• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (seperti tomat atau cushingoid), badan montok, bengkak, kemerahan, dan kulit. Makrosomia juga sering disebut dengan giant baby atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. (seperti tomat atau cushingoid), badan montok, bengkak, kemerahan, dan kulit. Makrosomia juga sering disebut dengan giant baby atau"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makrosomia adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram.

Saat lahir, bayi yang besar masa kehamilan secara khas memiliki wajah yang kerubi (seperti tomat atau cushingoid), badan montok, bengkak, kemerahan, dan kulit bercorak (Bobak, 2005).

Makrosomia juga sering disebut dengan giant baby atau bayi raksasa.

Kemunculan bayi-bayi seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, orangtuanya memang besar. Kedua, faktor ibu hamil yang menderita diabetes

milletus. Ketiga, faktor ibu yang mengalami kelebihan berat badan pada saat hamil

dan terakhir faktor ibu yang mengalami kehamilan lewat waktu (Rukiyah, 2010). Berdasarkan WHO, di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Di Indonesia, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 mengungkapkan rata-rata pertahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun. Bila dirinci terdapat 157.000 bayi meninggal dunia per tahun, atau 430 bayi per hari. Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan akut (Riset Kesehatan Dasar Depkes, 2007).

(2)

Hasil dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menyatakan bahwa sepanjang tahun 2007-2012 kematian ibu melonjak naik. Pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu mencapai 359 per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena terjadinya ibu hamil dengan resiko tinggi, perioritas penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), infeksi (11%), Abortus (5%), dan partus lama (5%) (SDKI, 2012).

Makrosomia terjadi lebih dari 10% dari seluruh kehamilan di Amerika Serikat. Pada

tahun 2005 bayi dilahirkan di Brasil dengan berat 7,7 kg. Di Siberia pernah dilahirkan bayi perempuan dengan berat 7,8 kg pada tahun 2007. Di Indonesia ,Madura juga pernah dilahirkan bayi laki-laki dengan berat 6 kg pada tahun 2009. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Batubara bayi terberat pernah dilahirkan oleh seorang ibu yang berumur 41 tahun pada tahun 2009 dengan berat mencapai 8,7 kg.

Kelahiran bayi besar ini menimbulkan komplikasi dalam persalinan, apalagi jika melahirkan tidak di rumah sakit. Kemungkinan bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan trauma tulang leher dan bahu. Serta kemungkinan harus melahirkan lewat operasi seksio caesar. Semuanya ini terjadi akibat massa bayi yang besar sehingga tidak mungkin atau sangat sulit melewati panggul ibu (Bobak,2005).

Bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram berpotensi mengalami obesitas setelah dewasa. Obesitas dapat mengakibatkan berbagai penyakit

(3)

diantaranya penyakit jantung dan stroke. Oleh sebab itu, diharapkan berat badan ibu selama hamil dalam batasan normal sehingga berat badan bayi ketika lahir juga dalam kisaran normal (Rudolf, 2006).

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal kebidanan dan kandungan, peneliti melibatkan partisipan lebih dari 40.000 wanita Amerika Serikat dan bayinya. Setelah dianalisis, diperoleh bahwa satu dari 5 wanita mengalami peningkatan bobot berlebih selama hamil yang membuatnya beresiko 2 kali lipat melahirkan bayi besar ( Rukiyah, 2010).

Mengingat besarnya resiko kejadian bayi dengan makrosomia, sangat diharapkan ibu dapat menghindarinya atau mencegahnya. Pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu, antara lain pertama ibu hamil melakukan penimbangan berat badan secara teratur, dan melakukan periksa kehamilan secara teratur. Kedua, ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori, dan mengkonsumsi cemilan yang tidak manis. Ketiga, melakukan olahraga ringan. Keempat, ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya meskipun sebelumnya tidak terdiagnosa diabetes mellitus (Rukiyah, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Andriani tahun 2013 berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Bayi Makrosomia di Klinik Niar Medan”, menunjukkan bahwa didapatkan dari 75 responden terdapat 29 orang (38,7%) yang berpengetahuan baik tentang Makrosomia dan 46 orang (61,3%) berpengetahuan buruk tentang Makrosomia.

(4)

Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang maksimal, maka metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan kombinasi sebagai media akan sangat membantu dalam proses penyuluhan kesehatan . Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Penggunaan alat peraga dalam melakukan penyuluhan akan membantu penyampaian pesan kepada seseorang / masyarakat secara lebih jelas dan dapat diterima dengan jelas.

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pencegahan Makrosomia adalah melalui penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan akan memiliki efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode atau media yang baik. Metode pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui metode ceramah dan metode diskusi. Peneliti melihat kedua metode ini jarang dilakukan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat sehingga peneliti memilih untuk meneliti kedua metode tersebut.

Metode ceramah merupakan penerangan dan penuturan secara lisan. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya. Sedangkan metode diskusi adalah metode menyampaikan informasi yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok. Metode diskusi

(5)

mendorong sesorang berfikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan buah fikirannya untuk memecahkan masalah dan dapat mengambil satu alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan petimbangan yang seksama.

Penelitian yang dilakukan oleh Lubis, dkk (2013) berjudul “Pengaruh Penyuluhan dengan metode diskusi dan curah pendapat terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah dasar Tahun 2013” menunjukkan bahwa metode diskusi lebih efektif dalam menyampaikan penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap anak. Akan tetapi jika metode diskusi dibandingkan dengan metode pemecahan masalah, diperoleh bahwa metode yang lebih efektif adalah metode pemecahan masalah sedangkan penelitian yang dilakukan oleh perbasya (2012) yang melakukan penyuluhan dengan diskusi yang lebih efektif dalam memberikan penyuluhan kesehatan.

Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut. Rini, dkk (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan dengan perubahan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap Makrosomia. Ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan yang dilakukan dengan metode ceramah dengan perubahan pengetahuan dan sikap responden.

Dari data yang diperoleh peneliti di Puskesmas Siabu Kecamatan Siabu Kecamatan Mandailing Natal didapatkan dari 618 kelahiran tahun 2015 periode

(6)

Januari sampai Oktober. Terdapat 87 kelahiran dengan bayi makrosomia. Di mana dari 87 kelahiran tersebut terdapat 53 kelahiran yang tidak dapat lahir spontan, sehingga bayi harus dilahirkan melalui proses operasi Caesar dan 34 lagi dengan persalinan normal. Resiko yang terjadi dari persalinan normal tersebut adalah ibu mengalami robekan perineum dan terjadi perdarahan saat persalinan sedangkan pada bayi terjadi gangguan nafas dan trauma pada leher dan bayi.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di bulan januari 2016, peneliti melakukan wawancara pada 7 orang ibu hamil, 5 diantaranya tidak mengetahui tentang makrosomia, mereka tidak dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan mengenai pengetahuan dasar tentang pencegahan makrosomia. Sedangkan 2 diantaranya mengetahui tentang pencegahan makrosomia, mereka dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan mengenai definisi dan penyebab makrosomia.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “pengaruh metode ceramah dan diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pencegahan makrosomia di Puskesmas Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu semakin tingginya kasus makrosomia yang terdapat di Puskesmas Siabu maka membuat penulis ingin mengetahui Pengaruh Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Pengatahuan Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal.

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh metode ceramah dan diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pencegahan makrosomia pada ibu hamil di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pencegahan makrosomia sebelum diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan

diskusi tentang makrosomia.

b) Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pencegahan makrosomia setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi

tentang makrosomia.

1.4. Hipotesis

1. Ada perbedaan rata – rata pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan melalui metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal.

(8)

2. Ada perbedaan pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Kesehatan Mandailing Natal agar dapat sebagai bahan acuan untuk program pencegahan Makrosomia pada ibu hamil.

2. Sebagai masukan atau informasi bagi tenaga kesehatan Puskesmas Siabu agar dapat menginformasikan kepada ibu hamil tentang pencegahan makrosomia dalam meningkatkan kesehatan pelayanan yang baik.

3. Bagi peneliti sebagai pengetahuan serta pengalaman dalam penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan terutama tentang pencegahan makrosomia. 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi

perpustakaan hingga menjadi dasar pemikiran untuk pelaksanaan penelitian yang selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu dibutuhkan cara untuk melakukan pengukuran apakah sebuah suara hasil dubbing dapat cocok dan memiliki kesinkronisasian yang tepat dengan..

Nilai hasil lendutan dan putaran sudut akibat setiap variasi pembebanan yang diambil pada node dari pemodelan jembatan yang telah dilakukan disesuaikan dengan

Begitu pula Mcinerney & Fink (2003) yang mengungkapkan bahwa Team Based Learning banyak bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian

Meninjau hasil studi analisa diatas, penulis menemukan beberapa kendala yang sering terjadi yaitu, sering terjadinya kekeliruan dalam penginputan dan pengolahan data

Santoso (2003, 8.3) mengungkapkan sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan usur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa baik lisan maupun tertulis yang

Lalu dilihat dari segi angkatan kerja bahwa angkatan kerja terus menerus meningkat jika dilihat dari komposisi pendidikan, lulusan paling banyak adalah SMA, SMK,

Kebanyakan dari masyarakat yang bekerja sebagai penjahit atau mendirikan usaha konveksi, sisa hasil produksi tersebut (limbah kain) hanya didiamkan

Umur wanita ≥ 50 tahun memiliki tingkat kesadaran lebih rendah untuk tidak melakukan skrining sebesar 3,07 kali dibandingkan dengan wanita berumur <50 tahun, tetapi umur