• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kontrastif Kata Ulang Bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kontrastif Kata Ulang Bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONTRASTIF KATA ULANG BAHASA

MANDARIN DAN BAHASA INDONESIA

Skripsi

Disusun Oleh :

NURMASARI

070710022

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

(2)

ANALISIS KONTRASTIF KATA ULANG BAHASA MANDARIN DAN BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang

Ilmu Sastra Cina.

Oleh: Nurmasari

070710022

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A Wu Qiao ping, M.A

NIP: 19630109 198803 2 001

KETUA JURUSAN

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A.

NIP. 19630109 198803 2 001

DEKAN

Dr. H. Syahron Lubis, M.A

(3)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

Hari/ tanggal : Jumat, 17 Juni 2011

Pukul : 13.20.WIB sampai selesai

Tempat : Kantor Jurusan Sastra Cina-USU

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. H. Syahron Lubis, M.A

NIP: 19511013 1 197603 1 001

Panitia Ujian

No Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A ( )

2. Dra. Nur cahaya Bangun, M.Si ( )

3. Wu Qiao ping, M.A ( )

(4)

ABSTRACT

The title of this research is “Analisis Kontrastif Kata Ulang Bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia”. The purpose of the research is to find the differences and similarities of repetition words between Mandarin and Indonesian.

The writer used morphology, morpheme, words and part of speech as concepts of this thesis. To describe the analysis, the writer used a comparative descriptive method. The contrastive analysis is used as a theory to find out the differences and similarities of both languages.

The result shows that the differences of repetition between Mandarin and Indonesian are more visible than the similarities. The dominant differences are, Mandarin repetition occurs because of repetition of morpheme, otherwise in Indonesian repetition occurs because of the word that is repeated. Beside that, the process of repetition in Mandarin doesn’t have affix combination. The similarities of repetition words in both languages such as repetition in verb, noun, adjective, and auxiliary the process of repetition occurs entirely, namely repeat the source of morpheme.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahi Rabbil Alamiin, segala puji dan syukur penulis haturkan

kehadirat Allah SWT atas segala berkat, dan hidayah-Nya serta cinta dan

kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis

Kontrastif Pengulangan Bahasa Mandarin Dan Bahasa Indonesia” dengan maksud

dan tujuan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sastra pada

Universitas Sumatera Utara (USU).

Skripsi ini adalah hadiah kecil untuk keluarga besar Syafi’i, terima kasih

ya Rabb karena menitipkan penulis di keluarga yang sangat luar biasa. Keluarga

yang penuh dengan curahan cinta kasih, bak air bah tertumpah yang tak pernah

henti.

Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan, dorongan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina

USU dan juga sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing dan memberi banyak saran kepada penulis

(6)

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi

Sastra Cina USU yang telah banyak memberi bantuan, saran, dan

semangat kepada penulis.

4. Wu Qiao Ping, M.A., dan Liu Jin Feng, M.A., selaku dosen di Program

Studi Sastra Cina yang telah banyak memberi bantuan, dukungan, dan

saran yang tiada henti-hentinya.

5. Ayahanda Sahak Syafi’i dan Ibunda Rita Sri Dewi. Bunda, yang sudah

menjadi sumber inspirasi di setiap nafas yang terhela dalam hidup, untuk

setiap tetes air mata, tetes keringat, doa, cinta yang tak pernah pudar, dan

pengabdianmu sebagai seorang Ibu. Ayah, yang sudah banyak memberi

sebentuk kasih yang menjadikan hidup tampak sempurna, yang banyak

memberi pelajaran mengenai hidup, perjuangan, pengorbanan, keikhlasan,

ketulusan, dan cinta Allah SWT.

6. Adinda Rima tercinta, yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan

semangat yang begitu luar biasa. Kakanda bolons tercinta (jalan kita masih

panjang dan sudah saatnya kita mulai berdiri di atas kaki kita sendiri).

7. Sahabat-sahabat yang penuh semangat memberi dukungan kepada penulis.

Saudaraku di jalan Allah dan sahabat yang telah memberi dukungan dan

semangat baru serta menjadi pendengar baik tentang kisah di balik

penyelesaian skripsi ini untuk penulis (mala, zayu, ayu, eni, ririn, winda,

(7)

8. Keluarga tercinta di Medan, pak Bahar yang senantiasa memberi masukan

dan dukungan penuh, Afan dan Ririn (setiap orang punya harapan,

disitulah dibutuhkan perjuangan).

9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima

kasih.

Semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat berkah dan balasan oleh limpahan kasih Allah SWT. Sebagai manusia,

penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi

ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 15 Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN

ABSTRAK ……….…. i

KATA PENGANTAR ………...…….…… ii

DAFTAR ISI ………...……….…... v

BAB I PENDAHULUAN ……….……...……….. 1

1.1LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

1.2 RUANG LINGKUP MASALAH …………...………....………... 4

1.3 RUMUSAN MASALAH ………....……...……… 4

1.4 TUJUAN MASALAH ………...……...….…….... 5

1.5 MANFAAT PENELITIAN ………...……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI .... 7

2.1 HASIL PENELITIAN PENELITI SEBELUMNYA ..…….……… 7

2.2 KONSEP .………...….……… 7

2.2.1 Definisi Pengulangan ...…...……...….………...… 10

2.2.2 Analisis Kontrastif ………..……….…...…. 11

2.3 LANDASAN TEORI ………...…….…….……... 11

2.3.1 Definisi Morfologi …………...………... 11

2.3.2 Definisi Morfem ... 12

2.3.3 Definisi Kata ... 14

2.3.4 Kelas Kata ... 14

(9)

2.3.4.1 Kelas Kata Bahasa Indonesia ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ………...…….……....….…….…. 20

3.1METODE PENELITIAN ……….….………….…….... 20

3.2 PENGUMPULANDATA ... 21

3.3 ANALISIS DATA ………..…..……...………... 21

3.4 DATA DAN SUMBER DATA ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 PEMBENTUKAN PENGULANGAN BAHASA MANDARIN DAN BAHASA INDONESIA ... 23

4.1.1 Pembentukan Pengulangan Bahasa Mandarin Berdasarkan Kelas Kata ………....…….…… 25

4.1.2 Pembentukan Pengulangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Kelas Kata ...……… 46

4.2 ANALISIS KONTRASTIF PEMBENTUKAN PENGULANGAN BAHASA MANDARIN DAN BAHASA INDONESIA... 49

4.2.1 Perbedaan Pembentukan Pengulangan Bahasa Mandarin Dan Bahasa Mandarin ... 49

4.2.2 Persamaan Pembentukan Pengulangan Bahasa Mandarin Dan Bahasa Indonesia ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...……....…... 52

5.1 KESIMPULAN ………...……...…….… 52

5.2 SARAN ………..……...…...………. 52

(10)

ABSTRACT

The title of this research is “Analisis Kontrastif Kata Ulang Bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia”. The purpose of the research is to find the differences and similarities of repetition words between Mandarin and Indonesian.

The writer used morphology, morpheme, words and part of speech as concepts of this thesis. To describe the analysis, the writer used a comparative descriptive method. The contrastive analysis is used as a theory to find out the differences and similarities of both languages.

The result shows that the differences of repetition between Mandarin and Indonesian are more visible than the similarities. The dominant differences are, Mandarin repetition occurs because of repetition of morpheme, otherwise in Indonesian repetition occurs because of the word that is repeated. Beside that, the process of repetition in Mandarin doesn’t have affix combination. The similarities of repetition words in both languages such as repetition in verb, noun, adjective, and auxiliary the process of repetition occurs entirely, namely repeat the source of morpheme.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa.

Pelafalan bisa diandaikan seperti bentuk luar dari bahasa, kosakata adalah seperti

bahan konstruksinya, sedangkan tata bahasa adalah peraturan penyusunan bahasa.

Dengan mengandalkan kosakata saja tidaklah dapat membentuk suatu bahasa.

Hanya dengan menggunakan peraturan tata bahasa untuk menggabungkan kata

atau gabungan kata, barulah bisa menjadi alat komunikasi. Dengan

menggabungkan kata menjadi kalimat serta menggunakan suara untuk

menyampaikannya barulah bisa terjadi komunikasi. Inilah yang dinamakan bahasa.

Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional china Han yang mana lebih dari

90% dari total populasi china, memakai bahasa Mandarin ini sebagai bahasa

sosial yang lazim digunakan oleh bangsa China. Bahasa Mandarin dan bahasa

Indonesia berasal dari rumpun yang berbeda, yaitu bahasa Mandarin termasuk ke

dalam rumpun Sino-Tibet, sedang bahasa Indonesia termasuk ke dalam rumpun

Austronesia (Keraf:1983:26).

Berdasarkan tata bahasanya, bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia

mempunyai pengulangan kata. Proses pengulangan merupakan peristiwa

pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruh maupun

(12)

maupun tidak (Muslich:2008:48). Proses pengulangan disebut dengan reduplikasi.

Dalam bahasa Mandarin, ada beberapa jenis kata yang terjadi pengulangan seperti

pada kata benda, kata bantu bilangan, kata kerja, dan kata sifat.

Contoh pengulangan kata sifat dalam bahasa Mandarin :

‘ 净净’ dibaca gan gan jing jing,dari bentuk dasar ‘ 净’ gan jing

yaitu bersih

Jika dilihat dari bentuk dasarnya yaitu ‘ 净’, kata tersebut terdiri dari 2

morfem yaitu dibaca gan, dan dibaca jing. Sesudah terjadi pengulangan

maka mendapatkan pola AABB yaitu 净 净 dibaca gan gan jing jing.

Sedangkan makna sesudah diulang menyatakan suatu tingkatan/derajat sehingga

tidak lagi ditambahkan kata keterangan tingkatan/derajat seperti 很 dan 非常 yang

artinya sangat. Berarti dari kata 净净 mengandung arti sangat bersih.

Contoh pengulangan kata sifat dalam bahasa Indonesia :

Bersih-bersih, dari bentuk dasar ‘bersih’

Jika dilihat dari bentuk dasarnya yaitu ‘bersih’, kata tersebut terdiri dari 1

morfem yaitu bersih yang dapat berdiri sendiri dan merupakan kata. Sesudah

terjadi pengulangan menjadi bersih-bersih yang merupakan proses pengulangan

(13)

Dari kedua contoh yang diberikan, terlihat suatu perbedaan dalam

pengulangan kata sifat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Pengulangan kata

sifat dalam bahasa Mandarin terjadi karena adanya morfem yang diulang,

sedangkan pengulangan kata sifat dalam bahasa Indonesia terjadi karena adanya

kata yang diulang.

Adanya perbedaaan proses pembentukan salah satu contoh jenis kata yaitu

kata sifat yang terjadi pada pengulangan bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia,

maka cabang linguistik yang sesuai untuk membicarakan ini adalah morfologi.

Morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem serta menganalisis

struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata (Alwasilah:1993:110). Jadi, kajian

morfologi terutama dilakukan untuk menemukan morfem dan kata dari suatu

bahasa.

Morfologi sebagai ilmu bahasa yang salah satunya membicarakan proses

pengulangan (reduplikasi) penting untuk dipelajari karena kata yang berubah

bentuk akan mengalami perubahan makna. Persoalan tersebut merupakan

persoalan yang menarik untuk dikaji dengan analisis kontrastif. Analisis kontrastif

adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa

pertama dengan struktur bahasa kedua untuk mengidentifikasikan

perbedaaan-perbedaan di antara kedua bahasa (Tarigan:1988:23). Kesimpulannya linguistik

kontrastif merupakan salah satu cabang linguistik yang fungsinya mengontraskan

(14)

Dari pengamatan tersebut, penulis tertarik sekali untuk menganalisis dan

membandingkan proses pengulangan (reduplikasi) bahasa Mandarin dan proses

pengulangan (reduplikasi) bahasa Indonesia dari segi morfologinya serta untuk

mengetahui perbedaan dan persamaan antara dua bahasa tersebut.

1.2Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah yang berkaitan

dengan bentuk dasar dan proses pengulangan. Penulis ingin lebih memfokuskan

penelitian struktur pengulangan pada kata benda, kata bantu bilangan, kata kerja,

dan kata sifat bahasa Mandarin yang akan dibandingkan dengan struktur

pengulangan kata benda, kata bantu bilangan, kata kerja, dan kata sifat bahasa

Indonesia, perubahan bentuk setelah mengalami proses pengulangan ditinjau dari

segi proses morfologinya.

1.3Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembahasan dalam proposal skripsi ini yaitu tentang

analisis proses pengulangan (reduplikasi) terutama dalam pembagian jenis, proses

pembentukannya serta makna dari kata tersebut. Maka jelas akan didapati

perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang mendasar merupakan hal

(15)

Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk menemukan perbedaan dan

persamaan bentuk kata ulang tersebut adalah dengan analisis kontrastif. Dalam

bentuk pernyataan permasalahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembentukan kata ulang (reduplikasi) bahasa Mandarin.

2. Bagaimana proses pembentukan kata ulang (reduplikasi) bahasa Indonesia.

3. Apakah perbedaan dan persamaan bentuk kata ulang (reduplikasi) bahasa

Mandarin dan bahasa Indonesia.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata ulang (reduplikasi)

dalam bahasa Mandarin.

2. Untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata ulang (reduplikasi)

dalam bahasa Indonesia.

3. Untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan bentuk kata ulang

(16)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara teoritis, yaitu dapat bermanfaat bagi kontribusi bahasa

Mandarin tentang proses pembentukan kata ulang bahasa Mandarin dan

bahasa Indonesia.

2. Manfaat secara praktis, yaitu bermanfaat bagi pembaca untuk pemahaman

tentang proses pembentukan kata ulang bahasa Mandarin dan bahasa

Indonesia khususnya pada mahasiswa Sastra China sebagai bahan

pertimbangan untuk mendapatkan suatu ide atau gagasan baru di masa

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN

TEORI

2.1 Hasil Penelitian Peneliti Sebelumnya.

Ada beberapa penelitian yang terkait yang dapat dijadikan penulis sebagai

bahan referensi untuk meneliti penelitian tentang reduplikasi bahasa Mandarin

dan bahasa Indonesia ataupun yang berhubungan dengan kajian Analisis

Kontrastif maupun Morfologi, yakni:

1. Aprida Indriani (2005) Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera

Utara yang dalam skripsinya berjudul “Analisis Kontrastif Reduplikasi

Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia Ditinjau dari Segi Morfologi”,

yang menyimpulkan bahwa :

- Dalam reduplikasi bahasa Jepang dan bahasa Indonesia ada yang

mengalami perubahan bunyi dan ada juga yang tidak.

- Reduplikasi berubah bunyi pada bahasa Jepang terjadi pada nomina

dan adjektiva, pada nomina bahasa Indonesia hanya sedikit.

- Tidak semua nomina dalam bahasa Jepang dapat diulang sedangkan

dalam bahasa Indonesia semua nomina dapat diulang dan menyatakan

jamak.

- Berdasarkan bunyi yang dihasilkan, reduplikasi nomina pada bahasa

(18)

dalam reduplikasi nomina bahasa Indonesia perubahan fonem tidak

hanya pada awal fonem saja tetapi pada fonem tengah dan fonem akhir.

- Dalam bahasa Jepang mengalami reduplikasi berimbuhan pada akhir

katanya, sedangkan dalam bahasa Indonesia reduplikasi berimbuhan

dapat terjadi di awal, di tengah, dan di akhir kata.

- Pada struktur reduplikasi pronomina bahasa Jepang hanya ada satu

macam reduplikasi utuh, sedangkan pada struktur reduplikasi bahasa

Indonesia semua persona dapat diulang dan menyatakan jamak.

2. Mariatul Qiftiah (2010) Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera

Utara yang dalam skripsinya berjudul ”Proses Morfemis Prefiks Hi, Fu,

Mu, Dan Mi Dan Juga Pemaknaannya Dalam Bahasa Jepang” yang

menyimpulkan bahwa:

- Pada proses pembentukan katanya, kata baru yang terbentuk pada

keemapat prefiks ini ada yang mengalami perubahan kelas kata dan

ada yang tidak mengalami perubahan kelas kata. Perubahan kelas kata

yang banyak terjadi adalah membentuk kata sifat. Oleh karena itu

apabila kata dasarnya adalah kata sifat maka rata-rata proses

pembentukan katanya tidak mengalami perubahan kelas kata.

- Tidak ada bunyi tertentu yang harus mengikuti sebuah prefiks ini hal

ini dapat terlihat bahwa keempat prefiks tersebut dapat diikuti oleh

keempat bunyi awal yang sama.

- Untuk setiap prefiks memiliki kecendrungan yang berbeda pada

(19)

dominan diikuti oleh kata benda yang sifatnya abstrak. Untuk prefiks

fu lebih banyak diikuti oleh kata sifat yang bersifat sesuatu yang

berhubungan dengan perasaan. Untuk prefiks mu lebih banyak diikuti

oleh kata benda yang konkret. Dan untuk prefiks mi lebih banyak

diikuti oleh gokan dari kata kerja.

- Dalam hal pemaknaannya keempat prefiks ini menyatakan penidakan

ataupun sifat negatif, adapun perbedaannya adalah bahwa prefiks hi

lebih bersifat kepada penidakan pada apa yang tertera pada bentuk

dasarnya dan lebih bersifat netral. Untuk prefiks fu lebih menekankan

kepada hal-hal yang dianggap memberikan nilai yang kurang baik

dirasakan. Untuk prefiks mu karena lebih bnayak diikuti oleh kata

benda maka maknanya lebih kepada ketidakadaan wujud dari apa yang

tersebut pada bentuk dasarnya. Dan untuk prefiks mi menekankkan

makna pada sesuatu atau keadaan yang belum terjadi

- Dijumpai prefiks yang dapat digabung dengan sufiks atau adanya

penambahan awalan dan akhiran pada satu kata dasar, yakni pada

prefiks hi yang bisa dikonfiks dengan sufiks teki dan prefiks mi yang

(20)

2.2 Konsep

Woodruff (dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1)

suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian

tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang

membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui

pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep pengulangan

dan analisis kontrastif. Kedua konsep tersebut akan dijabarkan dalam sub bab

berikut ini.

2.2.1 Definisi Pengulangan

Verhaar (2001:152) menyatakan bahwa proses pengulangan (reduplikasi)

atau pengembaran adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau

sebagian dari bentuk dasar tersebut. Muslich (2008:48) menyatakan bahwa proses

pengulangan atau reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan

mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi

fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.

Menurut Chaer (2007:182) pengulangan adalah proses morfemis yang

mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial),

maupun dengan perubahan bunyi. Kridalaksana (1984:167) menyatakan bahwa

pengulangan adalah proses dan hasil ulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis

(21)

Dapat disimpulkan bahwa pengulangan adalah suatu proses morfemis

yang mengulangi suatu bentuk dasar maupun bentuk yang sudah terjadi afiksasi.

2.2.2 Definisi Linguistik Kontrastif

Menurut Tarigan (1988:23-29) menyatakan bahwa Analisis Kontrastif atau

yang lebih dikenal dengan Anakon adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba

membandingkan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua untuk

mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara dua bahasa.

Pada Analisis Kontrastif inilah dapat digunakan sebagai landasan dalam

menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan antara bahasa

Mandarin dan bahasa Indonesia.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Definisi Morfologi

Cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa

sebagai satuan gramatikal disebut Morfologi (Verhaar:2001:97). Alwasilah

(1993:110;111;118) juga menyatakan Morfologi adalah bagian linguistik yang

mempelajari morfem serta menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata.

Menurut Samsuri (1994:191) bahwa yang disebut dengan proses morfologis ialah

cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan

morfem yang lain.

Crystal (dalam Muis dan Herman, 2005:1), Morfologi adalah cabang tata

(22)

morfem. Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah

infleksi (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or

derivational morphology).

Dari beberapa teori para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

Morfologi dalah salah satu cabang linguistik yang mempunyai tugas untuk

menelaah struktur dan pembentukan kata yang ada kaitannya dengan morfem.

2.3.2 Definisi Morfem

Berikut adalah beberapa pendapat para ahli yang yang mengemukakan

batasan tentang morfem.

Menurut Samsuri (1994:170) morfem adalah komposit bentuk-pengertian

yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang. Akmajian dkk. (1984:58)

menyatakan bahwa morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam

suatu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang

bermakna atau yang dapat dikenal. Bauer (1987:13-17), menyatakan morfem

adalah satuan-satuan dasar analisis yang dikenal dalam morfologi.

Muslich (2008:3) menyatakan bahwa morfem ialah bentuk-bentuk

berulang yang paling kecil beserta artinya. Beliau juga menguraikan ada tiga

bentuk morfem yaitu; morfem bebas (free form or free morpheme) yakni

bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa,

morfem terikat (bound form or bound morpheme) yakni bentuk yang tidak dapat

(23)

yang menjadi unsur pembentuk kalimat, dan morfem semibebas (semi-free form

or semi-free morpheme) yakni bentuk yang masih mempunyai kebebasan.

Dalam bahasa Mandarin, morfem disebut dengan yu su [语素]. Suparto

(2003:17) menyatakan morfem adalah bagian paling kecil dalam tata bahasa yang

mempunyai pelafalan dan arti [语素是最小的语音语 结 体,是最小的语法

单 ]. Fungsi morfem adalah membentuk kata. Berdasarkan kemampuannya

dalam membentuk kalimat, morfem dibagi menjadi dua jenis, yaitu morfem bebas

dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang bisa berfungsi sebagai

kata, misalnya 人 (ren) 高 (gao) 山 (shan). Morfem terikat adalah morfem

yang tidak dapat berfungsi sebagai menjadi kata, baru setelah bergabung dengan

kata lain ia membentuk kata, misalnya 民 (min) 机 (ji) dan 丽 (li). Yongxin

(2005:2) juga menyatakan bahwa morfem adalah satuan terkecil pembentuk kata

yang mmpunyai bunyi dan arti.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

morfem adalah satuan yang terkecil dalam tata bahasa yang mempunyai makna

dan pelafalan yang berfungsi untuk membentuk kata.

2.3.3 Definisi Kata

Menurut Crystal (1980:383-385), kata adalah satuan ujaran yang

mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa

lisan maupun dalam bahasa tulisan. Muslich (2008:5) juga menyatakan bahwa

(24)

Suparto (2003) memberi definisi bahwa kata dalah bagian yang terkecil

dari bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri sendiri. Sedangkan Yongxin

(2005:2) menyatakan bahwa kata adalah satuan terkecil bahasa yang bisa berdiri

sendiri, mempunyai arti dan bisa digunakan untuk membentuk kalimat. Misalnya:

kata “农 民” dibaca nong min adalah satu kata, karena mempunyai arti

“pekerja yang menggeluti pekerjaan agrikultur jangka panjang”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan terkecil dalam tata

bahasa yang mempunyai arti serta dapat berdiri sendiri yang nantinya digunakn

untuk membentuk suatu kalimat.

2.3.4 Kelas kata

Istilah kelas kata disebut juga dengan jenis kata, dalam bahasa Mandarin

disebut ci lei ming cheng [词类 称] atau didalam bahasa Inggris disebut dengan

parts of speech. Muslich (2008:110), jenis kata ialah golongan kata yang

mempunyai kesamaan bentuk, fungsi, dan perilaku sintaksisnya.

2.3.4.1Kelas Kata Bahasa Mandarin

Menurut Yongxin (2005:11-56), pembagian kelas kata dalam bahasa Mandarin

adalah sebagai berikut:

1. Kata Benda ( 词= ming ci)

Kata Benda menyatakan orang, benda, waktu dan tempat, dan lain-lain,

(25)

学生 (xue sheng= pelajar),电话 (dian hua= telepon),教师 (jiao shi=

pengajar),汽车 (qi che= mobil), dan lain-lain.

2. Kata Bilangan (数词= shu ci) dan Kata Bantu Bilangan (助量词= liang ci)

Kata Bilangan adalah kata yang menyatakan angka-angka. Kata bantu

bilangan adalah kata yang menyatakan satuan kegiatan atau benda. Contoh

kata bilangan seperti:

一 (yi= Satu), 四 (si= empat), 四分之一 (si fen zhi yi= seperempat), 分

之一 (san fen zhi yi= sepertiga), dan lain-lain.

Contoh kata bantu bilangan seperti:

个 (ge= sebuah [digunakan untuk semua benda]), 朵 (duo= sekuntum),

(zhi= seekor), (ben= sebuah[klasifikasi kata untuk buku]), dan lain-lain.

3. Kata Kerja (动词= dong ci)

Menyatakan tindakan, tingkah laku atau perubahan dari tindakan yang

dilakukan orang atau benda, seperti:

去 (qu= pergi), 教 (jiao= mengajar), 帮助 (bang zhu= menolong), 学

(xue xi= belajar), dan lain-lain.

4. Kata Sifat (形容词= xing rong ci)

Kata sifat adalah kata yang mendeskripsikan bentuk, kualitas, gerakan,

tingkah laku, perubahan suatu benda atau orang. Contoh:

大 (da= besar), 冷 (leng= dingin), 净 (gan jing= bersih), 高 (gao

xing= gembira), dan lain-lain.

(26)

Kata keterangan adalah kata yang menyatakan tindakan, tingkah laku,

perubahan waktu, lingkup, kualitas, dan keadaan. Contoh:

(bu= tidak), 都 (dou= semua), 在 (zheng zai= sedang), 一 (yi qi=

bersama), dan lain-lain.

6. Kata Ganti ( 词= dai ci)

Kata ganti adalah kata yang mewakili/ menggantikan kata benda, kata

kerja, kata sifat, dan lain-lain. Contoh:

(wo= saya), 你 (ni= kamu), 儿 (zhe er= ini), 样 (zhe yang=

begini), dan lain-lain.

7. Kata Depan (介词= jie ci)

Kata depan adalah kata yang diletakkan di depan kata benda, kata ganti

atau frasa, membentuk frasa kata depan, yang bersama-sama menyatakan

arah , obyek, waktu, tempat, dan lain-lain. Contoh:

在 (zai= di, berada), 从 (cong= dari), 对 (dui= terhadap), 跟 (gen=

dengan), dan lain-lain.

8. Kata Sambung (连词= lian ci)

Kata sambung adalah kata semu yang menyambungkan kata, frasa, atau

klausa. Contoh:

和 (he= dan), 或 (huo= atau), 而 (er= dan), (yu= dan), dan lain-lain.

9. Kata Bantu (助词= zhu ci)

Kata bantu adalah kata yang ditambahkan pada kata, frasa, atau kalimat,

(27)

地 (de= digunakan di depan kata kerja atau kata sifat, menyatakan unsur di

depannya adalah keterangan yang menerangkan kata kerja atau kata sifat

tersebut), 过(guo= diletakkan di belakang kata kerja, menjelaskan suatu

tindakan terjadi di masa lampau, atau menyatakan suatu pengalaman

pernah terjadi di masa lampau), 啊 (a= digunakan di akhir kalimat

pernyataan/deklaratif, menyatakan nada pasti, setuju, mendesak,

menasehati, dan lain-lain) 着 (zhe= ditambahkan di belakang kata kerja,

menyatakan kesinambungan suatu tindakan atau keadaan), dan lain-lain.

10.Kata Seru dan Kata Peniru Bunyi

Kata seru adalah kata yang menyatakan bunyi suatu seruan, teriakan, atau

respon terhadap sesuatu. Kata peniru bunyi merupakan kata yang

menirukan bunyi suatu benda atau gerakan. Contoh kata seru:

啊 (a= menyatakan keheranan, kekaguman), 呀 (ai ya= menyatakan

keheranan), 哈 (ha= mengembuskan napas), 哈 哈 (ha ha= menyatakan

puas), dan lain-lain.

Contoh kata peniru bunyi:

嗡 嗡 (weng weng= menyatakan bunyi gerakan), 哗 哗 (hua hua=

menyatakan bunyi alamiah seperti angin), 哈 哈 (ha ha= suara dari

gerakan/kegiatan manusia), (ding dang= suara dari benda), dan

(28)

2.3.4.2Kelas Kata Bahasa Indonesia

Keraf (dalam Muslich, 2008) dalam penjenisan kata, beliau menggunakan

kriteria kesamaan morfem-morfem yang membentuk kata-kata itu, atau

juga kesamaan ciri dan sifat dalam membentuk kelompok katanya.

Berdasarkan kriteria tersebut, kata bahasa Indonesia dapat digolongkan

menjadi empat jenis berikut ini.

1. Kata Benda (Nomina)

Kata benda adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau

diperluas dengan “yang + kata sifat”. Misalnya:

Gunung yang tinggi, buku yang tebal, jembatan yang kuat, perbuatan yang

baik, dan lain-lain.

2. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan

kelompok kata “dengan + kata sifat”. Misalnya:

membaca dengan teliti, berjalan dengan cepat, duduk dengan santai,

belajar dengan rajin, dan lain-lain.

3. Kata Sifat (Ajektival)

Kata sifat adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk “se +

reduplikasi + nya, serta dapat diperluas dengan: paling, lebih, sekali.

Misalnya:

se-kuat-kuat-nya paling sempurna

se-besar-besar-nya lebih besar

(29)

4. Kata Tugas

Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis

kata, atau menjadi subgolongan jenis-jenis kata di atas. Contoh:

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan

deskriptif komparatif. Data-data yang berkaitan dengan bentuk kata ulang, baik itu

pengulangan kata dasar maupun bentuk yang telah mengalami proses morfologis

dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia akan diteliti dalam pendekatan

deskriptif komparatif ini.

Pendekatan deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya

(Best,1982:119). Sedangkan Pendekatan komparatif merupakan penelitian yang

membandingkan antara dua bahasa yang berbeda yang kemudian disebut juga

sebagai Linguistik Kontrastif yang kemudian berkembang dengan istilah Analisis

Kontrastif. Dictionary of Language and Linguistics mendefinisikan Linguistik

Komparatif sebagai:

An approach to language studies in which sets of phonological, grammatical and lexical correspondence between different periods in the historical development of one language are listed and classified.

(31)

3.2 Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam membahas dan

memecahkan masalah penelitian ini adalah metode Library Research (studi

kepustakaan) yaitu pengumpulan data-data dan informasi yang diperlukan itu

bersumber dari bahan-bahan kepustakaan, yang ada kaitannya dengan kata ulang

baik dalam bahasa Mandarin maupun dalam bahasa Indonesia, dan juga melalui

penelusuran media internet.

Dengan langkah seperti berikut:

1. Mengumpulkan data dari buku-buku yang berkaitan dengan proses

pengulangan, morfologi, morfem, kata, dan analisis kontrastif dalam

bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.

2. Setelah itu penulis akan mengadakan penyeleksian data yang dimulai dari

kelompok kata ulang bentuk dasar, bentuk yang sudah mengalami proses

morfologis dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.

3.3 Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis mendeskripsikan data yang ada dan

selanjutnya diberikan perbedaan dan persamaan bentuk kata ulang dalam bahasa

Mandarin dan bahasa Indonesia. setelah itu membuat kesimpulan dari semua data

yang ada, agar diketahui proses morfologis pembentukan kata ulang bahasa

(32)

3.4 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Data Primer yaitu data utama dari penelitian ini yang akan dijadikan

sebagai data yang akan dianalisis nantinya, penulis mencari kata ulang dari

teks-teks dalam buku:

Nama buku : Hanyu Qiao Liang (shang)

Penerbit : Beijing Language and Culture University Press 2006

Cover buku : warna hijau muda dan ada bangunan tembok china

Jumlah halaman : 306 halaman

Nama buku : Tajuk Bahasa Indonesia

Penerbit : Bandung, Sinergi Pustaka Indonesia, 2008

Cover buku : warna hijau lumut

Jumlah halaman : 210 halaman

2. Data Sekunder yaitu data pendukung yang ada kaitannya dengan

pengulangan bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia, seperti buku:

Linguistik Suatu Pengantar, Tata Bahasa Mandarin Itu Mudah, Asas-asas

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Pembentukan Pengulangan Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia

Muslich (2008:48) menyatakan bahwa proses pengulangan atau

reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk

dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak,

baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Menurut Chaer (2007:182)

pengulangan adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara

keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.

Muslich (2008:52-55) mengemukakan jenis pengulangan didasarkan pada

bagaimana bentuk dasar kata ulang itu diulang. Jenis pengulangannya ada empat

yaitu:

1. Pengulangan seluruh

Yaitu pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa

berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem.

Contohnya:

 Batu-batu

 Satuan-satuan 2. Pengulangan sebagian

Yaitu pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan

fonem.

(34)

 Berlari-lari

 Terguling-guling

3. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks.

Yaitu pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks

secara bersama-sama atau serentak dan bersama-sama pula mendukung

satu arti.

Contohnya:

 Rumah-rumahan

 Kekuning-kuningan

4. Pengulangan dengan perubahan fonem

Yaitu pengulangan bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem.

Contohnya:

 Gerak-gerik

 Sayur-mayur

Verhaar (2001:152) mengemukakan ada lima bentuk pengulangan dalam

bahasa Indonesia yaitu:

1. Dwilingga, yakni pengulangan morfem asal.

Contohnya:

 Meja-meja

 Kursi-kursi

2. Dwilingga saling swara, yakni pengulangan morfem asal dengan

perubahan vokal dan fonem lainnya.

(35)

 Bolak-balik

 Mondar-mandir

3. Dwipurwa, yakni pengulangan silabel pertama.

Contohnya:

 Lelaki

 Pepatah

4. Dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir kata.

Contohnya:

 Perlahan-lahan

 Sekali-kali

5. Trilingga, yakni pengulangan morfem asal sampai dua kali.

Contohnya:

 Cas-cis-cus

 Ngak-ngik-ngok

4.1.1. Pembentukan Pengulangan Bahasa Mandarin Berdasarkan Kelas Katanya

Suparto (2003:31;75;89;117) menyatakan bahwa dalam bahasa Mandarin

ada empat jenis pengulangan berdasarkan kelas katanya, yaitu:

1. Pengulangan kata benda

Kata benda adalah kata yang menyatakan orang, benda, waktu, dan

tempat. Dalam kata benda terdapat pengulangan kata benda

monosilabel, yaitu pengulangan kata benda pada satu suku kata.

(36)

Contoh:

a. /tian tian/ ‘hari-hari’

/tian/ + /tian//tian tian/

nomina nomina pola AA

/tian tian/ adalah pengulangan yang terbentuk dari nomina /tian/

yang artinya ‘hari’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem asal dari pola A menjadi pola AA. Terdiri

dari dua buah morfem bebas yaitu; /tian/ + /tian/ sehingga

berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang bermakna jamak

yakni ‘setiap hari’.

b. /ren ren/ 人人 ‘orang-orang’

/ren/ + /ren/人 /ren ren/人人

nomina nomina pola AA

/ren ren/ adalah pengulangan yang terbentuk dari nomina /ren/

yang artinya ‘orang’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem asal dari pola A menjadi pola AA. Terdiri

dari dua buah morfem bebas yaitu; /ren/ + /ren/ sehingga berfungsi

sebagai pembentuk kata ulang yang bermakna jamak yakni ‘setiap

orang atau banyak orang’.

c. /xing xing/ 星星 ‘bintang-bintang’

/xing/ + /xing/星 /xing xing/星星

nomina nomina pola AA

/xing xing/ adalah pengulangan yang terbentuk dari nomina /xing/

yang artinya ‘bintang’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

(37)

dari dua buah morfem bebas yaitu; /xing/ + /xing/ sehingga

berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang bermakna jamak

yakni ‘banyak bintang’.

2. Pengulangan kata bantu bilangan

Kata bantu bilangan adalah kata yang menyatakan satuan atau unit

dari orang atau benda.

Kata bantu bilangan + kata bantu bilangan  pengulangan kata bantu bilangan

Contoh:

1. /ge ge/ 个个 哎setiap buah’

/ge/ 个 + /ge/ 个  /ge ge/ 个个

kata bantu bilangan + kata bantu bilangan pola AA

/ge ge/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata bantu bilangan

/ge/ yang artinya ‘sebuah’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu

diulangi yaitu; /ge/ + /ge/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk

kata ulang yang bermakna jamak yakni ‘setiap buah’.

2. /jia jia/ 家家 哎setiap buah’

/jia/ 家 + /jia/ 家  /jia jia/ 家家

kata bantu bilangan + kata bantu bilangan pola AA

/jia jia/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata bantu

bilangan /jia/ yang artinya ‘sebuah yaitu kata bantu bilangan untuk

(38)

toko, dan lain-lain’. Yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem asal dari pola A menjadi pola AA. Terdiri

dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu diulangi

yaitu; /jia/ + /jia/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang

yang bermakna jamak yakni ‘setiap buah’.

3. /zhang zhang/ 张张 哎setiap buah’

/zhang/ 张 + /zhang/ 张  /zhang zhang/

kata bantu bilangan + kata bantu bilangan pola AA

/zhang zhang/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata bantu

bilangan /zhang/ yang artinya ‘sebuah yaitu kata bantu bilangan

untuk golongan benda yang lebar dan pipih, misalnya; sebuah meja,

sehelai kertas, dan lain-lain’. Yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi pola

AA. Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu

diulangi yaitu; /zhang/ + /zhang/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang bermakna jamak yakni ‘setiap buah’.

3. Pengulangan kata kerja

Kata kerja adalah kata yang menyatakan gerakan, perubahan

keinginan, keberadaan, kemungkinan, arah, dan kepastian.

3.1. Pengulangan kata kerja monosilabel

Yaitu pengulangan kata kerja pada satu suku kata.

Contoh:

(39)

/yao/ + /yao/ 摇 /yao yao/ 摇摇

verba + verba pola AA

/yao yao/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/yao/ yang artinya ‘menggelengkan’, yang mengalami

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A

menjadi pola AA. Terdiri dari sebuah morfem terikat yang

kemudian morfem itu diulangi yaitu; /yao/ + / yao/ sehingga

berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan

waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

‘menggeleng-gelengkan’.

2. /shi shi/ 试试 ‘mencoba’

/shi/ + /shi/ 试 /shi shi/ 试试

verba + verba pola AA

/shi shi/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja /shi/

yang artinya ‘mencoba’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas yaitu; /shi/ + /shi/ sehingga

berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan coba

coba, yakni ‘mencoba-coba’.

3. /kan kan/ 看看 ‘melihat’

/kan/ + /kan/ 看 /kan kan/ 看看

verba + verba pola AA

/kan kan/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/kan/ yang artinya ‘melihat’, yang mengalami pengulangan

(40)

pola AA. Terdiri dari dua buah morfem bebas yaitu; /kan/ +

/kan/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

‘melihat-lihat’.

4. /zha zha/ 眨眨 ‘mengejapkan’

/zha/ + /zha/ 眨 /zha zha/ 眨眨

verba + verba pola AA

/zha zha/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/zha/ yang artinya ‘melihat’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari dua buah morfem bebas yaitu; /zha/ +

/zha/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

‘mengejapkan dengan sekilas’.

5. /xiao xiao/ 笑笑 ‘tertawa’

/xiao/ + /xiao/ 笑 /xiao xiao/ 笑笑

verba + verba pola AA

/xiao xiao/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/xiao/ yang artinya ‘tertawa’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari dua buah morfem bebas yaitu; /xiao/ +

/xiao/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

(41)

6. /liu liu/ 遛遛 ‘pergi’

/liu/ + /liu/ 遛 /liu liu/ 遛遛

verba + verba pola AA

/liu liu/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja /liu/

yang artinya ‘pergi’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem asal dari pola A menjadi pola AA. Terdiri

dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu diulangi

yaitu; /liu/ + /liu/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata

ulang yang menyatakan waktu suatu tindakan sangat pendek,

yakni ‘pergi sebentar’.

7. /ju ju/ 聚聚 ‘pergi’

/ju/ + /ju/ 聚 /ju ju/ 聚聚

verba + verba pola AA

/ju ju/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja /ju/

yang artinya ‘berkumpul’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari dua buah morfem bebas yaitu; /ju/ + /ju/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

‘berkumpul sebentar’.

8. /bang bang/ 帮帮 ‘membantu’

/bang/ + /bang/ 帮 /bang bang/ 帮帮

verba + verba pola AA

/bang bang/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

(42)

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian

morfem itu diulangi yaitu; /bang/ + /bang/ sehingga berfungsi

sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan waktu suatu

tindakan sangat pendek, yakni ‘membantu dengan sekejap’.

9. /wen wen/ 问问 ‘bertanya’

/wen/ + /wen/ 问 /wen wen/ 问问

verba + verba pola AA

/wen wen/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/wen/ yang artinya ‘bertanya’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari dua buah morfem bebas yaitu; /wen/ +

/wen/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan suatu tindakan coba-coba, yakni ‘mencoba

bertanya’.

10. /jian jian/ ‘bertemu’

/jian/ + /jian/ /jian jian/ verba + verba pola AA

/jian jian/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/jian/ yang artinya ‘bertemu’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian

(43)

sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan waktu suatu

tindakan sangat pendek, yakni ‘bertemu sebentar’.

11. /zhao zhao/ 照照 ‘memotret’

/zhao/ + /zhao/ 照 /zhao zhao/ 照照

verba + verba pola AA

/zhao zhao/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/zhao/ yang artinya ‘memotret’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian

morfem itu diulangi yaitu; /zhao/ + /zhao/ sehingga berfungsi

sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan suatu tindakan

coba-coba, yakni ‘mencoba memotret’.

12. /ting ting/ ‘mendengar’

/ting/ + /ting/ /ting ting/ verba + verba pola AA

/ting ting/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/ting/ yang artinya ‘mendengar’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari dua buah morfem bebas yaitu; /ting/ +

/ting/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

‘mendengar sekejap’.

13. /suan suan/ 算算 ‘menghitung’

/suan/ + /suan/ 算 /suan suan/ 算算

(44)

/suan suan/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/suan/ yang artinya ‘menghitung’, yang mengalami

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A

menjadi pola AA. Terdiri sebuah morfem terikat yang

kemudian morfem itu diulangi yaitu; /suan/ + /suan/ sehingga

berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan

suatu tindakan coba-coba, yakni ‘mencoba menghitung-hitung’.

14. /deng deng/ 等等 ‘menunggu’

/deng/ + /deng/ 等 /deng deng/ 等等

verba + verba pola AA

/deng deng/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/deng/ yang artinya ‘menunggu’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dua buah morfem bebas yaitu; /deng/ + /deng/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

‘mencoba menunggu sebentar’.

15. /hua hua er/ 画画儿 ‘menggambar’

/hua/ + /hua/ + /er/ 儿 /hua hua er/ 画画 儿

verba + verba pola AA+er

/hua hua er/ adalah pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/hua/ yang artinya ‘menggambar’, yang mengalami

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola A

(45)

ia berfungsi sebagai penegas kata sebelumnya. Terdiri dua

buah morfem bebas yaitu; /hua/ + /hua/ + /er/ sehingga

berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan

waktu suatu tindakan sangat pendek, yakni

‘menggambar-gambar’.

3.2. Pengulangan kata kerja disilabik

Yaitu pengulangan kata kerja pada dua suku kata.

Contoh:

1. /tuan ju tuan ju/ 团聚团聚 ‘berkumpul’

/tuan/ + /ju/ + /tuan/ + /ju/ 聚 /tuan ju tuan ju/ 团聚团聚

V + V + V + V pola ABAB

/tuan ju tuan ju/ pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/tuan ju/ yang artinya ‘berkumpul’, yang mengalami

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola

AB menjadi pola ABAB. Terdiri dari dua empat morfem bebas,

yaitu; /tuan/ + / ju/ + /tuan/ + / ju/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan waktu suatu tindakan

sangat pendek, yakni ‘berkumpul sebentar’.

2. /chang zhe chang zhe/ 唱着唱着

‘bernyanyi’

/chang/ + /zhe/ + /chang/ + /zhe/ 着 /chang zhe chang zhe/ 唱 着唱着

V + V + V + V pola ABAB

/chang zhe chang zhe/ pengulangan yang terbentuk dari kata

(46)

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola

AB menjadi pola ABAB. Terdiri dari dua empat morfem bebas,

yaitu; /chang/ + / zhe/ + /chang/ + /zhe/ sehingga berfungsi

sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan suatu tindakan

coba-coba, yakni ‘mencoba bernyanyi’.

3. /xiang zhe xiang zhe/ 想着想着

‘berpikir’

/xiang/ + /zhe/ + /xiang/ + /zhe/ 着 /xiang zhe xiang zhe /想着 想着

V + V + V + V pola ABAB

/xiang zhe xiang zhe/ pengulangan yang terbentuk dari kata

kerja /xiang zhe/ yang artinya ‘berpikir’, yang mengalami

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola

AB menjadi pola ABAB. Terdiri dari dua empat morfem bebas,

yaitu; /xiang/ + / zhe/ + /xiang/ + /zhe/ sehingga berfungsi

sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan suatu tindakan

coba-coba, yakni ‘mencoba berpikir’.

4. /ting zhe ting zhe/ 着 着 ‘mendengar’

/ting/ + /zhe/ + /ting/ + /zhe/ 着 /ting zhe ting zhe/ 着 着

V + V + V + V pola ABAB

/ting zhe ting zhe/ pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/ting zhe/ yang artinya ‘mendengar’, yang mengalami

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola

(47)

yaitu; /ting/ + /zhe/ + /ting/ + /zhe/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan waktu suatu tindakan

sangat pendek, yakni ‘mendengar sebentar’.

5. /shuo shuo hua/ 话 ‘mengobrol’

/shuo/ + /shuo/ + /hua/ 话 /shuo shuo hua/

V + V + V + V pola AAB

/shuo shuo hua/ pengulangan yang terbentuk dari kata kerja

/shuo hua/ yang artinya ‘mengobrol’, yang mengalami

pengulangan seluruh atau pengulangan morfem asal dari pola

AB menjadi pola AAB. Polanya tidak sama dengan ABAB,

karena kata /shuo hua/ merupakan kata yang bisa dipisah dan

ditambahkan dengan kata lain. Terdiri dari dua empat morfem

bebas, yaitu; /shuo/ + / shuo/ + /hua/ sehingga berfungsi

sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan waktu suatu

tindakan sangat pendek, yakni ‘mengobrol sebentar’.

4. Pengulangan kata sifat

Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau kondisi dari orang

atau benda.

4.1. Pengulangan kata sifat monosilabel

Yaitu pengulangan kata sifat pada satu suku kata.

Contoh:

1. /kuai kuai/ 快快 ‘cepat-cepat’

/kuai/ + /kuai/ 快 /kuai kuai/ 快快

(48)

/kuai kuai/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /kuai/

yang artinya ‘cepat’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /kuai/ + /kuai/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

cepat’.

2. /rong rong/ 容容 ‘sabar-sabar’

/rong/ + /rong/ 容 /rong rong/ 容容

kata sifat + kata sifat pola AA

/rong rong/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /rong/

yang artinya ‘sabar’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu

diulangi, yaitu; /rong/ + /rong/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan makna suatu tingkatan

atau derajat, yakni ‘sangat sabar’.

3. /man man/ 慢慢 ‘lambat-lambat’

/man/ + /man/ 慢 /man man/ 慢慢

kata sifat + kata sifat pola AA

/man man/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /man/

yang artinya ‘lambat’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

(49)

diulangi, yaitu; /man/ + /man/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan makna suatu tingkatan

atau derajat, yakni ‘sangat lambat’.

4. /jing jing/ 静静 ‘tenang’

/jing/ + /jing/ 静 /jing jing/ 静静

kata sifat + kata sifat pola AA

/jing jing/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /jing

jing/ yang artinya ‘tenang’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian

morfem itu diulangi, yaitu; /jing/ + /jing/ sehingga berfungsi

sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan makna suatu

tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat tenang’.

5. /bai bai/ 白白 ‘putih-putih’

/bai/ + /bai/ 白 /bai bai/ 白白

kata sifat + kata sifat pola AA

/bai bai/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /bai/

yang artinya ‘putih’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /bai/ + /bai/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

putih’.

(50)

/kong/ + /kong/ 空 /kongi kong 空空

kata sifat + kata sifat pola AA

/kong kong/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /kong/

yang artinya ‘senggang’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /kong/ + /kong/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

senggang/sangat kosong’.

7. /da da/ 大大 ‘besar-besar’

/da/ + /da/ 大 /da da/ 大大

kata sifat + kata sifat pola AA

/da da/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /da/ yang

artinya ‘besar’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /da/ + /da/ sehingga

berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang menyatakan

makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat besar’.

8. /leng leng/ 冷冷 ‘dingin-dingin’

/leng/ + /leng/ 冷 /leng leng/ 快快

kata sifat + kata sifat pola AA

/leng leng/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /leng/

yang artinya ‘dingin’, yang mengalami pengulangan seluruh

(51)

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

dingin’.

9. /jiu jiu/ 久久 ‘lama’

/jiu/ + /jiu/ 久 /jiu jiu/ 久久

kata sifat + kata sifat pola AA

/jiu jiu/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /jiu/ yang

artinya ‘lama’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /jiu/ + /jiu/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

lama’.

10. /liang liang/ 亮亮 ‘terang-terang’

/liang/ + /liang/ 亮 /liang liang/ 亮亮

kata sifat + kata sifat pola AA

/liang liang/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /liang/

yang artinya ‘terang’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /liang/ + /liang/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

terang’.

(52)

/man/ + /man/ 满 /man man/ 满满

kata sifat + kata sifat pola AA

/man man/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /man/

yang artinya ‘man’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu

diulangi, yaitu; /man/ + /man/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan makna suatu tingkatan

atau derajat, yakni ‘sangat puas’.

12. /hao hao/ 好好 ‘baik-baik’

/hao/ + /hao/ 好 /hao hao/ 好好

kata sifat + kata sifat pola AA

/hao hao/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /hao/

yang artinya ‘baik’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /hao/ + /hao/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

baik’.

13. /zu zu/ 足足 ‘cukup’

/zu/ + /zu/ 足 /zu zu/ 足足

kata sifat + kata sifat pola AA

/zu zu/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /zu/ yang

(53)

Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem

tersebut diulangi, yaitu; /zu/ + /zu/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan makna suatu tingkatan

atau derajat, yakni ‘sangat cukup’.

14. /xiao xiao/ 小小 ‘kecil-kecil’

/xiao/ + /xiao/ 小 /xiao xiao/ 小小

kata sifat + kata sifat pola AA

/xiao xiao/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /xiao/

yang artinya ‘kecil’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /xiao/ + /xiao/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

kecil’.

15. /shen shen/ 深深 ‘dalam-dalam’

/shen/ + /shen/ 深 /shen shen/ 深深

kata sifat + kata sifat pola AA

/shen shen/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /shen/

yang artinya ‘dalam’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /shen/ + /shen/

sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

(54)

16. /zhang zhang/ 长长 ‘panjang-panjang’

/zhang/ + /zhang/ 长 /zhang zhang/ 长长

kata sifat + kata sifat pola AA

/zhang zhang/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat

/zhang/ yang artinya ‘panjang’, yang mengalami pengulangan

seluruh atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi

pola AA. Terdiri dari dua buah morfem bebas, yaitu; /zhang/ +

/zhang/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang yang

menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni ‘sangat

panjang’.

17. /xi xi/ 细细 ‘teliti’

/xi/ + /xi/ 细 /xi xi/ 细细

kata sifat + kata sifat pola AA

/xi xi/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /xi/ yang

artinya ‘teliti’, yang mengalami pengulangan seluruh atau

pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu

diulangi, yaitu; /xi/ + /xi/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan makna suatu tingkatan

atau derajat, yakni ‘sangat teliti’.

18. /qing qing/ 轻轻 ‘ringan-ringan’

/qing/ + /qing/ 轻 /qing qing/ 轻轻

(55)

/qing qing/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat /qing/

yang artinya ‘ringan’, yang mengalami pengulangan seluruh

atau pengulangan morfem bebas dari pola A menjadi pola AA.

Terdiri dari sebuah morfem terikat yang kemudian morfem itu

diulangi, yaitu; /qing/ + /qing/ sehingga berfungsi sebagai

pembentuk kata ulang yang menyatakan makna suatu tingkatan

atau derajat, yakni ‘sangat ringan’.

4.2. Pengulangan kata sifat disilabik

Yaitu pengulangan kata sifat pada dua suku kata.

Contoh:

1. /gao gao xing xing/ 高高 哎gembira’

/gao/ + /gao/ + /xing/ + /xing/ /gao gao xing xing/ 高 高

adj + adj + adj + adj pola AABB

/gao gao xing xing/ pengulangan yang terbentuk dari kata sifat

/gao xing/ yang artinya ‘gembira’, yang mengalami

pengulangan morfem dari pola AB menjadi ABAB. Terdiri dari

dua empat buah morfem terikat, yaitu; /gao/ + /gao/ + /xing/

+ /xing/ sehingga berfungsi sebagai pembentuk kata ulang

yang menyatakan makna suatu tingkatan atau derajat, yakni

‘sangat gembira’.

4.1.2. Pembentukan Pengulangan Bahasa Indonesia Berdasarkan Kelas Katanya

(56)

Terdapat pengulangan seluruh dalam kata bantu bilangan.

Kata bantu bilangan + kata bantu bilangan pengulangan kata

bantu bilangan

Contoh:

kuntum + kuntum  kuntum-kuntum

helai + helai  helai-helai 2. Pengulangan Kata Benda

Pengulangan kata benda dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Pengulangan Seluruh

nomina + nomina pengulangan kata benda

contoh:

dinding + dinding  dinding-dinding

barang + barang  barang-barang

lukisan + lukisan  lukisan-lukisan

awan + awan  awan-awan

piring + piring  piring-piring

buku + buku  buku-buku

seprai + seprai  seprai-seprai

b. Pengulangan dengan perubahan fonem

fonem awal + /e/ + nomina + an pengulangan nomina

fonem awal + /e/ + nomina + an pengulangan nomina

contoh:

(57)

r + /e/ + runtuh + an  reruntuhan

c. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks

nomina + nomina + sufiks pengulangan nomina

nomina + infiks + nomina pengulangan nomina

contoh:

kucing + kucing + an  kucing-kucingan

buah + buah + an  buah-buahan

3. Pengulangan kata kerja

Pada bahasa Indonesia, pengulangan kata kerja terbagi menjadi dua bagian,

yaitu:

1. Pengulangan seluruh

verba + verba pengulangan kata kerja

contoh:

manggut + manggut  manggut-manggut

putus + putus  putus-putus

2. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks

prefiks + verba + verba + sufiks pengulangan kata kerja

prefiks + verba + verba pengulangan kata kerja

verba + verba + sufiks pengulangan kata kerja

contoh:

ber + ubah + ubah + nya  berubah-ubahnya

ber + lari + lari  berlari-lari

(58)

4. Pengulangan Kata Sifat

Pengulangan kata sifat juga terbagi atas dua bagian, yaitu:

1. Pengulangan Seluruh

adjektiva + adjektiva pengulangan kata sifat

contoh:

kecil + kecil  kecil+kecil

baik + baik  baik+ baik

2. Pengulangan yang bekombinasi dengan afiks

prefiks + adj + adj + sufiks pengulangan kata sifat

prefiks + adj + adj pengulangan kata sifat

adj + adj + sufiks pengulangan kata sifat

contoh:

ke + kuning + kuning + an  kekuning-kuningan

ber + ramai + ramai  beramai-ramai

sakit + sakit + an  sakit-sakitan

4.2Analisis Kontrastif Pembentukan Pengulangan Bahasa Mandarin dan

Bahasa Indonesia

4.2.1 Perbedaan Pembentukan Pengulangan Bahasa Mandarin dan

Bahasa Indonesia

- Pada pengulangan kata bantu bilangan bahasa Mandarin semua dapat

(59)

Contoh:

Bahasa Mandarin Bahasa

Indonesia

个个(sebuah) sebuah-buah (x)

家家 (sebuah untuk prusahaan atau keluarga) (tidak ada)

- Pada pengulangan kata benda, bahasa mandarin cukup berpola AA

yaitu pengulangan seluruh, tidak ada pengulangan bentuk afiks,

sedangkan bahasa Indonesia pengulangan kata benda bentuknya ada

yang seluruh dan ada yang berkombinasi dengan afiks.

Contoh:

Bahasa Mandarin bahasa Indonesia

人人(orang-orang) seprai-seprai

(tidak ada) kucing-kucingan

(tidak ada) buah-buahan

- Pada pengulangan kata kerja bahasa Mandarin, terdapat satu pola yang

hanya mengulangi morfemnya saja yaitu pengulangan berpola ABAB,

sedangkan dalam bahasa Indonesia terdapat pengulangan seluruh dan

(60)

Contoh:

Bahasa Mandarin bahasa Indonesia

高高 (gembira) (tidak ada)

(tidak ada) berubah-ubahnya

(tidak ada) berlari-lari

(tidak ada) pukul-pukulan

- Pada pengulangan kata sifat bahasa Mandarin tidak ada yang

berkombinasi dengan a

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bahasa Inggris tingkat perbandingan disebut The Degree Comparison ( tingkat perbandingan) terbagi atas 3 (tiga) golongan, yaitu: (1) equal comparison (perbandingan

动 sh ŏu dòng) yaitu 窗户 chuāng hū dari tindakan (kata kerja 打破 dà pó ) , demikian juga halnya dalam bahasa Inggris, yang menjadi subyek dalam kalimat pasif di atas

Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis

Dengan bagan yang disusun seperti diatas memang dapat dibuktikan dengan nyata bahwa antara fonem bahasa Indonesia dengan pinyin bahasa Mandarin sama sekali

Sedangkan dalam bahasa Indonesia ‘pergi’ merupakan verba yang tidak memiliki penanda atau imbuhan karena hanya merupakan kata dasar bentuk tanya, jadi dari dua pola bentuk

Ini berarti orang Indonesia tidak sulit melafalkan bunyi-bunyi konsonan tersebut, karena konsonan bahasa Indonesia pun memiliki cara artikulasi yang sama seperti

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan kata kerja pasif dalam kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia baik persamaan maupun perbedaannya yang

Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis