• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROSEDUR OPERASI TURBIN GAS PADA PLTGU UP MUARA KARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PROSEDUR OPERASI TURBIN GAS PADA PLTGU UP MUARA KARANG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 50

BAB IV

PROSEDUR OPERASI TURBIN GAS PADA PLTGU UP

MUARA KARANG

4.1 Basic concept of the plant mode (Konsep dasar modus pembangkit) Pilosofi dari modus pembangkit untuk projek gas power muara karang mempertimbangkan berdasarkan konsep dasar berikut agar dapat menjalankan keamanan, kehandalan, dan ketabilan operasi.

1. Safety operation

Jika ditemukan kendala selama periode pengoprasian secara normal, pembangkit akan mengurangi beban menjadi safety load (beban yg aman) untuk operasi pembangkit seperti Gas Turbine run back (penormalan turbin gas).karena perlindungan system dan peralatan menjadi alasan keamanan. Operator dapat meningkatkan beban pembangkit lagi jika kendala atau masalah sudah diperbaiki secara keseluruhan.

2. Proven design and operation

Konfigurasi dari projek ini adalah konfigurasi yang rumit (two(2) gas turbines, two(2) HRSGs and three (3) steam turbines :mengacu pada lampiran 4 dalam manual book) oleh karena itu desain dan operasinya berdasarkan pengalaman kontraktor dan berdasarkan pilosofi operasi sebanyak mungkin.

3. Simple operation

Berdasarkan konfigurasi yang rumit diatas mode operasi dibuat sesimpel mungkin. Konsep ini dapat menghindari potensi kesalahpahaman dan kesalahan operasi dari operator.oleh karena itu di buat “simple operation”agar kesalahan-kesalahan tersebut dapat ditanggulangi.

(2)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 51 4. 2 on 3 and 1 on 2 operation for combine cycle operation

Dalam penyesuainnya terhadap konsep diatas modus operasi siklus kombinasi (combine cycle) hanya 2 on 3 dan 1 on 2. Modus operasi ini diverifikasi berdasarkan lampiran 2 gambar ini. (pada manual book). Terlihat dari lampiran 2 , 2 on 3 dan 1 on 2 dapat melindungi modus operasi yang lain (1 on 1 dan 2 on 2), oleh karena itu agar operasi menjadi sederhana dan dapat meningkatkan effisiansi operasi modus operasi 2 on 3 dan 1 on 2 diterapkan.

5. Turbin bypass valve operation

Jumlah turbin bypass valve adalah sebagai berikut: HP : 2 pcs/2 HRSG

LP : 2 pcs/ 2 HRSG

Konsep dari turbine bypass valve adalah bahwa valve ini digunakan ketika sedang start-up, shut-down dan dalam kasus darurat seperti pada penolakan beban secara tiba-tiba, beban berubah dengan cepat dan sebagainya namun tidak digunakan secara terus-menerus.

6. Steam turbin operation

Semua steam turbin memiliki bebean operasi yang sama jika mereka satu steam turbin. Itu berarti dalam kasus operasi 2 on 3, beban ST (steam turbine) sama untuk 3 turbin gas.

7. Circulating water pump operation

Konfigurasi dari CW (circulating water) system adalah memiliki kerumitan sesuai configurasi system yang ada. Berdasarkan system konfigurasi yang ada, konsep operasi pembangkit baru bisa berdasar pada hal tersebut dari sebanyak mungkin pembangkit yang ada.

4.2 Peralatan Utama Pembangkit Listrik

Peralatan utama pembangkit untuk proyek ini adalah sebagi berikut: Two (2) turbin gas (GT) dengan generatornya (GEN) sendiri.

Two (2) Heat recovery steam generator (HRSG) yang terhubung keturbin gas

(3)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 52 Three (3) turbin uap (ST) dengan generatornya sendiri (Gen)

Oleh karena itu ketika semua peralatan utama dalam pelayanan, konfigurasi ini disebut “2 on 3” operasi (2 GT + 2 HRSG + 3ST), ketika GT 1 dan 2 ST dalam konfigurasi layanan disebut “1 on 2” (1 + 1 HRSG GT + 2st)

Tambahan ada 2 modus operasi sederhana, yang mana artinya 1 GT simple cycle operation dan 2 GTs simple cycle opretion.

4.3 Normal Operation Mode (Modus Operasi Normal)

4.3.1 Definisi Dari Normal Operation Mode (Konfigurasi Pembangkit) 4.3.1.1 Combine Cycle Mode

di bawah operasi pembangkit yang normal untuk siklus gabungan, ada modus operasi berikut

Untuk combine cycle operation ada 2 modus operasi berikut: (1) 2 on 3 sebagai “FULL BLOCK “ mode ( 2 GTs + 3 ST S) (2) 1 on 2 sebagai “ HALF BLOCK” mode (1 GT + 2 STs)

perlu diketahui bahwa mode operasi lain seperti 1 on 1, 2 on 2 hanya "transisi" kondisi pembangkit untuk arsip kata di atas merupakan dua mode operasi dan mereka tidak termasuk dalam modus operasi normal.

4.3.1.2 Simple Cycle Mode

Simple cycle mode merupkan modus siklus yang sederhana yang dioperasikan pada turbin gas. Untuk simple cycle operation ada 2 modus operasi berikut :

(1) 1 GT simple cycle mode (2) 2 GTs simple cycle mode

4.3.2 In Case Of The Major Equipment Trip During Combined Cycle Operation (kejadian peralatan utama yang tersandung ketika operasi siklus gabungan)

(4)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 53 Ketika konfigurasi operasi pembangkit normal adalah 2 on 3 atau 1 on 2, berikut ini yang akan terjadi dalam kasus-kasus perjalanan peralatan utama pada combined cycle operation.

4.3.2.1 During 2 On 3 Operation

(1) ketika satu (1) tersandung(trip) konfigurasi pembangkit secara otomatis akan berubah menjadi 1 on 2 + 1 GT simple cycle operation( GT damper pembuangan gas ditutup). Untuk mengurangi steam dari HRSG sesegera mungkin. Kedua GT akan run back dan satu dari damper pembunagan turbin gas untuk simple cycle ditutup.setelah damper pembungan gas GT tertutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup setelah kondidi pembangkit stabil, operator akan meningkatkan beban pada GT ( untuk simple cycle side dan combine side) secara manual hingga target output power.tercapai ( hasilnya : 1on 2 + 1 GT simple cycle operation)

(2) ketika dua (2) STs tersandung (trip) konfigurasi pembangkit secara otomatis akan berubah menjadi 2 GTs simple cycle ( kedua damper pembuangan gas GT dirtutup). Turbin uap yang tersisa menjadi trip dan untuk mengurangi steam dari HRSGs sesegera mungkin, keuda GT akan run back dan kedua dumper pembuangan gas GT dirtutup. Setelah dumper pembuangan gas GT ditutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup. Setelah kondisi pembangkit stabil, operator akan meningkatkan beban GT hingga target output power.tercapai (hasilnya : 2 GT simple cycle operation)

(3) ketika tiga (3) STs tersandung (tripped) konfigurasi pembangkit secara otomatis akan berubah menjadi 2GTs simple cycle (kedua damper pembuangan gas GT ditutup) untuk mengurangi steam dari HRSGs sesegera mungkin, kedua GT akan run back dan kedua damper pembuangan gas GT ditutup. Setelah damper pembuangan gas GT ditutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup. Setelah kondisi pembangkit stabil, operator akan meningkatkan beban GT hingga target output power tercapai (hasilnya : 2 GT simple cycle operation)

(5)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 54 (4) ketika satu (1) GT tersandung (tripped), damper pembuangan gasnya ditutup dan satu (1) ST akan berhenti untuk mencapai konfigurasi 1 on 2. Setelah damper pembuangan gas ditutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup(hasilnya konfigurasi 1 on 2)

(5) ketika dua (2) GTs tersandung (tripped) damper gas buang mereka akan ditutup dan semua ST akan tersandung (tripped). Setelah damper gas buang GT ditutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup (hasilnya pembangkit trip)

4.3.2.2 During 1 On 2 Operation

(1) ketika satu (1) ST tersandung (tripped), untuk mengurangi steam dari HRSG sesegera mungkin GT akan run back dan damper pembuangan gas GT ditutup.setelah damper pembunagn gas GT ditutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup. (hasilnya GT simple cycle operation) (2) ketika dua (2) STs tersandung (tripped), untuk mengurangi steam dari HRSG GT akan run back dan damper pembuangan gas GT akan ditutup setelah damper pembuangn gas GT ditutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup (hasilnya GT simple cycle operation)

(3) ketika satu (1) GT tersandung (tripped), damper pembuangan gas GT ditutup dan STs akan tripped . setelah damper pembuangan gas GT ditutup kemudian HRSG HP/LP MSVs akan ditutup (hasilnya pembangkit trip)

Table dibawah ini menunjukan ringkasan dari hasil yang disebutkan diatas dalam section 4.3.2.1dan 4.3.2.2.

Tabel IV.1 kondisi jika peralatan mengalami tripped (tersandung) (PLTU MUARA KARANG, MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI, LTD)

(6)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 55

4.3.2.3 Equipment Predomination Order

Berdasarkan case (1) dalam section 4.3.4 ini adalah kebutuhan untuk memutuskan GT yang mana yang akan diubah menjadi simple cycle mode

Sebelum pembangkit start-up permintaan komponen atau peralatan utama harus sudah ditentukan. Berdasarkan permintaan ini, salah satu GT akan diubah menjadi simple cycle operation (GT remained untuk simple cycle operation) dan akan diputuskan untuk melakukan operasi.

Prosedur yang sama akan diadopsi untuk case (4) dalam section 2.2.2.1 untuk menetukan ST yang mana yang akan dihentikan.

Jika permintaan star-up adalah sebagai berikut: <GT> 1 *Start : #1 GT 2nd Start :# 2 GT

<ST> 1* Start : # 1 ST 2nd Start “ #2 ST 3rd Start #3 ST

GT yang memotong damper ditutup (berubah ke simple cycle) adalah # 2 untuk case (1) dalam section 2.2.2.1 (sehingga hasilnya 1 on 2 combine cycle mode + GT simple cycle mode tercapai) dan ST menjadi tripped adalah #3 untuk case (4) dalam section 2.2.2.1 (untuk mencapai 1 on 2 combine cycle mode)

4.3.3. Alasan Modus Operasi Seperti 1 on 1, 2 on 2 Tidak Dipertimbangkan Sebagai Normal Operation Mode

Dengan modus 2 on 2 (2 GT + 2ST) beban GT tidak bias meningkat hingga 100% sejak kapasitas total dari dua (2) STs tidak cukup sufficient untuk menerima semua steam oleh 2 GTs dengan load 100%. Hal ini berarti modu 2 on 2 hanya melindungi beban partial.

Dalam pengaturan yang sama, dengan modus 1 on 1 (1 GT + 1ST ) beban GT tidak dapat meningkat hingga 100% sejak total kapasital dari satu (1) ST tidak cukup sufficient untuk menerima semua steam dari 1 GT yang memiliki beban 100% .ini berarti modus 1 on 1 hanya melindungi beban partial.

Berdasarkan fakta yang telah disebutkan diatas dan untuk mensimpelkan modus operasi sebesar mungkin, kami bermaksud menjadikan OPERATION MODE sebagai penjelasan dalam section ini (section 2.2)

(7)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 56 (1) 2on 3 operation mode (2 GTs + 3 STs)

(2) 1on 2 operation mode (1 GTs + 2 STs) (3) 1 GT simple operation mode (1 GT) (4) 2 GT simple operation mode (2 GTs)

Dalam operasi 2 on 3. jika 1 ST tripped operasi pembangkit akan berubah 1 on 2 ( 1 GT + 2 ST) dan ditambah 1 GT simple cycle operation.

Pada lampiran 2 garis hijau menunjukan MW vs kurva efisiensi ketika satu (1) GT simple cycle load berubah, dengan modus operasi 1 on 2 memperbaiki modus 100%. Ketika beban pembangkit bertambah tinggi dibutuhkan case dari satu (1) ST trip, kemudian 1 on 2 + 1 GT akan mencapai approx 590 MW.

Gambar IV.1 karakteristik beban partial (PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)

(8)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 57

4.4 Automation Performe By The ASP (Automatic Plant Start-Up & Shut-Down System)

untuk memperpanjang otomatisasi operasi dilakukan oleh ASP ditampilkan di bawah. sebelum operasi ASP dalam pelayanan, modus yang dipilih adalah sebagai berikut.

4.4.1 Start-Up

(1) normal start-up mode

Sebagaimana yang tertera dalam 4.3 untuk operasi combine cycle, disana ada FULL BLOCK (2 on 3) dan HALF BLOCK (1 on 2) modes dan tombol tekan (push button/PB) mereka telah tersedia. Salah satu PB ini adalah menjadi pilihan dasar pada target final dari konfigurasi. Ketika FULL BLOCK dipilih, operator dapat memilih start-up GT pertama, start-up ST pertama dan start-up ST kedua. Control dari GT, HRSG dan ST ditunjukan dari ketersedian air kondensasi dan feed water boiler ke operasi beban partial ST yang dihubungkan ke total beban GT, termasuk mengikuti langkah intermediate. Contoh GT start, vacuum up, HRSG service in, ST start dan sebagainya.

(2). ”aditional start” start-up

Selama operasi HALF BLOCK (1 on 2), jika operator berkeinginan mengubah mode operasi dari HALF BLOCK (1 on2) ke FULL BLOCK (2 on 3) fungsi APS dapat digunakan.

(3) “GT simple” start-up

Dalam hal ketika targetnya adalah GT no.1 simple operation atau GT no.2 simple operation atau GT no. 1 dan 2 operasi sederhana(simple operation) maka APS tidak digunakan. Kondisi ini akan terpancang dengan pemilihan “No.1 GT start”,”No. 2 GT start” dari setiap GTC ( gas turbine control) melalui CRT di CCR (central control room)

(4) “start-up kondisi lengkap”

Ketika pembangkit sudah siap untuk mengisi beban dengan mode LDC ( load Dispatching Center) setelah penyelesain program close mode turbin bypass

(9)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 58 dan control tekanan HP CV/LP CV(HP/LP control valve turbin) dalam mode,proses APS akan segera komplit.

4.4.2. Shut-Down

(1) “Normal shut-down” mode (mengacu pada section 7.1)

Normal shut-down dapat dilakukan dengan melihat Control shut-down dari GT, ST dan HRSG yang diperlihatkan dari block load down ke GT dan ST, termasuk shut-down dari feedwater dan condensate water line.

(2) ”ST Cooling Shut-dwon” mode (maintenance shut-down)

Control shutdown dari GT,ST dan HRSG diperlihatka dari minimum block load ke GT setelah ST cooling. Termasuk vaccum break, dari shut-down feedwater dan condensate water line. Dalam operasi ini, motor ST akan memaksa cooling dengan temperature uap yg lebih rendah.

(3) “Individual shut-down” mode

Control shut-down GT dan HRSG (dari mode“2 on 3” ke mode “1 on 2”) dari pembatas GT dan HRSG ditunjukan oleh “service air” dari HRSG yang dipilih untuk shutdown dari GT , termasuk untuk mengurangi BFP (HP/LP feedwater pump) dan CP (condensate pump) yang berdasarkan pada setiap kondisi operasi.

(4) ” full GT simple shutdown” mode

Ini berarti mode shutdown dari “2 on 3” atau “1 on 2” ke mode “ GT simple “ Control shutdown dari HRSG dan ST ditunjukan dari HRSG “service out” ke ST, termasuk shutdown dari feedwater dan condensate water line. Dalam operasi ini, semua GT akan berlanjut sebagi simple operation.

4.5. Operation Condition (Kondisi Operasional) 4.5.1 Kondisi Operasional GT

(1) speed up rate : 135 rpm/min

(2) load(beban) change rate (MAX) :6.7%/min (3) purge period : aprox 5 min

(10)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 59

Ini merupakan langkah-langkah atau prosedur yang harus dilakukan dalam menjalankan turbin gas (GT) dimana kita harus mengetahui langkah apa saja yang harus kita lakukan untuk mengoperasikan turbin gas (GT) agar tidak terjadi kesalahan atau tripped dalam operasi tersebut dan dapat membuat operasi lebih efisien untuk meninggkatkan energy yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut.

Pada pembahasan sebelumnya (bab 3) telah di sebutkan secara umum langkah-langkah atau prosedur dalam mengoperasikan turbin gas, namun dalam kesempatan kali ini akan dipaparkan prosedur pengoperasin turbin gas sesuai dengan manual book turbin gas yang dipakai oleh PJB UP Muara Karang yaitu sebagai berikut:

4.6.1 Persiapan Start-Up

Sebelum start-up kondisi berikut harus diperiksa.

(1) Kondisi start-up GT harus diperiksa :pastikan bahwa GT pada putaran, posisi dari manual valve, control system power dalam pelayanan, semua pompa dan fan/control valve/motor valve ditaruh dalam posisi operasi normal dan dalam mode otomatis ,tersedianya gas (light oil) supply system kompresi udara bersih dalam layanan, dan sebaginya.

(2) Sub-system seperti GT closed cooling water system, instrument dan service air system dan sebagainya dalam keadaan operasi.

(3) Damper pembuangan gas GT tertutup (terbuka ke pembuangan stack bypass)

(4) Tidak ada trip alarm atau alaram yang penting menyaladalam alarm panel pada CRT

4.6.2 GT Start-Up

(1) GT dinyalakan dengan SFC hinggasekitar 720 rpm dan GT compressor high press.bleed valve (**MBH03AA701) tertutup secara full.

(2) pembersiha saluran gas buang GT, waktu pembersiha di set 300 detik sejak 500 rpm tercapai.

(11)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 60 (3) setelah pembersihan komplit urutan penyalah GT akan dimlai

(4) GT dinyalakan hingga mencapai 550rpm dan speed up

(5) sejak start-up GT inlet guide vane (IGV) terbuka hingga mencapai setengan dari jumblah ful jangkauan open dan GT compressor middle press. Dan low press. Bleed valve (**MBH02AA701, **MBH01AA701) terbuka sesuai dengan urutan yang telah dipersiapkan untuk mendapatkan akselerasi yang halus tanpa gelombang kompresi.

(6) hingga sekitar 2000rpm GT berakselerasi dengan kedua SFC dan pembakaran gas atau bahan bakar.

(7) dari sekita 2000rpm GT berakselerasi dengan pembakaran bahan bakar sendiri tanpa bantuan SFC.

(8) pada putaran 2745 rpm, IGV bergerak keposisi menutup

(9) pada putaran 2815 rpm, GT compressor low press. Bleed valve(**MBH01AA701) tertutup secara penuh. Dan 5 detik kemudian GT compressor middle press.bleed valve (**MBH02AA701) juga tertutup secara penuh.

(10) around rated speed “RTD SPEED” menyalah pada CRT. (11) singkronisasi selesai dan ambil beban awal hingga 5%

(12) atur beban, atur sesuai dengn nilai yang diperlukan pada CRT dan periksa bahwa beban GT mulai meningkat.

4.7. GT Shutdown Procedure (Simple Cycle Operation)

(1) pilih GT stop dan periksa bahwa beban GT mulai meningkat. (2) periksa bahwa IGV bergerak ke posisi tertutup secara penuh (340)

(3) periksa bahwa beban GT menurun ke nilai minimum (beban 5%) dan generatot circuit breaker terbuka secra otomatis.

(4) setelah generator circuit breaker terbuka, GT beroperasi selama 5 menit untuk pendinginan.

(5) 5 menit setelah generator circuit breaker terbuka GT master control bergerak mati secara otomatis.

(12)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 61 (7) kompresor GT yang high press.middle press. Dan low press. Bleed valve (**MBH03AA701,**MBH02AA701, **MBH01AA701) terbuka sesuai dengan urutan yang telah ditentukan untuk mendapatkan akselerasi yang halus tanpa ada gelombang dari compressor

(8) 30 detik setelah GT shutdown fuel oil manifold darin valve (**MBN12AA723,**MBN12AA736,**MBN12A764) terbuka.

(9) setelah fuel oil manifold drain valve tertutup, pembersian udara supply valve (**QEF12AA721, **QEF12AA731,**QEF12AA741,**QEF12AA705) terbuka.

(10) ketika kecepatn mencapi 300 rpm periksa perputaran motor (**MBK01AE301) mulai bekerja.

(11) ketika kecepatn come down to 3 rpm , perputaran gear secara otomatis engaged dan operasi perputaran gear secara berlanjut dimulai.

(12) 60 menit setelah GT shutdown TCA cooler fans (**MBH05AN101/102/103) berhenti secara otomatis.

(13) pembersiah udara akan introduced ke nozzle bahan bakar gas turbin dari service air system semenjak mencapi 16 jam setelah gas turbin shutdown. 4.8 FULL BLOCK/HALF BLOCK Start-Up Procedure

4.8.1 Persiapan Start-Up

Sebelum start-up , kondisi-kondisi berikut harus sudah diperiksa, yaitu: (1) Kondisi satart-up GT, ST, HRSG dan generator harus sudah diperiksa :

periksa bahwa GT dan ST dalam keadaan bekerja, posisi manual valve, control system power dalam keadaan bekerja, semua pump dan fan/control valve/ motor valve berada pada kondisi operasi normal dan mode otomatis, tersedianya supply system untuk gas (light oil),pembersih kompresor udara dalam keadaan bekerja, dan lain-lain.

(2) Sub-system seperti circulating water system, ST dan GT close cooling water system , instrument dan service air system, demin, water system dan sebagainya dalam keadaan beroperasi.

(13)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 62 (3) Boiler pembantu mulai beroperasi dan suplai gland steam mulai

menghangat/memanas

(4) Pengisian air HRSG telah selesai dan drum/deaerator/ condenser hotwell HRSG dalam level yang normal (start-up level)

(5) Tidak ada trip alarm atau alarm yang penting menyala pada panel alaram di CRT.

(6) Prioritas peralatan utama untuk GT dan ST mulai diputuskan.contohnya :<GT> 1st Start : # 1 GT 2nd start : #2 GT

<ST> 1st Start : #1 ST 2nd start : # ST 3rdstart: #3 ST

4.8.2 Normal Start-Up

Berdasarkan prosedur yang telah digambarkan unutk normal start mode untuk FULL BLOCK, tertutama untuk cold start. Prosedur untuk hot dan warm start pada dasarnya sama dengan cold start.

4.8.2.1 Sinkronisasi Dan Start GT 1st

(1) GT dimulai dengan SFC hingga mencapai 720rpm dan high press. Bleed valve kompresor GT (**MBH03AA701) tertutup secara penuh.

(2) pembersihan saluar buang GT dan HRSG. Waktu pembersiha diatur 300 detik sejak mencapai 500rpm.

(3) setelah pembersihan selesai, urutan pengapian GT akan dimulai. (4) pengapian GT mencapai 550rpm dan kecepatan meningkat.

(5) sejak star-up, inlet guide vane (IGV) GT terbuka hingga mencapai setengan dari jarak buka penuh dan valve bleed kompresor GT pressure menengah dan rendah (**MBH02AA701, **MBH01AA701) berdasarkan urutan yang telah diatur unutk mendapatkan akselerai yang halus tanpa ada gelombang compressor.

(6) ketika putaran mencapai 2000rpm, GT berakselerai dengan kedua SFC dan pembakaran gas/ bahan bakar.

(14)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 63 (7) dari sekitar 2000 rpm, GT berakselerasi sendiri pada pembakaran bahan

bakar tanpa dibantu oleh SFC.

(8) pada 2745rpm ,IGV bergerak keposisi menutup.

(9) pada 2815 rpm, bleed valve kompresor GT presur rendah (**MBH01AA701) tertutup penuh.

(10) sekitar kecepatan rata-rata “RTD SPEED” diterangi pada CRT. (11) sinkronisasi selesai dan pengambilan beban awal hingga 5%.

(12) setelah sinkronisasi, beban GT 2 meningkat hingga 80% beban. Beban ini akan ditentukan semenjak periode komisioning.

4.8.2.2 2nd GT, HRSG Start

(1) GT ke-2 start-up dan mensinkronkan sementara 1 GT membuat beban yang sama (beban sekarang) untuk mencegah kesenjangan ketidakcocokan suhu. (2) Bila steam HP ke-2 sesuai dengan steam HP pertama, 2 HRSG HP MSV

(** LBA31AA052) akan dibuka.

(3) Ketika steam LP ke-2 sesuai dengan steam LP pertama, LP 2 MSV HRSG (** LBA11AA052) akan dibuka.

4.8.3 Additional Start-Up

prosedur berikut dijelaskan untuk GT tambahan dan startup HRSG dari "HALF BLOCK (1 on 2) ke "FULL BLOCK (2 on 3)"

4.8.3.1 Steam Condition Preparation And Steam Admission(Uap Kondisi Persiapan Dan Uap Masuk)

(1) Uap kondisi (1) untuk menghindari mismatch .1 st beban GT akan berkurang dengan yang dijelaskan dalam bagian 6.2.1 sesuai dengan kondisi ST harus dimulai tambahan

(2) mengatur kondisi operasi HP / LP katup TB (** MAN01AA901 / ** MAP01AA901) pada tekanan operasi minimum

(15)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 64 (3) Filosofi yang sama bagian 6.2.3, 1 s/d 4 dan bagian 6.2 5, 1 s/d 6 pada manual

book.

(4) GT pertama beban meningkat menjadi beban 100% dengan tingkat yang ditetapkan.

4.8.3.2 2nd GT Start and Synchronization

(1) GT ke-2 dimulai dengan SFC hingga sekitar 720 rpm dan GT kompresor valve high pressure.bleed (** MBH03AA701) tertutup sepenuhnya.

(2) Purging dari saluran gas buang GT. Timer Purge ditetapkan sebesar 300 detik sejak 500 rpm tercapai.

(3) Setelah pembersihan selesai, urutan pengapian GT akan di mulai. (4) GT ignition at approx 550 rpm and speed up.

(5) Selama start-up, GT inlet guide vane (IGV) dibuka dengan jumlah sekitar setengah dari rentang pembukaan penuh dan GT kompresor tekanan menengah dan katup low press.bleed (** MBH02AA701, ** MBH01AA701) dibuka sesuai urutan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan akselerasi halus tanpa bergelombang

(6) Sampai sekitar 2000 rpm, GT dipercepat oleh kedua SFC dan pembakaran gas / bahan bakar minyak

(7) Dari sekitar 2000 rpm, GT dipercepat oleh pembakaran bahan bakar sendiri tanpa bantuan SFC.

(8) At 2745rpm, IGV moves to the closed position

(9) Pada 2815 rpm, GT kompresor tekanan rendah katup berdarah (* MBH02AA701) juga tertutup sepenuhnya.

(10) Around rated speed,” RTD SPEED” is illuminated on CRT (11) Sinkronisasi dilakukan dan mengambil beban awal sampai 5%

(12) Setelah sinkronisasi, beban GT 2nd meningkat hingga 80% beban. Beban ini akan ditentukan selama periode komisioning.

4.9 Prosedur Shut-down Tersendir HRSG Dan GT

(16)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 65 (1) Turunkan beban GT #2 hingga 60 % dengan setingan rata-rata.

(2) #2 HRSG HP/LP TB valve (**MAN01AA901/**MAP01AA901) akan terbuka dengan control program.ketika tekan uap pada outlet HRSG #2 menjadi menurun dari pada inlet dari ST, #2 HP/LP TB valve akan bergeser ke mode control tekanan minimum dan #2 HRSG HP/LP MSV (**LBA31AA053/**LBA11AA052) akan tertutup

(3) Damper pembuangan GT #2 akan tertutup penuh.

(4) Beban GT #2 menurun dan ketika mencapai 5% kemudian desinkronisasi dan berhenti.

(5) Berikut ini peralatan yang akan berhenti secara otomatis: Satu (1) HP feed water pump (20LAC3LAP101/102/103) Satu (1) LP feed water pump (20LAC11AP101/102/102) (6) Semua valve TB akan tertutup

(7) Satu ST akan berhenti (ST yang berhenti dalam penyesuaian dengan 2.2.2.3) relevan HP-CV (HP turbine control valve) dan LP-CV akan ditutup oleh control program.

4.9.1 Full GT Simple Shut Down Procedure (From FULL BLOCK)

Prosedur berikut dijelaskan tentang HRSG service out dan ST shut down. Dalam operasi ini, semua GT akan dilanjutkan sebagai simple cycle operation. (1) Dua beban GT run down ke 60% beban dengan setingan rata-rata. (2) Damper pembuangan GT tertutup secara penuh

(3) #2 HP/LP TB valve akan terbuka dengan control pressure minimum. Ketika tekanan team pada outlet dari #2 HRSG menjadi lebih rendah dari pada inlet ST,HP/LP TB valve #2 akan bergeser ke min.press.control mode, dan HRSG HP/LP MSV #2(**LBA 31AA052/**LBA11AA052) akan tertutup

(17)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 66 (4) LP-CP tertutup oleh control program (akan tertutup dalam kesesuaian

dengan perintah yang diputuskan dalam 6.1 (8))

(5) Ketika LP-CV tertutup penuh HRSG LP/MSV #2 (**LBA11AA052) akan tertutup.

(6) HP-CV ditutup ole control program (akan ditutup dalam kesesuaian dengan perintah yang diputuskan dalam 6.1 (8))

(7) Ketika beban ST dibawah 10% kemudian ST de sinkronisasi.

(8) Ketika HP CV ditutup penuh HP SV(HP turbine stop valve) Dan HRSG (**LBA31AA052) menjadi ditutup.

(9) Perputaran motor ST dimulai secara otomatis ketika rotasi kecepatan menurun.

(10) Damper pembuangan GT #2 ditutup secara penuh. (11) Berikut peralatan yang akan berhenti secara otomatis:

All HP feed water pump (20LAC 31AP101/102/103) All LP feed water pump (20LAC 11AP101/102/103) All condensate pump (**LCB 01AP101/102/103)

4.9.2. Full GT Simple Shut Down Procedure (From HALF BlOCK)

prosedurnya hamper sama seperti 7.4 untuk mencapai GT simple cycle operation dari konfigurasi “1 on 2”

(1) bebab GT menurun ke beban 60% dengan setingan rata-rata. (2) Damper pembuangan gas GT ditutup penuh

(3) Valve HP/LPTB akan dibuka oleh min.presure control. Ketika tekanan steam pada outlet dari HRSG menjadi lebih rendah dari pada di inlet dari

(18)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 67 ST, Valve HP/LP TB akanbergeser ke min.press.control mode, dan HRSG HP/LP MSV (**LBA31AA052/**LBA11AA052) akan ditutup.

(4) LP CV ditutup oleh control program

(5) Ketika LP CV ditutup penuh HRSG LP/MSV (**LBA11AA052) akan ditutup.

(6) Valve LP TB (**MAP01AA901) akan dibuka oleh min press.control. (7) HP CV ditutup oleh control program

(8) Ketika beban ST dibawah 10% kemudian ST de sinkronisasi.

(9) Ketika HP CV ditutup penuh, HP SV dan HRSG HP MSV (**LBA31AA052) menjadi tertutup.

(10) Perputaran motor ST dimulai secara otomatis ketika kecepatan rotasi ST menurun.

(11) Damper pembunagan GT ditutup penuh

(12) Berikut adalah peralatan yang akan berhenti secara otomatis: All HP feed water pump (20LAC 31AP101/102/103) All LP feed water pump (20LAC 11AP101/102/103) All condensate pump (**LCB 01AP101/102/103) 4.10 Special Condition (kondisi khusus)

4.10.1. Load Runback

Dalam hal ketika perintah runback ini terjadi, GT beban menurun dengan beban target dengan tingkat telah diatur secara otomatis. Item Runback adalah sebagai berikut:

HP feed water pump trip* (jika awal cadangan pompa cadang gagal, runback akan dioperasikan)

(19)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 68 LP feedwater pimp trip* (jika awal cadangan pompa cadang gagal, runback akan dioperasikan)

Circulating water pump trip** Fuel gas supply pressure low

GT FG heater outlet temperature low GT FG heater outlet temperature high GT water injection abnormal

GT combustion pressure fluctuation high GT fuel gas pilot nozzle sweep abnormal

(catatan *) dalam kasus setengah operasi blok, runback tidak terjadi (note**) please not following

(1) Selama 2 pada 3 konfigurasi, jika salah satu dari CWP (CWP A atau CWP B) tersandung, runback akan dioperasikan. Jika CWP D tersandung, # 3 ST akan tersandung yang akan menyebabkan perubahan konfigurasi operasi dinyatakan dalam 2.2.2.1

(2) Selama 1 pada 2 konfigurasi, jika satu CWP (CWP A atau CWP B) tersandung pada # 1 dan # 2 ST operasi, runback akan dioperasikan. Dalam kasus lain, setiap perjalanan CWP akan menyebabkan perubahan konfigurasi operasi dinyatakan dalam 2.2.2.2 (1)

Untuk penjelasan rinci materi operasi CWP, lihat lampiran 4.10.2 House Load Operation (Grid Isolated Operation)

Ketika penolakan beban terjadi dari siklus operasi gabungan, karena kegagalan etc sistem distribusi listrik, tanaman akan dikontrol secara otomatis sebagai berikut untuk mentransfer beban operasi rumah.

(20)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 69 All ST trip

All GT exhaust damper closed

Modus Operasi ditransfer dari modus gabungan untuk satu (1) GT modus siklus sederhana karena daya yang diperlukan untuk operasi ini sangat rendah dan tidak perlu untuk menjaga dua (2) operasi GT siklus sederhana.

Mengurangi output GT listrik ke beban yang diperlukan dari peralatan tambahan dioperasikan, segera.

Satu GT pengendali perubahan ke mode kontrol frekuensi (governor control mode)

Sebagai hasilnya, selama operasi ini, hanya sekali TI tetap (satu (1) GT siklus sederhana).

4.10.3 Fuel Change Over

Bahan Bakar perubahan lebih dapat dilakukan secara otomatis dan / atau secara manual seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

4.10.3.1 Fuel Change Over (Auto)

Selama operasi penembakan gas, jika pasokan bahan bakar gas tidak dapat dipastikan, bahan bakar berubah dari operasi akan dilakukan secara otomatis untuk melanjutkan operasi.

Ketika tekanan pasokan gas bahan bakar hampir habis, jalankan kembali dilakukan (target beban GT: 100 MW). Bahkan setelah menjalankan kembali, tekanan suplai bahan bakar gas masih mendapatkan yang lebih rendah, Perubahan bahan bakar di atas (gas ke minyak) dimulai secara otomatis. setelah perubahan bahan bakar di atas, GT beroperasi pada beban yang sama (sebagian) selama perubahan bahan bakar di atas.

(catatan: 1) jika penurunan tekanan gas pasokan bahan bakar terlalu cepat, tidak ada waktu untuk perubahan bahan bakar di atas dan GT tersandung. (note:2) fuel change over from “oil to gas” is manual only (refer to 8.3.2)

(21)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 70

4.10.3.2 Fuel Change Over (Manual)

Selama penembakan gas atau minyak operasi pembakaran, bahan bakar berubah dari proses dapat dimulai secara manual.

Pada awalnya, GT beban harus ditetapkan antara 90MW sampai 130 MW. Kemudian perubahan bahan bakar selama proses (gas ke minyak / minyak ke gas) dapat dimulai secara manual. Setelah perubahan bahan bakar di atas, GT beroperasi pada beban yang sama (sebagian) selama perubahan bahan bakar di atas.

4.10.4 GT Cooling Spin

Tujuan operasi pendinginan berputar GT adalah sebagai berikut : (1) Untuk memulai pekerjaan pemeliharaan awal

Dibutuhkan sekitar tiga (3) hari untuk GT harus didinginkan jika pendingin berputar tidak dilakukan. Pendingin berputar lebih pendek cooling down periode menjadi sekitar sepuluh (10) jam.

(2) Untuk mempersiapkan untuk memulai

Selama panas atau hangat memulai kembali, kelonggaran perjalanan dari putaran blade menjadi penting di bagian bawah karena distorsi termal casing (belakang kucing). Berputar pendinginan membantu meningkatkan jarak ujung margin di bagian bawah.

(3) Setelah operasi bahan bakar minyak

Untuk mencegah bakar nozzle bahan bakar minyak dari menyumbat dengan minyak bahan bakar arang. Spin adalah pendinginan yang efektif untuk mendinginkan nozzle bahan bakar minyak.

(22)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 71

4.10.5 GT Compressor Blade Washing Procedure

Jika turbin gas akan dioperasikan untuk waktu yang lama, efisiensi kompresor nya akan menurun secara bertahap karena fouling pisau kompresor dengan partikel asing debu yang mengambang di udara. Ini kerusakan baling kompresor akan menyebabkan hilangnya daya poros akhirnya.

Mencuci pisau kompresor adalah cara yang paling efektif untuk pulih dari penurunan efisiensi kompresor adalah lebih baik untuk mencuci pisau berkala 4.11 Start-Up ,Shut Down And Additional Start-Up Curve

Berikut adalah kurva start-up, shut-down dan additional start-up yang ditampilkan untuk proyek ini.

(1) Normal start-up (cold) (2) Normal start-up (warm) (3) Normal start-up (hot) (4) Normal shut down (5) ST cooling shut down

(6) Individual shut down (2on 31 on 2) (7) Additional start-up (cold :1 on 2 2 on 3) (8) Additional start-up (warm : 1 on 2  2 on 3) (9) Additional start-up (hot : 1 on 2  2 on 3)

(23)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 72 Gambar IV.2 kurva cold start mode

(PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)

Gambar IV.3 kurva warm start mode

(24)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 73 Gambar IV.4 kurva Hot start mode

(PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)

Gambar IV.5 kurva shut down mode

(25)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 74 Gambar IV.6 kurva cooling shutdown mode

(PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)

Gambar IV.7 kurva individual shutdown mode (PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)

(26)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 75 Gambar IV.8 kurva additional start mode (cold)

(PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)

Gambar IV.9 kurva additional start mode (warm) (PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD

(27)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 76 Gambar IV.10 kurva additional start mode (hot)

(28)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 77 Gambar IV.11. I ST tripped

(29)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 78 Gambar IV.12. 2 ST tripped

(30)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 79 Gambar IV.13. 3 ST tripped

(31)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 80 Gambar IV.14. 1 GT tripped

(32)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 81 Gambar IV.15. 2 GT tripped

(33)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 82 Gambar IV.16. I ST tripped (1 on 2)

(34)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 83 Gambar IV.17. 2 ST tripped (1 on 2)

(35)

UNIVERSITAS MERCU BUANA 84 Gambar IV.18. GT tripped (1 on 2)

Gambar

Gambar IV.2 kurva cold start mode
Gambar IV.4 kurva Hot start mode
Gambar IV.6 kurva cooling shutdown mode          ( PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)
Gambar IV.8 kurva additional start mode (cold)          ( PLTU MUARA KARANG ,MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI , LTD)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan hasil wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Matematika “S”peneliti memperoleh tanggapan sebagai berikut; “Hambatan yang terjadi adalah sosialisasi kurikulum

Dalam sub sitem teknik operasional direncanakan untuk menggantikan sistem pengelolaan sampah yang konvensional, menjadi sistem yang sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun

Hasil uji Chi-Square dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan jumlah leukosit dalam darah petani penyemprot di

Memasuki Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Organisasi Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara mengalami perubahan menjadi Kementerian Negara

Menjawab rumusan masalah tentang efek polusi cahaya terhadap pelaksanaan rukyat yang terkait dengan factor-faktor yang berpengaruh terhadap polusi cahaya dari sebuah lokasi

Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi program pembinaan sepak bola usia dini di Jawa Barat. Metode yang digunakan evaluasi program dengan desain CIPP. Penelitian

Permintaan dunia yang tinggi terhadap bahan baku baja dan bijih besi telah mengakibatkan kesulitan untuk mendapatkan bahan baku baja dan bijih besi di pasar

Tidak terjadi perubahan signifikan kadar testosteron dan estrogen serum pada tikus Sprague dawley betina hipotiroid dengan induksi propylthiouracil.. Kata