BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang berada di Jalan Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah. Kampus ini sering dijuluki “Kampus Indonesia Mini” dikarenakan terjalinnya hubungan antar mahasiswa yang beraneka ragam suku, adat dan budaya dari seluruh Indonesia.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada mahasiswa yang dipilih sesuai kriteria responden. Sebelumnya peneliti menanyakan kesediaan responden untuk mengisi kuesioner, kemudian responden mengisi kuesioner yang diberikan melalui 2 (dua) cara yaitu pengisian kuisioner dalam bentuk hardcopy dan melalui google form yang terdapat pada email student (mail.uksw.edu). Bentuk hardcopy dibagikan peneliti secara langsung kepada responden yang dapat mengisi pada saat bersamaan, sedangkan kuesioner yang dibagikan melalui email hanya dikhususkan bagi responden yang tidak dapat meluangkan waktu mengisi kuisioner dengan meninggalkan identitas berupa nama, nomor induk mahasiswa dan nomor handphone yang bisa dihubungi. Kuesioner yang terkumpul sebanyak 158 kuesioner, tetapi hanya 150 kuesioner yang digunakan. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kuesioner yang kurang memenuhi kriteria responden, dan untuk memudahkan penelitian maka dibulatkan menjadi 150 kuesioner.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Kristen Satya Wacana. Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan, peneliti memperoleh gambaran umum berdasarkan karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, fakultas, tahun angkatan, pengeluaran, juga kategori dan merek produk palsu yang dibeli.
Tabel 5. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
Ukuran Sampel 150 100 1. Umur <20 tahun 21 – 24 tahun >25 tahun 85 59 6 56,7 39,3 4,0 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 62 88 41,3 58,7 3. Fakultas
Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan Fakultas Bahasa & Sastra
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Fakultas Hukum
Fakultas Biologi
Fakultas Pertanian dan Bisnis
Fakultas Teknik Elektro & Komputer Fakultas Teologi
Fakultas Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial & Komunikasi Fakultas Seni Pertunjukan
Fakultas Teknologi dan Informasi
7 3 37 7 3 6 1 12 11 15 3 38 4,7 2,0 24,7 4,7 2,0 4,0 0,7 8 7,3 10 2,0 25,3
Fakultas Ilmu Kesehatan Pasca Sarjana 4 3 2,7 2,0 4. Produk palsu yang paling sering dibeli
Sepatu Tas Pakaian Aksesoris Jam Tangan Lainnya 78 43 14 3 11 1 52 28,7 9,3 2,0 7,3 0,7
5. Pengeluaran per bulan < Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 – 2.500.000 Rp. 2.500.000 – 3.500.000 >Rp. 3.500.000 110 38 1 1 73 25 1 1 Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 5 diatas, jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu 88 orang dan laki-laki sebanyak 62 orang, dengan umur responden mulai dari 18 tahun sampai 27 tahun. Sebagian besar responden lebih banyak merupakan mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi yaitu sebesar 25,3% dan 24,7% mahasiswa dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Produk palsu yang paling sering dibeli oleh konsumen adalah sepatu (78%) dan tas (43%). Hasil pengolahan crosstabulasi data produk fashion palsu yang dibeli dan digunakan berdasarkan gender, dijelaskan bahwa mahasiswa laki-laki, yaitu sebanyak 44 orang membeli produk sepatu palsu, 10 orang membeli produk tas palsu, 4 orang membeli produk pakaian palsu, 1 orang membeli aksesoris palsu, dan 1 orang membeli topi palsu. Pada mahasiswa perempuan ada sebanyak 34 orang membeli produk sepatu palsu. 33 orang membeli tas palsu, 10 orang membeli pakaian palsu, dan 2 orang membeli aksesoris palsu.
4.2 Proses dan Hasil Analisis
1.2.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Konsep Butir Pertanyaan Validitas Reliabilitas
Pearson Correlation Keterangan (Cronbach’s - Alpha) Harga atas Kualitas HK1 .768** Valid .601 HK2 .497** Valid HK3 .686** Valid HK4 .536** Valid HK5 .600** Valid Perceived Risk PR1 .623** Valid .481 PR2 .554** Valid PR3 .353** Valid PR4 .439** Valid PR5 .644** Valid PR6 .572** Valid Integritas I1 .472** Valid .587 I2 .414** Valid I3 .544** Valid I4 .534** Valid I5 .645** Valid I6 .579** Valid I7 .105** Tidak Valid Norma Subjektif NS1 .554** Valid .221 NS2 .540** Valid NS3 .440** Valid NS4 .451** Valid NS5 .493** Valid Sikap SK1 .565** Valid .576
Konsumen SK2 .667** Valid SK3 .503** Valid SK4 .604** Valid SK5 .393** Valid SK6 .612** Valid SK7 .337** Valid
Sumber : Lampiran 5 dan Lampiran 6
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua pernyataan dinyatakan valid, kecuali butir pertanyaan ketujuh pada variabel integritas dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel yaitu
0.105 < 0.1603 sehingga perlu dihapus atau tidak digunakan sebagai instrument penelitian (Widiyanto, 2012).
Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cornbach’s Alpha pada masing-masing variabel harga atas kualitas, perceived risk, integritas, norma subjektif dan sikap konsumen adalah 0.601, 0.481, 0.587, 0.221, 0.576. Masing-masing nilai cornbach’s alpha tiap variabel lebih besar dari rtabel yaitu 0.1603, sehingga seluruh variabel dinyatakan reliable (Widiyanto, 2012).
1.2.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan data-data penelitian seperti nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi pada variabel Harga atas Kualitas, Perceived Risk, Integritas dan Norma Subjektif terhadap Sikap Konsumen Counterfeit Product. Pembahasan dalam analisis statistik deskriptif ini hanya indikator yang dinyatakan valid dari uji validitas sebelumnya.
a. Harga atas Kualitas
Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Harga atas Kualitas
Pernyataan Jawaban Responden Total
Rata-rata
1 2 3 4 5
Semakin tinggi harga produk palsu, semakin baik kualitas produk palsu
18 48 41 37 6 415 2,77
Harga dari produk palsu yang saya beli sebanding dengan kualitasnya (mutu, desain, bahan)
7 32 37 68 6 484 3,23
Untuk mendapat kualitas produk palsu yang lebih baik, maka harus membayar dengan harga lebih tinggi
10 45 34 52 9 455 3,03
Jika ada produk palsu dengan model/ design terbaru, saya tidak keberatan membeli dengan harga lebih mahal
9 57 55 23 6 410 2,73
Saat ini banyak produk palsu berkualitas baik yang hampir menyerupai aslinya, dan dijual dengan harga yang lebih mahal
4 16 42 72 16 530 3,53
Rata-rata variabel Harga atas Kualitas 458,8 3,058
Sumber : Lampiran 7
Pada Tabel 7 diatas, merupakan frekuensi jawaban responden tentang pernyataan variabel harga atas kualitas dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden. Dari hasil olah data dapat dilihat bahwa pengaruh harga atas kualitas pada setiap tanggapan responden memiliki nilai rata-rata tiap indikator antara 2,77 – 3,53, dengan nilai rata-rata tertimbang pada variabel ini adalah 3,058. Dari nilai ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana masih ragu-ragu mempertimbangkan harga atas kualitas dalam membeli dan menggunakan produk palsu. Terdapat dua indikator pada variabel harga atas kualitas yang menunjukkan bahwa
mahasiswa UKSW masih ragu menjadikan harga untuk mengetahui kualitas produk palsu pada pembelian dan penggunaan produk palsu, yaitu harga dari produk palsu yang dibeli sebanding dengan kualitasnya (mutu, desain, bahan). Indikator berikutntya adalah mahasiswa mengakui bahwa saat ini banyak produk palsu berkualitas baik yang hampir menyerupai aslinya, dan dijual dengan harga yang lebih mahal.
b. Perceived Risk
Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Perceived Risk
Pernyataan Jawaban responden Total
Rata-rata
1 2 3 4 5
Kualitas produk palsu tidak senyaman produk asli
2 26 25 67 30 547 3.65
Kualitas produk palsu tidak sebaik produk asli
2 8 17 81 42 603 4.02
Saya memilih menggunakan produk palsu, dan tidak peduli cara pandang orang lain terhadap saya
10 45 34 52 9 518 3.45
Saya berani membayar lebih mahal untuk kualitas produk palsu yang lebih tinggi
13 61 51 19 6 394 2.63
Dalam membeli produk palsu, saya khawatir bahwa produk tersebut tidak sesuai harapan saya
3 6 26 89 26 579 3.86
Saya kecewa jika produk palsu yang dibeli tidak sesuai dengan gambar di katalog
2 6 9 77 56 629 4.19
Rata-rata variabel Perceived Risk 545 3.63
Tabel 8 diatas merupakan frekuensi jawaban responden tentang pernyataan variabel perceived risk dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden. Dari hasil olah data dapat dilihat bahwa pengaruh perceived risk pada setiap tanggapan responden memiliki nilai rata-rata tiap indikator antara 2,63 – 4,19, dengan nilai rata-rata tertimbang pada variabel ini adalah 3,63. Nilai ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana setuju mempertimbangkan perceived risk dalam membeli dan menggunakan produk palsu. Terdapat indikator pada variabel perceived risk yang menunjukkan bahwa mahasiswa UKSW sebagai konsumen counterfeit product cenderung setuju terhadap penggunaan produk palsu, yaitu mereka menyadari bahwa kualitas produk palsu tidak sebaik produk asli dan konsumen merasa kecewa jika produk palsu yang dibeli tidak sesuai dengan gambar di katalog.
c. Integritas
Tabel 9. Statistik Deskriptif Variabel Integritas
Pernyataan Jawaban responden Total
Rata-rata
1 2 3 4 5
Kejujuran adalah hal yang penting dalam karakter seseorang
1 - 2 59 88 683 4.55
Setiap orang harus memiliki pengendalian diri agar dapat menghindari tindakan yang salah
- 1 7 75 67 658 4.39
Membeli produk palsu merupakan hal yang wajar
1 9 40 89 11 550 3.67
Membeli produk palsu bukanlah suatu tindakan yang melanggar hukum
6 23 53 55 13 496 3.31
Indonesia jika saya membeli produk palsu
Saya tidak takut membeli produk palsu karena tidak ada sanksi yang berlaku terhadap pembeli produk palsu
16 77 45 8 4 357 2.38
Rata-rata variabel Integritas 528 3.52
Sumber : Lampiran 7
Tabel 9 merupakan frekuensi jawaban responden tentang pernyataan variabel integritas yang didapatkan dari hasil kuesioner kepada responden. Berdasarkan hasil olah data, variabel integritas pada setiap tanggapan responden memiliki nilai rata-rata tiap indikator antara 2,38 – 4,55, dengan nilai rata-rata tertimbang pada variabel ini adalah 3,52. Nilai ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana setuju bahwa integritas mempengaruhi diri mereka terhadap sikap menggunakan produk palsu. Indikator dengan rata-rata tertinggi yaitu konsumen merasa setiap orang harus memiliki pengendalian diri agar dapat menghindari tindakan yang salah. Terdapat indikator pada variabel integritas yang menunjukkan bahwa mahasiswa UKSW sebagai pengguna counterfeit products setuju bahwa integritas memiliki peranan ketika diri mereka mempertimbangkan membeli dan menggunakan produk palsu. Indikator pertama yaitu konsumen sangat setuju bahwa kejujuran merupakan hal yang penting, dan konsumen sangat setuju bahwa setiap orang harus memiliki pengendalian diri terhadap sesuatu yang salah.
d. Norma Subjektif
Tabel 10. Statistik Deskriptif Variabel Norma Subjektif
Pernyataan Jawaban responden Total
Rata-rata
1 2 3 4 5
Pernahkah orang-orang disekitar (keluarga, teman, rekan kerja) anda menggunakan produk palsu?
- - 42 82 26 584 3.89
Pernahkah orang-orang disekitar (keluarga, teman, rekan kerja) anda menyarankan untuk membeli produk palsu?
1 17 85 47 - 478 3.19
Pernahkah anda mendapatkan informasi tempat penjualan produk palsu dari orang-orang disekitar (keluarga, teman, rekan kerja) anda ?
1 8 61 69 11 531 3.54
Pernahkah anda melihat para pakar seperti dokter, dosen, pejabat menggunakan produk palsu?
5 24 88 33 - 449 2.99
Pernahkah anda melihat berbagai penawaran produk palsu di media sosial (website, facebook, instagram, dll)
- - 16 64 70 654 4.36
Rata-rata variabel Norma Subjektif 539.2 3.60
Sumber : Lampiran 7
Pada tabel diatas, merupakan frekuensi jawaban responden tentang pernyataan variabel norma subjektif yang didapatkan dari hasil kuesioner kepada responden. Berdasarkan hasil olah data, norma subjektif pada setiap tanggapan responden memiliki nilai rata-rata tiap indikator antara 2,99 – 4,36 dengan nilai rata-rata tertimbang pada variabel ini adalah 3,60. Nilai ini menunjukkan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana setuju bahwa terdapat pengaruh dari
norma subjektif ketika mempertimbangkan diri mereka untuk membeli dan menggunakan produk palsu. Terdapat beberapa indikator pada variabel norma subjektif yang menunjukkan bahwa mahasiswa UKSW sebagai pengguna counterfeit products setuju terhadap pembelian dan penggunaan produk palsu, yaitu mereka selalu melihat berbagai penawaran produk palsu di media sosial (website, facebook, instagram, dll), dan orang-orang disekitar (keluarga, teman, rekan kerja) mereka juga menggunakan produk palsu.
e. Sikap Konsumen Counterfeit Product
Tabel 11. Statistik Deskriptif Variabel Sikap Konsumen
Pernyataan Jawaban responden Total
Rata-rata
1 2 3 4 5
Saya suka membeli produk palsu - 2 86 52 10 520 3.47
Saya suka membeli produk palsu karena terdapat merek terkenal
4 31 56 52 7 477 3.18
Membeli produk palsu sangat menguntungkan saya sebagai konsumen
1 2 48 82 17 562 3.75
Saat menggunakan produk palsu, saya tetap merasa percaya diri
3 9 56 68 14 531 3.54
Membeli produk palsu bukanlah sesuatu yang salah
- 2 45 86 17 568 3.79
Saya akan merekomendasikan produk palsu kepada orang lain
7 44 67 29 3 427 2.85
Saya merasa puas dengan kualitas produk palsu
- 4 69 60 7 540 3.60
Rata-rata variabel Sikap Konsumen 517 3.45
Tabel 11 diatas merupakan frekuensi jawaban responden tentang pernyataan variabel sikap konsumen dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden. Berdasarkan hasil olah data dapat dilihat bahwa sikap konsumen pada setiap tanggapan responden memiliki nilai rata-rata 2,85 – 3,79 dengan nilai rata-rata-rata-rata tertimbang pada variabel ini adalah 3,45. Dari nilai ini dapat diketahui bahwa sikap mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana setuju dan mendukung penggunaan produk palsu. Variabel sikap diukur dengan menggunakan 7 indikator. Pada hasil analisis deskriptif yang mengukur variabel sikap konsumen terdapat 2 indikator yang menunjukan mahasiswa UKSW memiliki sikap yang mendukung pembelian counterfeit product. Pertama, mahasiswa setuju bahwa membeli produk palsu sangat menguntungkan mereka sebagai konsumen. Kedua, mahasiswa menganggap bahwa membeli produk palsu bukanlah sesuatu yang salah, tetapi dalam hal ini mahasiswa masih ragu merekomendasikan produk palsu kepada orang lain.
1.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas
N K-S Asymp. Sig 2-tailed
150 0,033 0,2
Sumber : Lampiran 8
Pada hasil uji normalitas dalam penelitian ini, tampak 4 variabel residual yang diuji seluruhnya dengan uji Kolmogorov dan Smirnov. Nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yang ditunjukkan dengan nilai signifikasi (Asymp. Sig 2-tailed) sebesar 0,2, yang berarti bahwa secara keseluruhan berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2. Hasil Uji Heroskedastisitas
Pada Gambar 2 hasil pengujian heteroskedastisitas diatas, dapat dilihat bahwa grafik plot tidak menunjukkan pola yang jelas atau tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi. Sehingga model layak digunakan untuk memprediksi sikap konsumen counterfeits product.
c. Uji Multikolinearitas
Tabel 13. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collinearity Statistic
Tolerance VIF
Harga atas Kualitas 0,906 1,104
Perceived Risk 0,962 1,040
Integritas 0,913 1,095
Norma Subjektif 0,967 1,034
Pada uji multikolinearitas menunjukkan bahwa model penelitian tidak terdeteksi multikolinearitas, ditunjukkan dengan nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 (Sufren dan Yonathan, 2013). Berdasarkan hasil pengujian tersebut, semua varieabel bebas pada penelitian ini tidak terdeteksi multikolinearitas karena memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10. Sehingga antar variabel bebas dalam model regresi yang diuji tidak terjadi multikolinearitas.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 14. Hasil Uji Autokorelasi
Model N Durbin-Watson dl du 4-dl 4-du
1 150 1,942 1,678 1,788 2,321 2,212
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada Tabel 14, yang menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,942. D-W tabel pada = 0.05, n = 150 dan k (jumlah variabel bebas) = 4 maka nilai dL = 1,678 dan dU = 1,788 yang artinya du < d < (4-du) yaitu 1,788 < 1,942 < 2,212. Dengan demikian berdasarkan nilai Durbin-Watson tersebut, maka model regresi yang diuji dinyatakan tidak terdapat autokorelasi.
1.3 Pengujian Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini ada empat hipotesis yang diuji dengan uji regresi linear berganda. Pada tabel 15 dibawah ini, dapat menjelaskan tentang model persamaan regresi linear berganda dan hasil uji t yang digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis
Tabel 15. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel Unstandardized Coefficient B
t Sig.
Konstanta 7,103 2.420 .017
Harga atas Kualitas .043 .613 .541
Perceived Risk .085 1.145 .254
Integritas .375 4.769 .000
Norma Subjektif .337 2.707 .008
Sumber : Lampiran 9
1.3.1 Hasil Uji Statistik t
Berdasarkan pengelohan data pada Tabel 15, dengan menggunakan derajat kebebasan (dF = n – k – 1 yaitu dF = 150 – 5 – 1 = 145) dan taraf signifikasi α = 0,05, maka diperoleh t tabel sebesar 1,976.
1.3.2 Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menunujukkan apakah semua variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen, dan model yang diuji layak untuk diteruskan dengan mengunakan tingkat signifikan α = 0,05. Berdasarkan perhitungan pada Ftabel, dengan melihat
nilai derajat kebebasan dF1 = (jumlah variabel – 1) dan nilai dF2 = (jumlah sampel - jumlah
variabel – 1) maka nilai dF2 = 150 – 5 – 1 = 144 dengan taraf signifikasi α = 0,05, maka
diperoleh Ftabelsebesar 2,4
Tabel 16. Hasil Uji F (Signifikasi Simultan (Anova)
Model F
1 10,436
Sumber : Lampiran 9
Variabel independen yaitu Harga atas Kualitas, Perceived Risk, Integritas dan Norma Subjektif dapat menjelaskan atau menerangkan variabel dependen, yaitu Sikap Konsumen. Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai Fhitung > nilai Ftabel maka dapat diterima. Berdasarkan
tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai Fhitung (10,436) > 2,43, nilai tersebut menyatakan bahwa
ada pengaruh antara Harga atas Kualitas, Perceived Risk, Integritas dan Norma Subjektif terhadap Sikap Konsumen, sehingga model penelitian ini dapat diterima dan layak untuk diteruskan.
1.3.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel 17. Hasil Uji R2
Model Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,202 2,536
Sumber: Lampiran 9
Pada hasil uji determinasi, nilai pada Adjusted R Square sebesar 0,202 (20,2%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan model dalam menerangkan variable inpendent (X1, X2, X3dan
X4) terhadap variabel dependent (Y) sebesar 20,2%, sedangkan 79,8% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti. Pengaruh dari variabel lain tersebut diperkirakan seperti kepribadian, motivasi, kontrol perilaku, personal gratification, previous experience, kelas sosial, budaya, demografi dan lainnya. Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 15, maka diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
4.4 Pembahasan
Pengaruh harga atas kualitas terhadap Sikap Konsumen Counterfeit Product
Menurut Kotler (1997), konsumen yang tidak dapat menilai kualitas produk karena tidak mempunyai informasi atau keterampilan, maka menjadikan harga sebagai indikator untuk menilai kualitas. Jika konsumen tahu bahwa ada keterkaitan positif antara harga-kualitas dalam pasar produk, mungkin sekali konsumen akan menjadikan harga sebagai indikator kualitas (Monroe, 1992). Hal-hal seperti pengalaman pribadi dan pemasaran langsung dapat membentuk sikap konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2007). Berdasarkan hasil yang telah diuji, nilai signifikasi variabel harga atas kualitas memiliki thitung < tTabel yaitu 0,613 < 1,976, maka H1
ditolak dan dinyatakan bahwa Harga atas Kualitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Sikap Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa sikap mahasiswa sebagai konsumen counterfeit products tidak dipengaruhi oleh pertimbangan mahasiswa tentang indikator harga dalam mengukur kualitas khususnya pada pembelian dan penggunaan produk fashion palsu.
Berdasarkan Tabel 7 hasil statistik deskriptif, hal-hal yang merupakan pengaruh pemasaran langsung melalui penetapan harga psikologis seperti harga atas kualitas (Kotler, 2009), dalam penelitian ini dijadikan indikator untuk mengukur sikap konsumen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsumen mengetahui bahwa saat ini banyak produk fashion palsu berkualitas baik yang hampir menyerupai produk asli dijual dengan harga yang lebih mahal. Indikator lainnya menunjukkan bahwa konsumen cenderung setuju jika mereka ingin mendapatkan kualitas produk fashion palsu yang lebih baik, maka konsumen harus membayar dengan harga yang lebih mahal. Adapun indikator lainnya berupa pengalaman pribadi konsumen, yang menunjukkan bahwa konsumen setuju bahwa harga produk fashion palsu yang dibayarkan
sesuai dengan kualitas yang diterima. Melihat kembali nilai Unstandardized Coefficients hipotesis pertama yang memiliki nilai positif sebesar 0,043, ini menunjukkan bahwa dalam hal pembelian produk fashion palsu konsumen menyadari adanya hubungan positif antara harga dan kualitas, meskipun demikian sikap mereka terhadap produk palsu tidak dipengaruhi oleh pertimbangan harga atas kualitas tersebut.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Nursaidah (2013), yang melakukan penelitian serupa dengan kategori produk VCD/ DVD bajakan. Penelitiannya menunjukkan bahwa harga atas kualitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap konsumen VCD/ DVD bajakan, konsumen mengetahui adanya hubungan antara harga dan kualitas, tetapi dalam hal pembelian VCD/ DVD music bajakan, harga atas kualitas tidak dipertimbangkan lagi oleh konsumen. Berbeda dengan hasil temuan de Matos et al. (2007), yang menunjukkan bahwa harga atas kualitas berpengaruh signifikan, dimana palsu dengan harga yang rendah dianggap berkualitas rendah sedangkan harga yang lebih tinggi dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi.
Pengaruh Perceived Risk terhadap Sikap Konsumen Counterfeit Product
Pada hipotesis kedua menyatakan perceived risk berpengaruh tidak signifikan terhadap sikap konsumen counterfeit product. Berdasarkan hasil yang telah diuji, variabel perceived risk memiliki nilai thitung< tTabel yaitu 1,145 < 1.976, maka H2ditolak dan dinyatakan perceived risk
tidak signifikan mempengaruhi Sikap Konsumen counterfeit product. Pada hasil uji regresi berganda lainnya, dengan melihat nilai Unstandardized Coefficients dari hipotesis kedua ini bernilai positif sebesar 0,085 yang menunjukkan bahwa mahasiswa merasakan pengaruh positif
dari perceived risk terhadap sikap pembelian produk palsu tetapi mahasiswa tidak lagi memperdulikan konsekuensi dari risiko yang diterima ketika membeli produk palsu.
Teori perceived risk atau risiko yang dirasakan dikemukakan oleh Shiffman & Kanuk (2007), dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang dihadapi konsumen apabila mereka tidak dapat memprediksi atau meramalkan konsekuensi dari sebuah keputusan pembelian. Dari hasil analisis regresi berganda pada variabel perceived risk, menunjukkan bahwa perceived risk tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen counterfeit products. Hal ini dikarenakan mahasiswa sebagai konsumen counterfeit products tidak lagi mempertimbangkan perceived risk atau mengevaluasi adanya risiko yang akan diterima jika mereka membeli dan menggunakan produk fashion palsu.
Berdasarkan Tabel 8, hasil statistik deskriptif variabel perceived risk, terdapat indikator-indikator yang memiliki rata-rata tertimbang tertinggi dalam hal penerimaan risiko yang tidak dipertimbangkan lagi oleh konsumen dalam menunjukkan sikap mereka terhadap produk fashion palsu. Indikator pertama yaitu konsumen telah mengetahui bahwa kualitas produk palsu tidak sebaik produk asli. Schiffman dan Kanuk (2007), tingkat risiko yang dirasakan dapat dipengaruhi oleh situasi berbelanja salah satunya adalah melalui katalog. Dalam membeli produk fashion palsu, hal tersebut ditunjukkan dalam indikator dengan rata-rata tertinggi, dimana konsumen sangat setuju akan merasa kecewa jika produk fashion palsu yang dibeli tidak sesuai dengan gambar dikatalog. Salah satu tipe risiko yang dirasakan adalah risiko sosial (Schiffman dan Kanuk, 2007), risiko dimana akan menimbulkan rasa malu dalam lingkungan sosial ketika konsumen memilih menggunakan produk fashion palsu, sehingga hasilnya mahasiswa masih memperdulikan cara pandang orang lain terhadap diri mereka ketika menggunakan produk fashion palsu. Adapun cara konsumen menghindari risiko (Schiffman dan Kanuk, 2007),
mahasiswa sebagai konsumen counterfeit product memilih membeli produk fashion palsu yang lebih mahal untuk mendapatkan kualitas produk palsu yang lebih baik. Meskipun demikian, sebesar apapun risiko-risiko yang diterima dan dirasakan oleh konsumen tidak akan mempengaruhi sikap mereka dalam membeli dan menggunakan produk fashion palsu.
Hasil ini sesuai dengan temuan de Matos et al. (2007) di Brazil, yang melakukan penelitian serupa. Penelitiannya membuktikan bahwa perceived risk tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen. Berbeda dengan temuan Nursaidah (2013), yang sebaliknya menunjukkan bahwa perceived risk berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen VCD/ DVD bajakan. Konsumen yang membeli produk tersebut memprediksi dan mengetahui risiko yang akan diterima.
Pengaruh Integritas terhadap Sikap Konsumen Counterfeit Product
Hipotesis ketiga menyatakan integritas berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen counterfeits product. Berdasarkan hasil yang telah diuji, variabel integritas memiliki thitung >
tTabel yaitu 4,769 > 1,976, maka H3 dapat diterima dan integritas dinyatakan berpengaruh
signifikan terhadap Sikap Konsumen. Hasil uji regresi berganda lainnya pada variabel integritas, yang menunjukkan bahwa integritas memiliki pengaruh terhadap sikap konsumen counterfeit product. Berdasarkan nilai Unstandardized Coefficients, hipotesis ketiga ini memiliki nilai positif sebesar 0,375 yang menunjukkan bahwa mahasiswa merasa integritas mempunyai pengaruh positif terhadap sikap mereka dalam pembelian dan penggunaan produk fashion palsu.
Penelitian sebelumnya oleh Norum (2010), dalam kasus pembelian produk palsu, konsumen beranggapan bahwa membeli palsu bukanlah tindak pidana, namun sebenarnya
partisipasi konsumen dalam transaksi palsu mendukung aktivitas illegal. Jadi, integritas dalam hal pemalsuan merupakan standar etika konsumen untuk membenarkan atau tidak membenarkan suatu tindakan atau perilaku membeli produk palsu.
Dari hasil analisis regresi berganda pada variabel ini menunjukkan bahwa integritas berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen counterfeit products, hal tersebut menunjukkan bahwa integritas yang dimiliki oleh mahasiswa sebagai konsumen counterfeit products mempengaruhi sikap mereka terhadap produk fashion palsu. Berdasarkan Tabel 9, hasil statistik deskriptif pada variabel integritas yang menunjukkan adanya indikator-indikator dengan rata-rata tertinggi, yaitu konsumen mengaku bahwa nilai seperti kejujuran dianggap sangat penting dalam karakter seseorang dan konsumen juga beranggapan bahwa setiap orang harus memiliki pengendalian diri terhadap sesuatu yang salah. Meskipun demikian ada pengaruh positif yang ditunjukkan melalui sikap mereka terhadap produk fashion palsu, mahasiswa sebagai pembeli dan konsumen produk fashion palsu menunjukkan sikap positif yang mendukung pemalsuan, sikap positif tersebut ditunjukkan melalui rasa suka membeli produk palsu dan merasa membeli produk palsu merupakan sesuatu yang menguntungkan diri mereka sebagai konsumen. Konsumen juga beranggapan bahwa membeli produk palsu bukanlah sesuatu yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak mentaati dan menghargai perlindungan hak cipta atau HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang ditunjukkan dengan sikap positif mereka menggunakan produk palsu.
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan di kota Midwestern, dimana dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa integritas berpengaruh signifikan sikap konsumen counterfeit product (Norum, 2010). Temuan yang sama oleh de Matos et al., (2007), menunjukkan bahwa integritas berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen. Dalam hasilnya
menunjukkan bahwa konsumen memiliki sikap negatif terhadap pemalsuan jika memegang nilai-nilai seperti kejujuran kesopanan dan tanggung jawab.
Pengaruh Norma Subjektif terhadap Sikap Konsumen Counterfeit Product
Menurut Mas’ud (2012), seorang individu akan melakukan keinginannya atau apa yang telah ia yakini ketika orang-orang yang ada disekitar atau lingkungannya mendukung apa yang ia lakukan. Ditambahkan Ajzen (1991), norma subjektif merupakan faktor sosial berdasarkan persepsi tekanan sosial seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Dalam pembelian dan penggunaan produk fashion palsu, keyakinan normatif yang akan membentuk sikap konsumen tcounterfeit product.
Berdasarkan hasil yang telah diuji, variabel norma subjektif memiliki nilai thitung> tTabel
yaitu 2,707 > 1.976, sehingga dinyatakan norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap Sikap Konsumen, maka H4 diterima. Hasil uji regresi linear berganda lainnya, dengan melihat nilai
Unstandardized Coefficients hipotesis keempat ini memiliki nilai positif sebesar 0,337 yang menunjukkan bahwa mahasiswa UKSW merasa norma subjektif mempunyai pengaruh positif terhadap sikap mereka dalam pembelian dan penggunaan produk fashion palsu.
Berdasarkan Tabel 10, hasil statistik deskriptif variabel integritas, menunjukkan bahwa terdapat indikator-indikator dari variabel norma subjektif yang membentuk sikap positif mereka terhadap produk palsu. Indikator-indikator dengan nilai rata-rata tertimbang tertinggi dari norma subjektif yaitu, konsumen selalu melihat berbagai penawaran produk palsu di media sosial (website, facebook, instagram, dll). Peranan media sosial dalam melakukan penawaran produk fashion palsu dikalangan mahasiswa dapat membentuk sikap mereka terhadap pemalsuan.
Berdasarkan hasil crosstabulasi, menunjukkan sebanyak 45 orang mahasiswa yang berumur <20 tahun dan 34 orang responden berumur antara 21-24 tahun mengaku bahwa orang-orang yang berada disekitar mereka seperti keluarga, teman dan rekan kerja menggunakan produk palsu, dan 3 orang responden berusia >25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelompok rentang usia tertentu mempunyai kecenderungan untuk mengikuti berperilaku sama dengan orang-orang seusia yang ada disekitar mereka dalam membeli dan menggunakan produk fashion palsu. Hasil statistik deskrptif (Tabel 10) lainnya juga menunjukkan bahwa mahasiswa setuju mendapatkan informasi tempat penjualan produk palsu dari orang-orang yang ada sekitar mereka. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ajzen (2005), bahwa norma subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif dan adanya keinginan untuk berperilaku mengikuti orang lain, sehingga dalam hal ini dalam membeli dan menggunakan produk fashion palsu, konsumen memiliki kecenderungan untuk berperilaku mengikuti orang-orang yang ada disekitarnya. Pengaruh-pengaruh normatif tersebut yang membetuk sikap positif konsumen terhadap pembelian dan penggunaan produk palsu. Berdasarkan Tabel 11, sikap positif yang dipengaruhi norma subjektif ditunjukkan dengan sikap konsumen yang suka membeli produk palsu dan merasa membeli produk palsu merupakan sesuatu yang menguntungkan diri mereka.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursaidah (2013), yang membuktikan bahwa norma subjektif berpengaruh terhadap sikap konsumen counterfeit product, dimana dalam penelitian tersebut teman-teman dan keluarga memberikan masukan kepada konsumen untuk bersikap negatif terhadap pemalsuan. Hasil temuan oleh Cheng et al., (2011) menunjukkan norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap sikap, dimana semakin konsumen merasakan tekanan normatif
untuk setuju terhadap pembelian produk palsu, maka semakin besar konsumen membeli produk palsu.