• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Rico Phahlevi (2013) melakukan penelitian tentang Faktor-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Rico Phahlevi (2013) melakukan penelitian tentang Faktor-"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Rico Phahlevi (2013) melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah Di Kota Padang Panjang pada tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor luas lahan, harga jual padi, biaya usaha, jumlah produksi terhadap pendapatan petani padi. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor luas lahan, harga jual padi, biaya usaha, jumlah produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani petani padi dengan koefisien regresi sebesar 0,612%.

Penelitian Agung Muhammad Arip Jaenuri (2015) melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Petani Apel Di Desa Binangun Kecamatan Bumiaji Kota Batu pada Tahun 2015. Tujuan dari penilitian tersebut yaitu mengetahui pengaruh modal, biaya operasional tingkat pendidikan petani, luas lahan, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani apel. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang paling banyak memiliki tingkat pendapatan per satu kali panen yaitu sebesar >Rp 15.000.000,- - Rp 20.000.000,- yaitu sebanyak 19 responden atau 57,58%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor modal, biaya operasional tingkat pendidikan petani, luas lahan, dan

(2)

jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani apel di Desa Binangun Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Penelitian Suprayitno (2015) melakukan penelitian tentang fator-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani cabai merah Desa Genjor, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur Tahun 2015. Tujuan penelitian yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani cabai merah. Alat analisis yang digunakan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan hasil produksi yaitu berpengaruh signifikan dengan R² sebesar 0,954. Dengan demikian faktor benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan hasil produksi berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani cabai yaitu sebesar 95% dan 5% dipengaruhi oleh variabel lain.

Penelitian Agung Prasetio Utomo (2014) melakukan penelitian tentang Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota Dan Non Anggota Kelompok Tani Di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor tahun 2014. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha padi petani anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Kopo. Alat analisis yang digunakan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor luas lahan, benih, tenaga kerja dan pupuk yaitu berpengaruh signifikan dengan R² sebesar 0,820. Dengan demikian faktor luas lahan, benih, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh terhadap produksi usaha padi petani anggota dan non anggota

(3)

kelompok tani di Desa Kopo yaitu sebesar 82% dan 18% dipengaruhi oleh variabel lain.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Usaha Tani

Usaha tani merupakan ilmu yang fokus mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengakomodir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam di sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Ilmu usaha tani apabila dilihat dari kacamata ilmu pengetahuan memiliki definisi tersendiri. Pengertian ilmu usaha tani yaitu ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga usaha tersebut menghasilkan pendapatan yang maksimal. Menurut Vink (dalam Ariani,2017) Ilmu usaha tani memiliki penjelasan dan pengertian bahwa ilmu usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai norma-norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.

2. Biaya Usaha Tani

Menurut Hernanto (dalam Keukama, dkk,2017) faktor biaya sangat menentukan kelangsungan proses produksi. Biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk disebut biaya produksi termasuk didalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayar didalamnya maupun diluar usahatani. Ada 4 (empat) pengelompokan biaya, sebagai berikut:

(4)

a). Biaya tetap (fixed cost - FC) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya : pajak tanah, pajak air dan penyusutan alat bangunan pertanian.

b). Biaya Variabel (variabel cost - VC) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi. Yang tergolong biaya variabel antara lain, biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, tenaga kerja dan biaya panen.

c). Biaya Tunai dari biaya meliputi pajak air, kredit ataupun pajak tanah. Biaya tenaga kerja diluar keluarga dan pemakaian sarana produksi termasuk dalam biaya tunai dari biaya variabel.

d). Biaya Tidak Tunai adalah biaya yang diperhitungkan untuk membayar tenaga kerja dalam keluarga, seperti biaya panen, serta biaya pengolahan tanah yang dilakukan oleh keluarga petani.

Pengklafisian pembiayaan tersebut, dikenal juga apa yang disebut biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah semua biaya-biaya langsung adalah dipergunakan dalam proses produksi atau lebih dikenal dengan actual cost. Biaya langsung juga sering disebut farm expenses yaitu biaya produksi yang betul-betul dikeluarkan oleh petani. Istilah ini biasanya dipergunakan untuk mencari pendapatan petani (farm income). Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya-biaya tidak langsung dipergunakan dalam proses produksi, seperti penyusutan alat dan sebagainya (Soekartawi, 2006).

(5)

TC = TVC + TFC Keterangan : TC = Biaya produksi TVC = Biaya variabel TFC = Biaya tetap 3. Teori Produksi

Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi. Menurut Sugiarto dkk (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Secara matematika fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Q = F (K, L, X, E) Keterangan :

Q = Output

K, L, X, E = Input (Kapital, tenaga kerja, bahan baku, skill). 4. Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor produksi (input) dengan hasil output (output). Faktor produksi merupakan hal yang mutlak dalam proses produksi karena tanpa faktor produksi kegiatan produksi tidak dapat berjalan. Secara umum fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah

(6)

barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan faktor produksi merupakan variabel bebas. Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Q = (K, L, R, T) Q = Output

K = Kapital / Modal L = Labour / Tenaga kerja R = Resources / Sumber daya T = Teknologi

Dari persamaan diatas pada dasarnya berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi sesuatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda-beda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja.(Ida Nuraini, 2016 hal 68-69).

Menurut Sunaryo (dalam Saputri, Wantara,2015:4), fungsi produksi memiliki sifat-sifat seperti fungsi utility, apabila input berubah output juga meningkat. Namun tambahan input pertama akan memberikan tambahan output yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan output yang

(7)

disebabkan oleh tambahan input berikutnya, sifat ini disebut Law of diminishing return. Secara grafis, cateris paribus, fungsi produksi tenaga kerja saja (L) (diasumsikan K tetap). Maka Q = f (L) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Fungsi Produksi

Sumber : Sunaryo, (dalam Saputri, Wantara:2015:4) 5. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Beberapa bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas menurut Sudarman (dalam Saputri, Wantara,2015:4), yaitu yang pertama fungsi produksi Cobb-Douglas berderajat lebih besar satu (increasing return to scale) berlaku satu ketentuan apabila semua input yang digunaka dalam proses produksi diubah dalam proporsi yang sama maka akibatnya output akan berubah dalam arah yang sama lebih besar dari proporsi itu sendiri. Misalnya, apabila produsen menaikkan input sebesar dua kali lipat maka output yang akan diterima juga

(8)

juga bertambah lebih besar dua kali lipat. Selanjutnya yang kedua untuk model fungsi produksi Cobb-Douglas berderajat lebih kecil dari satu, berlaku satu ketentuan apabila semua input yang digunakan produsen diubah dalam proporsi yang sama, maka akibatnya output akan berubah juga dalam arah yang sama lebih kecil dari proporsi itu sendiri. Sebagai contoh jika produsen menaikkan input sebesar dua kali lipat maka output akan bertambah lebih kecil dari dua kali lipat.

a). Fungsi Produksi Cobb-Douglas Jangka Pendek

Menurut Lipsey (dalam Saputri, Wantara:2015:5) Jangka pendek (short run) adalah jangka waktu dimana jumlah masukan input tertentu tidak dapat diubah. Faktor tetap (fixed factor) adalah faktor produksi yang tidak dapat ditambah dalam jangka pendek, biasanya adalah elemen dari modal seperti pabrik dan peralatan, tetapi mungkin juga berupa tanah, pelayanan manajemen atau bahkan pasokan tenaga kerja terampil. Masukan (input) yang dapat berubah dalam jangka pendek dinamakan faktor variabel.

Khusus untuk fungsi produksi Cobb-Douglas jangka pendek, dapat ditentukan secara matematik, bahwa koefisien β dalam fungsi Q = δLβ, merupakan koefisien elastisitas output tenaga kerja sebagai berikut :

𝐸𝐿 = (%Q / %L) = (Q / L)(L / Q)

ΔQ = δ𝐿𝛽−1 = (β)( δ𝐿𝛽/ L) = β (Q /L)

(9)

Maka dapat ditarik kesimpulan :

1). Jika produk marginal dari tenaga kerja lebih besar dari pada produk rata-rata dari tenaga kerja (MP > APL, dimana MPL adalah produk marginal dari tenaga kerja dan APL adalah produk dari rata-rata tenaga kerja), elastisitas output dari tenaga kerja lebih besar dari pada satu(β >1). Dalam situasi ini penambahan penggunaan tenaga kerja masih menguntungkan karena mampu memberikan tambahan output yang lebih besar, sehingga produktivitas rata-rata tenaga kerja meningkat.

2). Jika produk marginal dari tenaga kerja lebih kecil dari pada produk rata-rata dari tenaga kerja (MP < APL), elastisitas output dari tenaga kerja lebih kecil dari pada satu (β < 1). Dalam situasi ini penambahan penggunaan tenaga kerja perlu dikurangi agar tetap mempertahankan atau meningkatkan produktivitas rata-rata tenaga kerja. Penambahan penggunaan tenaga kerja dalam situasi dimana elastisitas output tenaga kerja lebih kecil daripada satu (β < 1), akan menurunkan produktivitas rata-rata tenaga kerja.

3). Jika produk marginal dari tenaga kerja sama dengan produk rata-rata dari tenaga kerja (MP = APL), elastisitas output dari tenaga kerja lebih kecil dari pada satu (β = 1). Dalam situasi ini produktivits rata-rata tenaga kerja mencapai maksimum, sehingga kondisi ini, harus dipertahankan. Dengan demikian sistem produksi yang berorientasi pada upaya memaksimumkan produktivitas dari input variabel dalam

(10)

jangka pendek, harus berorientasi pada kondisi dimana elastisitas output dari input variabel itu sama dengan satu.

b). Fungsi produksi Cobb-Douglas Jangka Panjang

Jangka panjang (long run) adalah periode waktu dimana semua input mungkin berubah, tetapi teknologi dasar produksi tidak berubah. Juga, jangka panjang tidak ada hubungannya dengan jangka waktu tertentu. 1). Kurva Isokuan (Isoquant Curve)

Menurut Gaspersz (dalam Saputri, Wantara:2015:5) ada beberapa karakteristik kurva isokuan, yaitu :

a. Kurva isokuan merupaka fungsi kontinue, serta kurva-kurva isokuan tidak saling berpotogan.

b. Semua kombinasi rasional dari input sumber daya yang menghasilkan output yang sama, terletak pada satu kurva isokuan yang memiliki slope negatif dan berbentuk cembung (Convex). c. Kuva isokuan Q2 yang menmpati kedudukan lebih tinggi, terletak

diatas atau disebelah kanan dari kurva isokuan Q1, menunjukkan bahwa kombinasi input pada kurva isokuan Q2 itu mampu menghasilkan kuantitas output yang lebih tinggi daripada kombinasi input pada kurva isokuan Q1 (Q2 > Q3). Dari ketiga karakteristik kurva isokuan diatas, maka kita dapat menggambarkan kurva isokuan sebagai berikut :

(11)

Gambar 2.2

Kuva Isokuan Dalam Produksi

Sumber : Vincent Gaspersz, 1996:208

2). Kurva Isocost (Isocost Curve)

Menurut Gaspersz (dalam Saputri,Wantara:2015:6) mengasumsikan bahwa sistem produksi hanya menggunakan dua jenis input modal, K, dan tenaga kerja, L, serta input modal adalah r rupiah (atau dollar) per unit K dan harga (upah) dari input tebaga kerja adalah w rupiah (atau dollar) per unit L, maka biaya penggunaan input modal dan tenaga kerja dalam proses produksi dapat ditulis sebagai berikut : C = wL + rK

Persamaan tersebut diubah kedalam bentuk hubungan ketergantungan antara input modal, K, dan input tenaga kerja, L, sebagai berikut :

(12)

rK = C – wL K = (C/r) – (w/r)L

bentuk persamaan K = (C/r) – (w/r)L inilah yang dipergunakan untuk menggambarkan kurva isocost yang memiliki slope negatif sebesar – (w/r). Dengan demikian slope dari kurva isocost merupakan negatif dari rasio harga input tenaga kerja, w, terhadap harga input modal, r. 6. Pengertian Pendapatan

Menurut Kusnadi (2000;9) Pendapatan merupakan penambahan aktiva yang dapat mengakibatkan bertambahnya modal namun bukan dikarenakan penambahan modal dari pemilik atau bukan hutang namun melainkan melalui penjulan barang dan/atau jasa terhadap pihak lain, sebab pendapatan tersebut bisa dikatakan sebagai kontra perstasi yang didapatkan atas jasa-jasa yang sudah diberikan kepada pihak lain.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau sebagainya). Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lainnya dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba. Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno mendefinisikan “Pendapatan (Revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu”.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang

(13)

diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.

7. Teori Pendapatan

Jhingan (2003:31) menulis bahwa pendapatan adalah penghasilan berupa uang selama periode tertentu. Maka dari itu, pendapatan dapat diartikan sebagai semua penghasilan atau menyebabkan bertambahnya kemampuan seseorang, baik yang digunakan untuk konsumsi maupun untuk tabungan. Dengan pendapatan tersebut digunakan untuk keperluan hidup dan untuk mencapai kepuasan.

Menurut Sadono Sukirno (2009:85) dalam teori ekonomi mikro bahwa pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya-biaya factor produksi atau jasa-jasa produktif. Pengertian tersebut menunjukan bahwa pendapatan adalah seluruh perolehan baik yang berasal dari biaya faktor produksi maupun total output yang dihasilkan untuk seluruh produksi dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan dan papan sangat tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seorang individu.

Hal ini sesuai dengan pendapat sadono sukirno dalam buku “Teori Ekonomi” semakin tinggi pendapatan diposibel yang diterima oleh rumah tangga, makin besar konsumsi yang dibelanjakan. (Sadono Sukirno, 2009:85). Pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan akan menentukan tingkat kesejahteraan yang dimiliki oleh seorang individu artinya makin besar pendapatan makin besar pula konsumsi dan tingkat

(14)

kepuasan yang diperolehnya. Oleh sebab itu setiap individu berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan melalui berbagai usaha dengan factor-faktor pendapatan yaitu luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi dan biaya usaha padi.

Mankiw (2006:9) mengemukakan bahwa pendapatan perorangan (personal Income) adalah: pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Penda patan perorangan juga mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kon tribusi pada tunjangan sosial. Sebagai tambahan, pendapatan perorangan ikut menghitung pendapatan bunga yang diterima rumah tangga yang berasal dari kepemilikan atas utang negara dan juga pendapatan yang diterima rumah tangga dari program transfer pemerintah sebagai tunjangan sosial.

8. Analisis Penerimaan dan Keuntungan

a). Analisis Penerimaan

Penerimaan adalah hasil dari kali antara harga jual dengan total produksi. Sehingga cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Perhitungan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = P x Q Keterangan :

TR = Penerimaan Total P = Harga

(15)

Menurut Boediono (dalam Afriyola,2015) Penerimaan dalam proses produksi pertanian dipengaruhi oleh variabel jumlah produksi (Q) yang dihasilkan serta tingkat harga (P) yang berlaku. Total penerimaan (TR) meningkat seiring dengan meningkatnya hasil produksi secara bersama diikuti dengan peningkatan harga komoditas tersebut.

b). Analisis Keuntungan

Pendapatan bersih atau keuntungan adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Biaya marginal memegang peranan yang penting bagi produsen dalam mempertimbangkan penentuan berapa besarnya jumlah output yang perlu diproduksi. Setiap produsen bertujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimum dengan biaya yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, untuk menentukan berapa besar output yang harus diproduksi agar tercapai keuntungan yang maksimum, ada beberapa cara, salah satunya yaitu dengan memproduksi output pada tingkat dimana perbedaan antara penerimaan total (TR) dengan total biaya (TC) mencapai jumlah yang paling maksimum. Jika keuntungan bersih sama dengan pendapatan kotor dikurangi dengan total biaya, maka :

Π = TR – TC Keterangan :

Π = Profit (Pendapatan bersih)

TR = Total Revenue (Pendapatan Kotor) = P x Q TC = Biaya Total ( TFC + TVC)

(16)

Jadi profit akan maksimum jika selisih antara TR dan TC adalah yang terbesar (Ida Nuraini;2016).

9. Luas Lahan

Luas lahan adalah luas area yang digunakan untuk menanam komoditi atau padi yang nantinya akan menghasilkan produksi padi itu sendiri. Luas lahan ini juga mempunyai ukuran tertentu. Menurut kamus umum bahasa Indonesia (dalam Hijratullaili, 2009:12) yang dimaksud dengan lahan adalah tanah terbuka dan tanah garapan. Tanah garapan adalah tanah terbuka yang di gunakan untuk lahan pertanian. Jadi lahan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau tanah yang mempunyai luas tertentu yang digunakan untuk usaha pertanian.

10. Jumlah Tenaga Kerja

Dalam ilmu ekonomi (Daniel, 2002 : 86) yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja. Tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengelola sumber daya alam tersebut dengan menggunakan tenaga dari manusia atau biasa disebut dengan sumber daya manusia. Dalam faktor ini ada pengelompokan tersendiri bagi tenaga kerja yaitu berdasarkan sifatnya dan kemampuan atau kualitasnya.

(17)

11. Hubungan Antar Variabel

a). Pengaruh Luas Lahan terhadap Tingkat Produksi Petani Padi

Menurut Mubyarto (dalam Hijratullaili,2009:13) di negara agraris seperti Indonesia, tanah merupakan faktor produksi yang paling penting dibandingkan dengan faktor produksi yang lain karena balas jasa yang diterima oleh tanah lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Dalam bidang pertanian, penguasaan tanah bagi masyarakat merupakan unsur yang paling penting untuk meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Mubyarto (dalam Arimbawa, Widanto,2017) luas penguasaan lahan bagi rumah tangga petani akan berpengaruh pada produksi usaha tani yang akhirnya akan menentukan tingkat ekspor.

b). Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja terhadap Tingkat Produksi Petani Padi Menurut Soekarwati (dalam Miftakhuriza,2011) tenaga kerja dalam kegiatan produksi ditentukan oleh jumlah dan mutu tenaga kerja untuk pelaksanaan berbagai usaha. Sehingga semakin tinggi jumlah produksi padi yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut maka akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat pendapatan yang di akan dihasilkan. Jadi semakin tinggi tenaga kerja yang digunakan maka tingkat produksi akan semakin tinggi dan pendapatan yang dihasilkan oleh petani juga akan meningkat.

c). Pengaruh Biaya Usaha terhadap Tingkat Produksi Petani Padi

Suratiyah (2006:68) menyatakan bahwa biaya yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani sebagai manajer dan juru tani

(18)

dalam mengelola usaha taninya. Seberapa besar tingkat penggunaan faktor produksi tergantung pada modal yang tersedia. Oleh karena petani sebagai manajer tidak dapat menyediakan dana maka terpaksa penggunaan faktor produksi tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Akibatnya produktivitas rendah dan pendapatan juga rendah. 12. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Data Diolah 2018 13. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hubungan antara jumlah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan biaya usaha tani, terhadap Produksi petani padi di Desa Srigading Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto, maka Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Petani Padi Luas Lahan Jumlah Tenaga Kerja Biaya Usaha Produksi Petani Padi Pendapatan Petani Padi

(19)

Diduga faktor Luas lahan, Jumlah Tenaga Kerja, dan biaya usaha tani mempengaruhi tingkat produksi petani padi di Desa Srigading Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

Gambar

Gambar 2.1  Fungsi Produksi
Gambar  2.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Eva Dewi (2010 : 61) mengatakan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi Genius Learning Strategy lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajari dengan

Biaya utang merupakan dana yang didapatkan dari pihak luar perusahaan atau kreditur yang digunakan untuk keperluan perusahaan, yang dimana dana tersebut harus dikembalikan

Berdasarkan data pada peta tahun 2011 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, daerah yang memiliki rasio kelistrikan nasional paling kecil adalah daerah Indonesia

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik Menu Pencatatan Aktiva/inventaris Menampilkan form Pencatatan Aktiva/inventaris Dapat melihat tabel Pencatatan

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan risk behavior adalah suatu bentuk perilaku yang berpotensi untuk memberikan dampak positif maupun negatif

Untuk memperoleh data tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo, peneliti membuat 20 butir soal sebagai angket

Pentol telah biasa beredar dipasaran seperti pentol isi telur, pentol berbahan daging sapi dan lain-lain. Yang hanya terkesan sebagai makanan ringan sajakurang

(1) pelaku utama yang melaksanakan agribisnis sesuai dengan produk/komoditi yang diperlukan pasar dan telah ditetapkan melalui pertemuan rembugtani Desa; (2) bersedia