pengamatan, siswa belum mampu merangkai dan mengembangkan laporan menggunakan bahasa mereka sendiri dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang benar dan kesesuaian tulisan terhadap data pengamatan yang diperoleh serta siswa kurang terlibat aktif dalam

pembelajaran untuk memahami dan

menyelesaikan tugas.

Apabila permasalahan ini tidak lekas ditangani dan dibiarkan saja, maka permasalahan ini akan terus berlanjut tahun ke tahun dan menyebabkan kurangnya minat dan kepercayaan diri siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampialan menulis yang akhirnya tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Maka dari itu perlu adanya perbaikan terhadap proses pembelajaran dengan memperbaiki pola pembelajaran agar siswa dapat memahami materi dengan cara terlibat langsung dalam pembelajaran.

Upaya dari pemecahan masalah diatas untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran yang dapat memperbaiki proses pembelajaran sehingga pembelajaran tersebut menjadi aktif dan menyenangkan serta mampu mencapai tujuan pembalajaran yang diharapkan. Model pembelajaran yang dianggap sesuai untuk menerapkan pembelajaran pada materi menulis laporan pengamatan yaitu kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square.

Menurut Shoimin (2014:76) Model Pembelajaran Explicit Instruction khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam mempelajari dan menguasai keterampilan dasar serta informasi selangkah demi selangkah. Keterampilan dasar yang dimaksud dapat berupa aspek kognitif dan psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih kompleks.

Menurut Shoimin (2014:130) Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Tujuan utama pembelajaran berbasis masalah ini adalah untuk menggali daya kreativitas siswa untuk berpikir dan memotivasi siswa untuk belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektualnya, dengan cara melibatkan siswa ke pembelajaran nyata yang menjadikan mereka pembelajar yang mandiri (Kurniasih & Sani, 2016:48).

Menurut Kurniasih & Sani (2016:97) Model Pembelajaran word square adalah model pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi pada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model ini juga model yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini mirip dengan teka-teki silang namun sudah memiliki jawaban yang disamarkan dengan diberikan kotak berlebih dan diisi dengan huruf-huruf yang acak. Model pembelajaran word square ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran.

(3)

ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 51 Berdasarkan pendapat para ahli di atas,

dapat disimpulkan alas an penulis menggunakan kombinasi model pembelajaran Explicit Instruction, Problem Based Learning dan Word Square karena kombinasi ini dianggap mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menulis laporan pengamatan. Kombinasi model pembelajaran ini dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan. Pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru, namun juga melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Melalui model Explicit

Instruction guru mampu memberikan

pemahaman mengenai keterampilan menulis laporan pengamatan dengan memberikan contoh-contoh penulisan laporan pengamatan kepada siswa. Selain itu, siswa juga akan mendapat bimbingan dari guru secara bertahap sehingga setiap siswa memahami pembelajaran yang diberikan dan mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Kemudian dikombinasikan dengan model Problem Based Learning dan Word Square siswa mampu aktif dalam bekerjasama dan saling bertukar pikiran memecahkan masalah yang telah diberikan guru untuk membuat laporan pengamatan terhadap

suatu kunjungan/peristiwa dengan

menyenangkan karena pada model pembelajaran Word Square siswa diminta untuk mencari kata pada kotak kata untuk membuat atau melengkapi konsep atau catatan awal membuat laporan. Dengan mongkombinasi model pembelajaran Explicit Instruction dan Problem Based Learning, dan Word Square maka kegiatan pembelajaran diharapkan terjadi dua arah antara guru dan siswa berperan aktif dalam pembelajaran, guru tidak hanya melakukan metode ceramah untuk menjelaskan materi kepada siswa namun juga dengan kegiatan yang menyenangkan agar dapat memotivasi dan menumbuhkan minat siswa untuk belajar.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: “Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Menggunakan Kombinasi Model Explicit Instruction, Problem Based Learning dan Word Square Siswa Kelas 5 SDN Tanjung Rema Martapura”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning dan Word Square siswa kelas 5 SDN Tanjung

Rema Martapura tahun ajaran 2017-2018. Mengetahui Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning dan Word Square siswa kelas 5 SDN Tanjung Rema Martapura tahun ajaran 2017-2018, serta mengetahui Hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning dan Word Square siswa kelas 5 SDN Tanjung Rema Martapura tahun ajaran 2017-2018.

METODOLOGI

Metodologi yang baik hendak dapat membawa peneliti ke arah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (Dalle, 2010; Dalle et al., 2017). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris, yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas.

Menurut Anas (2015) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Menurut Jalil (2014) Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah proses pengamatan reflektif terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Tahapan penelitian tindakan kelas yang dijelaskan oleh Arikunto (Jalil, 2014) pertama yaitu perencanaan, tahap ini meliputi kegiatan pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada pertemuan yang lalu, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa, perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan. Kedua yaitu pelaksanaan, tahap ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yaitu kegiatan pembelajaran di kelas seperti yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di

(4)

52 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 kelas. Dalam refleksi, keterkaitan antara

pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

Ketiga yaitu pengamatan, Kegiatan pengamatan dilaksanakan saat kegiatan kedua dilaksanakan. Kedua tahap ini tidak dapat dipisahkan karena akan mempengaruhi hasil akhir penelitian. Observasi atau pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Keempat yaitu refleksi, tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengobservasi kelemahan dan kekurangan kegiatan pada siklus I yang kemudian menyusun rencana perbaikan pada siklus II.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Tanjung Rema Martapura yang bertempat di Jln. Tanjung Rema Kelurahan Tanjung Rema Kecamatan Martapura Kota. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2017-2018 semester genap dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai guru sekaligus sebagai pengumpul dan penafsir data.

Jenis data yang digunakan untuk mengumpukan data yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil dengan menggunakan metode pengamatan (Observasi), yaitu pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung pada materi menulis laporan pengamatan dengan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square kelas 5 SDN Tanjung Rema Martapura, dengan instrument berupa lembar pengamatan aktivtas guru dan aktivitas siswa beserta rubriknya. Sedangkan data kuantitatif diambil dengan menggunakan metode tes yaitu tes hasil belajar (evaluasi) di akhir pertemuan dilaksanakan dengan instrumen berupa evaluasi menulis laporan pengamatan.

Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu aktivitas guru dalam pembelajaran mencapai skor 22 sampai 28 dengan kriteria sangat baik, Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai persentase klasikal 82%, dan ketuntasan hasil belajar siswa secara individual yaitu apabila seorang siswa telah mencapai nilai 65 dan ketuntasan klasikal mencapai 81% siswa mendapat nilai minimal 65.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari hasil aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi aktivitas guru

Pertemuan Skor Kriteria

1 20 Baik

2 23 Sangat Baik

3 25 Sangat Baik

4 26 Sangat Baik

Berdasarkan table di atas dapat dilihat Aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 20 dengan kriteria baik, siklus I pertemuan 2 mendapatkan skor 23 dengan kriteria sangat baik, Siklus II pertemuan 1 mendapatkan skor 25 dengan kriteria sangat baik, dan siklus II pertemuan 2 mendapatkan skor 26. Peningkatan aktivitas yang diperoleh guru merupakan hasil perbaikan dari refleksi pada setiap pertemuan.Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah berjalan dengan baik dan indikator keberhasilan pada aktivitas guru sudah tercapai

Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 2. Rekapitulasi aktivitas siswa

Aspek yang Diamati

Persentase Klasikal

SIP1 SIP2 SIIP1 SIIP2 Aspek A 59,09 86,36 86,36 100 Aspek B 68,18 90,90 95,45 100 Aspek C 63,63 72,72 100 100 Aspek D 31,81 50 81,81 90,90 Aspek E 22,72 36,36 45,45 77,27 Aspek F 31,81 45,45 54,54 81,81 Persentase Klasikal 46,21 63,63 77,27 91,66 Kategori Cukup

Aktif Aktif Aktif

Sangat Aktif Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat selalu terjadi peningkatan dari siklus I pertemuan 1 hingga siklus II pertemuan 2.

Aspek A atau aspek siswa menyimak dengan seksama penjelasan guru, pada siklus I pertemuan 1 mencapai persentase 59,09%, mengalami peningkatan pada siklus I pertemuan 2 dengan persentase 86,36%. Pada siklus II

(5)

ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 53 pertemuan 1 masih pada persentase 86,36%,

namun mengalami peningkatan lagi pada siklus II pertemuan 2 yaitu mencapai persentase 100%

Aspek B atau aspek siswa melakukan pengamatan untuk membuat catatan awal atau data pengamatan, pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai persentase 68,18%, meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu mencapai persentase 90,90%. Mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentasi 95,45%, meningkat pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentase 100%.

Aspek C atau aspek siswa mengerjakan tugas secara berkelompok, pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai persentase 63,63%, meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu mencapai persentase 72,72%. Mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentasi 100%, dan pada siklus II pertemuan 2 mencapai persentase 100%.

Aspek D atau aspek siswa menyajikan hasil karya kelompok, pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai persentase 31,81%, meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu mencapai persentase 50%. Mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentasi 81,81%, meningkat pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentase 90,90%.

Aspek E atau aspek siswa menanggapi hasil karya kelompok lain, pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai persentase 22,72%, meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu mencapai persentase 36,36%. Mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentasi 45,45%, meningkat pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentase 77,27%.

Aspek F atau aspek siswa merespon umpan balik yang diberikan guru, pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai persentase 31,81%, meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu mencapai persentase 45,45%. Mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentasi 54,54%, meningkat lagi pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai persentase 81,81%.

Secara klasikal dari keseluruhan aspek pada siklus I pertemuan 1 mencapai persentase 46,21% dengan kategori cukup aktif. Siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan mencapai persentase 63,63% dengan kategori aktif. Siklus II pertemuan 1 mencapai persentase 77,27% degan kategori aktif dan meningkat pada siklus II pertemuan 1 mencapai persentase 91,66 dengan kategori sangat aktif.

Adapun hasil belajar siswa dapat dilihat pada tebel dibawah ini:

Tabel 3. Rekapitulasi hasil belajar siswa

Ketuntasan SIP1 SIP2 SIIP1 SIIP2

Tuntas (≥65) 10 Orang (45,45 %) 14 Orang (63,64 %) 16 Orang (72,72 %) 20 Orang (90,90% ) Tidak Tuntas (<65) 12 Orang (54,54 %) 8 Orang (36,36 %) 6 Orang (27,27 %) 2 Orang (9,09%) Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat peningkatan hasil belajar dari siklus I pertemuan 1 sampai dengan siklus II pertemuan II, pada siklus I pertemuan dari 22 orang siswa terdapat 10 orang siswa atau 45,45% siswa yang mencapai ketuntasan yaitu mendapatkan nilai ≥65 sedangkan 12 orang atau 54,54% belum mencapai ketuntasan. Siklus I pertemuan 2 dari 22 orang siswa terdapat 14 orang siswa atau 63,64% siswa yang mencapai ketuntasan yaitu mendapatkan nilai ≥65 sedangkan 8 orang siswa atau 36,36% belum mencapai ketuntasan. Siklus II pertemuan 1 dari 22 orang siswa terdapat 16 orang siswa atau 72,72% siswa yang mencapai ketuntasan yaitu mendapatkan nilai ≥65 sedangkan 6 orang siswa atau 27,27% belum mencapai ketuntasan. Siklus II pertemuan 2 dari 22 orang siswa terdapat 20 orang siswa atau 90,90% siswa yang mencapai ketuntasan yaitu mendapatkan nilai ≥65 sedangkan 2 orang siswa atau 9,09% belum mencapai ketuntasan.

Hasil pelaksanaan penelitian pada setiap pertemuan yang meliputi tiga faktor yang diteliti, yaitu aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan membuktikan bahwa kegiatan pembelajaran materi menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning,

dan Word Square selalu mengalami

peningkatan. Peningkatan kualitas pembalajaran yang dilaksanakan guru pada setiap pertemuan ternyata membawa peningkatan pada aktivitas siswa dalam belajar yang pada akhirnya meningkatkan juga hasil belajar siswa.

Peningkatan kualitas aktivitas guru berhubungan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa. Apabila aktivitas guru meningkat maka akan berdampak pada aktivitas belajar siswa yang juga akan meningkat sehingga berpengaruh

(6)

54 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 pada meningkatnya hasil belajar. Sehingga,

dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan sebab akibat antara kualitas aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru yang diamati dan dinilai oleh observer selama 2 siklus pada penelitian tindakan kelas diketahui bahwa aktivitas guru pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan atau perbaikan skor dan terlaksana dengan baik pada setiap pertemuan secara bertahap dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square di kelas 5 SDN Tanjung Rema Martapura. Berdasarkan hal tersebut berarti guru sudah mampu merancang pembelajaran, serta dapat mengatasi kekurangan yang terjadi pada siklus I dengan refleksi diri yang dibantu arahan dari observer sehingga adanya peningkatan aktivitas guru pada setiap tahap dalam kegiatan pembelajaran dari siklus I sampai siklus II.

Aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 20 dengan kriteria baik, siklus I pertemuan 2 mendapatkan skor 23 dengan kriteria sangat baik, Siklus II pertemuan 1 mendapatkan skor 25 dengan kriteria sangat baik, dan siklus II pertemuan 2 mendapatkan skor 26. Peningkatan aktivitas yang diperoleh guru merupakan hasil perbaikan dari refleksi pada setiap pertemuan. Guru berusaha sebaik mungkin untuk dapat memperbaiki kekurangan yang terjadi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya yaitu dengan merencanakan perbaikan pada pertemuan selanjutnya.Perbaikan pada setiap pembelajaran bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, baik dari segi aktivitas siswa maupun hasil belajar siswa, karena keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran akan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.

Sejalan dengan yang dinyatakan oleh Susanto (2014) bahwa proses belajar mengajar perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, dan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran terutama dalam merencanakan pembelajaran, selain itu guru mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan. Tercapainya tujuan tersebut dalam kegiatan

pembelajaran dapat dicapai dengan

menggunakan model-model pembelajaran pada kegiatan pembelajaran.

Hal lain yang dapat meningkatkan aktivitas guru yaitu strategi pengajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Susanto keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Kemudian menurut Uno &

Muhammad (2014) menyatakan “model

pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif.” dengan demikian, salah satu upaya yang dapat dilaksanakan adalah mengggunakan model pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Upaya yang dilaksanakan peneliti pada penelitian tindakan kelas ini yaitu dengan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learnig, dan Word Square.

Menurut Shoimin (2014) Model

Pembelajaran Explicit Instruction khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Lanjutnya Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam mempelajari dan menguasai keterampilan dasar serta informasi selangkah demi selangkah. Keterampilan dasar yang dimaksud dapat berupa aspek kognitif dan psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih kompleks. Kemudian Fathurrohman (2015) berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat cocok digunakan untuk

mengajarkan mata pelajaran yang

berorientasikan pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca , matematika, musik, dan lain-lain. Oleh karena itu peneliti menggunakan model ini untuk penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan pada materi menulis laporan pengamatan karena model ini dapat digunakan untuk mata pelajaran tentang keterampilan menulis.

Menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus apa yang harus dicapai oleh siswa, dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang kecil maupun besar, dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting, dan merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang

(7)

ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 55 eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah

(Huda, 2014).

Peneliti juga menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada penelitian tindakan kelas ini. Problem Based

Learning adalah pembelajaran yang

menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai

konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru (Fathurrohman, 2015). Model pembelajaran Problem Based Learning ini menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mereka mengetahui konsep formal, siswa melakukan identifikasi terhadap masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan menggunakan model ini siswa memiliki

kemampuan membangun pengetahuannya

sendiri melalui aktivitas belajar, pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajarai oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi, siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, dan kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok.

Selain itu guru juga menggunakan model pembelajaran Word Square. Menurut Kurniasih & Sani (2016) Model Pembelajaran word square adalah model pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi pada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model ini juga model yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini mirip dengan teka-teki silang namun sudah memiliki jawaban yang disamarkan dengan diberikan kotak berlebih dan diisi dengan huruf-huruf yang acak. Model pembelajaran word square ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran. Model pembelajaran ini digunakan bertujuan agar pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan model pembelajaran ini mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, sebagai latihan untuk bersikap teliti dan kritis, dan merangsang siswa untuk berpikir efektif.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang diberikan oleh observer dari siklus 1 sampai siklus II pada penelitian tindakan kelas ini diketahui mengalami peningkatan pada setiap

pertemuannya. Peningkatan aktivitas siswa ini

dikarenakan ketepatan guru dalam

melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan pengamatan dengan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square. Peningkatan ini juga dikarenakan keterlibatan siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran menggunakan model kooperatif atau kegiatan berkelompok.

Hal ini diperkuat bahwa aktivitas siswa merupakan keterlibatan peserta didik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan proses pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran, peningkatan aktivitas peserta didik, yaitu meningkatkan jumlah peserta didik yang terlibat aktif belajar, bertanya dan menjawab, saling berinteraksi membahas materi pelajaran (Iskandar, 2012).

Fathurrohman (2015) menyatakan Pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif para siswa dalam materi pelajaran. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri sendiri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan

sehingga akan mengurangi bahkan

menghilangkan rasa cemas terhadap suatu materi pelajaran.

Salah satu model pembelajaran langsung yang dapat digunakan guru untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah model explicit instruction. Menurut Hanafiah, dkk. (2009), Model pembelajaran langsung yang khusus dirancang untuk mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.

Dari hasil penelitian dan analisis data dari penelitian tindakan kelas Ardana, dkk. (2014)

menyebutkan bahwa penerapan model

pembelajaran Explicit Instruction berbantuan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Utari, dkk. (2016) menyebutkan bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Shoimin (2014) Model

Pembelajaran Explicit Instruction dapat membantu siswa dalam mempelajari dan menguasai keterampilan dasar serta informasi selangkah demi selangkah. Keterampilan dasar yang dimaksud dapat berupa aspek kognitif dan psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang

(8)

56 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 merupakan landasan untuk membangun hasil

belajar yang lebih kompleks.

Adapun Edens (2000) mengemukakan bahwa problem based learning mampu membekali peserta didik dengan keterampilan abad 21. Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar bagi siswa untuk belajar (Widjajanti, 2011).

Taufik (2012) mengungkapkan bahwa kunci utama PBL terletak pada penerapan masalah untuk mendorong dan mengarahkan proses belajar. Menurut Arends (2004), model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menuntun peserta didik mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Sementara itu, Ehlert (2004) menyatakan bahwa keuntungan model PBL adalah: (1) menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penelitian; (2) membangun keterampilan berpikir kritis; (3) mengenal content materi subyek dan membangun tujuan sesuai konsep; (4) memberdayakan peserta didik menjadi seseorang ahli dalam bidang tertentu; (5) memungkinkan peserta didik menghasilkan lebih dari satu bentuk solusi; (6) menyatakan ketidaktentuan dan kebutuhan untuk mengembangkan asumsi; dan (7) memotivasi peserta didik belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chakravarthi (2010) yang menyatakan bahwa PBL merupakan strategi yang memusatkan pembelajaran dalam kegiatan kelompok. Model PBL menekankan pada proses pembelajaran agar siswa mengingat materi yang telah mereka pelajari, mengidentifikasi batas pengetahuan, dan memformulasikannya untuk membangun konsep. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwondo (2010) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar setelah penerapan model pembelajaran PBL.

Sementara itu, menurut Stripling dkk. (2009), karakteristik PBL yang efektif adalah 1) mengarahkan siswa untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting; 2) merupakan proses inkuiri; 3) terkait dengan kebutuhan dan minat siswa; 4) berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri; 5) menggunakan keterampilan kreatif, kritis dan mencari informasi untuk melakukan

investigasi, menarik kesimpulan dan menghasilkan produk; 6) terkait dengan isu nyata yang autentik.

Menurut Diane (2009) problem based learning is based on the idea that individuals fashion their understanding largely throught what the experience. Pendapat Diane tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada gagasan bahwa individu bisa paham terutama melalui pengalaman.

Sejalan dengan itu, Bound & Feletti (Barbara, 2001:6) The basic principle supporting the concept of PBL, is older than formal education itself., learning is initiated by a posed problem, query, or puzzle taht the learner want to solve. Pendapat Bound & Feletti menyebutkan bahwa prinsip dasar yang mendukung konsep dari PBL lebih tua dari pendidikan formal itu sendiri. Belajar diprakarsai dengan adanya masalah, pertanyaan, atau permainan puzzle yang akan diselesaikan oleh perserta didik secara mandiri.

Lebih lanjut, Wena (2009)

mengemukakan bahwa model PBL merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan.

Sanjaya (2009:214) mengemukakan, model PBL diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Tan (2003; Wee & Kek, 2002; Amir, 2010:12) langkah-langkah dalam pelaksanaan PBL yaitu: (1) Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, (2) Pembelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, (3) Mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, (4) Melaporkan solusi dari masalah.

Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang melibatkan siswa sebagai subyek pembelajaran yang memegang peran utama proses. Guru berperan sebagai fasilitator, selain memberikan stimulus untuk mencapai sintesa pemikiran mereka sendiri (Mahabbati, 2007).

Menurut Sanjaya (2007) kelebihan Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut: a) Problem Based Learning (PBL) dapat

(9)

ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 57 meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, memotivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok; b) dengan Problem Based Learning (PBL) akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa belajar memecahkan suatu masalah maka siswa akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan; c) membuat siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan bebas; d) pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang meraka lakukan, juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil belajar maupun proses belajar.

Menurut Sanjaya (2007), kelemahan Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut: a) jika siswa tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba; b) perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan pembelajaran; c) pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) membutuhkan waktu yang lama; d) tidak semua mata pelajaran matematika dapat diterapkan model ini.

Pannen, dkk. (2001) mengatakan bahwa dalam pembelajaran dengan problem based learning, siswa diharapkan terlibat dalam proses

penelitian yang mengharuskannya

mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Sama halnya dengan mencari sumber untuk menulis teks hasil laporan observasi, dan menggunakan sumber tersebut menjadi suatu permasalahan, sehingga bisa jadi suatu teks hasil laporan observasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Shoimin (2014) mengenai Tujuan utama model Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa untuk berpikir dan memotivasi siswa untuk belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektualnya, dengan cara melibatkan siswa ke pembelajaran nyata yang menjadikan mereka pembelajar yang mandiri.

Selain itu, salah satu model yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran word

square, karena pada model ini menekankan pada aspek berpikir secara efektif (Sudiani, 2014).

Adapun Widodo (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran word square adalah

model pembelajaran yang memadukan

kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban.

Pada proses pembelajaran di kelas akibat dari penerapan model pembelajaran word square adalah Pertama, secara umum penerapan model pembelajaran word square lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional dalam peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran model word square lebih banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, suasana belajar lebih menyenangkan karena berupa permainan, sedangkan tugas guru ialah sebagai fasilitator. Kedua, siswa menjadi termotivasi belajar dikelas karena guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan pengetahuannya sesuai dengan materi pembelajaran dan guru sering memberikan motivasi kepada siswa melalui pemberian hadiah kepada siswa yang aktif selama pembelajaran dikelas (Muriana,dkk. 2014).

Menurut Hornby (Wijana, 2011) mengungkapkan bahwa word square adalah sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

Berdasarkan hasil penelitian Santika & Sylvia (2020) diketahui bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran Word Square. Pada hasil penelitian Neli, dkk. (2020) respon siswa terhadap model pembelajaran word square dengan tidak menggunakan model word square pada pembelajaran sangat kuat, artinya model Word Square berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Kurniasih & Sani (2016) Model Pembelajaran word square adalah model pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi pada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model ini juga model yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.

Berdasarkan hal tersebut, dengan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa karena siswa dapat dengan percaya diri menyelesaikan suatu permasalahan pada materi dengan cara bekerjasama dan bertukar pikiran. Dengan demikian,

(10)

58 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 menggunakan kombinasi model Explicit

Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran karena kombinasi ketiga model ini bersifat kooperatif atau belajar dalam kelompok.

Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II dalam penelitian tindakan kelas ini, diketahui selalu mengalami peningkatan pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square pada setiap pertemuan secara bertahap.

Siklus I pertemuan 1 ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa 45,45%, meningkat pada siklus I pertemuan 2 menjadi 63,63%. Pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu siswa tuntas ≥81% dari jumlah keseluruhan siswa memperoleh nilai ≥65. Pada siklus II persentase ketuntasan klasikal siswa meningkat dimana pada siklus II pertemuan 1 memperoleh 72,72% dan pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 90,90%. Dengan demikian pada siklus II sudah mencapai persentase ketuntasan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu pembelajaran dianggap tuntas jika ≥81% dari jumlah keseluruhan siswa memperoleh nilai ≥65.

Peningkatan hasil belajar siswa ini tidak terlepas dari peran guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis laporan pengamatan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square. Peningkatan hasil belajar siswa ini juga terjadi karena guru mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan siswa telah mencapai hasil yang diinginkan oleh guru. Sejalan dengan Susanto (2014) yang menyatakan bahwa anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Faktor evaluasi juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa seperti yang dinyatakan Hamalik (2013) bahwa evaluasi hasil belajar memiliki tujuan memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama 4 kali pertemuan dari 2 siklus dapat disimpulkan

bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square pada materi menulis laporan pengamatan di kelas V SDN Tanjung Rema Martapura terlaksana dengan sangat baik.

Aktivitas siswa melalui kegiatan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square pada materi menulis laporan pengamatan di kelas V SDN Tanjung Rema Martapura terjadi peningkatan dengan kriteria sangat aktif.

Hasil belajar siswa dengan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square pada materi menulis laporan pengamatan di kelas V SDN Tanjung Rema Martapura terjadi peningkatan dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti.

Saran untuk guru agar hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru kelas 5 untuk menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, dengan hasil penelitian ini semoga dapat menjadi acuan bagi guru dalam merancang strategi pembelajaran menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan untuk siswa.

Saran untuk kepala sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya di bidang studi Bahasa Indonesia serta dapat dijadikan bahan masukan untuk pembinaan guru-guru dalam pemilihan model pembelajaran demi menunjang proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan menggunakan kombinasi model Explicit Instruction, Problem Based Learning, dan Word Square.

Bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini dapat diterapkan dan dikembangkan sebagai bahan referensi dalam penelitian tindakan kelas selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Indoonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Amir, M. Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenata Media Group.

(11)

ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 59 Anas, S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas.

Bandung: Pustaka Setia.

Ardana, P. W., Suniasih, Ni Wyn. & Ganing, Ni Nym. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Berbantuan Media Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VI SDN 17 Dangin Puri Kota Denpasar. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2 No. 1 h. 1-10.

Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. (6thEd). New York: McGraw-Hill.

Barbara, J Duch & Grob Susa, Susan E. 2001. The Power of Problem Based Learning. Jakarta: Prenata Media Group.

Cakravarthi, S. 2010. Implementasi of PBL Curriculum Involving Multiple Disciplines in Undergraduate; Medical Education Programme. International Education Studies, Volume 3, Number 1.

Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia.Djamarah. S.B. (2002). Teori motivasi Edisi II. Jakarta: PT Bumi Aksara Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N. (2017).

The Development of Interactive Multimedia Learning Pyramid and Prism for Junior High School Using Macromedia Authorware. The Turkish Online Journal of Educational Technology, November. 714-721.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diane, Ronis. 2009. Problem Based Learning for

Math and Science: integrating inquiry and the internet. USA: Skylight Professional Development.

Edens, K. M. (2000). Preparing problem solvers for the 21st century trhough problem-based learning. College Teaching, 48(2), 55-60. Ehlert, M. 2004. An Evaluation of Problem-Based

Learning: Application in an Undergraduated Supply Chain Management Course. Northwestern University.

Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, O. (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang & Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paragdigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta

: GP Press Group.

Jalil, J. (2014). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Kurniasih, I., & Sani, B. (2016). Ragam Pembelajaran Pengembangan Untuk Model Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Kurniasih, I., & Sani, B. (2016). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Surabaya : Kata Pena.

Mahabbati, A. (2007). Pendekatan Problem Based Learning untuk Pembelajaran Optimal. Makalah suplemen pada Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan di Aula Registrasi UNY, 3 Maret 2007.

Muriana, Dwa Gd A., Murda, I N., & Mahadewi, Luh P. P. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Desa Tista Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2 No. 1 h. 1-10.

Neli, Zulaiha, F., Yati, & Adiman. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Benda dan Perubahan Benda Pada Siswa Kelas V SD Negeri I Palir Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon. JPFS 3 (2) (2020) 48-6. Pannen, Paulina, dkk. 2001. Cakrawala Pendidikan.

Jakarta. Universitas Terbuka.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.. 2010. Penelitian Kelas. Kencana: Jakarta.

Santika, S. A. & Sylvia, I. (2020). Penerapan Model Word Square Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS 1 SMAN 3 Sijunjung. Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pembelajaran VOL. 1 NO. 3 h. 216-227.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

(12)

60 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif

dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Stripling, B. dkk. 2009. Project Based Learning: Inspiring Middle School Student to Engange in Deep and Active Learning. New York: NYC Departmen of Education.

Sudiani, Ni L., Dantes, N. & Kusmariyatni, N. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar IPA Dengan Kovariabel Kemampuan Berpikir Kritis. e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2 No. 1 h. 1-11.

Susanto, A. (2014). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Susanto, A. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suwondo. 2010. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Konsep Rancangan Eksperimen dalam Mata Kuliah Biometri. Jurnal Pendidikan UNRI, Volume 1, Nomor 1.

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tan, Oon-seng. 2003. Problem Based Learning

Innovation: Using Problem to Power Learning in 21st Century, thompson Learning.

Taufik. (2012). Implementasi Pembelajaran Problem Based Learning di Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA Universitas Jambi. Jurnal BIDIK Volume 1 Nomor 1, 1 Desember 2012 halaman 16-21.

Uno, H. B. & Muhammad, N. (2014). Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi Aksara.

Utari, R., Parmiti, D. P., & Sudana, D. N. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Berbantuan Lingkungan Alam Sekitar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 4 No. 1 h. 1-10.

Wee Keng, Megan A. Kek. 2002. Authentic Problem Based learning: Rewriting Business Education. Prentice Hall.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Widjajanti, D. B. (2011). Problem Based Learning dan Contoh Implementasinya. Makalah 10 Maret 2011.

Widodo, A. (2009). Konstruktivisme dan pembelajaran sains. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 64, 91-103.

Wijana. (2011). Penerapan Model Belajar Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika (Penelitian Tindakan Kelas Siswa VIII-C SMP AlFalah Karangwangi Depok). http://skripsiekawijana.blogspot.com/2 011/09/penerapan-model-belajarword-square.html.

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi aktivitas siswa
Tabel 3. Rekapitulasi hasil belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan disamping dan sejajar dengan badan4. Tentukan ruang antar iga ke-5 kiri

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Larosa dan Sugiarto (2012) menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh yang signifikan terhadap keputusan

Dengan latar belakang tersebut maka peniliti terdorong untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengaruh kualitas sebuah produk, harga dan gaya hidup terhadap keputusan

Berbeda dengan penelitian oleh Saleh, Rachmad dan Susilowati (2004), Hilmi dan Ali (2008), Renata (2011) dan Awalludin (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

Mokslininkai iš Lietuvos, Latvijos, Estijos, Suomijos, Švedijos, Len kijos ir Jungtinės Karalystės universitetų nagrinėjo žiniasklaidos po litikos, propagandos, informacinio

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya total beban pencemar dari tujuh saluran di Kecamatan Pontianak Utara yang akan masuk ke Sungai Kapuas dan

Pada penelitian ini telah dibangun sebuah sistem Non-Dispersive Infrared yang mengukur konsentrasi alkohol dengan melihat perubahan keluaran thermopile serta