24
IV.
METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini membahas tentang dayasaing minyak sawit dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal industri minyak sawit di Indonesia, serta strategi pengembangan yang dapat dihasilkan untuk meningkatkan dayasaing minyak sawit dan turunannya. Lingkup penelitian ini meliputi analisis dayasaing dan strategi pengembangan minyak sawit dengan skala nasional (makro). Waktu pengambilan data berlangsung dari bulan Juni hingga September 2012.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu MAKSI, GAPKI, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Pusat Statistik, Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Direktorat Pangan dan Pertanian, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP), Pusat Data dan Informasi Pertanian, literatur-literatur penelitian terdahulu, buku dan internet. Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan berupa daftar pertanyaan/panduan wawancara yang telah disusun secara tertulis sesuai dengan masalah, alat pencatat, review dokumen dan alat penyimpanan data elektronik.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara khusus (Elite Interviewing). Wawancara khusus dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam melalui pakar dalam bidang tertentu dengan menganalisis pengaruh kebijakan dan strategi pemerintah serta menciptakan strategi alternatif pada sebuah penelitian (Hochschild 2009). Dalam penelitian ini wawancara khusus ditujukan kepada pakar dalam dunia perminyaksawitan di Indonesia dan studi literatur dari berbagai sumber dan buku serta dengan browsing internet.
25
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui dayasaing minyak sawit di Indonesia, serta untuk menganalisis strategi pengembangan minyak sawit di Indonesia. Untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditi minyak sawit secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen minyak sawit dibandingkan negara lainnya menggunakan Revealed Comparative Advantage. Alat yang digunakan untuk menganalisis dayasaing minyak sawit secara kompetitif di Indonesia adalah Teori Berlian Porter, sedangkan untuk mengetahui strategi pengembangan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dayasaing minyak sawit di Indonesia, digunakan metode SWOT. Kemudian, untuk menyusun dan memetakan strategi pengembangan minyak sawit di Indonesia yang telah diperoleh, digunakan Arsitektur Strategi.
4.4.1. Analisis Revealed Comparative Advantage
Analisis Revealed Comparative Advantage Index (RCA) digunakan untuk untuk mengetahui posisi keunggulan komparatif komoditas minyak sawit Indonesia diantara negara-negara produsen lainnya di pasar internasional. Selain itu, indeks ini juga dapat mengukur dayasaing industri suatu negara, apakah industri tersebut cukup tangguh di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan indeks ini. Menurut Batra & Khan (2005) indeks RCA dirumuskan sebagai berikut :
Dimana: Xij = Nilai ekspor sektor i negara j
Xj = Total ekspor dari negara j
Xiw = Total ekspor dunia dari sektor i
Xw = Total ekspor dunia.
RCA didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi minyak sawit didalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa
26 pasar ekspor komoditi minyak sawit didalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi minyak sawit. Apabila nilai RCA lebih dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) untuk komoditi minyak sawit dalam penelitian ini artinya minyak sawit Indonesia berdayasaing kuat. Sebaliknya jika nilai lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditi minyak sawit rendah (di bawah rata-rata dunia) atau berdayasaing lemah.
4.4.2. Analisis Berlian Porter
Dayasaing minyak sawit di Indonesia dapat diketahui dengan menggunakan Teori Berlian Porter. Analisis dilakukan dengan menggunakan tiap komponen dari Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Sebelum melakukan analisis, dilakukan pengumpulan semua informasi yang berkaitan dengan industri minyak sawit di Indonesia dengan cara studi literatur dari berbagai sumber, wawancara khusus (Elite Interviewing) dengan kelompok elit tertentu dalam dunia perminyaksawitan di Indonesia
Menurut Porter (1990) analisis komponen Teori Berlian Porter meliputi hal-hal berikut:
1) Kondisi Faktor Sumberdaya, berupa analisis sumberdaya fisik atau alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur.
2) Kondisi Pemintaan, berupa analisis komposisi permintaan domestik, jumlah permintaan dan pola pertumbuhan, serta internasionalisasi pemintaan domestik
3) Industri Terkait dan Industri Pendukung, berupa analisis industri hulu dan
industri hilir.
4) Struktur, Persaingan, Strategi Perusahaan, berupa analisis struktur pasar, tingkat persaingan, dan strategi industri.
5) Peran Pemerintah, berupa analisis terhadap kebijakan yang dikeluarkan,
penetapan standar produk nasional, dan berbagai kebijakan terkait lainnya.
6) Peran Kesempatan, berupa analisis faktor yang berada di luar kendali
27 Keterangan :
Garis ( _____ ) menunjukkan keterkaitan antara komponen utama yang saling mendukung
Garis ( - - - ) menunjukkan keterkaitan antara komponen penunjang yang mendukung komponen utama
Gambar 2. The Complete System of National Competitive Advantage
Sumber : Porter (1990), Hlm. 127
Melalui Porter’s Diamond System dapat dilihat bagaimana keterkaitan antar komponen, sehingga akan tampak komponen-komponen yang saling mendukung atau tidak saling mendukung. Dayasaing dalam Sistem Berlian Porter dikatakan kuat apabila banyak keterkaitan antar komponen yang saling mendukung, sementara dayasaing dikatakan lemah apabila banyak keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung (Porter 1990). Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri.
4.4.3. Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal industri minyak sawit di Indonesia. Faktor internal merupakan kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengolahan minyak sawit. Sedangkan faktor eksternal merupakan kegiatan dan pihak-pihak yang berada di luar kegiatan pengolahan minyak sawit, termasuk lingkungan global. Analisis SWOT yang
28 dilakukan menggunakan matriks SWOT akan menghasilkan empat alternatif strategi yang mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dunia perminyaksawitan Indonesia serta kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berikut ini merupakan matriks SWOT:
Strengths (S) 1. 2. Dst Weaknesses (W) 1. 2. dst Opportunity (O) 1. 2. Dst Strategi SO 1. 2. Dst Strategi WO 1. 2. dst Threats (T) 1. 2. Dst Strategi ST 1. 2. dst Strategi WT 1. 2. dst
Gambar 3. Matriks SWOT Sumber: David (2004)
Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan industri minyak sawit melalui proses identifikasi terhadap peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan. Identifikasi kekuatan dalam analisis keunggulan kompetitif ditunjukan dengan keadaan suatu atribut yang mendukung. Sedangkan kelemahan ditunjukan dengan keadaan atribut yang kurang mendukung. Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam perumusan strategi dengan menggunakan model SWOT. Dalam menyusun analisis strategi pengembangan minyak sawit Indonesia menggunakan matriks SWOT, penulis berkonsultasi kepada Prof. Dr. Ir. Endang Gumilar Sa’id, MADev yang merupakan Ketua Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia.
Menurut David (2004), terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT yaitu:
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal industri minyak sawit di Indonesia.
2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal industri minyak sawit di Indonesia.
29 3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal kunci industri minyak sawit di
Indonesia.
4. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal kunci industri minyak sawit di Indonesia.
5. Menentukan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O.
6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O.
7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T.
8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-O.
4.4.4. Arsitektur Strategik
Strategi yang telah dirumuskan berdasarkan Analisis SWOT, selanjutnya dipetakan ke dalam suatu arsitektur strategik. Arsitektur strategik diciptakan untuk lebih adaptif dan lebih fleksibel di dalam menanggapi suatu perubahan, sehingga dengan diaplikasikannya arsitektur strategik ini, industri akan dengan leluasanya mengembangkan skenario yang diperkirakan akan memuluskan jalan menuju tercapainya visi dan misi industri tersebut. Strategi dengan skenarionya yang dirumuskan kemudian dipetakan ke dalam sebuah cetak biru atau yang lazim disebut sebagai blue print strategy. Blue print strategy ini sepenuhnya disusun guna mendukung tercapainya tujuan (visi) organisasi dalam waktu yang telah ditentukan (Yoshida 2006).
Strategi yang akan disusun dengan pendekatan arsitektur strategik disajikan dalam bentuk gambar sehingga mudah untuk dipahami. Teknik penggambaran suatu arsitektur strategi tidak memiliki aturan baku yang menggambarkan susunan strategi. Gambar arsitektur strategi yang akan dibuat merupakan proses berfikir kreatif yang menggabungkan seni dengan hasil strategi yang diperoleh dari tahap pengambilan keputusan. Pendekatan dengan arsitektur strategik disusun dengan memperlihatkan beberapa unsur seperti : visi dan misi industri, analisis lingkungan internal dan eksternal industri, mengetahui dan memahami tantangan industri, dan sasaran yang ingin dicapai.
30 Arsitektur strategik menunjukkan adanya hubungan antara satu strategi dengan strategi lainnya, dimana implementasi satu strategi sangat mempengaruhi implementasi strategi lainnya. Pemetaan strategi ke dalam kanvas arsitektur strategik menjelaskan time-frame implementasi dari masing-masing strategi dalam periode waktu tertentu. Penetapan time-frame implementasi ini didasarkan pada penetapan pencapaian target pemerintah yang selalu dibagi menjadi tiga tahap yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dalam menyusun dan menetapkan arsitektur strategik pengembangan minyak sawit Indonesia, penulis berkonsultasi kepada Prof. Dr. Ir. Endang Gumilar Sa’id, MADev.