• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan teoritis penelitian. Tinjauan pustaka dibagi menjadi enam bagian yang terdiri dari sistem informasi, sistem informasi perpustakaan, kualitas perangkat lunak, pengujian perangkat lunak, sistem informasi perpustakaan INLIS, dan kepustakawanan.

Sistem Informasi

Pengertian sistem menurut Murdick (1993) adalah seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainya untuk suatu tujuan bersama. Sedangkan definis i sistem menurut Jogiyanto (2000) sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud dan tujuan yang sama.

Kamus Webster’s Unbriged dalam Al Fatta (2007) mendefinisikan sistem sebagai elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau organisasi. Definisi sistem informasi menurut Mukhtar (1999), adalah suatu pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan. Ciri pokok sistem menurut Gapspert dalam Al Fatta (2007) ada empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur, ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama. Empat komponen, yakni masukan, pengolahan, keluaran dan balikan atau control ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah.

Masukan / Input Pengolahan / Processing Keluaran / Output

(2)

Sementara Mc. Leod (1996) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumber daya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan mekanisme kontrol. Untuk lebih jelasnya elemen sistem tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 sebagai berikut:

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling bergantung sama lain. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebuah sistem harus memiliki masukan (input), proses dan keluaran (output).

Informasi menurut Davis (2002) adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Mc Leod (1996) juga mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti.

Informasi menurut Mc Fadden (1999) adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakannya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang masih mentah yang belum dapat berbicara banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna untuk membuat suatu keputusan atau melakukan suatu tindakan.

Data yang ditangkap dianggap sebagai input, diproses kembali melalui model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Menurut Burch dan Grudnitski

Input Transformasi g Output Mekanisme Kontrol Tujuan

(3)

(1986), siklus ini disebut dengan Siklus Informasi (Information Cycle) atau Siklus Pengolahan Data ( Data Processing Cycle) (Gambar 3.).

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa informasi adalah data-data suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling bergantung sama lain.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut definisi Kertahadi (1995) adalah suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan dan menyajikan sinergi organisasi pada proses. Sistem informasi berdasarkan konsep masukan, proses dan keluaran (input, processing, output – IPO) dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. Proses (Model) Input (Data) Output (information ) Data ditangkap Penerima Hasil Tindakan Keputusan tindakan Dasar Data

Gambar 3 Siklus Informasi. (Burch dan Grudnitski, 1986)

Input Data Pengolahan / Processing Output Data

(4)

Leitch dan Davis (1983) mengemukakan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sedangkan definisi sistem informasi menurut Sutabri (2005), adalah proses komunikasi dimana informasi masukan (input) direkam, disimpan dan diproses untuk menghasilkan informasi keluaran (output) yang berupa keputusan tentang perencanaan, pengoperasian dan pengawasan.

Sistem informasi menurut Burch dan Grudnitski (1986) terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan, yaitu:

1. Blok masukan

Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

2. Blok model

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang akan memanipulasi data dan data yang tersimpan di basisdata dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Blok keluaran

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan menajemen serta semua pemakai sistem.

4. Blok teknologi

Teknologi merupakan alat dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan data dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (human atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Teknisi dapat berupa orang-orang yang mengetahui teknologi dan membuatnya dapat beroperasi. Misalnya teknisi adalah operator komputer, pemprograman,

(5)

operator pengolahan kata, spesialis telekomunikasi, analisis sistem, penyimpanan data dan lain sebagainya.

5. Blok Basisdata

Basisdata (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memenipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basisdata untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basisdata perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Operasi data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpananya. Basisdata diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Sistem).

6. Blok kendali

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya bencana alam, api, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancangdan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi

Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran.

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem informasi secara umum adalah suatu susunan yang sistematik dan teratur dari jaringan-jaringan aliran informasi yang saling berhubungan dalam prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dengan maksud memberikan data kepada pengguna, baik data yang bersifat internal maupun data yang bersifat eksternal untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai suatu tujuan.

(6)

Sistem Informasi Perpustakaan

Sistem Informasi Perpustakaan dikembangkan dari pemikiran dasar bagaimana melakukan otomatisasi terhadap berbagai proses bisnis dalam suatu perpustakaan. Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan sebuah sistem yang terintegrasi untuk menyediakan informasi guna mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam Perpustakaan.

Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan perangkat lunak yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi perpustakaan, katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan. Keseluruhannya administrasi dan operasional perpustakaan serta dapat menghasilkan bentuk- bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi manajemen perpustakaan (Lutfian, 2009).

Sistem informasi perpustakaan menurut Siregar (2007) adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi pelayanan publik yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan buku dan pembuatan laporan harian, bulanan ataupun tahunan guna mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

Sistem informasi perpustakaan menurut Harmawan (2009) merupakan sistem automasi perpustakaan. Sistem perpustakaan memiliki modul-modul yang terintegrasi dari sistem yang satu ke sistem yang lain. Modul-modul yang dapat terintegrasi yaitu:

1. Modul Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat dokumentasi karena kegiatan ini mengusahakan buku-buku yang dibutuhkan bekerja secara sistematis sehingga dapat ada dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar usulan buku dan daftar pengadaan buku.

2. Modul Pengkatalogan

Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan,

(7)

yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota perpustakaan untuk mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun fungsi modul pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku maupun koleksi berkala. 3. Modul keanggotaan

Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna dalam meminjam koleksi perpustakaan. Pengurusan keanggotaan setiap perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan berfungsi untuk mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan dan penghapusan data anggota.

4. Modul sirkulasi

Sirkulasi adalah proses transaksi keluar dan masuknya koleksi perpustakaan yang melibatkan anggota perpustakaan. Pamuntjak (2000) mengemukakan: “Peminjaman buku atau sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk keluar perpustakaan. Pelayanan dapat diberikan dengan sistem pelayanan terbuka dan dengan sistem pelayanan tertutup”.

5. OPAC

Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC (Online Public Access Catalog). Pengguna/ pustakawan dapat menelusur suatu judul buku secara bersamaan. Disamping itu, mereka juga dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan, misalnya melalui judul, kata kunci, pengarang, kata kunci pengarang, subyek, kata kunci subyek, dan sebagainya, sedangkan apabila menggunakan katalog manual, pengguna/pustakawan hanya dapat akses melalui tiga pendekatan yaitu judul, pengarang, dan subyek (Harmawan, 2009).

Sistem informasi perpustakaan digunakan untuk memudahkan para pustakawan dalam mengorganisir dan memberikan layanan bahan pustaka yang dimilikinya serta memudahkan pengguna untuk mencari bahan pustaka dibutuhkan. Pembuatan sistem informasi perpustakaan sangat diperlukan pada semua perpustakaan baik yang menggunakan pelayanan tertutup, maupun

(8)

pelayanan terbuka. Sekalipun dalam sistem pelayanan terbuka pengguna dapat masuk ke ruang penyimpanan koleksi untuk mencari dan menemukan sendiri bahan pustaka yang di butuhkan, namun keberadaan sebuah sistem informasi perpustakaan sangat diperlukan karena pengguna perpustakaan dapat langsung mengetahui status keberadaan bahan pustaka yang diinginkan.

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem informasi perpustakaan adalah sistem yang digunakan dalam perpustakaan untuk menjembatani proses-proses yang ada dalam perpustakaan baik itu yang bersifat manajerial maupun operasional, serta menjembatani antara pustakawan sebagai pengelola perpustakaan dengan pengguna. Sistem informasi perpustakaan harus mampu menyediakan setidaknya 4 modul utama yaitu modul keanggotaan, modul katalogisasi, modul sirkulasi dan modul OPAC.

Kualitas Perangkat Lunak

Definisi kualitas, di antaranya menurut Armand Vallin Feigenbaum dalam Berander dkk (2005), menjelaskan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan, tidak ditentukan oleh pembuatnya, tidak oleh penjualnya, juga tidak oleh manajemen. Kualitas didasarkan atas pengalaman nyata pelanggan dengan suatu produk atau jasa, diukur menurut kebutuhannya, dinyatakan eksplisit atau implisit, disadari atau hanya dirasakan, keseluruhannya subyektif.

The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) dalam Simarmarta (2010) mendefinisikan kualitas sebagai “the degree to which a system, component or process meets customer or user needs or expectations”, ini diartikan bahwa kualitas adalah tingkatan pada sistem, komponen, atau proses yang sesuai kebutuhan atau harapan dari pelanggan atau pengguna. Menurut definisi Steve McConnell’s dalam Simarmata (2010) kualitas perangkat lunak dibagi dalam dua hal yaitu: kualitas internal dan kualitas eksternal. Karakteristik kualitas eksternal merupakan bagian-bagian dari suatu produk yang berhubungan dengan para pemakainya, sedangkan karakteristik kualitas internal tidak secara langsung berhubungan dengan pemakai.

(9)

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa untuk menilai kualitas perangkat lunak dapat didasarkan pada karakteristik perangkat lunak itu sendiri dan berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan pengguna perangkat lunak tersebut. Dari pemahaman tersebut maka dapat dipahami bahwa untuk menentukan kualitas perangkat lunak haru melakukan pengujian terhadap perangkat lunak tersebut serta melakukan pengujian terhadap penggunanya.

Definisi kualitas menurut The International Standards Organization (ISO) mendefinisikannya sebagai: “the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy specified or implied needs”, yang diartikan bahwa kualitas adalah totalitas fitur-fitur dan karakteristik-karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan tersirat. ISO menyoroti pada fitur-fitur dan karakteristik dari produk atau layanan dalam kemampuannya memenuhi kebutuhan yang ditentukan. menyediakan model yang berbasikan obyek dalam 3 konteks dasar yaitu: quality, requirements dan characteristics.

Kualitas perangkat lunak adalah keberadaan karakteristik dari suatu produk yang dijabarkan dalam kebutuhannya, artinya kita harus melihat terlebih dahulu karakteristik apa yang berhubungan atau tidak dengan kebutuhan yang diiinginkan oleh pemakai. Mengetahui karakteristik tersebut diperlukan untuk mengurangi kontra produktif dari kualitas perangkat lunak yang dimaksud dan relevan atau tidak perangkat lunak tersebut untuk kebutuhan suatu organisasi. Pada Gambar 5 di bawah menunjukkan hubungan antara perangkat lunak, dimana untuk memenuhi suatu kebutuhan diperlukan karakteristik yang sesuai. Keberadaan hubungan antara kebutuhan dan karakteristik menjadikan dimungkinkannya statemen yang jelas tentang kualitas suatu produk.

(10)

Gambar 5 Hubungan Kualitas, Perangkat Lunak dan Karakteristik. (Simarmata, 2010)

Berander dkk (2005) selanjutnya menyebutkan terdapat beberapa model kualitas secara terstruktur dan kuantitatif, di antaranya menurut International Organization for Standardization (ISO) 9126 yang berisi mengenai standar evaluasi kualitas perangkat lunak dan merupakan pengembangan dari ISO 90001. Ada enam ukuran kualitas yang ditetapkan oleh ISO 9126, yaitu fungsionalitas, kehandalan (reliability), kebergunaan (usability), efisiensi, portabilitas, serta keterpeliharaan (maintainability). Penelitian ini menggunakan beberapa faktor model kualitas ISO 9126, karena model tersebut memiliki seperangkat kriteria yang relevan untuk menguji aplikasi INLIS. Model kualitas tersebut dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut:

(11)

ISO 9126 mengidentifikasi enam karakteristik kualitas perangkat lunak utama serta sub-karakteristiknya untuk melengkapi enam karakteristik tersebut, yaitu:

1. Functionality: kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi fungsi produk perangkat lunak yang menyediakan kepuasan kebutuhan pengguna. Fungsionalitas perangkat lunak mempunyai 5 sub-karakteristik, yaitu :

a. Suitability: Kemampuan perangkat lunak untuk menyediakan serangkaian fungsi yang sesuai untuk tugas-tugas tertentu dan tujuan pengguna;

b. Accuracy: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan hasil yang presisi dan benar sesuai dengan kebutuhan;

c. Security: Kemampuan perangkat lunak untuk mencegah akses yang tidak diinginkan, menghadapi penyusup (hacker) maupun otorisasi dalam modifikasi data;

d. Interoperabilitas: Kemampuan perangkat lunak untuk berinteraksi dengan satu atau lebih sistem tertentu;

e. Compliance: Kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi standar dan kebutuhan sesuai peraturan yang berlaku.

2. Reliability: kemampuan perangkat lunak untuk perawatan dengan level performansi. Reliability atau keandalan perangkat lunak mempunyai 3 sub-karakteristik, yaitu :

a. Maturity: Kemampuan perangkat lunak untuk menghindari kegagalan sebagai akibat dari kesalahan dalam perangkat lunak;

b. Fault tolerance: Kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan kinerjanya jika terjadi kesalahan perangkat lunak;

c. Recoverability: Kemampuan perangkat lunak untuk membangun kembali tingkat kinerja dan memulihkan data yang rusak.

3. Efficiency: kemampuan yang berhubungan dengan sumber daya fisik yang digunakan ketika perangkat lunak dijalankan. Efesiensi perangkat lunak memiliki 2 sub-karakteristik, yaitu :

(12)

a. Time behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan respon dan waktu pengolahan yang sesuai saat melakukan fungsinya;

b. Resource behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya ketika melakukan fungsi yang ditentukan 4. Maintainability: kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan

perangkat lunak. Maintanability memiliki 4 sub-karakteristik, yaitu :

a. Analyzability: Kemampuan perangkat lunak dalam mendiagnosis kekurangan atau penyebab kegagalan;

b. Changeability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi tertentu; c. Stability: Kemampuan perangkat lunak untuk meminimalkan efek tak

terduga dari modifikasi perangkat lunak;

d. Testability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi dan divalidasi perangkat lunak lain

5. Portability: kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda. Portability memiliki 4 sub-karakteristik, yaitu :

a. Adaptability: Kemampuan perangkat lunak untuk diadaptasikan pada lingkungan yang berbeda-beda;

b. Instalability: Kemampuan perangkat lunak untuk diinstal dalam lingkungan yang berbeda-beda;

c. Co-existence: Kemampuan perangkat lunak untuk berdampingan dengan perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan dengan berbagi sumber daya

d. Replaceability: Kemampuan perangkat lunak untuk digunakan sebagai sebagai pengganti perangkat lunak lainnya

6. Usability: kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak. Usability perangkat lunak memiliki 3 sub-karakteristik, yaitu :

a. Understandibility: Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk dipahami;

(13)

b. Operabilitas: Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk dioperasikan;

c. Attractiveness: Kemampuan perangkat lunak dalam menarik pengguna ISO 9126 adalah standar terhadap kualitas perangkat lunak yang diakui secara internasional. Terpenuhinya item-item pada ISO 9126 pada sebuah perangkat lunak tidak serta merta memberikan sertifikat ISO terhadap perangkat lunak tersebut karena standar ISO juga harus dipenuhi dari sisi manajemen pembuat perangkat lunak tersebut, dengan kata lain jika manajemennya tidak memenuhi standar ISO maka hasil kerjanyapun tidak dapat diberikan sertifikat standar ISO.

Penelitian menggunakan standar ISO 9126 sebagai pengujian terhadap kualitas perangkat lunak INLIS. Penelitian ini hanya meneliti tiga karakteristik yang terdapat pada ISO 9126, yaitu fungsionalitas, portabilitas dan usability.

Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perangkat lunak. Proses pengujian juga mempengaruhi masa penggunaan suatu perangkat lunak. Semakin rinci proses pengujian yang dilakukan, akan semakin lama rentang waktu yang diperlukan antara maintenance satu dan selanjutnya.

Definisi pengujian perangkat lunak menurut Myers (2004) adalah proses menjalankan program dengan maksud menemukan kesalahan. Sedangkan menurut IEEE (1990) pengujian perangkat lunak adalah sebuah proses yang dijalankan pada sebuah sistem operasi atau komponennya pada kondisi tertentu, dengan pengamatan atau pencatatan hasil yang kemudian dievaluasi dari beberapa aspek sistem dan komponen. Pengujian perangkat lunak ini juga merupakan proses analisis item perangkat lunak untuk mendeteksi perbedaan antara kondisi yang ada dengan yang diinginkan dan mengevaluasi fitur item perangkat lunak.

Pengujian perangkat lunak adalah proses untuk memberikan informasi tentang kualitas produk yang diuji. Pengujian tidak terbatas pada proses eksekusi sebuah program atau aplikasi dengan tujuan menemukan kesalahan namun dapat juga untuk mengetahui sejauhmana kualitas perangkat lunak yang dibuat.

(14)

Dalam penelitian ini pengujian perangkat lunak digunakan untuk menganalisa sejauhmana perangkat lunak INLIS mampu memenuhi item-item yang menjadi penilaian ISO 9126. Sudut pandang pengujian ini dilakukan untuk mencegah subjektivitas responden jika dilakukan analisa sistem dengan melakukan survey terhadap pengguna INLIS.

Pengujian sistem dapat digunakan berbagai metode, diantaranya pengujian black box dan pengujian white box. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam pengujian sistem menggunakan metode black box, metode ini digunakan dengan asumsi tidak mengenal struktur internal dari program.

Pengujian black box berkonsentrasi untuk menemukan kondisi dimana program tidak berjalan sesuai dengan spesifikasi (fungsional), berusaha menemukan kesalahan fungsi yang tidak benar atau tidak ada, kesalahan interface, kesalahan pada struktur data atau akses database, serta kesalahan perilaku atau performa. Menurut Myers (2004) Pengujian black box testing digunakan untuk menguji fungsi-fungsi khusus dari perangkat lunak. Kebenaran perangkat lunak yang diuji hanya dilihat berdasarkan keluaran yang dihasilkan dari data atau kondisi masukan yang diberikan untuk fungsi yang ada tanpa melihat bagaimana proses untuk mendapatkan keluaran tersebut. Dari keluaran yang dihasilkan, kemampuan program dalam memenuhi kebutuhan pemakai dapat diukur sekaligus dapat diiketahui kesalahan-kesalahannya.

Menurut Beizer (1995) pada pengujian dengan black box testing, seorang penguji tidak akan secara langsung berhubungan dengan control flow, data flow, dan code program. Seorang penguji memperhatikan kesesuaian antara output dari input yang diberikan. Untuk bisa menemukan semua kesalahan menggunakan strategi ini, diperlukan exhaustive input testing (menggunakan segala macam kemungkinan sebagai input). Input tidak hanya valid input, tetapi juga kombinasi yang mungkin dimasukkan.

Sistem Informasi Perpustakaan INLIS

Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu (INtegrated LIbrary System/INLIS), yaitu sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang didesain dan dikembangkan

(15)

untuk mendukung pelaksanaan tugas subtantif dan administratif perpustakaan, khususnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional sebelum mengembangkan INLIS telah menerapkan otomasi perpustakaan dengan menggunakan Virtua yaitu aplikasi sistem informasi perpustakaan versi web dari The Virginia Tech Library System (VTLS), sebuah perangkat lunak perpustakaan produk Amerika Serikat untuk mendukung pekerjaan pengkatalogan dan penelusuran informasi. Fasilitas Virtua yang dioperasikan di Perpustakaan Nasional RI saat itu terbatas pada modul pengkatalogan (cataloging) dan OPAC (Online Public Access Catalog). Virtua merupakan sistem perpustakaan dengan basisdata Oracle 8i, yang sudah memenuhi standar INDOMARC (INDOnesian format for MAchine Readable Catalog) dan MARC (Machine Readable Catalog) pada umumnya.

Dinamika perkembangan bisnis proses perpustakaan berubah sedemikian rupa sehingga Perpustakaan Nasional RI merasa Virtua tidak dapat lagi mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi. Perpustakaan Nasional RI juga merasa perlu adanya suatu sistem informasi terpadu sebagai pendukung seluruh proses manajerial dilingkungan perpustakaan.

INLIS pada awalnya dirancang dan dikembangkan khusus untuk kepentingan pembangunan pangkalan data Katalog Induk Nasional (Union Catalog) yang lengkap yang dapat diakses melalui internet secara cepat dan mudah oleh pengguna perpustakaan di manapun. Penerapan teknologi informasi perpustakaan di Indonesia yang masih sangat heterogen dan melihat bahwa INLIS sendiri dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai tugas di perpustakaan, maka INLIS dikembangkan menjadi sebuah sistem perpustakaan yang lebih komprehensif dan terpadu.

INLIS sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mengelola berbagai basisdata bibliografis dan mengorganisasikan jaringan kerja sama antar perpustakaan, maka penerapan format standar dalam struktur data bibliografisnya merupakan syarat mutlak. Oleh karenanya, fasilitas pengembangan basisdata bibliografis yang disediakan dalam INLIS dikembangkan dengan mengacu kepada INDOMARC. INDOMARC sendiri diadopsi dari USMARC (United State

(16)

Machine Readable Catalog) dan MARC21, standar pengkatalogan terbacakan mesin yang digunakan dalam lingkup internasional.

Penerapan MARC akan sangat mendukung upaya Perpustakaan Nasional dalam membangun berbagai basis data nasional (national databases) untuk kepentingan seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. Untuk itu kajian yang berkesinambungan terhadap sistem informasi berbasis MARC, yang perkembangannya sangat dinamis, akan sangat membantu Perpustakaan Nasional dalam pengembangan pangkalan data berstandar dan dapat dimanfaatkan dalam lingkup internasional.

Sistem informasi INLIS rencananya terdiri dari 5 Modul Utama, yaitu : 1. Modul Akuisisi (Acquisition)

2. Modul Pengkatalogan (Cataloging) 3. Modul Penelusuran (OPAC)

4. Modul Sirkulasi (Circulation) 5. Modul Keanggotaan (Patron)

Saat ini baru 4 modul yang telah digunakan, yaitu modul pengkatalogan, modul penelusuran, modul sirkulasi dan modul keanggotaan. Walaupun merupakan sistem informasi yang terintegrasi, namun modul-modul dalam aplikasi INLIS diciptakan untuk bisa berdiri sendiri-sendiri (standalone).

(17)

Berikut adalah diagram flow dari aplikasi INLIS : BUDGET MAINT. BOOK FUND MAINT. BOOK SELLER MAINT. PROSES PENGADAAN BIBLIOGRAPHY RECORD AUTHORITY RECORD ITEMS BOOKS MAINT. BOOKS AVAILABILITY STATUS PROSES TRANSFER ANTAR PERPUS PROSES PELAYANAN PUBLIK BORROWERS MAINT. REGISTRATION PROCESS

OPAC Acquisition Modul Circulation Modul

Patron Modul

OPAC Modul

Cataloging Modul KETERANGAN :

Gambar 7 Diagram Flow Aplikasi INLIS. (PT. Quadra Solution, 2006) Penjelasan Diagram Flow Aplikasi INLIS:

1. Modul Pengkatalogan (Cataloging Modul)

Dalam modul pengkatalogan terdapat dua fasilitas, yaitu fasilitas Bibliography Record (Cantuman Bibliografi) dan Fasilitas Authority Format (File Kendali). Bibliography Record adalah fasilitas untuk memasukkan data katalog. Authority format mempunyai fitur untuk membangun dan memelihara File Kendali (Authority File) untuk lima jenis Tajuk (headings), mencakup :

(18)

a. File Kendali untuk Tajuk Pengarang (Author Headings) b. File Kendali untuk Tajuk Subjek (Subject Headings)

c. File Kendali Tajuk Nama Badan Korporasi (Corporate Body Name Headings)

d. File Kendali Tajuk Nama Geografis (Geographic Name Headings) e. File Kendali Tajuk Nama Pertemuan (Meeting Name Headings).

File kendali berisi daftar tajuk yang digunakan dan tajuk yang tidak boleh digunakan. File kendali juga harus dapat menunjukkan keterkaitan antara tajuk-tajuk yang sejenis. Dengan mengacu kepada File Kendali, seorang pengkatalog dapat memilih tajuk yang sesuai dan benar untuk bahan pustaka yang dibuatkan katalognya dan dapat menunjukkan kepada pengguna tajuk-tajuk yang mungkin dapat dijadikan sebagai alternatif dalam penelusuran. Daftar tajuk yang boleh dan tidak boleh dipakai akan terus berkembang. Oleh karenanya, diperlukan fasilitas yang memungkinkan pustakawan untuk memelihara file kendali (menambah, menghapus, membuat link dalam daftar tajuk yang boleh dan tidak boleh dipakai). Sebagaimana halnya data bibliografis, MARC juga menyediakan format standar untuk pembuatan file kendali.

2. Modul Sarana Penelusuran atau OPAC (Online Public Catalog)

Modul Sarana Penelusuran merupakan sebuah sistem temu kembali informasi (information retreival system), yaitu sarana bagi pengguna perpustakaan untuk menelusur (searching) bahan pustaka yang diperlukannya dengan melakukan kegiatan temu kembali informasi (information retreival) melalui data bibliografis (katalog, indeks, dan sebagainya.) yang mewakili koleksi sebuah perpustakaan. Pada umumnya, pengguna OPAC dapat dikategorikan ke dalam kelompok: Pengguna Pemula (Novice User) dan Pengguna Ahli (Advanced User), oleh karenanya diterapkan teknik penelusuran yang bervariasi dalam sistem dan temu kembali informasi ini.

Penelusuran berdasarkan tajuk dapat dilakukan dengan merujuk tiga (3) jenis Tajuk (headings) yang dijadikan dasar penelusuran, yaitu: judul, pengarang, dan subjek. Melalui penelusuran model ini, pengguna dapat meminta sistem untuk

(19)

mencari informasi yang diperlukan berdasarkan Tajuk tertentu ke dalam ruas (field) tertentu saja. Sebagai contoh, bila pengguna meminta sistem untuk memanggil (retreive) bahan pustaka dengan subjek “Politik”, maka sistem akan mencari ke ruas-ruas yang berisi tajuk subjek untuk memanggil dan menampilkannya di layar dalam bentuk daftar tajuk subjek yang dijajarkan secara alfabetis dan diawali dengan kata politik.

Di belakang setiap tajuk dilengkapi dengan jumlah bahan pustaka menggunakan tajuk tersebut. Bila pengguna memilih salah satu tajuk, maka sistem akan menampilkan daftar seluruh judul bahan pustaka yang mempunyai subjek yang bersangkutan. Bila pengguna memilih salah satu judul, maka sistem akan menampilkan entri katalog judul tersebut. Langkah yang serupa dapat dilakukan untuk penelusuran berdasarkan Judul dan Pengarang.

Penelusuran kata kunci dapat dilakukan untuk semua ruas atau secara spesifik ke ruas pengarang, subjek atau judul saja. Penelusuran dapat menampilkan suatu daftar alfabetis berdasarkan kata kunci yang dicari, di mana kata kunci yang cocok berada di paling atas dari daftar itu. Di samping itu penelusuran dapat pula menampilkan sejumlah kata yang ditemukan secara eksak dari kata kunci yang dimasukkan. Argumen pencarian untuk penelusuran kata kunci, termasuk pencarian string (rangkaian kata-kata) kata kunci, adalah 26 karakter pertama.

Sistem mendukung penelusuran untuk nomor panggil dengan format Library of Congress (LC), Dewey Decimal Classification (DDC), dan Universal Decimal Classification (UDC). Untuk perpustakaan yang menerapkan klasifikasi berdasarkan Dewey Decimal Classification System, misalnya Perpustakaan Nasional RI, nomor panggil dibentuk dari {[Nomor klas] [3 huruf pertama nama pengarang] [1 huruf pertama judul]}.

Contoh: buku berjudul “Sejarah, cita-cita dan pengaruhnya Konferensi Asia-Afrika Bandung” karangan H. Roeslan Abdulgani, diberi nomor panggil 327.09 ABD s

Semua penelusuran menghasilkan beberapa entri yang hampir mendekati argumen penelusuran. Bila cocok, akan tampil sebagai entri pertama pada layar

(20)

Nomor Panggil ini. Bila tidak ada yang cocok, beberapa entri akan mendahului atau mengikuti argumen pencarian akan ditampilkan.

Penelusuran Bibliografis dan Nomor Kendali termasuk didalamnya nomor ISSN (Internasional Standard Serial Number), ISBN (International Standard Book Number), LCCN, OCLC, Bib-ID (Nomor Bibliografi), Auth-ID (Nomor Kendali), dan Item-ID (Nomor Koleksi).

Teknik temu kembali Boolean juga diterapkan pada INLIS yang merupakan teknik perluasan atau penyempitan relasi antar kata kunci dengan menggunakan operator “dan” (and), "bukan” (not), serta “atau” (or). Penelusuran Boolean memungkinkan pengguna untuk meminta sistem agar mengkombinasikan lebih dari satu kata kunci atau model penelusuran untuk mendapatkan hasil retreival yang lebih luas atau lebih spesifik.

3. Modul Sirkulasi (Circulation Modul) Dalam modul ini meliputi fungsi-fungsi :

a. Pelaporan statistik keanggotaan, misalnya: jumlah transaksi pendaftaran dan perpanjangan keanggotaan per tahun; Frekuensi keaktifan anggota; statistik anggota berdasarkan jenis keanggotaan, gender, wilayah domisili, dan sebagainya.

b. Pemeliharaan data aset koleksi, misalnya: Koleksi apa saja yang dipunyai, tahun terbit, jumlah eksemplar yang dipunyai, kondisi fisik koleksi, lokasi penyimpanan, dan lain-lain.

c. Status keberadaan koleksi, misalnya: Jumlah koleksi, jumlah yang dipinjam berapa, jumlah yang ada di perpustakaan, status tanggal pengembalian, dan lain-lain.

d. Transaksi peminjaman, pengembalian, perpanjangan pinjaman oleh anggota.

e. Proses peminjaman oleh perpustakaan lainnya (interlibrary loan) f. Pencatatan denda keterlambatan pengembalian

(21)

g. Mencatat anggota yang terlambat mengembalikan, alasan keterlambatan, jumlah denda yang dikenakan disesuaikan dengan jenis koleksi yang dipinjam.

h. Pencatatan status kondisi fisik saat dikembalikan.

i. Pelaporan statistik sirkulasi, misalnya: jumlah transaksi peminjaman per tahun, frekuensi keterpakaian setiap bahan pustaka, subjek yang paling banyak diminati; keterpakaian per judul, dan sebagainya.

4. Modul Keanggotaan (Patron Modul)

Dalam modul keanggotaan ini terdapat fungsi-fungsi :

a. Penyediaan fasilitas pembangunan basisdata Anggota Perpustakaan, yang memuat informasi tentang Nama, alamat, pekerjaan, status, nomor telpon, dan lain-lain.

b. Administrasi Keanggotaan

c. Mencatat transaksi pendaftaran, tanggal awal masuk menjadi anggota, masa akhir berlakunya keanggotaan, perpanjangan masa keanggotaan, dan sebagainya.

d. Jenis Keanggotaan

e. Mencatat jenis anggota (Umum, Mahasiswa, Perusahaan) berikut fasilitas yang bisa digunakan dan pembatasan yang diterapkan untuk masing-masing jenis anggota.

f. Profil Keanggotaan

g. Mencatat keaktifan anggota, mencatat prilaku anggota dalam menggunakan fasilitas perpustakaan, misalnya: berapa kali terlambat dalam mengembalikan buku, pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan, dan sebagainya.

Modul yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah modul Pengkatalogan (Cataloging Modul), karena pada modul inilah pustakawan berinteraksi secara intens dengan aplikasi INLIS. Dalam modul ini pustakawan

(22)

adalah sebagai pengguna akhir (end-user) yang dalam pekerjaan sehari-harinya sangat bergantung kepada aplikasi INLIS.

Kepustakawanan

Kepustakawanan menurut Perpustakaan Nasional RI dalam Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya adalah kegiatan utama dalam lingkungan unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfo) yang meliputi kegiatan pengadaan, pengolahan dan pengelolaan bahan pustaka/sumber informasi, pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi, baik dalam bentuk karya cetak, karya rekam maupun multi media, serta kegiatan pengkajian atau kegiatan lain untuk pengembangan perpusdokinfo, termasuk pengembangan profesi. Kepustakawanan tidak dapat dipisahkan dari perpustakaan sebagai tempat bernaung dan pustakawan sebagai profesi yang melaksanakan tugas kepustakawanan.

Tugas kepustakawanan sangat beragam dan yang paling utama adalah bagaimana mengadakan, mengolah, mengelola dan mendayagunakan informasi sehingga dapat bermanfaat. Informasi itu sendiri mempunyai bentuk yang sangat beragam, baik itu berbentuk buku, majalah, jurnal, audio-visual dan lain sebagainya sehingga perlu untuk di klasifikasi untuk dapat ditemukan kembali oleh pengguna.

Tugas klasifikasi menurut Sulistyo Basuki (1991) adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis. Hamakonda dan Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.

Klasifikasi bahan pustaka adalah proses awal dalam pengolahan bahan pustaka yang dimiliki untuk membantu pemakai perpustakaan dalam melakukan

(23)

penelusuran bahan pustaka yang dibutuhkan secara mudah dan cepat, diperlukan suatu sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi dalam dunia perpustakaan adalah : 1. Klasifikasi Artifisial

Sistem ini adalah mengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat lainnya, misal pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.

2. Klasifikasi Utility

Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya).

3. Klasifikasi fundamental

Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:

a. Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat. c. Memudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya. d. Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.

e. Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.

Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil. Dalam sistem tersebut buku dikelompokan berdasarkan subyek, sehingga memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi. Yang termasuk klasifikasi fundamental adalah :

(24)

1. Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).

DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal dengan angka arab sebagai simbol notasinya.

2. Klasifikasi UDC (Universal Decimal Classification).

UDC sebenarnya merupakan perluasan dari klasifikasi DDC. Pertama kali diterbitkan pada 1905 dengan nama Classification Decimal yang dikembangkan oleh FID (Federation International Documentation). UDC pembentukan notasinya menggunakan satu angka atau lebih. Klasifikasi ini mempunyai Tabel tambahan yang berfungsi untuk menyatakan adanya hubungan antar subyek satu dengan lainnya atau dengan aspek-aspek tertentu yang ada dalam pokok persoalan.

3. Klasifikasi LC (Library of Congress Classification)

Klasifikasi ini mulai dikembangkan pada 1899 dan diterbitkan pertama kali pada 1901. Klasifikasi ini disusun dengan menggunakan huruf dan angka sebagai simbol atas dasar urutan abjad.

Usai proses klasifikasi hal kedua yang paling utama dalam tugas kepustakawanan adalah katalogisasi yaitu proses pembuatan katalog dimana dalam katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. Jadi katalogisasi adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan mengintepretasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.

Tujuan katalogisasi adalah merupakan sarana yang efisien membantu pengguna perpustakaan dalam memperoleh dokumen. Menurut Cutter dalam Hamakonda dan Tairas (1995) tujuan katalog adalah sebagai berikut:

1. Memungkin seseorang mememukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan pengarang, judul atau subyek.

2. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan berdasarkan pengarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, atau dalam jenis literatur tertentu.

(25)

3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.

Menurut bentuknya (fisik katalog) antara lain :

1. Book catalogue atau printed book adalah bentuk katalog paling tua yang dulunya digunakan di Perpustakaan Amerika. Ciri katalog ini adalah mahal pembuatannya dan tidak fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan Disamping itu perpustakaan harus menyediakan beberapa eksemplar untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

2. Sheaf Catalogue, jenis ini terbuat dari kertas karton berukuran 10 X 20 cm, yang kemudian dijilid/dibendel dimana seetiap jilid berisi 50 kartu. Jenis ini kurang berkembang karena tidak fleksibel terhadan perubahan koleksi perpustakaan.

3. Microform catalogue (COM = Computer Output Microform), jenis katalog ini menjadi populer dengan adanya perkembangan komputer. Microform atau microfiche adalah hasil dari COM tersebut secara periodik perlu diperbaharui sebelum edisi terbaru dibuat. COM catalogue tidak fleksibel terhadap koleksi perpustakaan seperti jenis katalog sebelumnya, jenis katalog ini harus dibuat banyak.

4. Card Catalogue (katalog kartu), jenis katalog ini yang paling umum di perpustakaan seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya. Setiap entri dituangkan dalam kartu standar berukuran 7.5 X 12,5 cm. Kumpulan entri ini kemudian disusun secara sistematis berdasarkan pengarang, subyek, judul dan call number ke dalam almari katalog. Katalog kartu sangat fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan, karena jenis katalog ini akan dengan mudah diadakan penambahan dan pengurangan/penyusutan atau perubahan terhadap entrinya bisa dilakukan pada kartu itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.

5. OPAC (Online Public Catalogue)

Dalam perkembangan perpustakaan akhir-akhir ini banyak perpustakaan memanfaatkan kecanggihan komputer. Koleksi perpustakaan terekam dan

(26)

tersimpan dalam sebuah database, dimana pemustaka bisa akses melalui komputer yang disediakan. Database dapat diakses baik lokal, regional maupun internasional. Bentuk katalog ini yang paling fleksibel dan paling modern : penambahan, penyusutan atau perubahan terhadap entri bahan pustaka dapat dilakukan setiap saat dan sangat cepat. Sehingga hasilnya akan segera diketahui, yang paling menguntungkan bagi pemustaka, karena mereka bisa mengakses dengan menggunakan access point yang divariasikan.

Beberapa keunggulan OPAC antara lain : Filing tidak diperlukan lagi. Database dapat di update secara online atau remote, tersedianya menu help dan cross reference : dapat diproduksi dalam bentuk katalog lain, misalnya CD-ROM (Compact Disk Read Only Memory), dapat dihubungkan dengan database lain, perubahan secara global dapat dilakukan, namun demikian, beberapa kelemahannya seperti, lebih sensitif terhadap “spelling” karena setiap kesalahan eja akan muncul hasil yang tidak diinginkan, atau pengguna akan menjadi bingung dengan munculnya terlalu banyak bibliografi; perlu adanya training bagi pemustaka; dan tidak akan berfungsi jika listrik padam.

Gambar

Gambar 4 Konsep Sistem Informasi. (Al Fatta, 2007)
Gambar 5 Hubungan Kualitas, Perangkat Lunak  dan Karakteristik.
Gambar 7 Diagram Flow Aplikasi INLIS. (PT. Quadra Solution, 2006)  Penjelasan Diagram Flow Aplikasi INLIS:

Referensi

Dokumen terkait

• Pantai tipe II secara umum dicirikan oleh relief sedang, berupa perbukitn bergelombang, dengan kemiringan paras pantai yang relatif rendah hingga sedang (tidak lebih dari 10° -

Hal ini sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih dahulu apabila dana internal perusahaan

Adapun dari tujuan ini adalah untuk mengetahui apakah latihan plyometrics jump to box memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai pada

Penelitian tentang manajemen pembelajaran Akhlak di Pesantren Modern Muhammadiyah Kuala Madu Langkat – Binjai relevan dengan menggunakan penelitian kualitatif

Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis learner autonomy yang dikembangkan dinyatakan layak untuk meningkatkan

(2) Jejaring laboratorium malaria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan suatu jaringan laboratorium yang melaksanakan pelayanan kepada pasien yang diduga malaria

Sehingga Untuk Kebutuhan sarana penunjang atraksi pantai salido masih dinilai rendah dikarenakan, belum tersedianya sarana yang dapat menunjang atraksi wisata tersebut untuk

04 Urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang Keuangan ORGANISASI 4.. 01 Badan Pengelolaan Keuangan dan