• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA. Pengkategorian jawaban yang diberikan oleh informan dilakukan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISIS DATA. Pengkategorian jawaban yang diberikan oleh informan dilakukan untuk"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

47 BAB III ANALISIS DATA

Proses analisis data pada bagian ini dilakukan dengan menganalisa hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil wawancara yang telah dikategorikan terhadap beberapa aspek yang ingin diketahui, kemudian dianalisa. Pengkategorian jawaban yang diberikan oleh informan dilakukan untuk memudahkan dalam mencari tahu penggunaan media sosial dalam eksistensi diri oleh mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015. Dalam menggunakan media sosial, tentunya seseorang memiliki tujuan tertentu yang ingin dia dapatkan dari media sosial. Salah satu diantara tujuan penggunaan adalah untuk sarana eksistensi diri. Hal ini lah yang dianalisa penulis dengan melakukan wawancara terhadap mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015 untuk mengetahui penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi diri.

Aspek yang dapat dianalisis dari wawancara yang dilakukan adalah dengan menganalisa tujuan penggunaan media sosial. Berkaitan dengan eksistensi, hal yang sering dilakukan pengguna media sosial adalah dengan mengunggah foto, check in di tempat-tempat tertentu, dan juga dengan menggunakan berbagai jenis media sosial. Pada dasarnya seseorang ingin menampilkan diri mereka dan ingin dilihat sebagai individu yang spesial. Sering kali dalam kehidupan nyata seseorang tidak mampu mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan dunia maya melalui medial menjadi pilihan untuk melampiaskan sisi eksistensi diri seseorang.

▸ Baca selengkapnya: aktivitas yang dilakukan untuk mengenal proses analisis data, khususnya dalam hal mengoleksi data dari situs web, yang dikenal dengan istilah

(2)

48

Penggunaan media sosial mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat. Salah satu hal yang menjadi fenomena bersamaan munculnya media sosial yakni perubahan sikap masyarakat. Membanggakan diri sendiri secara berlebihan atas apa yang dimilikinya (narsis) dengan mengunggah foto diri dan perilaku alay. Bentuk penyimpangan dengan adanya sikap eksis yang terjadi pada pengguna media sosial adalah salah satu pengaruh negative dari media sosial. Bentuk eksistensi yang berlebihan akan mengarah kepada terjadinya permasalahan sosial yang lain. Bentuk permasalahan yang sering terjadi karena eksistensi sosial adalah menjauhkan individu dengan sikap eksistensi yang tinggi dengan lingkungan nyata mereka. Disini sering kali mereka yang melakukan aksi eksistensi mendapatkan penilaian yang negative dari orang lain. Perilaku eksistensi sering kali dianggap sebagai permasalahan sosial karena sikap egois pengguna media sosial. Dimana mereka yang melakukan eksistensi sering berfikir individualis dan egois tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.

Eksistensi dalam media sosial akan mengarah kepada kecanduan bafi pengguna sosial untuk melakukan aksi eksistensi. Bentuk perilaku negative yang sering dilakukan oleh mereka yang eksis adalah dengan mengunggah ber4bagai foto dengan gaya yang berlebihan. Belakangan ini marak pengguna media sosial yang mengunggah foto makanan atau tempat-tempat yang pernah kunjungi ke dalam jejaring sosial seperti facebook, twitter, path atau instagram mereka. Bentuk foto-foto tersebut sering kali menjadi salah satu bentuk eksistensi yang saat ini digemari. Terlebih mereka menggunakan berbagai cara tertentu untuk mendapatkan foto untuk eksis.

(3)

49

A. Jenis Media Sosial yang Digunakan Informan

Terdapat beberapa jenis media sosial yang saat ini populer dan banyak digunakan oleh masyarakat luas. Dari berbagai jenis media sosial tersebut memiliki beberapa kelebihan masing-masing. Ada beberapa jenis media sosial yang saat ini paling sering digunakan oleh masyarakat luas, diantaranya adalah BBM, Whatsapp, Facebook, Twitter, Line, Instagram dan juga Path. Meskipun terdapat beberapa jenis media sosial yang berbeda-beda, terdapat karakteristik yang melekat dalam setiap media sosial. Sebagai contoh adalah media sosial jenis BBM, Whatsapp dan juga Line, lebih sering digunakan untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya. Sedangkan jenis media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram maupun Path sering digunakan untuk tujuan seperti mencari informasi, sarana berbagai foto & video maupun lainnya.

Pada usia remaja, hal ini untuk mengacu kepada populasi dalam penelitian ini, penggunaan media sosial lebih sering digunakan untuk sarana berbagi foto maupun video. Hal ini dapat terlihat dari bentuk penggunaan media sosial oleh para remaja yang saat ini terjadi. Para remaja sering kali sekedar menggunakan media sosial untuk sarana eksistensi. Eksistensi merupakan suatu bentuk upaya pengguna media sosial dalam menampilkan atau menunjukkan dirinya kepada masyarakat luas melalui media sosial. Dalam melakukan bentuk eksistensi, seseorang sering kali melakukannya dengan cara mengupload foto selfie mereka kedalam media sosial.

(4)

50

Setelah melakukan penelitian mengenai penggunaan media sosial dalam hal eksistensi diri terhadap mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015, maka dapat dilihat beberapa jenis media sosial yang paling sering digunakan oleh mahasiswa di FISIP UNS. Media sosial yang paling sering digunakan oleh mahasiswa yaitu antara lain adalah Instagram, Path, Line dan juga BBM. Namun tidak jarang pula terdapat beberapa informan yang memiliki setiap jenis media sosial yang sudah terpasang dalam smartphone mereka.

Salah satu reponden mengungkapkan bahwa dari beberapa media sosial yang mereka gunakan, dapat mereka gunakan dalam satu waktu secara bergantian. Seperti yang disampaikan oleh Winda Tri Utami, mahasiswa jurusan sosiologi FISIP UNS, yang menggunakan media sosial selama kurang lebih 8 jam dalam satu hari. “Aku punya BBM, WA, Line, Instagram dan juga Path. Bukanya sering gentian, yang pasti tiap medsos yang ada aku selalu cek tiap beberapa saat”.

Sementara itu informan dengan intensitas penggunaan media sosial yang lebih tinggi, Zulfa Amalia, mahasiswa jurusan Sosiologi FISIP UNS. Mengutarakan bahwa dia menggunakan media sosial selama kurang lebih 10 jam dalam sehari mengatakan bahwa dia memiliki media sosial antara lain BBM, Instagram, Facebook dan WA. Sementara untuk media sosial yang paling sering dia gunakan adalah Instagram, yang sekedar dia gunakan untuk melihat berbagai foto tentang produk atau pun foto unggahan dari beberapa temannya.

(5)

51

Dengan keberadaan media sosial ditengah-tengah kehidupan manusia, tentunya terdapat beberapa dampak yang terjadi. Dampak tersebut bisa mengarah kepada hal-hal yang positif, namun juga tak jarang menimbulkan berbagai dampak negative terhadap penggunanya. Dampak positif dapat dilihat dari berbagai kemudahan dalam berkomunikasi yang ditawarkan oleh media sosial. Saat ini kita dapat bertatap muka secara langsung atau realtime dengan seseorang yang terpisah jauh tempatnya dengan kita berada. Misalnya dengan menggunakan skype, Line video call, dan video call melalui facebook. Selain itu dengan keberadaan media sosial, penyebaran informasi menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan sebelumnya. Dulu radio sering dianggap sebagai media massa yang memiliki waktu singkat untuk menyampaikan informasi. Namun keberadaannya telah digantikan dengan hadirnya media sosial.

Sementara itu jika dilihat dari dampak negative penggunaan media sosial, maka dapat kita jadikan contoh mengenai kecanduan media sosial hingga masalah eksistensi yang muncul seiring kehadiran media sosial. Mengenai kecanduan media sosial, ini dapat dilihat dari tingkat lamanya penggunaan media sosial oleh informan dalam penelitian ini. Terdapat beberapa informan yang bahkan menggunakan media sosial lebih dari 6 jam dalam satu hari. Sedangkan dalam kaitannya sebagai sarana eksistensi, media sosial saat ini banyak digunakan oleh pengguna untuk ajang memamerkan foto selfie atau sekedar untuk mencari perhatian melalui media sosial. Tentu hal ini dalam sudut tertentu menjadi hal yang negative.

(6)

52

Media sosial yang sering digunakan oleh pengguna untuk sarana eksistensi adalah Path. Media sosial Path merupakan salah satu jenis media sosial yang saat ini banyak digunakan oleh pengguna. Keunggulan Path jika dibandingkan dengan jenis media sosial lainnya adalah kemudahan Path dalam berbagi foto maupun video kepada pengguna lainnya. Selain itu fasilitas chek in yang terdapat pada Path juga menjadi daya tarik pengguna media sosial. Dari 42 informan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, lebih dari 35 informan menggunakan Path. Meskipun memiliki tujuan yang berbeda dalam menggunakan media sosial jenis ini. Namun dapat ditarik garis merah dalam penggunaan Path yakni untuk sarana berbagi foto maupun video.

Namun demikian, walaupun Path selalu dikaitkan dengan sarana eksistensi. Media sosial yang lain seperti facebook, twitter dan juga BBM, dapat juga dijadikan sarana ajang eksistensi. Seperti dalam BBM, eksistensi dapat diketahui dari intensitas seseorang dalam meng-update foto profil maupun private message mereka dengan isi yang berisi tentang dirinya sendiri. Seseorang yang memiliki kecenderungan untuk melakukan eksistensi sering mengganti foto profil mereka berkali-kali dalam satu hari. Foto yang sering dijadikan foto profil pun merupakan foto yang berupa selfie diri mereka sendiri. Bentuk eksistensi juga dapat terlihat dari berapa sering pengguna media sosial mengganti private message yang terdapat pada BBM. Pengguna BBM yang mengindikasikan bentuk eksistensi dapat terlihat dari berbagai update private message dengan isi yang tidak jelas.

(7)

53

Dari penelitian yang telah dilakukan kepada mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015 dari semua jurusan, terlihat bahwa seluruh sampel yang berjumlah 42 orang menyatakan memiliki akun media sosial. Hal ini menjadi penguat tentang keberadaan media sosial yang telah menjadi bagian ataupun gaya hidup di jaman sekarang ini. Meskipun begitu, penggunaan media sosial setiap informan pun berbeda-beda, baik lama penggunaan ataupun tujuan dari menggunakan media sosial.

Untuk melihat penggunaan media sosial pada informan, kita dapat menjadikan lama penggunaan media sosial dalam satu hari untuk memberikan gambaran tentang bagaimana informan menggunakan media sosial. Jika informan hanya menggunakan media sosial dengan waktu yang relatife singkat, maka dapat kita asumsikan bahwa informan tersebut sekedar menggunakan media sosial untuk sarana komunikasi. Sedangkan apabila informan menggunakan media sosial dengan jangka waktu yang lama dan berlebihan, maka hal ini bisa menjadi asumsi bahwa informan mengalami kecanduan dalam menggunakan media sosial. Kecanduan media sosial merupakan keadaan dimana seseorang akan merasa tidak mampu jika tidak mengakses media sosial dalam satu hari. Hal ini akan menjadi lebih buruk apabila seorang mengalami kecanduan media sosial dan juga menjadikan media sosial sebagai sarana eksistensi. Karena dengan menggunakan media sosial sebagai sarana eksistensi, tentu saja menjadi dampak buruk bagi orang tersebut. Karena sering kali eksistensi dianggap sebagai bentuk kepribadian yang negative.

(8)

54 B. Eksistensi Dalam Media Sosial

Salah satu informan dalam penelitian ini yang rata-rata menggunakan media sosial selama 2 jam dalam satu hari mengatakan bahwa dia menggunakan media sosial sekedar untuk berhubungan dengan teman kuliah atau mencari tahu tentang informasi perkuliahan. Yakni pernyataan dari Gunawan Budi Kusuma, mahasiswa jurusan Perpustakaan FISIP UNS, “Kalau untuk saat ini saya lebih sering menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mencari tahu masalah perkuliahan, mas. Karena kan saya juga menyadari bahwa saat ini saya adalah mahasiswa baru yang belum sepenuhnya memahami tentang sistem perkuliahan disini”. Sedangkan dalam konteks penggunaan media sosial sebagai sarana

untuk eksistensi, dia mengatakan “Eksistensi, saya sebenarnya belum begitu paham tentang itu, mas. Kalau maksudnya eksistensi adalah untuk sekedar pamer foto atau kalau istilahnya dalam Path, untuk check in ditempat tempat terkenal, saya terkadang risih juga mas”.

Dari pernyataan informan tersebut dapat dipahami bahwa dia memiliki tujuan tertentu dalam menggunakan media sosial, yakni untuk sarana komunikasi dan mencari informasi seputar permasalahan sosial. Sedangkan media sosial yang sering dia gunakan adalah twitter dan juga path. Meskipun menggunakan media tersebut, dia mengatakan lebih sering menggunakan media sekedar untuk tahu atau sebagai pengguna pasif. “Ya kalau untuk waktu-waktu tertentu sering upload, tapi lebih banyak hanya untuk melihat media sosial milik orang lain. Jadi ya sekedar melihat

(9)

55

postingan foto orang lain maupun sekedar sebagai pengisi waktu luang”. Dari penggunaan media sosial oleh informan pertama ini terlihat bahwa media sosial yang dia gunakan sekedar untuk mengetahui aktifitas orang lain.

Pada informan kedua adalah mahasiswi FISIP UNS jurusan Periklanan, yakni Siti. Dari wawancara yang dilakukan dengan informan kedua ini, peneliti mengetahui bahwa tujuan yang ingin didapatkan dalam menggunakan media sosial adalah untuk sarana berbagi foto maupun video. “Saya sering menggunakan path untuk sarana berbagi foto maupun video

mas. Karena menurut saya, media sosial memang seharusnya digunakan untuk sarana berbagi. Ya menurut saya sah saja mas banyak posting foto di media sosial”. Jika dilihat dari penggunaan media sosial yang setiap hari

rata-rata dia menggunakan media sosial selama 4 jam. Tentu hal tersebut memberikan gambaran tentang penggunaan media sosial yang bisa dikatakan di atas rata-rata.

Informan juga mengatakan bahwa jika dihubungkan dengan permasalahan eksistensi, informan menjawab bahwa hal tersebut menjadi hak setiap pengguna media sosial dalam berekspresi melalui media sosial. “Kan ga ada aturan yang ngatur masalah eksistensi. Jadi ya itu menurut

saya jadi hak setiap orang mas. Kalau masalah orang suka atau tidak dengan apa yang kita lakuin, itu kembali ke pribadi masing-masing”. Dari pernyataan informan ini memberikan penjelasan serta pernyataan tentang pandangannya terhadap permasalahan eksistensi. Dimana menurutnya

(10)

56

eksistensi menjadi hak setiap orang yang menggunakan media sosial. Eksistensi yang menjadi tujuan dalam menggunakan media sosial memang menjadi semacam dua sisi yang berbeda. Dimana pada sisi pertama eksistensi memang menjadi suatu bentuk sifat ingin mengekspresikan sesuatu. Sedangkan pada sisi lain mungkin menjadi hal yang tidak sepenuhnya memiliki tujuan yang jelas.

Sementara itu pandangan lainnya disampaikan oleh Bagus, mahasiswa ilmu komunikasi FISIP UNS angkatan 2015 yang menggunakan media sosial seperti instagram, twitter dan juga path. “Kan setiap jenis media sosial sebenarnya memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Misalnya kalau twitter itu efektif untuk mencari informasi, kemudian kalau instagram kan bisa untuk sarana melihat berbagai foto dan video. Nah kalau path kan karakteristiknya memang lebih untuk media mengekspresikan diri mas. Misalnya lewat path kita bisa berbagi video, foto maupun untuk check-in ke suatu tempat”. Dari informan ini dapat kita tarik pendapat bahwa setiap

media sosial memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga dalam menggunakannya pun disesuaikan dengan tujuan awal dari pengguna media tersebut.

Jika kita telusuri lebih lanjut, memang masing-masing jenis media sosial memiliki karakteristik yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dengan media sosial lainnya. Seperti jika kita memperhatikan media sosial jenis twitter, media sosial yang satu ini memang lebih identik dengan penyebaran informasi. Dimana setiap pengguna media sosial dapat mencari

(11)

57

informasi apapun. Karena dengan tingkat penggunaan twitter yang sangat tinggi membuat twitter memiliki berbagai informasi. Berbeda lagi jika kita memperhatikan media sosial instagram yang sepertinya saat ini lebih banyak digunakan untuk sarana jual beli. Tampilan instagram yang bisa dikatakan sederhana dan mudah untuk diakses menjadi pilihan dalam menampilkan berbagai produk. Sementara itu media path lebih memiliki ciri dalam sarana berbagai foto, video maupun check in suatu tempat. Sehingga dengan path lebih terasa mendekatkan antar pengguna dengan lainnya.

Informan yang selanjutnya yakni Dewi mahasiswa Adminstrasi Negara FISIP UNS angkatan 2015. Dewi memiliki media sosial yang sering dia gunakan adalah BBM, WA, Instagram dan Path. Informan mengatakan bahwa dalam satu hari dia dapat menggunakan media sosial selama 10 jam. Yang pada waktu-waktu tertentu dia menggunakan smartphone untuk mengakses media sosial. “Kalau aku biasanya pake medsos sehari bisa sekitar 10 jam. Bangun tidur yang pertama kali aku cek ya hp aku. Ga bisa lepas dari hp aku, jadi tiap saat selalu cek setiap medsos, mas”. Dari tingkat penggunaan media sosial oleh informan ini

dapat kita lihat tingginya penggunaan media sosial olehnya. Terlebih informan juga mengatakan bahwa aktivitas pertama yang selalu dia lakukan adalah dengan mengecek hp nya untuk melihat setiap media sosial yang dia gunakan.

(12)

58

Saat ditanya mengenai tujuan penggunaan media sosial menurut informan adalah : “Kalau gunain media sosial aku lebih seringnya untuk stalking akun orang lain, mas. Lebih seringnya untuk tahu bagaimana seseorang itu mas, lewat media sosialnya kita dapat gambaran mengenai dia mas. Selain itu saya juga sering menggunakan media sosial sekedar untuk mencari informasi tertentu. Kalau untuk saya sih sukanya untuk upload foto-foto saya pas lagi liburan atau ditempat tertentu”. Informan bisa dikatakan memiliki tujuan penggunaan media sosial yang spesifik untuk eksistensi, hal ini dapat dikaitkan dengan tujuannya dalam menggunakan media sosial untuk stalking dan juga untuk berbagi foto. Jika kita melihat penggunaan media sosial yang dia gunakan dalam satu hari adalah rata-rata 10 jam. Tentu saja hal ini menjadi salah satu tanda penggunaannya dalam hal eksistensi.

Salah satu mahasiswa D3 Humas FISIP UNS angkatan 2015, yakni Manggar adalah informan dengan penggunaan media sosial dengan tingkat tidak menentu dalam sehari. Dalam satu hari dia mengatakan bahwa dapat saja menggunakan media sosial selama 4 jam. “Aku gunain media sosial ya paling sekedar untuk komunikasi saja dengan teman-teman. Jadi ga terlalu yang berlebihan sih. Apalagi sebenarnya saya sedikit risih dengan media sosial saat ini. Kan saat ini banyak banget yang gunain media sosial cuma untuk pamer saja. Jadi kalau ngeliat ada yang berlebihan, seperti upload foto atau kata-kata lebay ya kadang ngerasa kesel”. Informan merasa bahwa terkadang terdapat pengguna media sosial yang menggunakan media

(13)

59

sosial secara berlebihan. Sehingga dari hal tersebut informan merasa risih. Hal ini dapat memberikan gambaran tentang hal-hal yang sering dia lihat di media sosial menjadikannya terasa mengganggu.

Informan selanjutnya yang juga mengatakan bahwa dia merasa terganggu dengan penggunaan media sosial yang berlebih adalah Bayu, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, FISIP UNS. “Sebenernya sih sah saja mas kalau mau eksis lewat media sosial. Tapi kadang kan kalau berlebihan jatuhnya malah kaya’ bikin risih yang lihat juga. Emang sih

semuanya kembali penilaian kita masing-masing. Tapi alangkah lebih baik kalau gunain media sosial sewajarnya saja”. Informan memiliki

pandangan dalam menggunakan media sosial seharusnya seseorang dapat memberikan kadar penggunaan yang sewajarnya. Sehingga dari pernyataan informan tersebut menyiratkan ketidaksukaan mereka terhadap eksistensi dalam media sosial.

Dalam menggunakan media sosial sebenarnya seseorang memiliki kecenderungan dalam menggunakannya. Salah satu kecenderungan yang sering kali dilakukan oleh seseorang dalam menggunakan media sosial yakni aspek-aspek tertentu yang sering diakses oleh individu tersebut. Hal ini seperti yang diutarakan oleh salah satu mahasiswa ilmu komunikasi FISIP UNS, Eka, yang mengatakan, “Media sosial, terutama twitter sebenarnya sering saya gunakan hanya untuk mencari perkembangan informasi tentang berita tertentu. Kan lebih cepet nih penyebaran informasi melalui media sosial dari pada media lain. Kalau untuk masalah mau eksis,

(14)

60

sebenernya bisa sih dilakukan melalui tiap media sosial, tapi kalau saya lebih sering gunain path”. Path sendiri merupakan salah satu media sosial

yang saat ini menjadi primadona dalam dunia media sosial. Kelebihan Path jika dibandingkan dengan media sosial lainnya adalah kemudahan dalam membagi foto maupun video serta check in ke suatu tempat tertentu. Selain itu Path juga lebih terasa dekat dengan pengguna media sosial. Hal ini karena batasan pengikut dalam path.

Seperti beberapa informan sebelumnya yang mengatakan tidak terlalu mempermasalahkan terkait aktivitas media sosial yang mengacu kepada eksistensi diri. Endah, mahasiswi Administrasi Negara, mengatakan bahwa hal tersebut memang menjadi cermin kepribadian masing-masing. “Kepribadian orang kan beda-beda ya mas. Kalau lewat media sosial kan

sebenarnya sedikit-sedikit jadi bisa tau bagaimana kepribadian orang itu. Jadi kalau eksistensi mau dipandang apa pun juga sebenernya hak pengguna media sosial. Kalau orang yang terlihat aneh-aneh di media sosial, itu juga mencerminkan kepribadiannya”.

Twitter yang menjadi salah satu media sosial yang saat ini paling banyak digunakan, juga memiliki kekhasan dalam tampilan serta isi dari berbagai informasi maupun konten yang ada didalamnya. Pada awal mula kemunculannya yakni setelah adanya Facebook, Twitter menjadi pendatang baru dalam media sosial yang menyita minat penggunanya. Meskipun terkesan dengan batasan jumlah huruf dalam memposting sesuatu, namun Twitter memiliki kelebihan dalam menghubungkan pengguna satu dengan

(15)

61

pengguna lainnya. Seperti yang diutarakan Sony, mahasiswa Ilmu Komunikasi, “Lebih seringnya saya pake twitter. Karena menurut saya twitter itu updatenya cepet banget. Selain itu lewat twitter juga lebih mudah ketemu dengan pengguna orang lain. Seperti kalau pakai model hastag kan lebih cepet. Ya kalau pakai twitter itu biasanya buat stalking aja, liat-liat timeline orang lain. Padahal malah jarang buat ngetweet.”

Sony juga mengungkapkan penilaiannya terhadap masalah eksistensi pengguna media sosial yang saat ini marak dilakukan. Menurutnya hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan. Karena menurutnya eksis merupakan salah satu kebutuhan yang sebenarnya setiap orang perlu melakukannya. “Hmm kalau masalah orang mau eksis itu sih ga usah terlalu dimasalahin mas. Lha kan kalau menurut saya itu setiap orang sebenarnya pengen bisa eksis, biar dilihat banyak orang, biar dapet pengakuan orang lain. Jadi ya selama ga mengganggu kepentingan umum, menurut saya itu wajar-wajar saja.”. Informan ini mengungkapkan hal senada seperti beberapa informan sebelumnya yang mengatakan bahwa eksistensi merupakan hak setiap orang, jadi tidak terlalu dipermasalahkan.

M. Ibnu Nawafil, salah satu mahasiswa jurusan Hubungan Internasional FISIP UNS angkatan 2015 yang rata-rata menggunakan media sosial selama 2 jam dalam sehari memberikan penilaian dari sudut pandang yang positif terkait dengan media sosial sebagai media eksistensi. “Saya tida pernah mempersoalkan eksistensi melalui media sosial. Karena

(16)

62

dilain sisi hal tersebut menjadi menguntungkan bagi pengguna media sosial. Karena hal tersebut menjadi alat untuk menunjukkan potensi diri mereka. Banyak entertainer yang lahir dari eksistensi mereka di media sosial. Tetapi seperti yang kita tahu suatu pasti tidak dapat selalu dibenarkan, beberapa orang menggunakannya secara negative dengan tujuan yang tidak jelas”.

Dari pandangan Ibnu tersebut dapat kita lihat dari sisi positif mengenai penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi. Dimana pada suatu kondisi, eksistensi menjadi salah satu jalan dalam mengeksplor berbagai potensi diri bagi pengguna media sosial. Dengan menggunakan media sosial, mereka dapat menyebarkan berbagai foto, video atau apapun yang menunjukkan berbagai kelebihan atau ketrampilan yang dimilikinya. Dengan begitu, orang lain yang melihat atau memperhatikannya dapat merasa terhibur atau bahkan dapat membuat pengguna media sosial tersebut menjadi terkenal dan menjadi entertainer dalam dunia hiburan. sebagai contoh adalah dengan mengupload video ketika seseorang bernyanyi dengan merdu, dan mendapat apresiasi yang tinggi dari pengguna media sosial lainnya. Sehingga dari hal tersebut akan membuat dirinya dikenal orang lain dan akan memberikan kesempatan baginya agar dapat masuk ke dunia hiburan.

Ada beberapa hal yang sering dipilih oleh pengguna media sosial dalam menggunakannya. Sebagai contoh dalam mengunggah berbagai foto ke media sosial, seseorang biasanya pada waktu tertentu memiliki tingkat

(17)

63

pengunganggahan foto yang lebih tinggi. Salah satu contoh waktu yang sering digunakan dalam mengunggah foto adalah saat waktu liburan atau mengunjungi tempat-tempat tertentu. Hanis Aji Bintari, salah satu mahasiswa jurusan Perpustakaan FISIP UNS angkatan 2015 menjelaskan hal tersebut. “Aku seringnya upload foto di medsos ya kalau tiap pergi liburan atau ke tempat-tempat special gitu mas. Bedanya kalau hari-hari biasanya itu upload foto kadang-kadang. Tapi kalau pas liburan bisa berkali-kali ganti foto dalam media sosial. Jadi lebih banyak aja foto yang diupload kalau pas lagi liburan”. Jadi dari informan ini dapat kita ketahui

bahwa terdapat waktu-waktu tertentu yang digunakan dalam mengupload foto maupun video.

Amirah, mahasiswa jurusan Administrasi Negara FISIP UNS juga memberikan pendapat yang serupa dengan apa yang disampaikan oleh Hanis Aji tentang waktu-waktu tertentu penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi diri. “Kalau aku liat temen-temen yang pake media sosial biasanya kalau pas lagi liburan gitu banyak banget update foto-foto waktu mereka liburan. Sampe-sampe nih sehari bisa 10 foto lebih yang di update, misalnya kalau di bbm atau di instagram dan juga path. Ya kadang risih juga mas lihat yang gituan, tapi juga mau gimana lagi, itukan juga hak mereka, kita ga bisa ngelarang mereka gunain medsos seperti apa. Kalau disuruh milih sih sebenernya ga suka dengan apa yang mereka lakukan untuk eksis”.

(18)

64

Sementara itu beberapa informan juga mengatakan bahwa hal yang mereka anggap menjadi salah satu bentuk eksistensi diri adalah saat pengguna media sosial melakukan unggah foto maupun video dengan intensitas yang tinggi. Saat pengguna media sosial selalu mengunggah foto, mengganti tampilan display picture berulang-ulang dalam satu hari. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Anisa M Devi, mahasiswa jurusan Administrasi Negara. “Eksis kalau menurutku ya kalau ada yang tiap saat ganti tampilan foto, selalu ganti-ganti private message, atau selalu upload foto yang bisa dikatakan terlalu berlebihan. Masa’ dalam sehari bisa sampai

puluhan kali ganti foto dengan private message yang kadang ga jelas maksudnya apa”. Private message merupakan salah satu fasilitas yang ada

dalam BBM yang digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu. Namun terkadang hal ini digunakan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting dan justru mengarah kepada eksistensi.

Selain masalah penggunaan foto yang diunggah berkali-kali dalam satu waktu, hal lain yang dianggap pula sebagai bentuk eksistensi dalam media sosial adalah sering kali pengguna media sosial membuat status maupun tweet yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi orang lain, bahkan terkesan hal tersebut hanya ditujukan untuk dirinya sendiri. Sering kali pengguna media sosial seperti dalam Twitter sering menggunakan tweet untuk sekedar menyalurkan eksistensi dirinya. Sehingga banyak berbagai tulisan yang sebenarnya tidak penting dan bertitik fokus pada dirinya sendiri. Berbagai tulisan tersebut tidak mengacu kepada

(19)

65

permasalahan sosial lain yang terjadi dilingkungannya, namun seputar permasalahan pribadinya sendiri.

Terkait penggunaan fasilitas tweet dalam twitter, private message dalam BBM serta update dalam facebook, beberapa informan mengungkapkan pendapat mereka terhadap hal tersebut. Beberapa informan mengatakan bahwa apa yang orang lakukan dengan fasilitas tersebut biasanya justru memiliki kesan yang negative. Hal ini yang disampaikan oleh Scholastica Agnesyuvia Pratadinata, mahasiswa jurusan Periklanan FISIP UNS. “Kan kalau lihat ada yang nulis-nulis ga jelas atau nge-tweet ga jelas gitu jadinya kaya’ ga penting gitu. Yah, biasanya sih mereka cuma

sekedar meluapkan berbagai permasalahan pribadi mereka. Dan bahkan hal-hal yang tidak penting sering mereka ungkapkan melalui media sosial, kan jadinya aneh.”. Pandangan seperti yang disampaikan oleh Scholastica

tersebut menjadi salah satu penjelasan tentang penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi.

Terkadang memang seseorang dalam menggunakan media sosial memiliki tujuan yang tidak jelas. Yang seharusnya digunakan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, untuk memberikan berbagai informasi berguna untuk orang lain. Namun saat ini media sosial justru digunakan sebagai sarana dalam melampiaskan berbagai permasalah pribadi. Media sosial menjadi semacam bentuk baru dari buku harian yang dulu pernah jaya dijamannya. Dengan melampiaskan berbagai permasalahan ataupun berbagai pemikiran yang ada dalam benak pengguna

(20)

66

media sosial, justru menjadi permasalahan tertentu. Dimana dengan mengumbar permasalahan pribadi melalui akun media sosial, justru membuka kesempatan bentuk-bentuk permasalahan yang baru, seperti masalah kejahatan cyber.

Beberapa informan yang merupakan mahasiswa, juga memiliki sikap untuk melakukan imitasi terhadap apa yang mereka lihat. Sehingga dari beberapa informan mengatakan bahwa mereka hanya sekedar mengikuti apa yang orang lain lakukan. Beberapa informan tersebut mengatakan bahwa biasanya mereka mengikuti perilaku orang lain yang mereka anggap memiliki kemampuan atau “kekuasaan” diatas mereka. Hal ini yang disampaikan salah satunya oleh Tsania Fadhilah, mahasiswa jurusan Hubungan Masyarakat FISIP UNS. “Biasanya sih kalau liat temen-temen pada update di tempat hits atau lagi foto ditempat yang bagus, aku juga ikutan. Jadi ngikut temen aja mana yang lagi hist, terus kita ngikut aja sama mereka. Lagian kan sebenere ga terlalu tau mana tempat yang bagus atau gaya foto yang baru”. Pada pernyataan ini dapat kita kaitkan antara

eksistensi dengan imitasi yang dilakukan pengguna media sosial. Dimana mereka mengikuti apa yang dilakukan oleh pengguna media sosial seperti yang lainnya lakukan.

Pernyataan dari informan sebelumnya juga mendapatkan persetujuan dari informan selanjutnya, yang juga mengatakan bahwa mereka sering kali hanya sekedar mengikuti apa yang orang lain lakukan. Bahkan mereka juga sering membahas suatu masalah yang sebenarnya

(21)

67

mereka tidak ketahui. “Ya kalau masalah foto di instagram atau medsos lainnya sih sering ngikut-ngikut apa yang lagi jadi trend temen-temen. Bukan masalah apa sih ya, tapi kalau tau yang lagi nge-trend kan lebih bagus kesannya. Kalau untuk masalah quote atau tulisan macem-macem di medsos, biasanya juga sekedar nimbrung apa yang lagi rame di bicarain gitu”.

Pengguna media sosial sering kali ingin menunjukkan sisi terbaik dari diri mereka. Fenomena ini dapat kita lihat dengan teori dramatugi oleh Erving Goffman. Dramaturgi karya Erving Goffman bahwa Individu akan berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyana, 2006:112). Dalam konsep dramaturgi, kehidupan sosial manusia dimaknai sama seperti pertunjukkan drama dimana terdapat aktor yang memainkan perannya.

Kaitannya dengan fenomena media sosial yakni pengguna media sosial selalu menampilkan dirinya sebaik mungkin di media sosial. Pengguna media sosial berusaha sedemikian rupa agar dapat memenuhi tuntutan yang ada didalam kehidupan dunia maya atau media sosial. Mereka akan tampil sedemikian rupa sehingga dapat menyamai atau paling tidak bisa tampil seperti apa yang orang lain lakukan. Hal tersebut yang dapat kita

(22)

68

ketahui dari beberapa informan yang mengatakan bahwa apa yang dilakukannya di media sosial merupakan suatu kegiatan untuk dapat meniru apa yang orang lakukan. Hal tersebut juga menjadi salah satu sisi negative akan adanya media sosial yang menyebabkan seseorang bertindak bukan karena apa yang mereka butuhkan, tapi apa yang harus dia lakukan seperti apa yang diinginkan oleh lingkungannya. Ini juga menjadi bentuk dari pemenuhan eksistensi.

Sementara terdapat beberapa informan yang mengungkapkan kecenderungan mereka menggunakan media sosial dalam hal esksistensi. Terdapat beberapa informan yang mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan dengan media sosial merupakan suatu pelarian dalam menemukan bentuk perhatian yang tidak mereka dapatkan dari kehidupan nyata. Media sosial memang menjadi salah satu alat untuk menemukan apa yang seseorang tidak mereka temukan dalam kehidupan nyata mereka. Karena dalam media sosial, tercipta suatu lingkungan sosial dalam bentuk dunia maya, yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kehidupan nyata. Dimana memungkinkan seseorang untuk membentuk suatu identitas diri yang baru didalam dunia maya, dan bahkan sangat berbeda dengan apa yang ada pada dirinya dalam dunia nyata.

Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Rona D.P dari jurusan Periklanan, FISIP UNS. “Tiap hari kalau ngadep medsos biasanya ya buat chatting, stalking atau buat ganti foto-foto gitu. Ya seputaran itu saja sih kak. Kan enaknya medsos itu kita mau apa aja bebas,

(23)

69

kalau sehari-hari kan pasti ada larangan ga boleh gini gitu lah. Medsos mau komentar, mau foto gaya apa, mau ngapain kan terserah kita juga. Yang penting selama ga ngrugiin orang lain sih gapapa kak”. Dari

pernyataan informan tersebut dapat menyiratkan tentang bentuk identitas baru yang coba dia bangun melalui media sosial. Informan memiliki pandangan bahwa media sosial tidak memiliki norma yang seketat dengan yang ada pada dunia nyata. Meskipun dia mengatakan bahwa apa saja bisa dilakukan melalui media sosial asalkan tidak merugikan orang lain. Hal tersebut mengindikasikan pandangannya tentang kebebasan dalam media sosial.

Salah satu bentuk eksistensi yang seringkali dilakukan oleh pengguna media sosial yakni mereka memiliki beberapa jenis akun media sosial. Dari beberapa media sosial yang mereka miliki, satu persatu akun mereka gunakan secara rutin untuk melakukan aksi eksistensi. Sebagai contoh apabila menggunakan Path, mereka sering kali mengupload foto maupun video. Fasilitas dari Path yang paling diminati oleh pengguna media sosial adalah adanya fasilitas check in. Dimana dengan fasilitas ini pengguna dapat menandai suatu tempat yang pernah mereka kunjungi. Ini menunjang gaya sosial yang saat ini banyak digandrungi oleh pengguna media sosial, terutama oleh remaja. Remaja saat ini memiliki kepuasan tersendiri apabila dapat mengunjungi tempat-tempat nge-hits atau paling tidak tempat yang pernah ramai dikunjungi oleh orang lain dan pernah di check-in melalui path.

(24)

70

Mahasiswa jurusan Penyiaran FISIP UNS, Faika Sandy Yudha, mengutarakan bahwa dia sering kali menggunakan fasilitas tersebut. Informan ini menggunakan media sosial dalam satu hari selama sekitar 5 jam. Media sosial yang sering dia gunakan adalah Path. “Kalau di Path yang sering saya lakukan biasanya ya liat-liat update an temen-temen. Kalau nggak ya buat upload foto sendiri. Tapi akhir-akhir ini sering check-in di lokasi-lokasi tertentu. Misalnya kalau lagi liburan kemana, atau lagi makan di mana gitu. Biar temen-temen bisa tahu tempat mana aja yang saya kunjungi. Bukan untuk apa sih, tapi kalau lewat check-in tempat gini biar temen yang lain juga dapat ngunjungi tempat tersebut karna udah tau dari path saya. Saya kadang juga gitu, kalau ada temen yang lagi check-in di mana gitu, jadi pengen juga kesana”.

Penggunaan fasilitas check in yang terdapat didalam Path memang banyak diminati oleh pengguna media sosial. Dari ini lah timbul berbagai tempat-tempat yang mencuat melalui media sosial dan banyak dikunjungi oleh mereka yang melihat foto maupun cerita yang terdapat pada Path orang lain. Biasanya setelah melihat posting orang lain yang check in disuatu tempat, maka orang lain akan tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut. Sehingga tempat tersebut akan menjadi ramai dan mendapatkan julukan sebagai tempat yang hits. Biasanya dengan mengunjungi tempat-tempat hits, mereka akan mengambil foto selfie di tempat tersebut dan kemudian mengunggahnya ke Path milik mereka. Ini lah salah satu bentuk eksistensi yang dilakukan melalui Path.

(25)

71

Selain menggunakan Path dalam mengunggah foto selfie sebagai ajang eksistensi, beberapa media sosial lain yang digunakan sebagai sarana oleh sarana eksistensi adalah Facebook. Facebook sendiri bisa dikatakan sebagai salah satu tonggak media sosial yang menentukan keberadaan media sosial lainnya. Facebook menjadi salah satu media sosial dengan pengguna terbesar saat ini. Sebelum istilah selfie berkembang seperti saat ini, Facebook sebelumnya hanya digunakan untuk memposting berbagai informasi, baik yang bersifat pribadi maupun sekedar informasi yang dibagikan melalui Facebook. Seiring dengan perkembangan dan pembaruan yang dilakukan, saat ini Facebook juga semakin digunakan sebagai sarana dalam berbagi foto.

Penggunaan Facebook dalam ajang eksistensi seperti yang dijelaskan sebelumnya dapat kita lihat dari pernyataan Dani Ramadhan, mahasiswa jurusan Penyiaran, FISIP UNS. Informan menggunakan media sosial selama kurang lebih 3 jam dalam sehari. “Lebih sering gunain facebook, karena kan dari awal emang facebook yang saya punya. Tapi terkadang juga pakai twiiter dan juga instagram. Kalau di Facebook sih seringnya lihat posting orang lain, dan kadang-kadang juga mengunggah foto bersama teman teman saat lagi main”. Dari pernyataan informan tersebut dapat diketahui

mengenai penggunaan Facebook sebagai sarana berbagi foto. Meskipun informan mengatakan kadang-kadang, namun hal tersebut cukup menjadi bukti penggunaan facebook dalam hal ajang eksistensi diri oleh pengguna media sosial.

(26)

72

Dewi Masiroh, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional FISIP UNS angkatan 2015 yang menjadi informan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa informan menggunakan media sosial selama 4 jam dalam satu hari. Beberapa media sosial yang informan miliki yakni adalah Line, BBM, WA, Path dan Instagram. Berkaitan dengan masalah eksistensi di dalam media sosial, informan mengungkapkan bahwa informan tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. “Itu kan media sosial namanya juga nama mereka sendiri kak. Jadi terserah aja sih menurutku mau di apain aja. Nanti kalau kelihatan digunakan untuk hal negative kan juga nama mereka sendiri yang ikut negative”.

Terdapat beberapa informan sebelumnya yang mengungkapkan ketidakpedulian mereka terhadap masalah penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi. Sebagian besar informan yang mengatakan bahwa mereka tidak terlalu peduli dengan masalah tersebut melihat bahwa hak setiap pengguna media sosial dalam menggunakannya. Hal ini menunjukkan sikap informan dalam melihat pengguna media sosial yang melakukan aksi eksistensi. Eksistensi memang menjadi bentuk perilaku seseorang dalam menggunakan media sosial. Dan hal tersebut juga menjadi sesuatu yang dapat dilakukan oleh pengguna dengan media sosial. Setiap orang yang melihat aksi eksistensi pun sebenarnya dapat melihat hal tersebut sebagai hak orang lain dalam menggunakan media sosial. Sehingga tidak perlu mempermasalahkan hal tersebut apakah menjadi suatu yang positif maupun negative.

(27)

73

Masalah eksistensi yang dilakukan melalui media sosial sebenarnya telah ada semenjak media sosial itu sendiri ada. Namun seiring dengan berjalannya waktu, bentuk eksistensi yang ada sekarang menjadi lebih beraneka ragam. Baik eksistensi yang dilakukan dengan mengunggah foto-foto selfie pengguna media sosial maupun berbagai postingan pengguna kedalam media sosial. Ajang eksistensi diri akan mengarah kepada hal yang negative apabila telah mengandung berbagai hal yang dapat mengganggu kepentingan umum. Salah satu bentuk negative dari eksistensi adalah manakala seseorang bertindak dengan mengomentari berbagai permasalahan yang sebenarnya bukan menjadi kapasitasnya. Tujuan dari hal tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah agar dia mendapat pengakuan dari orang lain. Tentu saja hal tersebut akan menjadi nilai negative bagi dirinya.

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian

Dalam tahap pelaksanaan Peneliti yang di lakukan adalah melaksanakan rancangan tindakan yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.Agar pelaksanaan tindakan

Pada modulasi ini sudut fase dari gelombang pembawa berubah menurut pola perubahan gelombang modulasi.. disebut indeks

Jalur kereta api Kunming-Singapura dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi (Djankov, 2016). Negara- negara Asia Tenggara pasalnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang

Hipotesis ketiga menunjukkan terdapat hubungan positif antara variabel berpikir kreatif dan kemampuan membaca pemahaman secara bersama-sama dengan variabel kemampuan

Inovasi produk adalah hasil pengembangan produk baru oleh suatu perusahaan atau industri, baik yang sudah ada atau belum,dari produk lama yang telah mencapaititik

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ketiga hipotesis PAT telah dinyatakan dalam bentuk oportunistik, dimana mereka berasumsi bahwa manajer memilih kebijakan