• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Menurut Sugiyono. terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Menurut Sugiyono. terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen subjek tunggal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2010:107) penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena tidak menggunakan kelompok kontrol dan subyek tidak dipilih secara random. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Seniati (2005:37) yang menyatakan bahwa eksperimen kuasi berbeda dengan penelitian eksperimen karena tidak memenuhi tiga syarat utama dari suatu penelitian eksperimen yaitu manipulasi, kontrol dan randomisasi. Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan randomisasi, peneliti hanya melihat hasil dari pemberian aversion therapy dengan media covert sensitization pada siswa yang berperilaku kenakalan remaja di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.

(2)

Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yaitu pelaksanaan eksperimen yang dilakukan dengan memberikan perlakuan X terhadap subyek. Sebelum diberikan perlakuan subyek diberikan pre-observation (O1), dan setelah diberi perlakuan diberi post-observation (O2).

Dalam penelitian ini sebelum diberikan perlakuan dengan diberikan media

covert sensitization klien terlebih dahulu di amati oleh peneliti

berdasarkan indikator kenakalan remaja untuk mengukur kondisi awal dari perilaku kenakalan remaja yang dilakukan. Setelah diberikan perlakuan dengan media tersebut siswa tersebut di amati kembali untuk menentukan skor setelah diberikan perlakuan.

Dan hasil dari kedua tes tersebut dibandingkan untuk menguji apakah perlakuan yang telah diberikan memberi perubahan pada perilaku kenakalan remaja yang dialami oleh siswa.

Berikut akan digambarkan dalam bentuk bagan:

Sebelum perlakuan Treatment Setelah perlakuan

Bagan 1.1 One Group Pretest-Posttest Design

Keterangan :

O1 : Observasi sebelum diberikan perlakuan X : Perlakuan dengan media covert sensitization O2 : Observasi setelah diberikan perlakuan

(3)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Penentuan subjek ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu terkait dengan tujuan penelitian, jumlah populasi dan waktu penelitian (Sugiyono, 2010:124).

Dengan mempertimbangkan hasil observasi yang didasarkan pada ciri-ciri kenakalan remaja yang tidak digolongkan dalam pelanggaran hukum, maka peneliti menemukan 5 orang siswa kelas XI yang akan dijadikan subjek penelitian. Ke 5 orang tersebut direkomendasi guru pembimbing di SMA Negeri 5 Bandar Lampung kemudian peneliti memberikan wawancara mengenai perilaku kenakalan remaja disekolah dengan tujuan untuk melihat ke 5 orang tersebut terindikasi ciri-ciri kenakalan remaja di sekolah.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dapat dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

(4)

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2010:61)

Berdasarkan pengertian variabel diatas, maka penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah media covert sensitization dan variabel terikatnya adalah perilaku kenakalan remaja.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan (Purwanto, 2007:18). Perilaku kenakalan remaja adalah suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Adapun indikator yang bisa dilihat dari penelitian ini merupakan bentuk-bentuk kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :

a. berbohong, b. membolos,

c. meminum minuman keras,

d. bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk,

Berdasarkan indikator di atas maka dalam penelitian ini digunakan teknik

aversion therapy untuk menurunkan perilaku kenakalan remaja di sekolah.

Salah satu media yang mendukung dalam pelaksanaan konseling ini adalah dengan Covert Sensitization, yaitu dengan meminta konseli

(5)

membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Menurut Suarsimi Arikunto (2002:126) metode pengumpulan data ialah cara memperoleh data. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan cara-cara sebagai berikut dalam mengumpulkan data : 1. Teknik pokok

Observasi

Hadi (dalam Sugiyono , 2010 : 203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dalam observasi ini peneliti sebagai participants observation, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono 2010:204).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi selama lebih kurang 4 minggu dengan 1 kali pertemuan dengan klien dalam setiap minggunya. Observasi yang dilakukan berguna untuk melihat perubahan perilaku kenakalan remaja sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Teknik observasi yang akan digunakan peneliti yaitu observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.

(6)

Pada penelitian ini, peneliti akan mengamati perilaku siswa yang berkaitan dengan kenakalan remaja. Setelah dilakukan pengamatan dan didapatkan subjek maka diberikan bentuk pengkondisian aversion therapy yang digunakan adalah dengan media Covert Sensitization, yaitu dengan meminta konseli membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah.

Covert Sensitization di berikan sesegera mungkin ketika perilaku

menyimpang muncul. Jadi saat perilaku yang tidak diharapkan itu muncul akan diberikan teknik aversi oleh konselor. Pemberian teknik aversion

therapy dengan media covert sensitization dilakukan selama 2 kali

pertemuan yaitu di minggu ke 2 dan minggu ke 3 dengan durasi lima belas sampai tiga puluh menit setiap pemberian aversi.

Sebelum diberikan media covert sensitization klien terlebih dahulu di amati oleh peneliti berdasarkan indikator kenakalan remaja yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kondisi awal dari perilaku kenakalan remaja yang dilakukan sehingga pengamatan terhadap perubahan perilakunya akan lebih mudah dilakukan. Dengan memberikan perlakuan seperti itu diyakini dapat mengurangi perilaku kenakalan tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti juga dibantu oleh seorang guru pembimbing yang akan mengamati perilaku siswa yang berkaitan dengan kenakalan remaja. Sesuai dengan indikator penelitian yang akan digunakan, maka

(7)

peneliti merancang pedoman observasi yang nantinya akan digunakan dalam kegiatan observasi.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pengembangan Pedoman Observasi Perilaku Kenakalan Remaja

Indikator Deskriptor Target Behaviour / Perilaku yang diamati Kenakalan remaja di sekolah yang tidak digolongkan dalam pelanggaran hukum a. Berbohong (memutar balikan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan b. Membolos (pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah) c. Meminum minuman keras (rasa ingin tahu yang tinggi

d. Bergaul dengan teman yang

 Tidak masuk sekolah dengan membuat keterangan palsu  Terlambat hadir kesekolah dan

memberikan alasan palsu  Meminta izin ke UKS untuk

beristirahat saat jam pelajaran berlangsung

 Meminta izin ke kamar mandi sebagai alasan untuk makan dikantin saat jam pelajaran berlangsung

 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan

 Keluar kelas karena urusan ekstrakulikuler tanpa izin dari guru piket/ guru yang mengajar pada saat itu

 Keluar kelas karena tidak suka dengan mata pelajaran yang diberikan

 Kekantin tanpa izin saat KBM berlangsung

 Kedapatan sedang membeli minuman keras

 Kedapatan sedang menenggak minuman keras

 Meluangkan waku hanya untuk kumpul dan

meminum-minuman keras secara berkelompok.

 Kedapatan sedang membeli rokok

(8)

memberi pengaruh buruk (sehingga mudah terjerat ke dalam perkara yang benar-benar kriminal, antara lain : merokok sehingga merusak dirinya)

 Menghabiskan waktu dengan teman-teman sambil merokok  Menghabiskan waktu di malam

hari datang ke diskotik bersama teman-teman  Merokok di lingkungan

sekolah

Observasi dalam penelitian ini digunakan saat pre-observasi dan

post-observasi. Hal ini dikarenakan yang akan diteliti adalah perilaku siswa,

sehingga pengamatan terhadap perubahan perilakunya akan lebih mudah dilakukan.

Peneliti menggunakan frekuensi kemunculan perilaku yang terjadi pada subjek yang berdasarkan pada indikator tabel 3.1. Jawaban pada lembar observasi menunjukan frekuensi seberapa sering muncul atau tidaknya ini perilaku yang ditampilkan oleh subjek.

Perhitungan skor pada lembar observasi dilakukan dengan menghitung skor total yang diperoleh dari muncul atau tidaknya perilaku yang diamati.

Pada tahap observasi ini kriteria perilaku kenakalan remaja pada siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

(9)

𝑖 = 𝑁𝑇 − 𝑁𝑅 𝐾 Keterangan: 𝑖 : interval 𝑁𝑇 : nilai tertinggi 𝑁𝑅 : nilai terendah 𝐾 : jumlah kategori 2. Teknik Pelengkap Wawancara

Menurut Yusuf (2007:278) mengemukakan bahwa wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.

Menurut Sugiyono (2010:194) wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap

muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun mengarah pada perilaku kenakalan tersebut . Wawancara terstruktur ini ditujukan kepada subjek penelitian yaitu siswa-siswi SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Adapun pertanyaan wawancaranya sebagai berikut :

(10)

Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara Perilaku Kenakalan Remaja

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Perilaku Meminum Minuman Keras

No Pertanyaan wawancara Ya Tidak

1. Apakah kamu mengetahui tentang minum minuman keras atau minuman beralkohol?

2. Apakah kamu mengetahui macam-macam minuman keras dengan kadar alkoholnya?

3. Seringkah kamu meminum minuman keras?

4. Apakah ada orang atau lingkungan yang mempengaruhi kamu meminum minuman beralkohol? 5. Apakah ada perasaan nyaman setelah kamu meminum

minuman beralkohol?

6. Apakah orangtuamu mengetahui kamu meminum-minuman beralkohol?

7. Apakah kamu mengetahui bagaimana perasaan orangtuamu bila mereka tahu kamu melakukan hal tersebut?

8. Menurut kamu perilaku positifkah meminum minuman beralkohol?

9. Adakah keinginan kamu untuk menghentikan perilaku tersebut?

10. Apakah dengan teknik aversion therapy ini dapat membantu kamu untuk menanggulangi perilaku meminum minuman keras?

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Perilaku Pergi ke Diskotik atau Clubbing

No Pertanyaan wawancara Ya Tidak

1. Apakah kamu mengetahui tentang hiburan malam ke diskotik atau yang dikenal dengan istilah clubbing ? 2. Apakah kamu mengetahui dimanakah tempat yang

dapat dikunjungi untuk clubbing ?

3. Seringkah kamu pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut ?

4. Apakah ada orang atau lingkungan yang mempengaruhi untuk pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

5. Apakah ada perasaan nyaman saat kamu berada di tempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

(11)

6. Apakah orangtuamu mengetahui kamu pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

7. Apakah kamu mengetahui bagaimana perasaan orangtuamu bila mereka tahu kamu melakukan hal tersebut?

8. Menurut kamu perilaku positifkah pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

9. Adakah keinginan kamu untuk menghentikan perilaku tersebut?

10. Apakah dengan teknik aversion therapy ini dapat membantu kamu untuk menanggulangi perilaku pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

Daftar pertanyaan wawancara menggunakan skala Guttman agar diperoleh jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang dipertanyakan. Jawaban responden dibuat skor tertinggi bernilai 1 dan skor terendah bernilai 0. Dimana jika siswa menjawab “ya” bernilai 1 dan jawaban “tidak” bernilai 0. Penentuan subjek penelitian berdasarkan jumlah skor yang dibagi ke dalam 2 kriteria, menggunakan rumus :

𝑖 = 𝑁𝑇 − 𝑁𝑅 𝐾 Keterangan: 𝑖 : interval 𝑁𝑇 : nilai tertinggi 𝑁𝑅 : nilai terendah 𝐾 : jumlah kategori

Jadi, interval untuk menentukan kriteria perilaku kenakalan remaja pada siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

(12)

𝑖 = 𝑁𝑇 − 𝑁𝑅 𝐾 Keterangan: 𝑖 : interval 𝑁𝑇 : nilai tertinggi 𝑁𝑅 : nilai terendah 𝐾 : jumlah kategori 𝑖 =𝑁𝑇 − 𝑁𝑅 𝐾 = 10𝑥1 − (10𝑥0) 3 = 3.3 = 4

E. Teknik Analisis Data

Setelah diperolehnya seluruh data-data, selanjutnya adalah pengolahan data atau analisis data. Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik tentang masalah yang akan diteliti.Untuk menganalisis data hasil eksperimen semu yang menggunakan data pre-test dan post-test one group design, maka menggunakan rumus uji-t

Keterangan:

Md = mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test xd = deviasi masing-masing subyek (d – Md)

∑x2

d = jumlah kuadrat deviasi N = subyek pada sampel Df = atau db adalah N – 1

)

1

(

2

N

N

d

x

Md

t

(13)

Rumus di atas digunakan untuk menghitung keefektivitasan treatmen/perlakuan yang diberikan kepada subyek penelitian. Rumus ini digunakan untuk desain penelitian subyek tunggal yaitu yang observasinya dilakukan pada saat subyek belum mendapat perlakuan dan setelah subyek mendapat perlakuan. Rumus ini digunakan untuk data yang berdistribusi normal. Setelah di uji normalitas dengan menggunakan rumus One-Sample

Kolmogorov-Smirnov melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17 diperoleh bahwa data yang digunakan berdistribusi

normal (dapat dilihat pada lampiran).

Kemudian dianalisis menggunakan rumus thitung kemudian hasil yang diperoleh dapat menunjukkan apakah perlakuan yang diberikan efektif atau tidak serta apakah terjadi peningkatan perilaku yang diinginkan saat sebelum dan sesudah perlakuan atau tidak.

Setelah diperolehnya seluruh data-data yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Adapun tekhnik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Wilcoxon Match Pairs.

Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis apakah hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data berbeda atau tidak. Uji ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio, namun datanya tidak mengikuti distribusi normal (Safar, 2010).

(14)

Rumus Uji Wilcoxon : T T T Z     24 ) 1 ( 4 ) 1 (    n n n n n Keterangan : n = Jumlah sampel

T = Jumlah jenjang yang kecil /ranking terkecil Kaidah keputusan :

Jika z hitung > z tabel berarti valid Jika z hitung < z tabel berarti tidak valid

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pengembangan Pedoman Observasi Perilaku Kenakalan        Remaja
Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara Perilaku Kenakalan Remaja

Referensi

Dokumen terkait

Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai berikut : pertama, peneliti merangkum hasil catatan lapangan selama proses penelitian

Alasan Peneliti Menggunakan teknik wawancara ini ialah untuk menganalisis data mengenai Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Efikasi Diri Tuna Netra Guna Mengembalikan

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana metode kuantitatif menurut Sugiyono (2014) adalah metode penelitian yang digunakan

kemampuan awal sebelum diterapkannya perlakuan dengan menggunakan model Jigsaw Learning berbasis Mobile Learning (android). Soal ini digunakan untuk mengetahui

Sugiyono (2016) menjelaskan bahwa wawancara di gunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

Berdasarkan tabel 4 hasil uji validitas instrumen soal diperoleh data dari 20 item soal yang diujikan, dinyatakan bahwa 16 soal valid dan 4 soal tidak valid, yang berarti

Setelah itu dilanjutkan observasi pendahuluan yang lebih mendalam, peneliti mencari informasi tentang fokus penelitian yaitu tentang materi pembelajaran kakawihan

Model belajar PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan yang nyata, dengan maksud agar siswa dapat menyusun sendiri