• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA

Disusun Oleh :

 Nico Kharollis 16/401712/SV/12216

 Selvi Phytagoresna 16/401718/SV/12222

 Yola Riski Ramadanthi 16/401722/SV/12226

 Dwiki Altito Priambodo 16/405819/SV/12515

DIPLOMA TEKNIK GEOMATIKA SEKOLAH VOKASI

(2)

DAFTAR ISI

BAB I ... 1

JUDUL ... 1

TUJUAN ... 1

WAKTU DAN LOKASI ... 1

DASAR TEORI ... 1

ALAT DAN BAHAN ... 3

LANGKAH KERJA ... 3 BAB II ... 4 HASIL ... 4 PEMBAHASAN ... 4 BAB III ... 6 KESIMPULAN ... 6 DAFTAR PUSTAKA ... 7

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. JUDUL

Paralaks foto udara

B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan tinggi terbang dan foto yang telah disediakan.

2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran Panjang Basis pada foto yang telah disediakan.

3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran nilai Paralaks dan beda paralaks menggunakan 2 foto bertampalan yang telah disediakan.

4. Mahasiswa mampu menghitung ketinggian suatu gedung/rumah/objek diatas permukaan tanah terdapat didalam foto yang telah disediakan

C. WAKTU DAN LOKASI

Waktu : Jumat, 10 Maret 2017

Lokasi : Lab. Fotogrametri, Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Teknik, UGM.

D. DASAR TEORI

Berdasarkan Perkumpulan Fotogrametriawan Amerika (American Society of Photogrammetry/ ASP), Fotogrametri didefinisikan sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya tentang obyek fisik dan lingkungannya melalui prosese perekaman, pengukuran dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang terekam. Fotoyang dimaksud disini adalah foto udara, yaitu rekaman dari sebagian permukaanbumi yang dibuat dengan menggunakan kamera yang dipasang pada wahanaantara lain pesawat terbang.

Foto udara merupakan rekaman fotogrametris obyek di atas permukaan bumi yang pengambilannya dilakukan dari udara. Obyek yang terekam dalam foto udara meliputi semua kenampakan tanpa bisa untuk diseleksi terlebih dahulu. Dalam kondisi tertentu gambaran ini sangat menguntungkan karena melalui media foto udara bisa didapatkan gambaran semua obyek dengan kondisi dan tipe yang sesuai dengan bentuk aslinya. Akan tetapi dalam beberapa hal karena semua unsur terekam menjadikan informasi menjadi sulit diterjemahkan. Maka dari itu dilakukan pendugaan guna mengetahui berbagai informasi dari suatu foto udara baik secara pengukuran dengan suatu alat maupun dengan mata langsung.

(4)

Pemandangan monoskopik adalah tata cara melihat sesuatu obyek hanyadengan satu mata. Cara ini tidak memberikan kesan keruangan terhadap obyekyang dipandang. Jadi obyek yang terlihat seolah-olah diproyeksikan pada suatu bidang datar sehingga tidak dapat diperkirakan jarak antara obyek yang satudengan yang lain terhadap mata kita. Hanya secara kualitatif dapat dikatakan bahwa benda yang satu lebih jauh dari benda yang lain atau sebaliknya. Sedangkan pemandangan stereoskopik hanyadapat dilakukan dengan pengamatan menggunakan dua mata secara bersamaan. Cara memandang seperti ini akan memberikan kesan kedalaman atau keruangan. Kemampuan mata untuk dapat membedakan jarak suatu obyek berkisar pada jarak2 cm sampai deangan 50 meter. Selebihnya dari jarak itu orang tidak dapatmelihat kesan keruangan atau tak ubahnya seperti melihat secara monoskopik.

Dalam bidang fotogrametri model tiga dimensi dapat diukur, dikaji dan dipetakan. Dengan dasar ini maka melalui media foto udara dapat digunakanuntuk membuat peta baik dalam dua dimensi maupun tiga dimensi. Bayanganstereoskopik dari foto udara hanya dapat dilihat dengan beberapa syarat sebagaiberikut ;

a. Tersedia dua buah foto udara yang berpasangan (bertampalan). b. Kedua foto harus terorientasi satu terhadap yang lain.

c. Satu mata hanya melihat satu foto.

Bagian a dan b dapat dilatih tetapi bagian c teramat sulit untuk dilakukan walaupun sebagian kecil orang dapat melakukannya. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan instrument berupa stereoskop.

Stereoskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat pasangan foto udara secara stereoskopik atau tiga dimensional. Cara kerja semua stereoskop pada dasarnya sama. Stereoskop terdiri atas stereoskon lensa/saku dan stereoskop cermin, Pengamatan stereoskopik yang tepat dan baik harus memenuhi beberapasyarat yaitu basis mata, garis penghubung pusat lensa dan jalur terbang harussaling sejajar. Serta jarak antara dua titik yang sama pada dua buah foto dalam keadaan stereo haruslah sama. Apabila tidak terpenuhi syarat tersebut maka akan terjadi paralaks y (py).Paralaks y kecil hanya akan mempengaruhi tegangan mata dan apabila besar makatidak dapat dibentuk model tiga dimensi.

Paralaks adalah kenampakan perubahan posisi suatu obyek terhadap suatuobyek rujukan yang disebabkan oleh perpindahan posisi pengamat. Paralaksterjadi pada semua gambar yang tampak pada tampalan foto yang berturutan. Perubahan paralaks sesuai dengan ketinggian tempat menyajikan dasar fundamental untuk menentukan ketinggian titik-titik berdasar pengukuranfotografik. Apabila dua foto udara belum terorientasi akan terlihat detil pada foto kiridan kanan belum berhimpit yang berarti bayangan tersebut masih ada paralaks. Karena tiap-tiap detil menunjukkan suatu posisi (dalam sistem koordinat)sehingga paralaks suatu titik adalah perbedaan koordinat foto kiri dan foto kanandari titik tersebut.

(5)

E. ALAT DAN BAHAN 1. Stereoskop cermin 2. Foto udara 3. Pralaks bar 4. Penggaris 5. Lembar pencatatan 6. Alat tulis F. LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan sebelum melakukan praktikum 2. Kedua foto udara diletakkan dibawah stereoskop

3. Tentukan titik yang mudah dikenal pada foto udara yang overlap. Contoh: Bangunan. 4. Amati dibawah stereoskop sambil kedua lembar foto udara digeser-geser sehingga titik

yang telah ditentukan pada kedua foto tampak menyatu dan diperoleh pandangan 3D. 5. Daerah bertampalan akan menghasilkan gambar 3D yang dapat digunakan untuk

mengamati unsur ketinggian dan kemiringan, terutama pada foto udara tegak lurus. 6. Rekatkan ujung-ujung foto yang telah. bertampalan dengan menggunakan selotip 7. Letakkan cermin yang terdapat pada paralaks bar diujung kanan titik objek. Diatur

flotting mark/tanda apung yang terdapat pada cermin agar posisi tepat berada diujung kanan titik objek.

8. Setelah flotting mark/tanda apung yang terdapat dicermin tepat berada pada kedua ujung kanan titik objek bangunan pada dua foto yang bertampalan. Baca mikrometer pada ujung paralaks bar. Kemudian catat hasilnya sebagai PA.

9. Kemudian lakukan langkah 7 dan 8 pada ujung sisi yang sama titik objek bangunan, didapatkan hasilnya sebagai PB.

(6)

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil dari praktikum pada kesempatan kali ini adalah sebagai berikut: 1. Pada pengukuran obyek pertama didapatkan:

Beda paralaks titik A : 43+0,95 : 43,95 mm Beda paralaks titik B : 44+0,275

: 44,275 mm panjang basis foto : 31,3 cm

: 313 mm

2. Pada pengukuran obyek kedua didapatkan: Paralaks titik C : 42+0,175 mm

: 42,175 mm Paralaks titik D : 43+0,490

: 43,490 Panjang basis foto : 31,3 cm

: 313 mm

3. Dari informasi tepi pada foto udara didapatkan: Fokus lensa : 152,76

Skala foto : 1:10000

B. PEMBAHASAN

a. Mencari tinggi terbang foto udara = 1 10000= 152,76 = 152,76 ×10000 = 1527600 = 1527,6

(7)

b. Mencari selisih beda paralaks di titik pada obyek pertama dan kedua ∆ = − ∆ = 44,275 − 43,95 ∆ = 0,325 ∆ = − ∆ = 43,490 − 42,175 ∆ = 1,315

c. Mencari beda tinggi kedua titik di obyek pertama

∆ℎ = ∆ × + ∆ ∆ℎ =0,325×1527600 313 + 0,325 ∆ℎ = 496470 313,325 ∆ℎ = 1584,520865 ∆ℎ = 1,58420865

d. Mencari beda tinggi kedua titik di obyek kedua

∆ℎ = ∆ × + ∆ ∆ℎ = 1,315×1527600 313 + 1,315 ∆ℎ = 2008794 314,315 ∆ℎ = 6391,021746 ∆ℎ = 6,391021746

(8)

BAB III KESIMPULAN

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa. Pengukuran nilai paralaks pada foto udara dengan alat stereoskop adalah pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat objek yang ada pada 2 lembar foto udara yang memiliki nomor yang berurutan secara bertampalan agara kedua foto tersebut nampak menghasilkan gambar 3D.

Dalam 2 foto udara yang diamati, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tinggi terbang dari kedua foto udara berdasarkan hasil hitungan adalah 1527,6 m

2. Panjang Basis kedua foto dalam keadaan stereo berdasarkan hasil pengukuran adalah 31,3 cm 3. Nilai beda paralaks dan selisih beda paralaks kedua titik pada objek pertama adalah

a. Beda Paralaks titik A (PA) = 49,3 mm b. Beda Paralaks titik B (PB) = 44,275 mm c. Selisih Paralaks titik A dan B = 0,325 mm

4. Nilai beda Paralaks dan selisih beda paralaks pada kedua objek kedua adalah a. Beda Paralaks titik C (PC) = 42,175 mm

b. Beda Paralaks titik D (PD) = 43,490 mm c. Beda Paralaks titik C dan D = 1,315 mm

5. Tinggi objek pertama didapatkan hasil hitungan = 1,584 m 6. Tinggi objek kedua didapatkan hasil hitungan = 6,391 m

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Erosi Dan Evaluasi Hasil Interpretasi Erosi Melalui Foto Udara (Di Bawah Bimbingan Komarsa Gandasasmita dan Dwi. Putro

Yang ketiga dilakukan pengukuran absorban sampel dengan cara, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian dipipet 200 µl serum ke dalam tabung reaksi,

Sistem telemetri pengamatan profil cuaca dan kualitas udara di Gunung tangkuban perahu yang sudah diimplementasikan alat pengukurannya ini sudah memiliki

Hasil yang diperoleh adalah sebuah prototype quadcopter dilengkapi dengan kamera foto yang dapat menggambil foto udara objek wisata di kota Palembang dan menghasilkan

kajian ini adalah untuk melakukan pemetaan sebagian kawasan kampus di Universitas Islam Indonesia (UII) DIY dengan memanfaatkan data foto udara dari wahana UAV.. METODE PENELITIAN

Hasil yang diperoleh adalah sebuah prototype quadcopter dilengkapi dengan kamera foto yang dapat menggambil foto udara objek wisata di kota Palembang dan menghasilkan

Fotogrametri adalah sebuah proses untuk memperoleh informasi metris mengenai sebuah objek melalui pengukuran yang dibuat pada hasil foto baik dari udara maupun

Hal ini disebakan karena perbedaan dari jenis bahan yang digunakan sebagai penyangga emulsi. Pengkerutan atau pemekaran ini dapat dikoreksi dengan membandingkan jarak foto