• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE ANALITYC NETWORK PROCESS UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN ASAHAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE ANALITYC NETWORK PROCESS UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN ASAHAN)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

102

PENERAPAN METODE ANALITYC NETWORK PROCESS UNTUK

MENENTUKAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS

DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN ASAHAN)

Maulana Dwi Sena

Program Studi Manajemen Informatika AMIK Royal Kisaran

Email: maulanadwisena@gmail.com

Abstract

In this study, developed an information system decision support priority road improvements to public works using Analytic Network Process (ANP). Method Analytic Network Process (ANP) is a multi-criteria analysis methods that can be used in the decision-making system by taking into account the factors of perception, preference, experience and intuition. Decision Support System or commonly called Decision Support System (DSS) is a system based model that consists of procedures in data processing and consideration for assist managers in making decisions. In order to successfully achieve its objectives, the system should simple, easy to control, easy to adapt the full on the important things and easy communicate with it. In other words Method of Analytic Network Process is one method able to represent the level of interest of various parties taking into account the interrelationship between criteria and sub criteria exist.

Keyword: Decision Support System, ANP, DSS

1. Pendahuluan

Sistem Pendukung Keputusan atau sering disebut Decision Support System (DSS) adalah Sistem berbasis model yang terdiri dari prosedurprosedur dalam pemrosesan data dan pertimbangannya untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan. Agar berhasil mencapai tujuannya maka sistem tersebut harus sederhana, mudah untuk di kontrol, mudah beradaptasi lengkap pada hal-hal penting dan mudah berkomunikasi dengannya. Multi Criteria Decision Making (MCDM) memfasilitasi pemilihan alternatif terbaik diantara beberapa alternatif yang ada dengan penilaian terhadap berbagai kriteria yang mempengaruhinya. Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan seringkali memiliki keterkaitan satu sama lain, sehingga metode ANP sangat tepat digunakan untuk menangani permasalahan dengan keterkaitan antar kriteria (Bottero dan Ferreti, 2001).

The Analytical Network Process (ANP) adalah generalisasi dari Analytical Hierarchy Process (AHP), dengan mempertimbangkan ketergantungan antara unsur-unsur dari hirarki. Banyak masalah keputusan tidak dapat terstruktur secara hirarkis karena mereka melibatkan interaksi dan ketergantungan unsur-unsur tingkat yang lebih tinggi dalam hirarki di elemen level yang lebih rendah (Saaty, 2008 : 2). Pada saat ini metode ANP juga telah digunakan oleh beberapa peneliti, misalnya untuk “Pemilihan Supplier Bahan Baku Benang” (Yani Iriani, 2012) atau “Pemilihan Pemasok” (Yogi Yusuf Wibisono, 2013).

Berdasarkan data Kondisi Jalan Kabupaten Asahan pada Tahun 2009 diketahui bahwa total panjang jalan di Kabupaten Asahan adalah 1.152,68 km, 223,48 km berada pada kondisi baik, 712,05 km

pada kondisi rusak, 60,9 km pada kondisi rusak ringan, 156,16 km pada kondisi rusak berat, serta 22,1 pada kondisi sangat rusak. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan telah berupaya menangani perbaikan jalan, namun sering mengalami kesulitan dalam menentukan perbaikan seperti apa yang tepat untuk jalan tersebut.

2. Landasan Teori

2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan

Konsep pendukung keputusan (SPK)/Decision Support System (DSS) pertama kali diungkapkan pada tahun 1970-an oleh Scott Morton. Menurut Gorry dan Morton (1971) yang mendefinisikan DSS sebagai ”Sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalahmasalah yang tidak terstruktur”. Di dalam sistem pendukung keputusan pasti tidak terlepas dari proses pengambilan keputusan itu sendiri. Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan terdiri dari 3 fase proses: intelligence, design, dan choice. Intelligence yaitu pencarian kondisikondisi yang dapat menghasilkan keputusan. Design yaitu menemukan, mengembangkan, dan menganalisis materi-materi yang mungkin untuk dikerjakan, sedangkan choice yaitu pemilihan dari materi-materi yang tersedia, mana yang akan dikerjakan.

2.2 Analytic Network Process (ANP)

Metode ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP (Analytical Hierarchy Process) berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif. Keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence) dan keterkaitan antar elemen

(2)

103

yang berbeda (outer dependence). Adanya

keterkaitan tersebut menyebabkan metode ANP lebih kompleks dibandingkan dengan metode AHP.

Salah satu keuntungan penggunaan model ANP dalam proses pengambilan keputusan adalah dapat diakomodasinya keterkaitan antarkriteria dan subkriteria pengambilan keputusan dalam masalah yang dihadapi. Berdasarkan subkriteria yang telah diidentifikasi, ditemukan keterkaitan pada beberapa subkriteria tersebut. Keterkaitan ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu inner dependence dan outerdependence. Inner dependence adalah keterkaitan yang terjadi antarsubkriteria dalam sebuah kriteria yang sama sedangkan outer dependence merupakan keterkaitan yang terjadi antarsubkrieteria di kriteria-kriteria yang berbeda. Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan ANP adalah:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan kriteria solusi yang diinginkan.

2. Menentukan pembobotan komponen dari sudut pandang manajerial.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi atau pengaruh setiap elemen atas setiap kriteria. Perbandingan dilakukan berdasarkan penilaian dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen. 4. Setelah mengumpulkan semua data perbandingan berpasangan dan memasukkan nilai-nilai kebalikannya serta nilai satu di sepanjang diagonal utama, prioritas masing-masing kriteria dicari dan konsistensi diuji.

5. Menentukan eigenvector dari matriks yang telah dibuat pada langkah ketiga.

6. Mengulang langkah 3, 4, dan 5 untuk semua kriteria.

7. Membuat unweighted super matrik dengan cara memasukkan semua eigen vector yang telah dihitung pada langkah 5 ke dalam sebuah super matriks. 8. Membuat unweighted super matrik dengan cara melakukan perkalian setiap isi unweighted supermatrix terhadap matriks perbandingan kriteria (cluster matrix).

9. Membuat limiting supermatrix dengan cara memangkatkan super matriks secara terus menerus hingga angka di setiap kolom dalam satu baris sama besar, setelah itu lakukan normalisasi terhadap limiting supermatrix.

10. Ambil nilai dari alternatif yang dibandingkan kemudian dinormalisasi untuk mengetahui hasil akhir perhitungan.

11. Memeriksa konsistensi, rasio konsistensi tersebut harus 10% atau kurang. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data keputusan harus diperbaiki. 12. Menyusun prioritas merupakan salah satu bagian yang penting dan perlu ketelitian didalamnya. Pada bagian ini ditentukan skala kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. Langkah dalam penyusunan prioritas adalah menyusun perbandingan berpasanganan, yaitu membandingkan dalam bentuk

berpasangan seluruh untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut kemudian ditranformasikan ke dalam bentuk matriks untuk maksud analisis numerik, yaitu matrik nxn. Di dalam matrik ini di buat matrik perbandingan antar elemen untuk sub sistem hirarki itu dapat di buat dalam bentuk matriks nxn. Matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan. Matriks yang dihasilkan dari perbandingan yang dilakukan secara acak merupakan suatu matriks yang mutlak tidak konsisten. Dari matriks acak tersebut didapatkan juga nilai onsistency index, yang disebut dengan Random Index (RI). Dengan membandingkan CI dengan RI maka didapatkan patokan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matriks, yang disebut dengan Consistency Ratio (CR), dengan rumus:

CR = CI / RI.

Di mana:

CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index RI = Random Index

3. Analisa dan Perancangan 3.1Analisa Permasalahan

Setelah melakukan pengamatan terhadap sistem prioritas perbaikan jalan yang sekarang, bahwa belum adanya sistem komputer di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan yang membantu untuk menentukan perbaikan jalan mana yang tepat. Sehingga untuk menentukan prioritas perbaikan jalan masih lama dan menyebabkan perbaikan jalan menjadi lambat.

3.2 Analisa Kebutuhan Data

Pada tahap ini dijelaskan mengenai pembuatan model Analitic Network Process (ANP) dalam menentukan prioritas perbaikan jalan. Bagaimana model ANP mengintegrasikan beberapa alternatif jalan yang akan dipilih dengan berbagai kriteria pemilihan yang telah ditentukan, melakukan perbandingan antar kriteria, pemberian nilai bobot, proses perkalian matriks dalam melakukan perbandingan kriteria dan hasil dari pemilihan dengan metode ANP.

3.3 Analisa Kebutuhan Alternatif

Metode ANP untuk menentukan prioritas perbaikan jalan merupakan alternatif solusi bagi pihak pembuat keputusan, dalam hal ini yaitu pihak Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan. Ada tiga cara yang dilakukan sebagai alternatif yang digunakan untuk menentukan prioritas perbaikan jalan yaitu :

A. Pengaspalan Jalan

Proses pengaspalan jalan dilakukan apabila jalan tersebut telah dilakukan pengerasan jalan terlebih dahulu. Ada beberapa cara untuk melakukan pengaspalan jalan diantaranya :

(3)

104

1. Pengaspalan permukaan satu lapis (Single Surface

Treatment) Pengaspalan dengan sistem ini menggunakan satu lapisan aspal yang ditutup oleh satu lapis batuan berukuran kecil sebagai batu-batuan pelapis. Sistem ini sering dikenal dengan istilah Surface Dressing.

2. Pengaspalan permukaan lebih dari satu lapis (Multiple Surface Treatment) Pengaspalan permukaan lebih dari satu lapis hampir sama dengan pengaspalan satu lapis. Pertama-tama disemprotkan aspal dan kemudian batu-batuan dihamparkan diatasnya dan ditekan pada aspal tersebut. Tetapi di sini terdapat dua atau tiga lapisan yang mempunyai ukuran batu-batuan yang berbeda.

B. Pengerasan Jalan

Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas, baik arus pergerakan barang maupun manusia. Khususnya didaerah pedesaan masih banyak yang belum menyadari akan pentingnya kondisi dari permukaan jalan, ini terbukti karena masih banyaknya jalan-jalan didaerah pedesaan yang kondisinya rusak berat seperti adanya lobang-lobang dan amblas pada permukaan jalan tersebut terutama diwaktu musim hujan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena pada umumnya permukaan jalan tersebut tidak diberi lapisan permukaan yang mampu memperkecil pengaruh air terhadap badan jalan.

Untuk membuat suatu lapis permukaan/penutup (Surface Course) membutuhkan biaya yang relatif mahal sehingga hal ini tidak dapat dilaksanakan karena pada umumnya dana untuk pembangunan jalan pedesaan terbatas. Untuk itulah dapat dilakukan pengerasan jalan terlebih dahulu. Faktor yang sangat penting dalam penentuan tebal perkerasan yang dibutuhkan pada suatu jalan adalah kekuatan lapisan tanah dasar (subbase soil). Stabilitas tanah dasar sangat diperlukan untuk mendukung lapisan perkerasan jalan. Apabila tanah dasar untuk lapisan perkerasan jalan memiliki kuat dukung yang buruk seperti halnya pada tanah ekspansif, akan mengakibatkan kontruksi perkerasan jalan mudah rusak.

C. Pelebaran Jalan

Pelebaran jalan dilakukan agar lalu lintas di derah tersebut tidak terjadi kemacatan. Hal ini terjadi akibat volume kendaraan yang menggunakan jalan tersebut telah bertambah. Banyak faktor yang mempengaruhi bertambahnya volume kendaraan suatu daerah di antaranya perdagangan, pendidikan dan pemukiman. Untuk itu pelebaran jalan merupakan suatu alternatif yang baik untuk mengatasi kemacatan jalan.

3.4 Analisa Kebutuhan Kriteria

Untuk menentukan perioritas perbaikan jalan seperti yang diharapkan maka diperlukan berbagai kriteria. Untuk metode ANP dalam menganalisa

kebutuhan kriteria dibagi dalam kluster dan node. Kluster merupakan pengelompok kriteria yang sejenis dan node adalah sub kriteria dari masingmasing kluster. Ada tiga kriteria berupa kluster dalam menentukan prioritas perbaikan jalan yang tepat dan masing-masing kluster mempunyai subsub kriteria yang dijadikan sebagai nodenya. Adapun kriteria tersebut beserta masing-masing sub kriterianya dijelaskan sebagai berikut :

A. Kluster Kriteria Kondisi Jalan

Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat kondisi jalan meliputi :

a. Rusak Sedang

Jalan dalam kondisi rusak sedang adalah jalan dengan kerataan permukaan perkerasan sedang dan retak-retak buaya tetapi tidak sampai ada kerusakan pondasi.

b. Rusak Ringan

Jalan dalam kondisi rusak ringan adalah jalan dengan permukaan sudah mulai bergelombang, mulai ada kerusakan permukaan dan penambalan.

c. Rusak Berat

Jalan dalam kondisi rusak berat adalah jalan dengan permukaan perkerasan sudah banyak kerusakan seperti bergelombang, retak-retak buaya dan terkelupas yang cukup besar, disertai kerusakan pondasi seperti amblas, dan sebagainya.

B. Kluster Kriteria Klasisifasi Ruas Jalan

Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan dan pertumbuhan suatu daerah. Artinya infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah karena perannya dalam menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk. Keberadaan infrastruktur jalan yang lancar penting perannya untuk mengalirkan pergerakan komoditas dan orang, selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pengadaan jalan sangat penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan perekonomian. Adapun sub kriteria dari klasifikasi ruas jalan tersebut adalah: a. Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan suatu usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

b. Jaringan Jalan Strategi

Jaringan Jalan Strategi merupakan yang paling utama untuk kelancaran transportasi barang dan orang, serta kemudahan aksesibilitas antar daerah. Jaringan jalan strategis secara signifikan berimplikasi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Asahan, yang dilihat dari kemudahan aksesibilitas antar daerah, peningkatan hubungan antar daerah, kelancaran transportasi barang dan orang, dan penghematan waktu tempuh.

(4)

105

c. Ekspor Non Migas

Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian itu akan menghasilkan devisa bagi negara. Barang non migas adalah barang-barang yang bukan berupa minyak bumi dan gas, seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas.

C. Kluster Tipe Permukaan Jalan

Ketidakrataan permukaan jalan dan indeks kondisi jalan merupakan parameterparameter yang sering digunakan untuk menentukan tingkat kondisi pelayanan suatu ruas jalan. Tingkat kondisi pelayanan tersebut sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan pengemudi. Ada beberapa tipe permukaan jalan yang dijadikan sebagai sub kriteria antara lain:

a. Hotmix

Aspal hotmix adalah campuran agregat halus dengan agregat kasar, dan bahan pengisi (Filler) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu panas tinggi. Dengan komposisi yang diteliti dan diatur oleh spesifikasi teknis. Aspal Beton hotmix secara luas digunakan sebagai lapisan permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas berat, sedang, ringan, dan lapangan terbang, dalam kondisi segala macam cuaca.

b. Aspal

Aspal adalah material termoplastik yang akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah. Proses pembentukan aspal melalui minyak mentah yang disuling dengan cara destilasi, yaitu proses di mana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari proses destilasi akan dihasilkan produkproduk berbasis minyak. Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama aspal keras. Aspal adalah material termoplastik yang akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah.

c. Krikil

Krikil ialah bebatuan kecil, biasanya batu granit yang dipecahkan. Kerikil sering digunakan dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu campuran untuk memproduksi bata. Kerikil yang digunakan dapat berasal dari hasil pemecahan atau langsung dari alam asalkan mengandung sedikit lempung. Untuk jalan-jalan yang bervolume rendah. d. Batu

Jalan dengan permukaan batu ini merupakan model pengerasan sebelum pengaspalan sehingga jalan

tersebut dapat di aspal nantinya. Batu yang umum digunakan dalam pengerasan jalan ini adalah batu padas.

e. Tanah

Tipe permukaan jalan tanah biasanya terdapat di daerah pedalaman dan perkebunan. Konstruksi jalan tanah ini hanya disarankan bagi daerah yang curah hujannya rendah dan memiliki kontur tanah yang relatif datar. Tidak disarankan di daerah yang basah.

3.5 Perancangan Model

Pada metode ANP interaksi dan umpan balik dari elemen-elemen dalam cluster (inner dependence) dan antar cluster (outer dependence) adalah diperbolehkan. ANP adalah suatu metode pemecahan suatu masalah yang tidak terstruktur dan adanya ketergantungan hubungan antar elemennya. Tentukan terlebih dahulu goalnya, kemudian kriteria-kriteria yang didalamnya terdapat sub-sub kriteria-kriteria kemudian lalu tentukan alternatif dari pemecahan masalah tersebut. Adapun model ANP yang dirancang pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan dapat dilihat pada gambar 4.1.

3.6 Perhitungan Matrik Perbandingan Berpasangan (MPB)

Setelah jawaban dari responden terkumpul semuanya, maka selanjutnya di susun ke dalam Matriks Perbandingan Berpasangan (MPB) atau Pairwise Comparison Matriks. Proses Matriks Perbandingan Berpasangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan antar kriteria, seperti yang dijelaskan berikut ini.

3.6.1 Matriks Perbandingan Berpasangan (MPB) dalam Kriteria

Langkah berikutnya dalam metode ANP adalah melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Sehingga pengambil keputusan dimulai dengan menampilkan hasil jaringan secara keseluruhan. Jaringan tersebut menunjukkan kriteria-kriteria dan subkriteria-kriteria yang ada, kemudian sejumlah perbandingan penetapan berpasangan dikuadratkan atau dikalikan sesama untuk mendapatkan nilai factor dan evaluasinya. Sehingga dapat diujikan kembali

(5)

106

nilainya. Dari hasil kuisioner didapatkan hasil kriteria

perbandingan berpasangan yang dapat dilihat pada tabel 4.5.

Pada Tabel 4.5 menunjukkan hasil dari pengisian kuisioner untuk kriteria klasifikasi ruas jalan, selanjutnya adalah menghitung evaluasi untuk kriteria, kemudian dilakukan kalkulasi angka-angka tersebut ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk mempermudah perhitungan matrik maka nilai tersebut diubah ke dalam bentuk desimal.

Nilai matriks yang sudah ada tersebut kemudian dikuadratkan (normalisasi) untuk menetapkan nilai factor dan evaluasinya:

Normalisasi Pertama

Setelah dilakukan perkalian matriks tersebut maka hasilnya kemudian dijumlahkan berdasarkan baris sehingga didapatkan nilai eigen prioritas dari masing-masing kriteria.

Kemudian untuk mendapatkan nilai

normalisasinya, maka hasil penjumlahan dari baris dibagi dengan jumlah keseluruhannya, sehingga:

Jika pada normalisasi pertama nilai eigen belum sama atau mendekati, harus dilakukan normalisasi lagi dengan mengkuadratkan hasil perkalian matriks yang pertama.

Normalisasi Kedua

Setelah dilakukan penjumlahan pada matriks dan hasil dari perkalian matriks tersebut (nilai eigen)

sudah sama atau mendekati maka proses dapat dihentikan. Sehingga mendapatkan nilai eigen prioritas dari masing-masing kriteria.

Kemudian hasil penjumlahan baris dibagi dengan jumlah keseluruhannya maka dapatlah nilai hasil normaslisasinya.

Langkah berikutnya mencari nilai eigen maksimum (λmaksimum) yang didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian nilai eigen dengan jumlah kolom.

Karena matriks berordo 3x3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), Nilai Consistency Index (CI) yang diperoleh :

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bobot dari masing-masing kriteria dari kriteria dalam klasifikasi ruas. Untuk ekspor non migas 65,33%, jaringan jalan strategi 18,37% dan pelayanan umum 16,30%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dicapai dan setelah dilakukan analisa serta menyusun skala prioritas perbaikan jalan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan dengan menggunakan metode ANP, dapat

(6)

107

diperoleh beberapa kesimpulan dari penelitian ini,

yaitu:

1. Untuk menerapkan metode ANP pada perbaikan jalan terlebih dahulu kita tentukan alternatif apa saja yang digunakan. Kemudian tentukan juga kriteria-kriterianya yang berhubungan dengan perbaikan jalan. Setelah itu menentukan masingmasing sub-sub kriterianya. Perhitungan menggunakan ANP untuk keputusan “Pelebaran Jalan” memiliki bobot nilai 0.49593 (49,59%) dengan peringkat rangking 1. Selanjutnya keputusan “Pengaspalan Jalan” memiliki bobot nilai 0.151823 (15,18%) dengan peringkat rangking 3 dan keputusan “Pengerasan Jalan” memiliki bobot nilai 0.352247 (35,22%) dengan peringkat 2. Dari analisa tersebut dapat dilihat bahwa prioritas perbaikan jalan dengan kriteria tersebut adalah melakukan pelebaran jalan.

2. Untuk mempermudah dan mempercepat proses analisa jalan maka dibutuhkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan yang banyak melibatkan kriteria. Berdasarkan kriteria-kriteria yang dipertimbangkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan ada 3 kriteria utama dalam perbaikan jalan, yaitu:

a. Klasifikasi Ruas b. Kondisi Jalan c. Tipe Permukaan

Masing-masing kriteria mempunyai tingkat pengaruh yang berbeda dan suatu kriteria mempunyai bobot yang berbeda. Agar aplikasi yang dibuat dapat membantu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan dalam menentukan prioritas perbaikan jalan yang tepat maka user interface design yang dirancang dalam aplikasi ini mudah dan dapat dimengerti dengan baik oleh pengguna.

Saran

Saran yang segera perlu dikembangkan yaitu dari perancangan Sistem Pendukung Keputusan untuk membuat suatu sistem/aplikasinya dalam bentuk online. Sehingga dapat digunakan oleh instansi yang terkait.

1. Walaupun ANP memiliki keunggulan dari AHP dalam memodelkan permasalahan yang lebih kompleks akan tetapi ANP menuntut pengambilan keputusan untuk memberikan penilaian perbandingan berpasangan yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Alif Wahyu Oktaputra, et al. (2014). Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Pemberian Kredit Motor Menggunakan Metode Simple Additive Weighting Pada Perusahaan Leasing HD Finance.

Ngurah Agus Sanjaya ER. (2011). Implementasi Metode Analytical Network Process Untuk Membangun Aplikasi Executive Support System Pada Perusahaan Kunsultan IT.

Thomas L.Saaty. (1999). The Analytical Network Process. University of Pittsburgh.

Sisca Budiarti, Agus Widodo. (2013). Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria Menggunakan Metode ANP (Analytic Network Process) Pada Evaluasi Supplier.

Safak Kiris. (2013). Mutli Kriteria Klasifikasi Persediaan dengan Menggunakan Fuzzy Analytic Network Process (ANP).

Jharkaria, S., dan Shankar, R., (2005). Selection of Logistics Service Provider: An Analytic Network Process (ANP) Approach.

Sri Eniyati dan Rina Candra Noor Santi. (2010). Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Prestasi Dosen Berdasarkan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. I Nyoman Ega Beerawa, et al. Rancang Bangun

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Tenaga Kerja Dengan Metode Profile Matching. Harianto Antonio dan Novi Safriadi. (2012).

Rancang Bangun Sistem Informasi Administrasi Informatika.

Dewi Kurniawati, et al. (2013). Kriteria Pemilihan Pemasok Menggunakan Analytical Network Process.

Santoso, Leo Willyanto, Alexander Setiawan & Januar R. Stanley. (2009). Pembuatan Aplikasi Sistem Seleksi Calon Pegawai dengan Metode Analytic Network Process (ANP) di PT X. Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri.

Alfian, et al. (2013). Penggunaan Metode Analytic Network Process (ANP) dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku Kertas.

Alfian, et al. (2013). Penggunaan Metode Analytic Network Process (ANP) dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku Kertas.

Meilia Nur Indah Susanti (2011). Sistem Pendukung Keputusan dengan Analytic Network Process (ANP) untuk

Penempatan Kerja pada Sebuah Instansi.

Suryadi, K. Dan M. Ali Ramdhani.(1998). Sistem Pendukung Keputusan.PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Agar sistem antrean elektronik yang ingin dibuat oleh RSUD 45 Kuningan memiliki hasil yang baik untuk para penggunanya terutama dari segi usability dan user experience,

Dalam hal upaya Penegakan Pendisiplinan Protokol Kesehatan Covid-19 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 tidak diindahkan, Pemerintah Daerah bersama unsur penegak hukum

Sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap kecerdasan emosi pada remaja madya, maka

Berdasarkan hasil dari kegiatan sosialisasi, praktek dan pendampingans serta tahap evaluasi maka, beberapa keluaran yang bisa disimpulkan dari penelitian ini antara lain;

Ryðkiausias pavyzdys bûtø romano Misterijos (1892) protagonistas máslin- gasis Juhanas Nagelis, neþinia ið kur atvykæs ir neþinia kodël iðlipæs ið laivo svetimame mieste-

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN AUDITOR SWITCHING TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Non-Primer yang.. Terdaftar di Bursa

Karyawan yang sering melakukan pelanggaran maka sudah pasti kinerja nya tidak baik karena tidak efisien dalam melaksanakan tugas, namun apabila pemberian punishment

Dari berbagai pengujian dan evaluasi yang telah dilakukan Esti Rusita dalam pembuatan media pembelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Kelas III dengan menggunakan