• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASILBELAJAR IPA KELAS V SEMESTER II DI GUGUS VI KECAMATAN GEROKGAK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASILBELAJAR IPA KELAS V SEMESTER II DI GUGUS VI KECAMATAN GEROKGAK TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

TERHADAP HASILBELAJAR IPA KELAS V SEMESTER II

DI GUGUS VI KECAMATAN GEROKGAK

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

I Kadek Agus Septi Artawan

1

, Ni Wayan Rati

2

, I Wayan Suwatra

3 1

Jurusan PGSD,

2

Jurusan PGSD,

3

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

agusjineng@gmail.com

1

,

Ni_wayanrati@yahoo.com

2

,

wayansuwatra@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dari hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Quantum teaching dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di gugus VI Kecamatan Gerokgak. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SD N 1 Pemuteran dan siswa kelas V SD N 4 Pemuteran, yang ditentukan dengan teknik random sampling. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 126 siswa dan jumlah sampel sebanyak 59 orang siswa. Instrumen pada penelitian ini yaitu tes hasil belajar IPA. Data yang diperoleh dianalisis deng an menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial melalui uji- t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thit = 7,734 dan ttab (pada taraf signifikansi 5%) = 2,000. Hal ini berarti bahwa thit > ttab, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran quantum teaching dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari rata-rata skor yaitu 24,3 > 16,4. Dengan demikian, model pembelajaran quantum teaching berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata-kata kunci: Pembelajaran quantum teaching, hasil belajar IPA

Abstract

The purpose of this research was to know the significant differences of the result of learning IPA between the group of students who were learnt by quantum teaching learning method and the group of students who were learnt by conventional teaching learning method. The population of this research was V grade students of gugus VI, Gerokgak District. The Samples of this research were V grade students of SD N 1 Pemuteran and V grade students of SD N 4 Pemuteran, which were chosen by random

sampling technique. The population of this research consisted of 126 students and the

samples were 59 students. The instrument of this research was the result of the test in learning IPA. The data were analyzed by using descriptive statistic and inferential statistic through t-test. The result shows that thit = 7.734 and ttab (at 5% significant level) = 2.000. It indicates that thit > ttab, in this case there is a significant differences of the result of learning IPA between the group of students who were learnt by quantum teaching learning method and the group of students who were learnt by conventional teaching learning method. So, by seeing at the mean score 24.3 >16.4, it can be concluded that quantum teaching learning method has a better effect of the result of learning IPA than conventional teaching learning method.

(2)

2

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang dengan sangat pesat. Tilaar (2004: 4), menyatakan “berbagai masalah kehidupan manusia menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian di belahan bumi lain.” Hal ini menyebabkan anak-anak hingga orang dewasa dengan sangat mudah dapat mengakses informasi kapan dan dimana saja tanpa ada rentangan waktu. Pada era globalisasi dan perkembangan IPTEK manusia dihadapkan pada tantangan yang berat dengan adanya perubahan-perubahan tertentu. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia inilah yang menghantarkan suatu bangsa akan dapat berkontribusi secara Internasional.

Melalui pendidikan dapat ditingkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia serta dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam pasal 31, UUD 1945 dijelaskan bahwa “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.” Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989, bab I, pasal I (dalam Hamalik, 2005:2), menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.” Hal ini mengisyaraktakan bahwa keberhasilan pendidikan bukan semata-mata dilihat dari prestasi akademis yang dicapai siswa di sekolah, melainkan aspek non-kognitif lainnya seperti etika, moral dan kemampuan bersosialisasi.

Penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami dinamika. Hal ini merupakan suatu upaya untuk menyempurnakan kurikulum dalam dunia pendidikan dengan harapan mampu menciptakan lulusan yang handal dan mampu bersaing. Hamalik (2005:3), menyatakan bahwa “Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis telah merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan bermacam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar.” Dengan demikian siswa memperoleh pengalaman yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah saat ini masih banyak mengalami masalah. Misalnya, dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode yang monoton. Akibatnya siswa menjadi bosan dan pasif, sehingga proses pembelajaran belum menunjukkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan dalam kurikulum. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh terhadap rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa khusnya pada mata pelajaran IPA.

Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 138) secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi, dan menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Selain itu, pembelajaran IPA lebih menekankan pada sains sebagai produk daripada sains sebagai proses dan sikap, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Siswa cenderung belajar sains hanya untuk keperluan menghadapi ulangan atau ujian sehingga terlepas dari permasalahan-permasalahan yang sering mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru IPA di SD gugus VI Kecamatan Gerokgak pada bulan Desember 2016 yaitu dari tanggal 19-30, ada beberapa hal yang diketahui mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPA siswa yakni, pertama dalam kegiatan belajar mengajar guru masih mendominasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru berusaha memberikan sebanyak mungkin pengetahuan pada siswa. Guru tidak pernah mengajak siswa untuk melakukan kegiatan praktikum atau demonstrasi akibatnya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru tidak terjalin dengan baik sehingga suasana kelas tampak kurang kondusif. Siswa cenderung menjadi pendengar yang pasif dan jarang memberikan respon terhadap penjelasan maupun masalah yang diajukan oleh guru. Tampaknya budaya malu bertanya dan takut salah menjadi kebiasaan siswa. Tentunya hal ini membawa pengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Ke dua guru kesulitan dalam pemilihan model atau metode pembelajaran

(3)

3

sehingga guru menyajikan materi hanya melalui ceramah dan ke tiga siswa malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini bertentangan dengan paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran guru juga jarang menggunakan media pembelajaran, media pembelajaran akan digunakan jika diperlukan hal ini terjadi karena kurangnya fasilitas media pembelajaran yang di miliki sekolah tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 26 Desember 2016 sebagian besar siswa menyatakan mata pelajaran IPA di sekolah cenderung membosankan dan merupakan mata pelajaran yang cukup sulit. Bedasarkan observasi yang dilakukan banyak siswa di sekolah dasar yang saat mengikuti mata pelajaran IPA merasa cepat bosan dan tidak menyenangkan dalam setiap pembelajarannya. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa dan kurangnyra perhatian siswa saat mendapat pelajaran IPA. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan siswa. Seperti yang diketahui bersama, manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain dan berusaha mendekatkan diri dengan orang lain agar bisa melanjutkan interaksi dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Mulyasa (2010:18), menyatakan bahwa “Standar nasional pendidikan diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.” Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah pun juga sudah banyak melakukan berbagai kebijakan dalam bidang pendidikan, seperti melakukan perbaikan serta pembaharuan-pembaharuan pada bidang manajemen pendidikan, bidang kurikulum pendidikan dan bidang tenaga pendidikan demi majunya pendidikan di Indonesia, namun hasil yang ditunjukkan masih belum maksimal. melalui pembelajaran yang dilaksanakan, siswa diharapkan dapat lebih bersemangat dan tidak jenuh dalam belajar serta membuat siswa aktif baik secara fisik maupun mental. Pembelajaran yang ingin diterapkan harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik, materi pelajaran yang akan diajarkan, serta sumber belajar yang ada. Mengingat masyarakat dapat dijadikan sebagai sumber

belajar, maka guru dituntut untuk mencari model pembelajaran yang kiranya mampu membawa masyarakat ke dalam proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dan dapat mengemas pembelajaran IPA menjadi lebih mudah dan menyenangkan adalah model pembelajaran quantum teaching. Model pembelajaran quantum teaching merupakan model pembelajaran

adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. quantum teaching juga menyertakan segala kaitan

interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum

teaching berfokus pada hubungan dinamis

dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar (DePorter, et al., 2010). Kerangka rancangan dari model pembelajaran quantum

teaching itu disebut TANDUR. TANDUR

merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Melalui langkah-langkah TANDUR siswa akan diajak belajar dalam Suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Dengan model ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan menerapkan langkah-langkah TANDUR, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di pendidikan dasar dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif. Langkah-langkah TANDUR tersebut sangat berbeda jauh dengan langkah-langkah dalam pembelajaran model konvensional. Pembelajaran dengan model konvensional merupakan pembelajaran yang bersifat rutin dan berorientasi pada guru, sehingga siswa cenderung pasif tanpa berupaya untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari tersebut. Selain itu kecenderungan untuk fokus pada buku-buku teks saja akan membuat suasana belajar yang membosankan sehingga siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Jadi, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran quantum teaching dan kelompok siswa yang

(4)

4

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen. “Metode Penelitian eksperimen merupakan Metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat” (Sukardi, 2012:179). Dalam penelitian ini, unit eksperimennya berupa kelas sehingga penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment)

karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan di kontrol secara ketat. Dalam penelitian ini populasi penelitian terdistribusi dalam kelas-kelas yang utuh, sehingga penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment).

Populasi penelitian ini terdiri dari 29 orang siswa kelas V dari SD Negeri 1 Pemuteran, 39 orang siswa kelas V dari SD Negeri 2 Pemuteran, 24 orang siswa kelas V dari SD Negeri 3 Pemuteran, 30 orang siswa kelas V dari SD Negeri 4 Pemuteran dan 4 orang siswa kelas V dari SD Negeri 5 Pemuteran, sehingga keseluruhan populasi berjumlah 128 orang.

Sebelum menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian, maka dilakukan uji kesetaraan antara kelompok dengan menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Data yang digunakan dalam uji kesetaraan adalah nilai ulangan akhir semester (UAS) ganjil tahun pelajaran 2016/2017 mata pelajaran IPA kelas V sekolah dasar. Hasil analisis dengan anava satu jalur pada taraf 5% diperoleh F hitung = 0,167 dan Ftabel = 2,76. Jadi Ftabel > Fhitung, sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Dengan kata lain hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng adalah setara.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel acak (random sampling). Teknik random

sampling dapat dilakukan dengan cara

undian, ordinal, bilangan random. Pada penelitian ini teknik yang digunakan yaitu dengan cara pengundian. Dari kelima sekolah dasar yang ada di Gugus VI Kecamatan Gerokgak dilakukan pengundian

untuk diambil dua kelas yang dijadikan subjek penelitian. Dari dua kelas tersebut diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh sampel yaitu siswa kelas V SD Negeri 4 Pemuteran sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 1 Pemuteran sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model Quantum Teaching dengan kerangka rancangan Tandur dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Kedua kelas diberikan porsi waktu dan materi yang sama. Cakupan materi yang dipilih untuk kelas V SD semester II, yaitu pokok pembahasan sumber cahaya dan sifat cahaya. Pokok bahasan ini dijabarkan menjadi dua subpokok bahasan, yaitu (1) Berbagai macam sumber cahaya dan (2) Sifat-sifat dari cahaya itu sendiri.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only

control group design. Variable bebas yang

digunakan adalah metode pembelajaran dan variable terikatnya hasil belajar IPA. Prosedur penelitian mencakup menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, melakukan observasi keseluruh SD, melakukan uji kesetaraan kelas, menyusun perangkat pembelajaran, melakukan penyusunan instrument penelitian, melakukan uji coba instrument, revisi instrument, memberi perlakuan pada kelas control dan kelas eksperimen, memberikan post-test, analisis data dan penyusunan hasil penelitian.

Dalam hubungannya dengan instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Dalam penyusunan instrument tes hasil belajar IPA, berpedoman pada kisi-kisi tes yang telah disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai. Kisi-kisi tes memuat cakupan isi dan tingkat kompetensi yang akan diungkap. Kisi-kisi tes akan menjadi pegangan yang sangat membantu dalam penyusunan dan penulisan tes.

Sebelum instrumen penilaian digunakan dalam penelitian, instrument yang sudah dibuat terlebih dahulu diuji dengan melakukan uji validitas, reabilitas, daya beda, dan indeks kesukaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrument tersebut layak atau tidak digunakan dalam

(5)

5

penelitian. Uji validitas isi (conten validity) dilakukan dengan cara dikonsultasikan kepada pakar dalam uji validitas isi ini akan dimintakan kepada dua orang pakar. Uji validitas isi instrument sekala hasil belajar IPA menggunakan rumus Gregory. Dalam

mengukur validitas tes pada penelitian ini digunakan Rumus korelasi point biserial dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007. Hasil rangkuman hasil uji validitas tes hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Instrumen Uji Validitas IPA

Validitas Jumlah item Nomor Item

Valid 30 2,3,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16, 17,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28, 29,30,31,32,33,35 Tidak Valid 5 1,4,6,24,34 Jumlah 35

Reliabilitas sebuah tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes. Untuk menghitung reliabilitas tes objektif digunakan rumus KR-20 dengan bantuan SPSS-16.0. Analisis reliabilitas instrumen hasil belajar IPA dihitung dengan bantuan program

Microsoft Office Excel 2007. Berdasarkan

perhitungan terhadap 35 butir soal diperoleh koefisien Kuder Richardson (KR-20) sebesar 0,63 yang berada pada rentangan 0,60 < r1.1 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabilitas tes tergolong tinggi.

Setelah tes memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, maka sangat penting untuk menentukan daya beda item dan tingkat kesukaran butir tes. Tingkat kesukaran butir tes merupakan butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain

derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup (Sudijono, 2009:370). Daya pembeda item sangat penting untuk diketahui, karena menjadi pegangan dalam menyusun butir-butir tes, sehingga butir-butir item tes itu mampu memberikan hasil tes yang menandakan adanya suatu perbedaan-perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh testee.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar IPA kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) = 24,3, median (Md) = 25,

modus (Mo) = 25, varians (s2) = 9,6 dan standar deviasi (s) = 3,10. Adapun perolehan mean (M), median (Md), modus (Mo), dan standar deviasi (s) untuk kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Data Statistik

Hasil Belajar IPA

Kel. Eksperimen Kel. Kontrol

Mean 24,3 16,4 Median 25 16 Modus 25 12 Varians 9,6 20,7 Standar deviasi 3,1 4,5 Skor minimum 18 10 Skor maximum 29 27

(6)

6

Pada model pembelajaran quantum teaching, ini menunjukkan sebagian besar skor cenderung tinggi (lebih banyak siswa berada pada kelompok atas pada kurva normal). Seperti yang ditunjukkan pada histogram berikut.

Berdasarkan histrogram di atas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.

Pada kelas model pembelajaran konvensional mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar IPA kelompok kontrol, yaitu: mean (M) = 16,4, median (Md) = 16,

modus (Mo) = 12, varians (s2) = 20,6 dan standar deviasi (s) = 4,5. Pada kelas konvensional, ini menunjukkan sebagian besar skor cenderung rendah pada kurva normal. Hal ini ditunjukkan pada histogram berikut.

Histogram tersebut menunjukkan modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari modus (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah

kurva juling positif yang berarti sebagian

besar skor cenderung rendah.

Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar IPA kelas model pembelajaran quantum teaching lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional (24,3 > 16,4).

Perolehan data tersebut kemudian diuji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini disebut dengan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan pada hasil post-test kelas eksperimen yang menerapkan Model Pembelajaran Quantum

Teaching dan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows. Statistik yang digunakan pada

pengujian normalitas sebaran data adalah statistik Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi normal jika angka signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Normalitas

Pada tabel tersebut dapat dilihat Sig. skor atau skor signifikansi normalitas hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen adalah 0,200, dan kelas kelas konvensional adalah 0,200. Signifikansi dari kedua kelas melebihi 0,05 sehingga data hasil belajar IPA siswa dinyatakan berdistribusi normal.

Setelah data berdistribusi normal, maka uji homogenitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 for windows, pada levene statistic. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi pada kolom Levene Statistic < 0,05 maka disimpulkan bahwa kelompok varian berbeda, dan jika signifikansi > 0,05

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a Statistik df Sig. Data Model Pembelajaran Quantum teaching 0,127 30 0,200

Model Pembelajaran Konvensional 0,125 29 0,200

Gambar 1. Histogram (Polygon) Hasil Belajar IPA Kelas Experiment

Gambar 2. Histogram (Polygon) Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol

(7)

7

maka dapat disimpulkan bahwa kelompok varian sama atau homogen. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa data hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol, menunjukkan angka-angka

signifikansi Levene Statistic lebih besar dari 0,05. Analisis homogenitas data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Analisis Test Uji Homogenitas Hasil Belajar IPA Siswa

Dilihat dari data hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol, menunjukkan angka-angka signifikansi Levene Statistic lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, maka kelompok varian data hasil belajar IPA siswa adalah sama atau homogen.

Berdasarkan dari data hasiI belajar IPA siswa yang dinyatakan normal dan homogen, maka uji hipotesis dapat dilakukan. Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi). Analisis ini dilakukan dengan bantuan program pengolahan data SPSS 16 for windows. Kriteria uji hipotesis dilihat dari skor sig. (2-tailed) pada hasil belajar IPA pada masing-masing kelompok. Skor sig. (2-tailed) pada hasil belajar IPA siswa kelompok eksprimen dan kontrol adalah 0,000. Ini berarti bahwa 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan data hasil belajar IPA siswa kelas ekperimen dan kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima yang menerangkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan

model pembelajaran quantum teaching dan

siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD gugus VI kecamatan Gerokgak kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

quantum teaching memiliki hasil belajar

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa. Rata-rata skor hasil belajar yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

quantum teaching adalah 24,3. Hal ini

didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa dan kemiringan kurve histogram. Skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik histogram tampak kurve sebaran data merupakan kurve juling negatif yang menyatakan bahwa sebagian besar skor cendrung tinggi. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional adalah 16,4. Sedangkan pada kelompok kontrol, skor hasil belajar IPA siswa yang digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa kurve sebaran data mengikuti kurve juling positif sehingga data skor siswa cenderung rendah. Lihat Gambar 3.

Gambar 3. Histogram Hasil Belajar IPA Kelas Experimen dan K. Kontrol.

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Based on Mean 3.097 1 57 0,084

Based on Median 2.975 1 57 0,090

Based on Median and with adjusted df 2.975 1 51,23 0,091

Based on trimmed mean 3.048 1 57 0,086

Histogram K. Experimen

Histogram K. Kontrol

(8)

8

Setelah data diolah dengan uji statistik deskriptif, selanjutnya data diolah dengan menggunakan uji-t sampel

Independent (tidak berkolerasi) terhadap

hipotesis penelitian yang diajukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran quantum

teaching dengan kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional. Berdasarkan pengujian hipotesis, hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dan kontrol menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan data hasil belajar IPA siswa kelas ekperimen yang belajar melalui penerapan model quantum teaching dan kontrol yang belajar melalui penerapan model pembelajaran konvensional dengan signifikansi yang didapat sebesar 0,000 < 0,05. Dengan capaian signifikansi yang kurang dari 0,05 itulah maka H1 diterima yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran quantum teaching dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus VI kecamatan Gerokgak kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

Perbedaan yang signifikan terjadi disebabkan oleh perbedaan langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran quantum teaching. Pembelajaran quantum teaching diterapkan dengan menciptakan hubungan emosional yang bai, menumbuhkan minat, motivasi, simpati dan harga diri siswa dengan memuaskan AMBAK (Apakah Manfaatnya Bagiku) dimana sebagain besar proses pembelajaran dilakukan oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Selain itu model pembelajaran quantum teaching memiliki 6 tahap pembelajaran yang disebut TANDUR, yang terdiri dari

Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Dengan melaksanakan keenam tahap tersebut, maka siswa menjadi lebih aktif dan lebih jelas dalam menerima materi. Selain itu, siswa akan mampu bersikap ilmiah dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar, yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, serta siswa dapat memupuk rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan alam.

Berbeda halnya dengan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional

dimana guru lebih mendominasi kelas sehingga siswa berperan sebagai pendengar yang pasif. Pembelajaran konvensional memfokuskan pada metode ceramah. Pernyataan tersebut didukung oleh Rasana (2009) pembelajaran konvensional lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang berlangsung secara terus menerus. Santyasa (2005:36), menyatakan “pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang lazim diterapkan seperti kegiatan rutinitas sehari–hari.” Pesan pembelajaran ini mengutamakan informasi konsep dan prinsip, latihan soal–soal, dan tes. Hal tersebut hanya menekankan pada tuntutan kemampaun kognitif, sehingga pembelajaran cenderung mengarah ke product oriented dari pada process oriented. Pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan konsep–konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan untuk mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Hal ini bisa terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Danang Wijayanto (2013) yang melakukan penelitian PTK mengenai penerapan model pembelajaran kuantum (quantum teaching) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Layyinah (2015) melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kuantum (quantum teaching) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kuantum (quantum teaching) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Selama melaksanakan kegiatan penelitian dan penyususnan skripsi ini, peneliti mengalami beberapa kendala. Kendala-kendala yang dialami oleh peneliti beserta cara yang telah ditempuh untuk menanggulanginya dipaparkan sebagai berikut, pertama adalah daya dukung sekolah berupa media masih kurang memadai, dan keadaan media banyak yang

(9)

9

rusak. Untuk menanggulangi permasalahan ini, peneliti melakukan persiapan dengan terlebih dahulu mengecek media yang masih bisa digunakan sebelum pembelajaran berlangsung. Ke dua, siswa masih memerlukan proses penyesuaian diri dengan model yang baru dibelajarkan. Selama ini siswa sudah sangat terbiasa dengan model konvensional yang dijalankan di sekolah. Ketika siswa belajar dengan model baru, siswa merasa canggung karena belum terbiasa dengan cara belajar yang baru. Siswa juga masih agak ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapat ketika proses belajar dengan model pembelajaran quantum teaching. Ke tiga, siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok. Akibatnya, pada saat melaksanakan kegiatan praktikum bersama kelompok banyak siswa tidak tahu yang harus dikerjakan. Bahkan waktu untuk melaksanakan kegiatan praktikum banyak terbuang. Untuk menanggulangi permasalahan ini, peneliti memberikan tuntunan yang lebih banyak kepada siswa sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, (1) Rata-rata hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran quantum teaching berbeda dengan rata-rata hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap pencapaian hasil belajar. (2) Rata-rata

post-test siswa yang belajar menggunakan

model pembelajaran quantum teaching lebih tinggi rata-rata post-test siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran berperan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Sebelum mengalami pembelajaran siswa telah membawa pengetahuan awal. Hal ini terlihat berdasarkan persentase pengetahuan awal siswa setelah mengerjakan tes yang diberikan. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya memperhatikan pengetahuan awal siswa. (4) Berdasarkan temuan dan pembahasan terkait dengan pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar, terlihat adanya implikasi bahwa jika pembelajaran yang diterapkan menganut

paradigma konstruktivisme, akan memberikan peluang yang cukup besar dalam proses pembelajaran IPA yang lebih bermakna dan siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses aktif dalam pembelajaran berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Kelima, secara empiris telah terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan pencapaian hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran

quantum teaching lebih tinggi daripada

siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran quantum teaching lebih cocok digunakan sebagai model pembelajaran di kelas dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional.

PENUTUP

Proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan hasil belajar. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

quantum teaching memberi pengaruh yang

sangat besar terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu model pembelajaran quantum

teaching secara signifikan dapat digunakan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada kelompok siswa yang memiliki hasil belajar tinggi maupun pada kelompok siswa yang mempunyai hasil belajar rendah.

Penelitian ini menemukan bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran quantum teaching berbeda secara signifikan dengan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari analisis uji-t terhadap hasil belajar menunjukkan bahwa skor sig.

(2-tailed) pada hasil belajar IPA siswa

kelompok eksprimen dan kontrol adalah 0,000. Ini berarti bahwa 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan data hasil belajar IPA siswa kelas ekperimen dan kontrol. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran quantum teaching adalah 24,3 sementara rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 16,4.

(10)

10

Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran quantum teaching

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus VI Kecamatan Gerokgak. Disarankan kepada para guru agar selalu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, menerapkan model pembelajaran yang inovatif, sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa sehingga berpengaruh positif pada peningkatan hasil belajar siswa. Bagi sekolah agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai alternatif untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian eksperimen semu dan menggunakan model yang sama, dapat mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang lain yang mungkin saja terdapat hubungannya dengan konsep-konsep pembelajaran dan teori-teori pembelajaran yang ada. Untuk siswa SD yaitu agar selalu aktif dalam proses pembelajaran sehingga mendapatkan pengetahuan baru melalui pengalaman sendiri dan dapat meningkatkan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, B. dkk. 2005. Quantum teaching:

Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Layyinah. 2015. Penerapan Model

Pembelajaran Kuantum untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Tegallinggah. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tilaar. 2004. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Wijayanto. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum

Te aching) untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil belajar Matematika Siswa Kelas III Sekolah Dasar No 1 Jineng Dalem, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013.

Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Mulyasa, E. 2010.Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan.

Gambar

Tabel 4. Analisis Test Uji Homogenitas Hasil Belajar IPA Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Objek penelitian ini adalah mengenai Sistem Informasi Akademik penglolaan nilai mahasiswa di STBA YAPARI Bandung, penelitian ini di lakukan untuk memperoleh data

Sasaran pembangunan yang diturunkan dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kabupaten Dharmasraya yaitu terdiri dari 28 sasaran pokok dan 63 arah kebijakan pembangunan

Penyucian diri dianggap sesuatu yang sangat penting oleh penganut Shinto karena dapat menghilangkan semua kegare (kekotoran) dan tsumi (dosa), untuk menghilangkan semua itu maka

 Sebagai Identitas sementara/pengganti KTP, Disdukcapil Kota Palangka Raya menerbitkan Surat Keterangan bagi masyarakat yang telah melakukan perekaman KTP-el yang masa.

Eksplan berupa stek hijau singkong satu buku dengan ukuran ± 1 cm, berasal dari stek berumur 1 bulan yang ditumbuhkan di polibag, digunakan untuk percobaan perbanyakan tunas

Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat meneyelesaikan Paper dengan judul Tumor Jinak Palpebra guna memenuhi persyaratan

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan