TINJAUAN ASPEK KESELAMATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENINGKATAN KAPASITAS JALAN
Bambang Istiyanto1, Raudatul Jannah2* 1
Manajemen Logistik, Politeknik Transportasi Darat Bali
Jl. Cempaka Putih, Desa Samsam, Kec.Kerambitan, Kab. Tabanan – Bali, Indonesia 80582 2
Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Jl. Semeru Nomor 03, Kota Tegal, Indonesia 52125
*Radhannahad@gmail.com
ABSTRAK
Seiring dengan bertambahnya kepemilikan kendaraan, kemajuan dibidang industri dan perdagangan, serta distribusi barang dan jasa menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas. Pemerintah Kota Jambi melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memiliki program khusus untuk melakukan peningkatan kualitas jalan di sejumlah lokasi di Kota Jambi untuk mewujudkan Jambi Bangkit 2018. Salah satunya adalah proyek peningkatan kapasitas Jalan Sunan Giri, Kecamatan Kotabaru. Jalan status kota tersebut merupakan jalan alternatif yang setiap harinya selalu padat dengan kendaraan terutama pada jam sibuk pagi dan sore hari. Maka dari itu, sangat diperlukan penambahan kapasitas pada ruas jalan tersebut dengan harapan dapat memenuhi unsur kelancaran, kenyamanan, keamanan dan keselamatan pengguna jalan. Namun berdasarkan hasil tinjauan dilapangan, masih ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan jalan. Rekomendasi yang diberikan ialah dengan penambahan perambuan sementara, manajemen hazard, pengadaan petugas pengatur lalu lintas di waktu sibuk (Peak Hour) serta melengkapi APD para pekerja proyek untuk meningkatkan keselamatan selama konstruksi.
Kata kunci: alat pelindung diri; aspek keselamatan; hazard; peningkatan kapasitas jalan; rambu
OCCUPATIONAL SAFETY ASPECT OF WORK IMPLEMENTATION IMPROVED ROAD CAPACITY
ABSTRACT
Along with the increase of vehicle ownership, progress in the field of industry and commerce, and the distribution of goods and services led to increased traffic volume. Jambi City Government through the Department of Public Works and Spatial Planning has a special program to improve the quality of roads in several locations in Jambi City to realize “Jambi Bangkit 2018”. One is a project to increase the capacity of Sunan Giri Street. Road status of the city is an alternative way that every day is always crowded with vehicles, especially peak hour in the morning and afternoon. Therefore, a much needed additional capacity on the road section with the hope to meet the elements of smoothness, comfort, security and safety of road users. However, based on results of the review in the field, still found some problems related to road safety. Recommendations are given is that with the addition of temporary traffic sign, hazard management, procurement officer traffic controller at a busy time (Peak Hour) and to equip workers PPE project to improve safety during construction.
Keywords: aspects of safety; capacity road; hazard; personal protective equipment; signs PENDAHULUAN
Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk jaringan transportasi untuk menghubungkan daerah satu dengan lainnya, sehingga roda perekonomian dan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Seiring dengan bertambahnya kepemilikan kendaraan, kemajuan dibidang industri dan perdagangan, serta distribusi barang dan jasa menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas. Perencanaan peningkatan jalan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu solusinya ialah dengan penambahan kapasitas jalan yang tentu akan memerlukan metoda efektif dalam perancangan maupun
perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dengan harapan dapat memenuhi unsur kelancaran, kenyamanan, keamanan dan keselamatan pengguna jalan.
Pemerintah Kota Jambi melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memiliki program khusus untuk melakukan peningkatan kualitas jalan di sejumlah lokasi di Kota Jambi untuk mewujudkan Jambi Bangkit 2018. Salah satunya adalah proyek peningkatan kapasitas Jalan Sunan Giri, Kecamatan Kotabaru. Jalan status kota tersebut merupakan jalan alternatif yang setiap harinya selalu padat dengan kendaraan terutama pada jam sibuk pagi dan sore hari. Maka dari itu, sangat diperlukan penambahan kapasitas pada ruas jalan tersebut, dengan harapkan dapat membantu meningkatkan pelayanan dan aksesibilitas (kemudahan mencapai tujuan) bagi semua sarana yang melaluinya.
Namun berdasarkan hasil tinjauan pelaksanaan pekerjaan tersebut masih ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan. Maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat memberikan rekomendasi terhadap permasalaan tersebut berupa penambahan perambuan sementara, manajemen hazard, pengadaan petugas pengatur lalu lintas di waktu sibuk (Peak Hour) serta melengkapi APD para pekerja proyek untuk meningkatkan keselamatan selama konstruksi
METODE
Peninjauan dilakukan pada proyek pekerjaan peningkatan kapasitas jalan Sunan Giri Kelurahan Simpang III Sipin, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi. Jalan tersebut adalah jalan lokal primer dengan lebar jalan 5 meter dan tipe jalan 2/2 UD. Jalan Sunan Giri adalah jalan kelas III dengan status jalan kota yang memiliki panjang ruas jalan sejauh 1.5 KM dan tipe perkerasan flexible dengan pergerakan mobilitas kendaraan yang cukup tinggi. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Tahap pada penelitian ini meliputi persiapan penelitian dan pengumpulan data. Persiapan penelitian yaitu penjabaran maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan studi kepustakaan untuk memperoleh informasi mengenai penelitian tersebut. Pengumpulan data penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber tertentu dan hasil tinjauan langsung ke lokasi proyek peningkatan kapasitas di jalan Sunan Giri Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi. Serta melakukan wawancara kepada konsultan, kontraktor, pengawas lapangan, pegawai administrasi, mandor proyek, pekerja dan masyarakat.
HASIL
Identifikasi Permasalahan Selama Masa Konstruksi
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas adalah salah satu bagian yang sangat penting guna menjamin kelancaran dan keselamatan selama berlangsungnya suatu proyek pekerjaan jalan. Kondisi ini sangatlah berpengaruh dalam suatu pekerjaan di lapangan, terutama kondisi di lapangan yang merupakan jalan alternatif yang mengakibatkan seringnya terjadi kemacetan pada jam sibuk pagi dan sore hari. Adapun beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan selama pekerjaan jalan tersebut, diantaranya :
1. Rambu Sementara Selama Pekerjaan Jalan
Hasil tinjauan lapangan keberadaan rambu masih terlihat sangat minim di lokasi pekerjaan Jalan Sunan Giri tersebut. Tidak ditemukan adanya rambu peringatan ada pekerjaan galian, rambu batas kecepatan maksimum, rambu peringatan adanya penyempitan jalan, rambu dan penghalang yang dipasang saat atau tidak berlangsung pekerjaan dan rambu ini dapat dituliskan peringatan : “HATI – HATI! ADA PEKERJAAN GALIAN”, rambu traffic line seperti : traffic cone (kerucut), traffic cone berlampu untuk pekerjaan pada malam hari, flash
light, dan lain-lain yang juga dapat menjadi pengaturan lalu lintas. Faktanya yang ditemukan
dilapangan hanyalah sebuah papan peringatan yang berada tidak pada lokasi seharusnya. Berdasarkan pedoman teknis perencanaan perambuan sementara untuk pekerjaan jalan, Perambuan sementara diperuntukan bagi pengaturan lalu lintas selama ada kegiatan pekerjaan jalan.
2. Hazard
Banyaknya galian lubang dan material di jalan yang tidak diberikan penutup, tanda/rambu peringatan serta pita garis sangat membahayakan pengguna jalan terutama dimalam hari. Selain minimnya rambu peringatan mengenai banyaknya lubang galian, di jalan tersebut juga terdapat potensi hazard pada salah satu tikungan yang menurut masyarakat sekitar sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Jarak pandang adalah panjang bagian suatu jalan di depan pengemudi yang masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi. Kemungkinan untuk melihat ke depan adalah faktor penting dalam suatu operasi di jalan agar tercapai keadaan yang aman dan efisien. Untuk itu harus diadakan jarak pandangan yang cukup panjang, sehingga pengemudi dapat memilih kecepatan kendaraan terbaik dan tidak menghantam benda yang tak terduga di atas jalan. Saat pekerjaan konstruksi, selain posisi bangunan yang mengganggu jarak pandang, tikungan tersebut semakin membahayakan pegendara karena kondisi jalan yang semakin sempit dan padat, sehingga selama masa pekerjaan diperlukan pula manajemen hazard dapat setidaknya memberikan informasi kepada para pengguna jalan tersebut untuk lebih meningkatkan kewaspadaan selama berlangsungnya proses pekerjaan jalan.
Gambar 3. Tikungan di Jalan Sunan Giri 3. Petugas Pengatur Lalu Lintas
Masalah lainnya berasal dari keluhan masyarakat karena tidak adanya petugas yang membantu dalam pengaturan lalu lintas terutama pada jam sibuk. Dampak yang ditimbulkan antara lain kemacetan dan resiko kecelakaan dilokasi pekerjaan. Petugas hanya terlihat sesekali dan jika adapun itu hanyalah pekerja konstruksi yang tiba- tiba mendapatkan perintah dari mandor untuk mengatur lalu lintas. Sehingga petugas tersebut tidak secara khusus ditugaskan untuk mengatur lalu lintas dengan pakaian dan peralatan yang telah disesuaikan dengan ketentuan.
Gambar 4. Petugas Pengatur Lalu Lintas 4. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) Para Pekerja
Keselamatan para pekerja sepertinya juga telah diabaikan. Hal tersebut terlihat dari pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Secara visual saja sudah telah terlihat jelas bagaimana kondisi pekerja pada proyek jalan tersebut. Sebagian besar dari mereka tidak menggunakan APD yang seharusnya secara lengkap bahkan ada yang tidak menggunakannya sama sekali. Memang sampai saat ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi belum menetapkan Standar Operasional Prosedurnya. Ketentuan mengenai aturan tersebut hanya tergantung dari kebijakan pihak kontraktor. Namun sebagian besar masih belum terlalu peduli akan pentingnya hal tersebut karena sanksi yang diberikan hanyalah dalam bentuk teguran/peringatan.
PEMBAHASAN
Rekomendasi Permasalahan Keselamatan
1. Pengadaan Rambu Sementara Selama Pekerjaan Jalan
Rambu sementara selama masa konstruksi jalan seharusnya disertakan secara lengkap selama proses pekerjaan jalan. Hal tersebut dibutuhkan untuk dapat meningkatkan kewaspadaan dari para pengguna jalan. Seperti yang tertuang dalam Pasal 93 PP No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan yang berbunyi “Penyelenggara jalan wajib menjaga kelancaran dan keselamatan lalu
lintas selama pelaksanaan konstruksi jalan” serta pasal 98 yang berbunyi “Pelaksanaan pemeliharaan jalan harus memperhatikan keselamatan pengguna jalan dengan penempatan perlengkapan jalan secara jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Penempatan rambu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah dilihat oleh pengemudi dari jarak yang cukup aman dan dapat memberikan waktu yang cukup bagi pengemudi untuk mengatur kecepatan atau menghentikan kendaraannya. Jarak minimum penempatan rambu kecepatan ke awal taper sebelum lokasi pekerjaan didasarkan atas jarak henti minimum yang meliputi jarak reaksi (PIEV distance) dan jarak pengereman (breaking distance).
Tabel 1.
Jarak Pandang Henti Minimum
Kecepatan Rencana Jarak Pandang Henti Minimum
(VR) (JPh) 30 km/jam 27m 40 km/jam 40m 50 km/jam 55m 60 km/jam 75m 80 km/jam 120m 100 km/jam 175m 120 km/jam 250m
Sumber : Pedoman Teknik Pengaturan Lalu Lintas Untuk Keselamatan Selama Pekerjaan Pemeliharaan Jalan
Tabel 2. Jarak Henti Minimum
Kecepatan Rencana Jarak Henti Minimum
(VR) (JP) 30 km/jam 12m 40 km/jam 23m 50 km/jam 36m 60 km/jam 53m 80 km/jam 73m 100 km/jam 96m 120 km/jam 110m
Sumber : Pedoman Teknik Pengaturan Lalu Lintas Untuk Keselamatan Selama Pekerjaan Pemeliharaan Jalan
Gambar 6. Rekomendasi Perambuan Sementara Pada Pekerjaan Peningkatan Kapasitas Jalan Sunan Giri (Meter)
2. Manajemen Hazard
Selama masa pekerjaan jalan banyak ditemukan galian lubang yang terbuka dan tanpa pengaman. Meskipun hanya bersifat sementara, namun kondisi tersebut dapat menimbulkan hazard karena berpotensi bahaya bagi pengendara terutama dalam kondisi malam hari.
Hazard sisi jalan adalah fitur atau objek disamping jalan yang mungkin memengaruhi keselamatan di area sisi jalan. Maka dari itu dibutuhkan manajemen hazard sisi jalan untuk mengendalikan tingkat risiko jalan tertentu demi keselamatan pengemudi dan penumpang pada kendaraan yang lepas kendali.
Selain pengadaan rambu, rekomendasi untuk manajemen pada hazard sementara seperti lubang galian tersebut ialah dengan pengadaan alat pengaman lalu lintas disepanjang pekerjaan jalan tersebut, seperti:
a. Kerucut Lalu Lintas
Kerucut lalu lintas ditempatkan sebelum lokasi pekerja dan di sepanjang pekerja dan sesudah lokasi pekerja untuk membatasi daerah kerja yang cukup aman dengan jalur lalu llintas. Penenmpatan kerucut lalu lintas ini diatur sedemikian rupa secara berdampingan paralel dengan arus lalu lintas serta mengikuti bentuk taper sebelum dan sesudah lokasi pekerja. Penempatan kerucut lalu lintas pada taper minimum berjarak 1,2 meter.
Tabel 3.
Jarak Penempatan Kerucut Lalu Lintas
Kategori Penempatan Skala Panjang Pekerjaan Jarak Kerucut
Kerucut (P)
Pendek P ≤ 100 m 3 meter
Normal 100 m < P ≤ 500m 9 meter
Panjang 500 m < P ≤ 1000m 18 meter
Sumber : Pedoman Teknik Pengaturan Lalu Lintas Untuk Keselamatan Selama Pekerjaan Pemeliharaan Jalan
b. Brikade
Brikade adalah alat pengaman yang berguna sebagai penutup arus-arus lalu lintas pada waktu pengerjaan jalan. Brikade ditempatkan pada awal dan ujung daerah kerja masing- masing sejauh 1 km dari lokasi pekerjaan di mana bagian muka brikade menghadap kea rah
datangnya lalu lintas. Bagian muka brikade ini adalah bagian yang bergaris hitam. Pada lokasi pekerjaan dengan volume pejalan kaki yang tinggi, brikade ini harus ditempatkan di sepanjang lokasi pekerjaan guna mengamankan lokasi tersebut agar aktivitas pejalan kaki tidak terganggu.
Gambar 7. Brikade c. Lampu Kedip dan Lampu Penerangan Sementara
Lampu kedip/lampu penerang ditempatkan berdekatan dengan lokasi pekerjaan jalan khususnya pada malam hari. Lampu tersebut harus terlihat dengan jelas, tidak terhalang dan tidak menghalangi rambu lainnya. Khusus lampu penerang harus mampu menerangi lokasi pekerjaan.
Gambar 8. Lampu Kedip dan Lampu Penerangan Sementara d. Bendera
Bendera sebagai salah satu alat bantu pengaturan lalu lintas ditempatkan sebelum lokasi pekerjaan di atas daun rambu atau dipegang oleh petugas.
Gambar 9. Bendera
Secara umum bentuk layout pengaturan lalu lintas dan bagian-bagian daerah adalah sebagai berikut
Gambar 10. Layout Perambuan Sementara
Panjang daerah pendekat (C) dan jumlah rambu berdasarkan atas kecepatan operasional kendaraan, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Penetapan Jumlah Rambu Pada Daerah Pendekat Kecepatan Rata-rata
(Km/Jam)
Daerah Pendekat (C) (Meter)
Ukuran Rambu Minimum Jumlah Rambu (Buah)
˂ 40 50 - 120 Kecil 2 atau 3
40 s/d 60 120 - 300 Sedang 3 atau 4
˃ 60 300 - 500 Besar 4
Sumber : Pedoman Teknis Perencanaan Perambuan Sementara Untuk Pekerjaan Jalan Tabel 5. Panjang Daerah Menjauh (B)
Kecepatan Rata-rata (Km/Jam) Panjang Daerah Menjauh (B) (Meter)
˂ 40 10 – 30
40 s/d 60 30 – 45
˃ 60 45 - 90
Sumber : Pedoman Teknis Perencanaan Perambuan Sementara Untuk Pekerjaan Jalan
Panjang daerah taper awal (A) didasarkan atas kecepatan operasional kendaraan. Ketentuan lain yang mengatur pada daerah taper seperti jumlah cone dan lampu penerang didasarkan atas kecepatan operasional kendaraan juga lihat tabel 6.
Tabel 6. Penetapan Panjang Taper Awal ( Daerah A) dan Perlengkapan Bantu Kecepatan Rata-rata
Operasional (Km/Jam)
Aspek pada Taper Awal (A) Panjang dan Jumlah Satuan ˂ 40 Taper Cones Lampu 138 17 6 Meter Buah Buah 40 s/d 60 Taper Cones Lampu 182 21 8 Meter Buah Buah ˃ 60 Taper Cones Lampu 274 31 12 Meter Buah Buah Sumber : Pedoman Teknis Perencanaan Perambuan Sementara Untuk Pekerjaan Jalan
karena penyediaan pandangan yang cukup di jalan berguna untuk memungkinkan pengguna jalan melihat kendaraan lain yang menggunakan atau menyeberang jalan dengan selamat. Pada kasus bangunan yang berada ditikungan jalan Sunan Giri tersebut solusi yang diambil adalah strategi yang kedua yaitu menghilangkan hazard dengan pembongkaran bangunan tersebut.
3. Petugas Pengatur Lalu Lintas
Selain mengatur kelancaran dan meningkatkan keselamatan lalu lintas, petugas pengatur lalu lintas seharusnya bertugas mengatur arah serta memberi aba –aba kepada driver dan operator alat berat agar lalu lintas tidak menjadi terhenti apabila pekerjaan sedang berlangsung.
Maka dari itu petugas pengatur lalu lintas sangatlah dibutuhkan selama pekerjaan konstruksi jalan. Didalam pedoman perambuan sementara untuk pekerjaan jalan juga telah dijelaskan bahwa pengaturan Lalu lintas harus dipandu dengan tenaga orang (flagman) yang dilengkapi bendera, baterei dan rompi pengaman.
4. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) Para Pekerja
Penanganan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat resiko yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa.
Kontraktor harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Pedoman Pelaksanaan K3 untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan No.004/BM/2006 serta peraturan terkait lainnya
SIMPULAN
Rekomendasi yang diberikan terkait dengan permasalahan keselamatan selama pekerjaan peningkatan kapasitas jalan Sunan Giri yaitu berupa penempatan perambuan sementara yang diperuntukan bagi pengaturan lalu lintas selama ada kegiatan pekerjaan jalan berdasarkan pedoman teknis perencanaan perambuan sementara untuk pekerjaan jalan yang ditetapkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Selanjutnya untuk permasalahan pengatur lalu lintas yang telah diatur dalam pedoman teknis perencanaan perambuan sementara untuk pekerjaan jalan. Kemudian untuk permasalahan pada Alat Pelindung Diri (APD), kontraktor sebagai pelaksana harus mengikuti peraturan yang tertuang dalam PM No 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD), ketentuan pengelolaan K3 yang tertuang dalam PM PU No.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Pedoman Pelaksanaan K3 untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan No.004/BM/2006 serta peraturan terkait lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
. 2004. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Jakarta. . 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Jakarta.
. 2009. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta.
. 2010. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan. Jakarta.
. 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19 Tahun 2011tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Jakarta.
. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 08 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta.
. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta.
. 2012. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta.
. 2016. Peraturan Walikota Jambi Nomor Tahun 2016 tentang Fungsi Dinas, Sekretariat Bidang dan Rincian Tugas Sub Bagian, Seksi,UPTD Serta Tata Kerja Pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi. Jambi.
. 2016. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Jambi.