1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Televisi merupakan salah satu media massa yang kini lebih banyak mendominasi waktu luang setiap orang. Pesona televisi mampu membuat pemirsanya berlama-lama menonton televisi karena keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat Amerika, ditemukan bahwa hampir setiap orang dibenua itu menghabiskan waktunya antara 6-7 jam per hari hanya untuk menonton televisi. Sementara di Indonesia pemakaian televisi meningkat pada waktu libur, bahkan bisa melebihi 8 jam perhari. Hal tersebut karena televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuan menyatukan antara fungsi
audio dan visual.1 Pemirsa (tevision watcher, television viewer) adalah
sasaran komunikasi melalui televisi yang karena heterogen masing-masing mempunyai kerangka melalui televisi siaran (frame of reference) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda bukan saja dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama, dan kepercayaan, pendidikan, cita-cita, keinginan, kesenangan, dan lain
sebagainya.2
Kini kebutuhan yang ingin diperoleh masyarakat dari televisi semakin beragam. Kebutuhan kognitif yang meliputi keinginan untuk mendapatkan
1 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), p. 135 2 Jurnal_motif anak menonton program acara Opera Anak, Elizabeth Nisca Wain, UPN Veteran
2 informasi, kebutuhan afektif yang berkaitan dengan emosional, kebutuhan pribadi secara integratif yang berarti adanya kebutuhan akan peneguhan diri, kebutuhan sosial secara integratif yaitu peneguhan diri terhadap sosial, dan
kebutuhan pelepasan akan tekanan. Kebutuhan tersebutlah yang
memunculkan motif sehingga masyarakat menggunakan media massa/ televisi. Berkenaan dengan pendekatan Uses and Gratification, terdapat motif bagaimana seseorang memenuhi kebutuhannya terhadap media massa. Motif mulai terbentuk ketika seseorang mulai memilih satu tontonan dan menolak tontonan yang lain. Mengganti beberapa saluran untuk menyeleksi tiap program acara yang dianggap menarik untuk ditonton. Ketika motif terpenuhi dengan baik, maka media televisi dianggap media yang memuaskan. Dengan begitu televisi telah berhasil secara langsung ataupun tidak memberikan pengaruh kuat kepada pemirsanya.
Masyarakat pengguna televisi dimanjakan oleh beragam siaran dan program acara. Walupun pada awalnya di Indonesia hanya terdapat satu siaran yaitu TVRI di tahun 1962 karena mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta saat itu. Perkembangannya kini, terdapat 12 stasiun televisi swasta yaitu RCTI, SCTV, ANTEVE, TVRI, TPI, INDOSIAR, METRO TV, TRANS TV, TV One, Global TV, dan TRANS 7. Selain itu juga terdapat stasiun televisi lokal terus bermunculan hampir di setiap daerah di Indonesia. Belum lagi ditambah jaringan televisi kabel (berbayar) seperti INDOVISION yang menayangkan program acara dalam negeri maupun luar negeri yang semakin inovatif.
3 Stasiun televisi di Indonesia cenderung memiliki program acara yang seragam dengan stasiun televisi yang lain. Keterbatasan sumber daya manusia, minimnya (atau tidak adanya) programmer televisi, membuat
televisi tidak memiliki barganing untuk melakukan eksplorasi program.3
Selain itu, tuntutan dari pemirsa juga menjadi penentu mengapa program acara menjadi seragam. Ketika suatu program acara di salah satu stasiun televisi banyak diminati oleh audien, maka beramai-ramailah stasiun televisi yang lain membuat program acara serupa. Misalnya beberapa stasiun televisi memiliki program acara komedi yang konsep acaranya hampir sama. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat stress masyarakat semakin tinggi sehingga program acara komedi adalah alternatif penghibur.
Berbeda dengan Metro TV yang ingin menjadi televisi berita satu-satunya di Indonesia, akhirnya kini berkembang dengan program acara yang semakin beragam. Metro TV menyajikan beberapa program acara seperti entertainment, documentary, dan talk show. Serangkaian program acara komedi Stand Up Comedy Show juga mengisi program entertainment di Metro TV. Serangkaian acara tersebut terdiri dari Stand Up Comedy Show, Stand Up Comedy Open Mic, dan Stand Up Comedy Battle of Comics. Stand Up Comedy Show yang tayang perdana pada 15 September 2011. Pada awalnya Stand Up Comedy hadir dengan Stand Up Comedy Show yang hadir setiap hari Rabu pukul 22.30.
3
Sunardian Wirodono, Matikan TV-mu teror media televisi Indonesia (Magelang: Resist Books, 2006),p.26
4 Tidak seperti komedi pada umumnya yang dilakukan secara berkelompok, Stand Up Comedy Show merupakan one man show. Dibutuhkan persiapan yang baik bagi para comic agar joke-jokenya menimbulkan gelak tawa penonton. Walaupun Stand Up Comedy bukan berasal dari Indonesia, namun kini Stand Up Comedy telah sukses memikat pecinta acara tersebut. Dalam usahanya untuk mendapatkan perhatian audiennya, setiap episode dibuat dengan tema berbeda. Melakukan Open Mic adalah terbukanya bagi siapa saja yang ingin melakukan “lawakan berdiri” tersebut. Pertemuan antara beberapa comic dalam Battle of comics juga menjadikan Stand Up Comedy Show semakin seru untuk ditonton. Raditya Dikha yang sebelumnya lebih dikenal sebagai seorang blogger dan penulis buku, kini ikut terjun didalam dunia Stand Up Comedy. Raditya Dikha yang sering membawakan joke-joke mengenai kehidupan remaja menjadikan acara tersebut kini banyak diminati oleh remaja. Pada episode perdana Stand Up Comedy Show menampilkan Soleh Solihun, Steny Agustaf, dan Miund. Mereka melakukan joke-joke yang membuat penonton tak henti-hentinya tertawa. Penampilan tersebut mendapat antusias penonton yang besar.
Terbukti dengan perolehan rating 1,3 dengan 7,8 share.4 Angka tersebut
menunjukan perolehan yang bagus, dan sejajar dengan rating program acara pendahulunya yaitu Kick Andy.
Menurut Mc Quail (2002:72) terdapat empat motif yang mendasari seseorang mengkonsumsi media massa. Empat motif tersebut adalah motif
4
http://rollinstone.co.id/read/2011/10/27/171500/1754257/1101/stand-up-comedy-wajah-baru-pemancing-tawa.
5 informasi, motif identitas pribadi, motif interaksi sosial, dan motif hiburan.5 Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti motif mahasiswa sebagai penonton acara Stand Up Comedy Show yang tayang di Metro TV. Mahasiswa dianggap individu yang kritis terhadap suatu program acara televisi. Menonton televisi adalah kegiatan yang dilakukan entah untuk mencari hiburan atau benar-benar mencari informasi yang mereka butuhkan. Mahasiswa tenaga part timer di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru Semester Genap Universitas Muhammadiyah Malang adalah subyek dalam penelitian ini, hal tersebut dikarenakan mahasiswa tenaga part timer memiliki intensitas untuk datang ke kampus, sebagai tenaga part timer dan kewajibannya sebagai mahasiswa yaitu berkuliah ataupun mengerjakan tugas akhir. Program acara komedi seperti Stand Up Comedy Metro TV adalah program acara televisi yang mampu memberikan hiburan ditengah banyaknya tontonan yang dianggap tidak berkualitas. Dengan demikian, mahasiswa sangat diharapkan mampu membantu peneliti untuk memberikan penjelasan mengenai motif- motif apakah yang mendasari untuk menonton Stand Up Comedy di Metro TV.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Motif apakah yang mendorong mahasiswa tenaga part timer di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru
5 Jurmal_Motif Anak Dalam Menonton Tayangan Program Acara Opera Anak, Elizabeth Nisca
6 semester genap 2011/ 2012 Universitas Muhammadiyah Malang sebagai penonton Stand Up Comedy di Metro TV ? “
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui apakah motif mahasiswa tenaga part timer di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru seemester genap 2011/ 2012 Universitas Muhammadiyah Malang menonton Stand Up Comedy di Metro TV.
D. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui motif-motif mahasiswa tenaga part timer semester genap 2011/ 2012 di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Malang ketika akan menonton Stand Up Comedy di Metro TV.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mampu memberikan referensi dan masukan bagi penelitian selanjutnya di lingkup jurusan ilmu komunikasi pada umumnya, dan atau pada konsentrasi komunikasi jurnalistik dan studi medi pada khususnya. Selain itu, penelitian ini kelak juga diharapkan bisa memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti sendiri.
7 2. Manfaat Praktis
Dari penelitian ini sangat diharapkan bisa memberikan masukan kepada pemirsa televisi dalam memilih program acara yang patut untuk dikonsumsi, mengingat beragamnya acara yang semakin tidak mendidik. Penelitian ini juga nantinya diharapkan dapat menjadi acuan bagi petinggi – petinggi industri pertelevisian di Indonesia untuk semakin berlomba – lomba menyajikan program acara yang berkualitas dan berpendidikan guna memperbaiki masa depan penerus bangsa
F. Tinjauan Pustaka
F.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki variabel-variabel dalam setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel tersebut bekerja pada media massa.
Adapun lima komponen dalam komunikasi massa sebagai berikut, yaitu:6
a. Sumber, komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirim pesan. b. Khalayak, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan
kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim.
c. Pesan, komunikasi massa adalah pesan dalam komunikasi massa yang bersifat umum. Khalayak dapat mengetahu pesn-pesan komunikasi massa dari media massa.
6
8 d. Proses, terdapat 2 proses dalam komunikasi massa, yaitu a) komunikasi massa merupakan proses satu arah yaitu proses mengalirkan pesan tanpa adanya interaksi. Komunikasi massa merupakan proses dua arah (proses seleksi) yaitu media ataupun khalayak melakukan seleksi, dimana media menyeleksi khalayak sasaran dan sasaran penerima, sedangkan khalayak menyeleksi media massa yang ada untuk diikuti.
e. Konteks, komunikasi massa berlangsung dalam satu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan kontek sosial masyarakat mempengaruhi media massa.
Bittner mendefinisikan komunikasi massa, adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar (Mass Communication is massage communicated through a mass medium to a large number of people)7. Dari definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang mewajibkan melalui media massa. Media massa dalam komunikasi massa terdiri dari media cetak dan media elektronik. Media elektronik terdiri dari radio, televisi, dan komputer. Sedangkan media cetak terdiri dari koran, majalah, dan lain-lain.
Yang lainnya, yaitu Gerbner mendefinisikan komunikasi massa dengan produksi dan ditribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam
7
9 masyarakat individu (Mass communication is the technologically and institutionally based producktion and distribution of the most broadly shared continous flow of massage in industrial societies)8. Dari definisi yang disampaikan oleh Gerbner, komunikasi massa menghasilkan suatu produk yaitu pesan-pesan komunikasi yang tersebar untuk khalayak.
Dan menurut Rakhmat yang mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dari definisi tersebut diartikan setiap komunikasi yang disampaikan melalui media massa ditujukan untuk khalayak yang tersebar, sehingga khalayak dapat saling bersamaan menerima pesan komunikasi.
F.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa
Berikut ini beberapa sifat komunikasi massa yang sekaligus
membedakan dengan bentuk komunikasi lain, yaitu:9
a. Komunikator Terlembagakan
Kepemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dengan tugas dan fungsi tertentu. Informasi yang disiarkan media massa merupakan kebijakan redaksi.
b. Pesan bersifat Umum
8
Ibid, p.6
10 Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal, yaitu berbagai hal yang terjadi di sekitar kita baik pada lingkup lokal, nasional, maupun internasional, yang patut diketahui oleh masyarakat.
c. Komunikan Anonim dan Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa adalah khalayak yang bersifat heterogen dalam segi demografis (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, status perkawinan, dll). Selain itu juga komunikan dalam segi geografis (tempat asal, pemukiman), segi psikologis (cara hidup tertentu berdasarkan pendapatan dan tingkat pendidikan).
d. Media Massa menimbulkan Keserempakan
Komunikasi massa memiliki jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. Disamping komunikan yang banyak, tetapi juga secara serempak pada waktu yang bersamaan.
e. Mengutamakan Unsur isi daripada hubungan
Komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan. Namun dalam komunikasi massa, unsur isi adalah unsur yang
terpenting dibanding unsur hubungan. Hal tersebut
dikarenakan pesan merupakan yang menentukan efektivitas
11
berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan
karakteristik media massa yang digunakan.
f. Bersifat satu arah
Komunikasi massa adalah komunikasi dengan
menggunakan atau melalui media massa sehingga komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, sedangkan
komunikan aktif menerima pesan, namun keduanya tidak dapat saling berinteraksi.
g. Stimuli alat indra terbatas
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indera tergantung pada jenis media massa. Misalnya pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya menggunakan indera penglihatan. Sedangkan pada radio, khalayak menggunakan indera pendengarnya saja. Dan pada media televisi, khalayak menggunakan indera penglihatan dan pendengaran.
h. Umpan balik tertunda
Umpan balik pada komunikasi massa bersifat tidak langsung (in-direct feedback). Maka dapat disebutkan jika komunikasi massa adalah komunikasi satu arah, dimana komunikator hanya memperoleh umpan balik dalam keadaan terlambat.
12
F.2 Pengertian Motif
Secara etimologis, motif atau dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata motion, yang berati gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang
dilakukan oleh manusia, atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku.10
Sedangkan pengertian motif dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu hal disebabkan terdapat kebutuhan yang belum terpenuhi.
David Krech dan Crutchfiel (1948) mengemukakan dua alasan
pokok mengenai motif 11, yakni :
a. First, we ask why individuals chosen one action dan reject alternative actions. Hal ini menunjukan bahwa tiap-tiap individu mempunyai hanya satu penggerak dalam dirinya untuk bertingkah laku.
b. Second, we ask why people persist in a chosen action, often over a long time and often in the face of difficulties and obstacles. Hal ini menunjukan bahwa tiap-tiap individu memiliki satu penggerak keteguhan yang digunakan untuk memilih kegiatan dan menghadapi problem dalam kegiatan.
Dua alasan diatas menunjukan ketika seseorang memiliki motif/ penggerak maka sama artinya dengan ketika seseorang memiliki tujuan dan keteguhan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian motif adalah suatu pengertian yang meliputi suatu penggerak,
10
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), p. 268
11
13 alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu12.
Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai pengertian motif. Sherif & Sherif (1956), menyebutkan motif sebagai suatu istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, sebagai kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.
Gidden (1991: 64) mengartikan motif sebagai suatu impuls atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif/ perilaku ke arah pemuasan kebutuhan.
R.S Woodworth mengartikan motif sebagai suatu set yang dapat atau mudah menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu (berbuat sesuatu) dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.13
Kemudian beberapa ahli lainnya mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian motif, antara lain Lindzey, Hall, dan Thompson (1975) mengartikan motif sebagai sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. Dan Atkinson (1958) yang memberikan definisi motif sebagai suatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu.14
12 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2002), p. 140 13
Op.cid, p. 267
14 Gardner Lindzey, Calvin S.Hall, dan Richard F.Thompson dalm bukunya Psychology (1975, h 339) mengklasifikasikan motif ke dalam dua hal yaitu 15 :
a. Drives ( needs )
Drives adalah dorongan untuk bertindak, dorongan primer dan dorongan yang berasal dari proses belajar. Dorongan primer misalnya lapar, haus, mengantuk, dan lainnya. Sedangkan drives yang berasal dari proses belajar misalnya adanya persaingan.
b. Incentives
Incentive adalah benda/ situasi ( keadaan ) yang berada dalam lingkungan sekitar kita yang merangsang tingkah laku. Incentives merupakan alasan individu untuk bertindak.
Di dalam diri manusia ada dorongan yang menggerakan atau energy dasar yang disebut motif. Motif timbul karena adanya ketidakseimbangan dalam diri manusia. Akibat ketidakseimbangan tersebut menimbulkan kebutuhan untuk segera dipenuhi sehingga terjadi keseimbangan atau homeostatis. Keseimbangan terpenuhi dengan cara berperilaku. Jadi, pada awalnya motif timbul karena adanya ketidakseimbangan yang menimbulkan kebutuhan. Kebutuhan dipandang sebagai kekurangan adanya sesuatu pada diri individu yang menuntut untuk segera dipenuhi agar terjadi keseimbangan. Adanya kekurangan tersebut, berfungsi sebagai dorongan yang menyebabkan individu
15
berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.16 Berikut ini
gambaran bagaimana timbul motif dari dalam diri manusia. Skema 2
( Sumber : Sunaryo, 2004:137)
F.2.1 Klasifikasi Motif
1. Motif Primer dan Motif Sekunder
Pengklasifikasian motif menjadi motif primer dan motif
sekunder didasarkan pada latar belakang motif (Handoko, 1992).17
Motif primer adalah dorongan yang bergantung pada keadaan fisiologis individu. Dimana keadaan fisiologis individu berada pada keadaan yang tidak seimbang. Motif primer bertujuan untuk tetap menjaga keseimbangan tubuh. Yang termasuk dalam motif primer adalah rasa lapar, rasa haus, kebutuhan bernafas, dan istirahat.
Sedangkan motif sekunder adalah motif yang bergantung
pada proses kemis yang terjadi dalam tubuh. Proses
16
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004), p.136-137 (Googlebooks). 17 Ibid, p. 294 Ketidakseimban gan k ebut uh an Motif Homeosta tis pe ri lak u
16 kemis disini adalah pengalamn individu. Jadi, semakin banyak pengalaman yang didapat oleh individu, maka semakin banyak pula motif yang mempengaruhi.
2. Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik
Berdasarkan motif jalarannya (dikarenakan), motif
dibedakan menjadi motif intrinsik dan motif ekstrinsik (Suryabrata,
1995:7).18 Motif Intrinsik, yaitu motif-motif yang dapat berfungsi
tanpa harus dirangsang dari luar. Jadi dapat dikatakan, motif intrinsik adalah dorongan yang ada dalam diri individu. Seseorang melakukan sesuatu karena adanya keinginan untuk melakukan.
Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Dorongan dari luar sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu hal dalam motif ekstrinsik. 3. Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Berdasarkan banyaknya motif yang bekerja di belakang tingkah laku manusia, motif dapat dibagi menjadi motif tunggal
dan motif bergabung (Sastropoetro : 1986:240).19 Motif tunggal
adalah motif dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk dirinya sendiri. Sedangkan motif bergabung adalah dorongan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk berhubungan dengan orang lain.
4. Motif Mendekat dan Motif Menjauh
18
Ibid, p.295
19
17 Pengklasifikasian motif menjadi motif mendekat dan motif menjauh didasarkan pada reaksi organisme terhadap rangsangan yang datang. Suatu motif dikatakan motif mendekat bila reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus. Sedangkan motif menjauh adalah terjadi bila respon terhadap stimulus yang datang sifatnya menghindari stimulus atau menjauhi stimulus yang
datang.20 Stimulus adalah rangsangan yang dapat
menimbulkan respon. Respon mendekat maupun menjauh dapat diperoleh individu dengan pengalaman maupun tanmpa pengalaman.
5. Motif Sadar dan Motif Tak Sadar
Pengklasifikasian motif menjadi motif sadar dan motif tidak sadar, semata-mata didasarkan pada taraf
kesadaran manusia terhadap motif yang sedang
melatarbelakangi tingkah lakunya (Handoko, 1992).21 Motif
tidak sadar dapat dimengerti dengan individu yang melakukan suatutindakan tertentu, namun tidak dapat mengatakan alasannya. Sebaliknya, apabila seseorang melakukan suatu tindakan dan memiliki alasan melakukan hal tersebut, itulah yang disebut dengan motif sadar. Motif
20
Ibid, p._
21
18 sadar banyak berperan ketika melakukan tindakan yang banyak melibatkan kativitas berpikir.
6. Motif Biogenetis, Sosiogenetis, dan Teogenetis
Motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Motif tersebut memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku. Dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan perilaku, yang bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut. Motif Menurut Abu Ahmadi (1999) ditinjau dari segi asalnya terdiri dari tiga motif 22, yaitu :
a. Motif Biogenetis
Yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis berasal dari dalam diri dan berkembang dengan sendirinya. Misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil napas, seksualitas, buang air, dan sebagainya.
b. Motif Sosiogenetis
Motif sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
orang itu berkembang. Motif sosiogenetis tidak
22
19 berkembang dengan sendirinya, namun berkembang
berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang
disekitarnya atau hasil kebudayaan orang. Misalnya keinginan untuk mendengarkan musik, menonton suatu program acara televisi, membaca buku, bermain, dan sebagainya.
c. Motif Teogenetis
Yaitu motif –motif yang berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari di mana ia berusaha merealisasikan norma-norma agama tertentu. Contoh motif teogenetis ialahkeinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, keinginan untuk merealisasi norma-norma
agamanya menurut petunjuk Kitab-kitab Suci, dan lain-lain.
F.2.2 Motif Menggunakan Media Massa
Ketika seseorang memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka ia akan mencari cara bagaimana untuk memenuhi keinginannya. Tidak jarang media massa dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Misalnya, ketika seseorang menginginkan kesenangan, media massa memberikan hiburan. Media massa kadang mampu dijadikan pelarian ketika seseorang ingin lari dari kenyataan. Seperti halnya ketika seseorang menyukai salah satu program acara televisi. Maka
20 dia akan mencari informasi mengenai program acara tersebut. Kebutuhan seseorang semakin beragam terhadap media massa/ televisi antara lain 23:
a. Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.
b. Kebutuhan Afektif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalam-pengalam yang estetis, menyenangkan, dan emosional.
c. Kebutuhan Integratif Pribadi, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. d. Kebutuhan Integratif Sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. e. Kebutuhan Pelepasan, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.
Kebutuhan tersebut yang menimbulkan motif seseorang
untuk mencapai tujuannya. Adapun motif seseorang
mengkonsumsi media menurut Mc Qual, Blumler, dan Brown (1972)24, yaitu :
a. Motif Kognitif yaitu kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan misalnya
23
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta, PT Raja Grafindo, 2007), p. 194-195
24
Jurnal _motif anak dalam menonton tayangan program opera anak, Elizabeth Nisca Wain, UPN Veteran Jatim, page : 7-8
21 memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum atau mencari berita tentang peristiwa dan kondisi.
b. Motif Identitas Pribadi yaitu kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri yang bersangkutan. c. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial yaitu keinginan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk mengikuti keadaan sekitarnya.
d. Motif Diversi (hiburan) adalah keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan, tekanan, dan kebutuhan akan hiburan. F.3 Televisi
Keberadaan media massa saat ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Media massa disini adalah televisi yang kini telah berubah seolah-oleh menjadi kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Televisi menjadi komunikasi massa yang lebih diminati oleh khalayak. Karena televisi memberikan suguhan gambar dan suara yang beragam dan terkesan nyata. Pada dasarnya, prosentase penggunaan jenis media massa masih dikuasai oleh televisi. Kemampuan televisi mendominasi media lain
karena media ini mempunyai kelebihan, antara lain 25:
1. Bersifat Dengar – Pandang
Berbeda dengan media radio yang hanya bisa dinikmati melalui indera pendengaran, televisi bisa dinikmati secara visual
25
22 melalui indera penglihatan. Karena jika seseorang melihat suatu peristiwa di televisi, orang tersebut akan memiliki kekuatan sugestif yang tinggi. Jika potensi semacam ini dioptimalkan untuk praksis pembelajaran, maka akan memiliki pengaruh positif bagi peningkatan kualitas pendidikan.
2. Menghadirkan Realitas Sosial
Televisi mampu menghadirkan suatu realitas sosial yang seolah – olah seperti aslinya. Hal ini tentu memiliki pengaruh sangat kuat pada diri khalayak. Visualisasi yang didukung oleh kekuatan suara pada kenyataannya sangat membantu memahamkan seseorang terhadap sesuatu yang sulit menjadi mudah dimengerti. Dengan demikian, kelebihan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk tujuan pendidikan.
3. Simultaneous
Kelebihan lain dari televisi adalah mampu menyampaikan segala sesuatu secara serempak sehingga dapat menyampaikan informasi kepada banyak orang yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu yang sama persis (simultaneous). Sifat ini tidak dimiliki oleh media cetak yang membutuhkan sistem distribusi panjang sehingga lokasi yang berada jauh dari tempat percetakan akan menerima informasi lebih lambat dibandingkan dengan yang berada didekat pusat penerbitan.
23 Televisi dijadikan media yang efektif dalam proses komunikasi. Karena tayangan program televisi secara umum disajikan dengan pendekatan yang persuasif kepada khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang member kesan dekat, tidak berjarak, bahasa tutur sehari – hari, gesture yang wajar menciptakan suasana intim atau dekat antara presenter program dengan khalayak. Pada dasarnya, televisi didukung visual yang menarik, sehingga jika potensi tersebut dikelola secara baik untuk misi pendidikan, pengaruh yang ditimbulkan pun cukup besar.
5. Menghibur
Kelebihan terbesar televisi adalah menghibur. Menurut Neil Postman bahwa esensi media televisi adalah hiburan sehingga beliau memperolok masyarakat dengan sindiran “menghibur diri sampai mati”. Oleh karenanya, dalam memproduksi suatu program acara, televisi selalu mempertimbangkan aspek hiburan.
Setelah mengetahu kelebihan televisi sehingga lebih banyak masyarakat untuk memilih televisi sebagai sarana pemenuhan kebutuhannya. Maka menurut Onong Uchjana fungsi televisi sebagai
media massa adalah sebagai berikut, yaitu :26
a. Fungsi informasi (To information) b. Fungsi pendidikan (The education) c. Fungsi hiburan (To Entertainment)
26
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja Rosdakarya: 2011),p.31
24 d. Fungsi mempengaruhi (To Influence)
Keempat fungsi tersebut kemudian mengarah pada realitasnya adalah, televisi lebih banyak berisi tentang program acara yang menghibur, yaitu sebagai fungsi entertainment. Hal tersebut karena minat audien lebih tinggi terhadap program hiburan yang ditangkap oleh stasiun televisi sehingga banyak menayangkan program acara hiburan.
F.4 Program Acara Televisi
Setiap harinya stasiun televisi menyuguhkan berbagai jenis macam program acara. Banyaknya ragam program acara berdasar pada kesukaan penonton. Ketika ada satu jenis program kesukaan penonton dan mendapat ratting tinggi, maka stasiun televisi akan terus menyuguhkan program acara tersebut. Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya, jenis program acara televisi dapat
dikelompokan menjadi dua,27 yaitu :
a. Program informasi (berita) adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audien. Segala bentuk informasi disajikan dalam program tersebut. Tidak melulu program berita, talk show (perbincangan) juga dapat masuk
27
25 dalam program informasi. Program informasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
- Hard news, segala informasi penting dan/ atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Program berita ini biasanya muncul beberapa kali dalam satu hari, misalnya pada pagi, siang, petang dan tengah malam. Berdurasi 30 menit dan dapat dibagi dalam tiga bentuk berita, stanight news, features, dan infotainment.
- Soft news, segala bentuk informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (in depth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Soft news merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Program yang masuk dalam kategori soft news adalah current affair, magazine, dan talk show.
b. Program hiburan (entertainment) adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalm bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Berikut ini adalah program yang masuk dalam kategori hiburan, adalah :
- Drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.
26 - Musik merupakan program yang menyajikan berbagai bentuk musik baik videoklip atau konser. Program acara tersebut dapat dilakukan didalam ruangan ataupun luar ruangan. Keberhasilan program musik dapat ditentukan dari kemampuan artis dan bagaimana acara tersebut dikemas sehingga audien tertarik.
- Permainan (game show) merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik individu maupun kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program acara permainan adalah salah satu produksi yang paling mudah dibuat dan biaya produksi yang relatif rendah. Program permainan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Quiz Show, Ketangkasan, dan Reality Show.
- Pertunjukan adalah program yang menampilkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di Studio maupun diluar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun di luar ruangan (outdoor). Program acara ini dapat terbagi dalam berbagai jenis seperti pertunjukan musik, pertunjukan memasak, pertunjukan lawak, atau pertunjukan-pertujukan yang lainnya.
Televisi memanjakan audiensnya dengan berbagai macam jenis program. Jenis program yang banyak ditonton oleh audience dapat meningkatkan ratting, sehingga stasiun televisi lainnya berlomba-lomba untuk membuat program yang sama. Ratting adalah sistem yang digunakan untuk mengukur banyaknya penonton, yang paling tidak
27 minimum satu menit (bahkan 17 detik). Ratting berurusan dengan kuantitas, ratting dihitung berdasarkan presentase jumlah audien suatu program acara, dibanding dengan populasi total atau populasi tertentu,
yang didefinisikan dalam satu periode waktu.28 Semakin tinggi ratting
suatu program acara maka tidak menutup kemungkinan semakin banyak iklan. Program acara favorit audien tergantung dari selera audien terhadap jenis-jenis program. Setiap audien bisa saja memilih beberapa program acara menjadi program favoritnya. Menurut Neil Postman, orang yang memiliki lebih dari satu program acara favorite disebut dengan omnivision.29 Seorang omnivision mengkonsumsi segala jenis program. Selain itu, faktor usia, gender, status, pekerjaan, dan tinggi pendidikan dapat menentukan selera program yang disukai. Tidak jarang stasiun televisi juga telah mengkategorikan program acaranya diperuntukan untuk kalangan mana.
F.4.1 Program Acara Komedi
Masyarakat saat ini banyak disuguhi pilihan program acara televisi. Program acara komedi adalah salah satu dari banyaknya program acara televisi yang diminati oleh masyarakat. Komedi atau melawak adalah usaha yang dilakukan untuk membuat orang lain tertawa. Banyak yang dapat dilakukan agar orang lain tertawa, dengan mengucapkan lelucon, dengan subyek lelucon orang lain atau diri sendiri. Selain itu, cara lainnya adalah dengan tingkah laku
28
Sunardi Wirodono, Matikan TV-Mu,( Magelang : Resist Books, 2006), p.92
29
28 yang dibuat sehingga menimbulkan kelucuan. Berikut ini merupakan jenis program acara komedi, antara lain:
a. Komedi situasi
Situasi komedi atau yang biasa akrab disebut dengan sitkom merupakan genre komedi yang berada pada suatu latar. Sitkom adalah komedi radio, namun saat ini lebih banyak ditayangkan di televisi. Berdurasi 20-30 menit dengan karakter, latar, lokasi, dan dekorasi yang selalu sama setiap kali tayang ditelevisi. Misalnya acara OB (office boy) yang ditayangkan di RCTI merupakan sitkom yang sempat terkenal dengan latar adalah
perkantoran.30
b. Drama komedi
Drama komedi merupakan genre komedi yang
menggabungkan drama dengan lelucon yang menggelitik. Tidak hanya menyajikan drama dengan alur cerita yang menyedihkan
atau menyenangkan, tetapi juga memberikan lawakan
didalamnya. c. Komedi Sketsa
Komedi Sketsa adalah adegan komedi yang berdurasi 1- 10 menit. Sketsa komedi dilakukan oleh sekumpulan lakon pelawak yang dipentaskan dengan tema tertentu. Improvisasi adalah unsur penting dalam sketsa komedi, karena dengan improvisasi
30
29
lelucon yang disampaikan bisa mengalir dengan sendirinya.31
Contoh komedi sketsa adalah program acara Sketsa yang tayang di Trans TV.
d. Stand Up Comedy
Stand Up Comedy merupakan genre komedi yang dilakukan oleh satu orang ( one man show ). Bernama Stand Up Comedy, namun tidak harus dilakukan secara berdiri dan tidak menentukan kostum. Pelaku stand Up Comedy disebut dengan comic. Stand Up Comedy berisi lawakan monolog, dengan sesekali melemparkan lawakannya kepada penonton. Stand Up Comedy saat ini tengah tayang di Kompas TV dan Metro TV. e. Komedi improvisasi
Komedi improvisasi adalah komedi dimana pelaku beradegan sesuai dengan tema dan sinopsis cerita atau arahan dari seseorang. Disini daya kreatifitas pelaku komedi improvisasi dikembangkannya sehingga menimbulkan efek lucu baik dengan dialog, gesture, maupun mimik wajah. Program acara Akhirnya Datang Juga yang dibawakan oleh Wingky
Wiryawan merupakan bentuk komedi improvisasi.32
f. Game Show comedy
Game show comedy adalah komedi yang disisipkan dalam sebuah permainan. Bukan semata komedi karena pada intinya
31
http://ms.wikipedia.org/wiki/Komedi_sketsa
30 adalah acara permainan. Namun acara permainan yang disetting sehingga menjadi lucu/ menimbulkan kelucuan. Hole In The Wall yang pernah tayang di SCTV adalah contoh dari game show comedy.
Jika dulunya di Indonesia bentuk lawak dilakukan oleh banyak orang (ber-group). Beberapa komedian yang tergabung menjadi kelompok yang kemudian mementaskan suatu cerita. Kelucuan timbul ketika terjadi interaksi antar komedian. Merebaknya program acara komedi di beberapa stasiun televisi berarti tingkat kebutuhan masyarakat akan hiburan semakin tinggi. Beberapa program acara komedi yang tayang di televisi adalah Extravaganza, Opera Van Java, Srimulat, dan lain-lain. Kini komedi grup tersebut berevolusi menjadi Stand Up Comedy. “Komedi berdiri” yang lahir di Inggris namun lebih populer di Amerika tersebut kini banyak diminati oleh masyarakat.Tanpa meninggalkan komedi berkelompok yang masih diminati, Stand Up Comedy hadir sebagai pilihan program acara hiburan bagi masyarakat. Stand Up Comedy adalah seni lawak yang dimainkan secara monolog. Saat ini 2 Kompas TV dan Metro TV adalah stasiun televisi yang menayangkan acara tersebut namun dengan format yang berbeda.
31
F.5 Mahasiswa Sebagai Audien Televisi
Tidak dapat dipungkiri bahwa audience televisi sangat beragam. Ada banyak faktor yang yang membuat audience televisi berbeda yakni tingkat pendidikan, status sosial, faktor psikologis serta faktor geografis sehingga membedakan selera antar individu berbeda. Setiap individu juga memiliki tujuan masing- masing ketika menikmati program acara televisi. Menurut Hiebert membedakan karakteristik audience sebagai berikut, antara lain : 33
1. Audien cenderung berisi individu- individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.
2. Audien cenderung besar
Besar dapat diartikan dengan luadi sini berarti tersebar keberbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini bersifat bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa disebut audien meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi, perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi tidak ada ukuran pasti tentang luas audien itu.
33
32 3. Audien cenderung heterogen
Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa medi massa tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.
4. Audien cenderung anonim
Yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin audien bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaan ?. Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus per satu kasus tetapi meliputi semua audience. Sebab, bisa saja sesama audience trans 7, antaranggota keluarga saling mengenal. Akan tetapi, saling mengenal disini bukan seperti itu maksudnya.
5. Audien secara fisik dipisahkan oleh komunikator
Anda berada di Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi yang disiarkan dari Jakarta. Bukankah dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer ? Dapat juga dikatakan bahwa audien dipisahkan oleh ruang dan waktu.
Mahasiswa merupakan audien yang sangat kritis terhadap tontonan televisi. Karena mahasiswa dianggap sebagai intelektual muda yang sedang dalam pencarian akan jati dirinya. Mahasiswa menjadi sangat selektif terhadap tontonan televisi. Memilih beberapa program acara televisi yang berkualitas atau layak ditonton. Mulai dari pemenuhan
33 merupakan komunikan media massa. K. Avery menggolongkan audien
media menjadi beberapa golongan34, antara lain:
1. Selective attention
Audien yang tergolongan dalam selective attention termasuk menerima pesan-pesan dari media yang hanya diminatinya saja. 2. Selective perseption
Yang termasuk dalam golongan selective perseption adalah mereka yang berbeda persepsinya dalam menanggapi suatu pesan media. 3. Selective retention
Selective retention adalah golongan yang hanya mau mengingat apa yang perlu diingat saja terutama kalau erat kaitannya dengan kepentingan mereka.
F.6 Teori Uses and Gratification
Ketika audience televisi dihadapkan pada banyaknya program acara, maka Ia akan memilih acara yang sesuai dengan kebutuhannya, apakah sekedar mencari hiburan tanpa memperhatikan kualitas atau justru memperhitungkan kualitas, sekedar ingin tahu atau justru ingin terlibat dalam acara tersebut. Teori uses and gratification adalah mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media , yakni menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Teori tersebut meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media
34
Primacandra Febrianto. Motif Remaja Menonton Opera Van Java Di Trans 7( Studi Pada
34 yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang kita inginkan. Jadi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan, seseorang memilih media apa yang gunakan untuk mengharapkan kepuasan atau memenuhi keinginan. Hebert Blumler dan Elihu Katz (1974) adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini, kemudian mereka merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori Uses and Gratification, meliputi 35:
a. Khalayak dianggap aktif , artinya sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
b. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhan . Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
d. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak , artinya orang yang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
35
35
e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
Uses and gratifications sebagai sebuah teori dapat digunakan sebagai upaya untuk menemukan apakah pemenuhan kebutuhan atau keinginan publik terarah pada tipe media cetak atau elektronik. Audience aktif terhadap media massa karena mereka memiliki tingkat yang berbeda dalam pemanfaatan medianya. Karena audience dengan kebutuhan yang berbeda-beda tersebutlah yang akan menggunakan media massa sebagai pemuasnya. Hal ini membuktikan bahwa audience aktif terhadap media massa.
G. Definisi Konseptual 1. Motif
Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respons atau suatu himpunan respons dengan keadaan dorongan tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melengkapi penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia
berbuat sesuatu.36
2. Menonton
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, menonton adalah melihat pertunjukan, gambar hidup dan sebagainya. Sedangkan pengertian menonton menurut Sardji adalah suatu proses yang disadari
36 atau tidak disadari dimana menonton diletakan pada alam yang samar yang dihadapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi di atas layar yang akan menimbulkan emosi, pikiran dan perhatian
manusia yang dipengaruhi tayangan – tayangan yang ditonton.37
3. Stand Up Comedy
Stand Up Comedy adalah acara komedi yang dilakukan oleh satu orang. Pelaku Stand Up Comedy disebut dengan comic. Comic melakukan monolog yang berisi joke-joke sehingga mengundang tawa audien. Acara komedi adalah suatu karya yang lucu yang pada umumnya bertujuan untuk menghibur, menimbulkan tawa, terutama di
televisi, film, dan lawakan.38
H. Metode Penelitian
H.1 Jenis dan Karakteristik Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah, dimana mengedepankan proses interaksi antara peneliti
dengan informan.39 Dimana pendekatan deskriptif adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Kemudian dengan jenis penelitian ini dipergunakan untuk
menginterpretasikan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subyek penelitian.
37 Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16239 38 http://id.wikipedia.org/wiki/Komedi
39
37
H.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian: Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas no. 246. Pemilihan lokasi ini dikarenakan informan yang bermacam karakteristik dapat ditemui di Universitas Muhammadiyah. Akan tetapi agar lebih spesifik maka peneliti mengambil Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru sebagai lokasi penelitian.
Waktu penelitian: 17 Februari – Selesai H.3 Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tenaga part timer semester genap 2011/ 2012 di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Malang. Alasan peneliti menjadikan mahasiswa sebagai informan dalam penelitian ini karena mahasiswa dianggap perwakilan audien televisi yang kritis terhadap tayangan televisi yang semakin beragam. Selain itu mahasiswa tenaga part timer di unit tersebut memiliki intensitas datang ke kampus, selain sebagai tenaga part timer tetapi juga sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban berkuliah atau menyelesaikan tugas akhir. Selain itu sebagai mahasiswa tenaga part timer di unit tersebut, mereka akan sering berhadapan dengan banyak orang dengan berbagai karakter secara kontinyu, sehingga dapat menimbulkan tingkat stress/ kejenuhan.
38
H.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menentukan siapa dan berapa banyak subyek yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel tidak melalui teknik ramdom (acak). Semua anggota populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel, disebabkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh peneliti.40 Peneliti memutuskan untuk
menentukan informan dengan cara teknik purposive sampling, yaitu teknik pencarian informan yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan
tujuan penelitian.41 Dalam hal ini, peneliti mengambil 5 mahasiswa
tenaga part timer di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru untuk dijadikan sebagai informan. Berikut ini adalah kriteria- kriteria dari peneliti untuk menentukan informan :
1. Subyek penelitian merupakan mahasiswa tenaga part timer semester genap 2011/ 2012 di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Subyek penelitian merupakan penonton Stand Up Comedy Show di Metro TV.
40
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 156
41
39 3. Informan bersedia untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti.
H.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap.42 Jadi selama
wawancara yang telah peneliti susun sebelumnya hanya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan wawancara. Hal ini dirasa cukup membantu peneliti dalam menemukan motif informan tentang suatu hal. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan menggunakan bantuan tape recorder sebagai alat untuk merekam jawaban dari responden, hal tersebut dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data.
Selain itu teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi juga diperlukan dalam penelitian ini. Dokumentasi adalah teknik yang dilakukan guna melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subyek
sendiri atau oleh orang lain tentang subyek.43 Dalam penelitian ini
dokumentasi yang digunakan oleh peneliti adalah literatur – literatur dari perpustakaan, penelitian terdahulu, jurnal, serta data tentang mahasiswa tenaga part timer semester genap 2011/ 2012 di Unit Pelaksana Teknis Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Malang.
42
Prof Dr Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,2008) p.140
43
40
F.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles and Huberman. Pada dasarnya, model analisa data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu sebagai berikut:44
1. Reduksi Data
Yaitu proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.
2. Penyajian Data
Tahap penyajian data berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategori sesuai tema-tema yang sudah dikelompokan dan dikategorikan, serta akan memecahkan tema-tema tersebut dalm bentuk yang lebih kongkret dan sederhana.
3. Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan yang dilakukan menjurus kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya dan mengungkapkan what dan how dari temuan penelitian.
H.7 Teknik Keabsahan data
Teknik keabsahan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik keabsahan triangulasi data. Triangulasi data diartikan
41 sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada.45 Teknik
triangulasi ini dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut, yaitu:46
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara atau pengisian angket
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
3. Membandingakan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berbeda – beda kelas atau status sosialnya
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
45
ibid, p.241