6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Arik Pujiyanto (2008) yang berjudul “Studi Korelasi Antara Intensitas Mengikuti Pengajian Mingguan dan Keberagamaan Remaja Masjid At-Taqwa Desa Rejosari Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal”. Fokus penelitian ini adalah mengenai studi pengaruh intensitas mengikuti pengajian mingguan terhadap keberagamaan remaja masjid yang dapat menghasilkan suatu perubahan baik berupa perubahan tingkat keberagamaannya, pengetahuan, pemahaman, nilai, sikap maupun akhlak atau tingkah laku masyarakat.5
Penelitian Evie Rakhmalia (2011) yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Pengajian Bagi Kehidupan Sosial Masyarakat Desa dan Nilai-nilai Pendidikannya di Desa Mentoro Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang”. Fokus penelitian ini adalah studi mengenai pengaruh kegiatan pengajian padhang mbulan bagi kehidupan sosial masyarakat, dengan beberapa permasalahan diataranya: mengenai kondisi sosial masyarakat desa Mentoro, konsep pengajian padhang mbulan, nilai-nilai pendidikan yang terkandung pada isi materi pengajian padhang mbulan.6
Penelitian Hanik Asih Izzati yang berjudul “Peran Takmir Masjid dalam meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam”. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan upaya takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam untuk masyarakat.7
Persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu mengenai pengajian rutin sebagai fokus penelitian dan sama-sama meneliti pendidikan Islam. Sedangkan yang membedakan antara penelitian ini dengan hasil
5 Pujiyanto, Arik. “Studi Korelasi Antara Intensitas Mengikuti Pengajian Mingguan dan
Keberagamaan Remaja Masjid At-Taqwa Desa Rejosari Kecamatan Brangsong Kabupaten Tegal”.
Skipsi Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2008.
6 Rakhmalia, Evie. “Pengaruh Kegiatan Pengajian Bagi Kehidupan Sosial Masyarakat Desa
dan Nilai-nilai Pendidikannya di Desa Mentoro Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang”,
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, 2011.
7 Izzati A, Hanik, “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam”,
penelitian di atas, yaitu lokasi penelitiannya yakni di masjid yang memiliki beberapa program pendidikan keagamaan. Penelitian terdahulu dilaksanakan dilingkungan masyarakat sedangkan penelitian ini dilaksanakan di masjid.
B. Masjid dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Masjid
Dilihat dari segi harfiah, perkataan masjid berasal dari kata bahasa Arab. Masjid berasal dari pokok sujudan, dengan fi’il madli sajada yang berarti tempat sujud atau tempat sembahyang, dan karena berupa isim makan, maka diberi awalan “ma” yang kemudian berubah kata menjadi masjidu. Umumnya dalam bahasa Indonesia huruf “a” menjadi “e”, sehingga kata masjid ada kalanya disebutkan dengan masjid.8
Pengertian masjid secara harfiah sebagai kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, masjidun yang berarti tempat sujud atau tempat salat, sehingga masjid mengandung pengertian tempat melaksanakan kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan salat lima waktu yang diperintahkan Allah SWT. Pengertian lain tentang masjid, yaitu seluruh permukaan bumi, kecuali kuburan adalah tempat sujud atau tempat beribadah bagi umat Islam.9 Pendapat lain mengatakan bahwa, “masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik”.10
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya masjid adalah tempat melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, agar umat Islam dapat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik.
2. Fungsi Masjid
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat salat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam
8 Gazalba, Sidi. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
Cetakan V, 1989), 118
9 Supeno, Wahyudin. Perpustakaan Masjid, Pembinaan dan Pengembangannya,ed. Abdul
Hamid, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cetakan I, 1984), 1
10 Al-Qardhawi, Yusuf. Tuntunan Membangun Masjid, ter. Abdul Hayyie al-Kattani, ed.
dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan salat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafadz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid yaitu:
a. Tempat untuk beribadah
Sesuai dengan artinya, masjid sebagai tempat bersujud sering diartikan pula sebagai Baitullah (rumah Allah), maka masjid dianggap suci sebagai tempat menunaikan ibadah bagi umat Islam, baik ibadah salat dan ibadah yang lainnya, termasuk seperti salat wajib, salat tarawih dan salat sunnah serta ibadah-ibadah lainnya.
b. Tempat untuk melakukan kegiatan pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan banyak diselenggarakan di masjid-masjid jika masyarakat di sekitar masjid belum memiliki lembaga pendidikan khusus. Di masjid-masjid, setelah salat maghrib sering kali menyelenggarakan pengajian untuk masyarakat sekitar. Masjid besar pada umumnya memiliki majelis taklim yang menyelenggarakan pengajian rutin yang jamaahnya cukup besar, di beberapa masjid yang cukup besar bahkan terdapat pula lembaga pendidikan keagamaan, seperti taman pendidikan al-quran (TPA).
c. Masjid tempat bermusyawarah.
Pada zaman Rasulullah, masjid berfungsi sebagai tempat yang nyaman untuk membahas masalah sosial yang sedang menjadi perhatian masyarakat pada waktu itu. Di zaman sekarang, barangkali sangat berguna bagi masyarakat untuk memusyawarahkan masalah sosial, kenakalan remaja dan narkoba.
d. Sebagai tempat konsultasi, meminta bantuan dan pertolongan.
Masjid juga sering dijadikan sebagai tempat berkonsultasi kaum muslimin dalam mengahadapi permasalahan-permasalahan, seperti masalah ekonomi, budaya, dan politik tidak mengherankan jika suatu masjid memiliki yayasan lembaga konsultasi psikologi, bisnis,
kesehatan dan keluarga. Sebagai tempat konsultasi, masjid harus memberikan kesan bahwa masjid bisa membawa kesejukan dan masa depan masyarakat yang lebih cerah, sebagai tempat berkonsultasi, masjid harus mampu menyediakan atau menghasilkan ahli-ahli dalam bidangnya.
Masjid bisa berperan untuk berkonsultasi masalah pendidikan anak, misalnya perlunya konsultasi psikologi yang bisa berpraktek seminggu sekali untuk penanganan yang bermasalah dalam belajar, masalah anak yang kurang berprestasi dan masalah anak yang lainnya. e. Sebagai tempat kegiatan remaja Islam
Pada beberapa masjid terdapat kegiatan remaja masjid dengan kegiatan yang bersifat keagamaan, sosial dan keilmuan melalui bimbingan pengurus masjid. Namun demikian, belum seluruh masjid dimanfaatkan oleh para remaja Islam secara optimal, misalnya dengan membentuk kelompok diskusi Islam, kelompok studi group Islam, kelompok kesenian remaja Islam dan masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan.
f. Masjid tempat pengelolaan shadaqah, infaq dan zakat
Masalah shadaqah, infaq dan zakat umat Islam yang berpotensi sangat besar belum mendapat perhatian yang serius, sudah selayaknya dana infaq dan shadaqah bisa dikembangkan dalam investasi yang menguntungkan serta kegiatan yang produktif, sehingga bisa membantu para fakir miskin maka akan secara langsung menggerakkan ekonomi umat.
Untuk beramal shaleh umat Islam melakukan ibadah shadaqah, infaq dan zakat disetiap waktu seringkali ibadah shadaqah, infaq dan zakat di pusatkan di masjid dengan maksud untuk sentralisasi pendistribusiannya. Masjid seharusnya peduli terhadap tingkat kesejahteraan umatnya. Oleh karena itu masjid dijadikan pusat
pengelolaan zakat, maka masjid akan berperan sebagai lembaga untuk meningkatkan ekonomi umat.11
3. Kegiatan Operasional Masjid
Untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan fungsi masjid maka pendidikan mempunyai efek dan pengaruh yang sangat besar sekali di- dalamnya. Tanpa pendidikan, kebudayaan akan sirna, manupsia akan mewarisi sifat-sifat yang terbelakang dan mengalami kemunduran. Mengingat pentingnya keberadaan jamaah dalam kehidupan masjid, jamaah harus dibina sehingga tingkat keimanan dan pengetahuannya meningkat. Dengan adanya pembinaan melalui kegiatan operasional masjid, jamaah akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam hidup dan kehidupannya, sehingga masjid berfungsi secara maksimal sebagai pusat pendidikan Islam.
Adapun kegiatan operasional masjid, yaitu: a. Pengajian atau Majelis Taklim
Pada umumnya, masjid memiliki majelis taklim yang menyelenggarakan pengajian pada hari tertentu. Penyelenggaraan pengajian oleh Majelis Taklim merupakan upaya memakmurkan masjid. Pengajian yang diselenggarakan oleh pengurus masjid memiliki dampak lainnya, seperti ikatan silaturahmi antar masyarakat. b. Taman Pembelajaran Al-Quran
Masjid bisa dilengkapi dengan Taman Pembelajaran Al-Quran dimana lembaga ini biasanya dikunjungi oleh anak-anak dan remaja. Biasanya taman pendidikan al-quran ini diselenggarakan setelah salat maghrib hingga salat isya’ yang dibimbing oleh seorang ustadz atau ustadzah. c. Perpustakaan Masjid
Kualitas umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini masih perlu ditingkatkan. Karena ajaran Islam sangat menganjurkan menuntut ilmu bagi para pengikutnya. Masjid bisa dijadikan sebagai pusat ilmu, oleh karena itu masjid harus dilengkapi
11 Subianto, Achmad. Pedoman Manajemen Masjid, (Jakarta: Yayasan Kado Anak Muslim,
dengan perpustakaan sebagai pusat kajian permasalahan umat. Kajian ilmu pengetahuan di lingkungan masjid selama ini masih sangat dangkal, akibat dari belum tersedianya fasilitas perpustakaan masjid. d. Koperasi Masjid
Koperasi merupakan kegiatan ekonomi yang berasaskan kekeluargaan dan kebersamaan. Dengan asas kebersamaan ini, ekonomi, umat Islam dapat dibangun. Mendirikan koperasi dengan asas kebersamaan adalah pekerjaan yang begitu mudah, namun kelanjutan operasionalnya biasanya yang perlu dipertanyakan. Pembentukan koperasi yang berwawasan Islam dibangun atas dasar ukhuwah Islamiah atau persaudaraan Islam. Masjid sebagai tempat berkumpulnya umat Islam, baik dalam kegiatan salat berjamaah atau pengajian-pengajian merupakan sarana yang baik untuk mendirikan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat. Dengan adanya koperasi masjid, maka masjid akan menjadi makmur dari kegiatan-kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan harian jamaah, khususnya menyediakan makan dan minum yang benar-benar halal.12
4. Peran Pengurus dalam Memfungsikan Masjid
Pengurus masjid atau sering dikenal dengan takmir masjid memegang peranan penting dalam memfungsikan masjid dan memakmurkan masjid karena telah mendapatkan kepercayaan untuk mengelola masjid sesuai dengan fungsinya. Merekalah motor penggerak untuk mengelola masjid, memakmurkan masjid, membina jamaah, membentuk remaja masjid, dan menganekaragaman kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat sekitar. Peran takmir dalam memfungsikan masjid, antara lain:
a. Idarah (Manajemen)
Idarah adalah kegiatan mengembangkan dan mengatur kerjasama dari banyak orang guna mencapai suatu tujuan tertentu. Kegiatan ini menyangkut perencanaan, pengawasan keuangan dan pelaporan.
12 Ibid, 139-149.
b. Imarah (Kegiatan Kemakmuran)
Imarah adalah kegiatan memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan yang mendatangkan dan melibatkan peran jamaah memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam memakmurkan masjid. Aktivitas ini meliputi peribadatan, pendidikan, pembinaan, koperasi, kesehatan, kegiatan sosial dan peringatan hari besar Islam.
c. Ri’ayah (Pemeliharaan dan Pengadaan fasilitas)
Ri’ayah adalah kegiatan memelihara dan merawat semua aset masjid yang merupakan jariyah dan wakaf para jamaah. Aktivitas ini meliputi kebersihan, keindahan, dan keamanan masjid termasuk memelihara lingkungan hidup dan sumber daya alam.13
C. Eksistensi Pengajian di Masjid
1. Makna Eksistensi Pengajian
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa:
Eksistensi dikenal dengan satu kata yaitu keberadaan, dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidaknya suatu keorganisasian. Eksistensi ini perlu diberikan orang lain kepada keorganisasian, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling membuktikan bahwa keberadaan organisasi itu diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika organisasi ada namun tidak satupun orang menganggap ada, oleh karena itu pembuktian akan keberadaan dapat dinilai dari beberapa orang yang menanyakan atau setidaknya merasa sangat membutuhkan.14
Pengajian adalah suatu lembaga pendidikan Islam nonformal yang diselenggarakan secara terstruktur dan berkala serta memiliki kurikulum tersendiri. Dalam pengajian ini bertujuan untuk membina, mengembangkan hubungan manusia dengan sesamanya, manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.15
13 Hayu, Prabowo. Ecomasjid: Dari Masjid Memakmurkan Bumi, (Jakarta: Lembaga Pemuliaan
Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia, 2017), 21-22.
14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), 755.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa eksistensi pengajian adalah keberadaan pengajian, dimana keberadaan yang dimaksud yakni agar suatu kegiatan itu di akui keberadaannya sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam non formal yang ada di masyarakat untuk mempelajari serta mendalami ilmu-ilmu Islam.
Menyadari akan pentingnya suatu pengajian atau majelis taklim bagi komunitas Islam tidak diragukan lagi. Dengan memperhatikan perkembangan dan eksistensi pengajian, maka pengajian sebagai lembaga pendidikan non formal pada masa sekarang ini mempunyai kedudukan tersendiri untuk mengatur pelaksanaan pendidikan agama dalam rangka dakwah Islamiyah dan merupakan salah satu alat bagi pelaksanaan pendidikan.
2. Fungsi Pengajian
Fungsi pengajian secara garis besar, antara lain: a. Tempat belajar mengajar
Pengajian dapat berfungsi sebagai tempat kegiatan belajar dan mengajar, khususnya bagi masyarakat sekitar masjid dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam.
b. Lembaga pendidikan dan keterampilan
Pengajian juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan bagi masyarakat sekitar yang berhubungan, antara lain dengan masalah pengembangan kepribadian serta pembinaan keluarga dan rumah tangga sakinah, mawwadah warrohmah. Melalui pengajian inilah, diharapkan menjaga kemuliaan dan kehormatan keluarga dan rumah tangganya.
c. Wadah berkegiatan dan berkreativitas
Pengajian juga berfungsi sebagai wadah berkegiatan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu. Antara lain dalam berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Negara dan bangsa sangat membutuhkan kehadiran orang dewasa/orang tua dengan keahlian dan keterampilannya sehingga dengan kesalehan dan kemampuan tersebut
dia dapat membimbing dan mengarahkan penerus bangsa ke arah yang lebih baik.
d. Pusat pembinaan dan pengembangan
Pengajian juga berfungsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kemampuan dan kualitas sumber daya masyarakat dalam berbagai bidang seperti dakwah, pendidikan sosial, dan politik yang sesuai dengan kodratnya.
e. Jaringan komunikasi
Pengajian juga diharapkan menjadi jaringan komunikasi, ukhuwah, dan silaturahim antar masyarakat, antara lain dalam membangun masyarakat dan tatanan kehidupan yang Islami.16
3. Materi Pengajian
Menurut Hafi Anshari dalam Samsul Munir mengatakan bahwa materi dakwah atau pengajian (Maddah Ad-Da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya.17 Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam.
Secara konseptual pada dasarnya materi dakwah atau pengajian tergantung pada tujuan pengajian yang hendak dicapai. Namun, secara global materi pengajian dapat diklarifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu: a. Masalah Keimanan (Aqidah)
Sayyid dalam Samsul Munir mengatakan bahwa aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Aqidah Islam disebut tauhiddan merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam, aqidah merupakan I’tiqad bathiniyyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.18
16 Sudirman Anwar, Management of Student Development, (Riau: Indragiri, 2005), 83-84. 17 Munir Samsul, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), 88.
Dalam bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi juga meliputi masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik (menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.
b. Masalah KeIslaman (Syariat)
Syariat adalah seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam Islam, baik yang berhubungan manusia dengan Tuhan, maupun antar manusia sendiri. Dalam Islam, syariat berhubungan erat dengan amal lahir (nyata), dalam rangka menaati semua peraturan atau hukum Allah, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur antara sesama manusia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi SAW:
Islam adalah bahwasannya engkau menyembah kepada Allah SWT, dan janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mengerjakan salat, membayar zakat-zakat yang wajib, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji di Mekkah (Baitullah). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Artinya masalah-masalah yang berhubungan dengan syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia juga diperlukan. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal-amal shaleh lainnya. Demikian juga larangan-larangan Allah seperti meminum-minuman keras, mencuri, berzina, dan membunuh, serta masalah-masalah yang menjadi materi dakwah Islam (nahyi an al-munkar). Pengertian syariah mempunyai dua aspek hubungan yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan (vertikal) yang disebut Ibadah, dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia (horizontal) yang disebut muamalat.
c. Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)
Akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keIslaman, akan tetapi akhlak merupakan penyempurna keimanan dan keIslaman seseorang. Sebab Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (Hadits)
Ajaran akhlak atau budi pekerti dalam Islam termasuk ke dalam materi dakwah yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat penerima dakwah. Islam menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Dengan akhlak yang baik dan keyakinan agama yang kuat maka Islam membendung terjadinya dekadensi moral. Pada dasarnya materi dakwah dapat disesuaikan ketika seorang da’i menyampaikan materi dakwahnya kepada mad’u (objek). Pokok-pokok materi dakwah yang disampaikan, juga harus melihat situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima dakwah. Dengan demikian, pesan-pesan dakwah yang berisi materi dakwah tersebut dapat diterima dengan baik oleh penerima dakwah. Dan pada akhirnya materi dakwah yang disampaikan tersebut, bisa diamalkan dan dipraktikkan oleh penerima dakwah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Metode yang digunakan pengajian di Masjid
Metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam pelaksanaan dakwah. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Dzikron dalam Samsul Munir mengatakan bahwa metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan.19 Metode ceramah merupakan
19 Ibid, 101.
suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik bicara oleh seseorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan faktor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan ceramahnya. Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bi al-lisan, dapat berkembang menjadi metode-metode yang lain, seperti metode diskusi dan tanya jawab.
b. Metode Tanya Jawab
Kadir Munsyi dalam Samsul Munir mengatakan bahwa metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, di samping itu juga untuk merangsang perhatian penerima dakwah.20 Metode tanya
jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah harus digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti metode ceramah. Metode tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.
Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena objek dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan terjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah dengan objek dakwah.
c. Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran.21 Dakwah dengan menggunakan metode diskusi dapat memberikan peluang peserta diskusi untuk ikut memberi sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah dalam materi dakwah.
20 Ibid, 102.
Melalui metode diskusi da’i dapat mengembangkan kualitas mental dan pengetahuan agama para peserta dan dapat memperluas pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan. Dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat menjadikan peserta terlatih menggunakan pendapat secara tepat dan benar tentang materi dakwah yang didiskusikan, dan mereka akan terlatih berpikir secara kreatif dan logis (analisis) dan objektif.
d. Metode Keteladanan
Dakwah dengan menggunakan metode keteladanan atau demontrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memberikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya.22 Dari segi dakwah metode ini memberikan kesan yang tebal karena panca indra (indra lahir), perasaan, dan pikiran (indra batin) dapat dipekerjakan sekaligus.
Metode dakwah dengan demontrasi ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia. Nabi sendiri dalam peri kehidupannya merupakan teladan bagi setiap manusia. e. Metode Silaturahmi (Home Visit)
Dakwah dengan menggunakan metode home visit atau silaturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah.23 Dakwah dengan menggunakan metode home visit dapat dilakukan melalu silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah, dan lain-lain. Dengan cara seperti ini, manfaatnya cukup besar dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
Metode home visit dimaksudkan agar da’i dapat memahami dan membantu meringankan beban moral yang menekan jiwa mad’u. Dengan metode ini, da’i akan mengetahui secara dekat kondisi mad’u-nya dan dapat pula membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang
22 Ibid, 103.
dihadapi mad-u. Metode silaturahim banyak manfaatnya, di samping untuk mempererat persahabatan dan persaudaraan juga dapat dipergunakan oleh da’i itu sendiri untuk mengetahui kondisi masyarakat di suatu daerah yang dia kunjungi.
5. Peran Mubaligh dalam Pelaksanaan pengajian
Peran mubaligh dalam pelaksanaan pengajian, antara lain: a. Meluruskan akidah
Sudah menjadi naluri bahwa manusia selalu tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan yang tidak terkecuali terhadap keyakinan dan akidahnya. Banyak terjadi pada seorang muslim, tetapi karena sesuatu hal keyakinannya berubah dan bergeser hal tersebut disebabkan adanya faktor luar yang mempengaruhi.
Menghadapi masyarakat yang seperti itu, keberadaan mubaligh berperan untuk meluruskan kembali anggota masyarakat yang kedapatan mulai melakukan praktik-praktik syirik yang mendekatinya kepada jalan yang diridhai Allah sehingga mereka tetap pada suatu keyakinan bahwa hanya Allah lah Dzat yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa, tidak ada satu kekuatan pun yang mampu menandingi kekuatan dan kekuasaan Allah.
b. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
Kehadiran manusia di muka bumi tidak lain untuk beribadah mengabdi kepada Allah. Melaksanakan suatu aktivitas dalam rangka melaksanakan hubungan dengan Allah. Ibadah tersebut merupakan ibadah khusus yang dalam Islam telah diatur. Seorang muslim tidak dibenarkan mengubah ibadah-ibadah khusus yang telah diatur sesuai dengan cara sendiri. Al-quran memang tidak mengatur ibadah-ibadah khusus ini sampai sedetail-detailnya, tetapi Nabi Muhammad SAW telah mengaturnya dengan jelas dan sunnahnya. Seperti halnya salat dalam Al-quran memang tidak dijelaskan bagaimana caranya, tetapi Nabi memberikan tuntunan.
c. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
Betapa luhurnya konsep Islam yang menganjurkan umatnya untuk selalu saling mengingatkan berbuat baik dan meninggalkan yang tidak baik. Landasan persaudaraan seperti harus selalu dipelihara dan dibina sehingga umat Islam semuanya terbina menjadi umat yang mulia dan erat tali persaudaraan.24
Mubaligh dalam pelaksanaan pengajian berperan mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan mencegah dari yang munkar, mempunyai tanggung jawab dan peran yang paling penting sebagai motivator yang selalu diteladani di masyarakat. Mubaligh merupakan orang yang dicontoh dalam tingkah laku dan gerak-geriknya, maka mubaligh menjadi uswatun hasanah (contoh yang baik bagi masyarakat).
D. Partisipasi Masyarakat terhadap Pengajian
1. Pengertian Partisipasi masyarakat
Partisipasi secara etismologi berasal dari kata latin “participatio” atau “participationis” yang berarti ikut serta, ikut bagian atau pesertaan. Dengan demikian, berpartisipasi berasal dari kata “participo” atau “particeps” yang berarti ikut serta seseorang dalam suatu aktivitas, atau membagi sesuatu dengan orang lain atau juga mengambil bagian dari sesuatu (kegiatan).25
Sedangkan Taliziduhu menganggap bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu hasilnya setiap program dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan diri sendiri. Kedua pengertian tersebut mengarah kepada makna perubahan sosial lewat kesadaran masyarakat sendiri.
Partisipasi menggambarkan peran serta seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kegiatan, sehingga partisipasi merupakan tindakan ambil bagian dalam suatu kegiatan kepentingan bersama. Partisipasi berkenaan dengan kesiapan, kesetujuan, aktivitas dan tanggung jawab
24 Ibid, 74.
25 Abdullah, Ishak & Suprayogi, Ugi. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal
secara pasti. perbedaan dimensi dan fase dalam partisipasi, misalnya partisipasi dalam identifikasi masalah, partisipasi dalam pengumpulan informasi dan diskusi kelompok tentang kebaikan dan kekurangan bergabung dalam suatu kegiatan, partisipasi dalam perencanaan atau formulasi kegiatan, partisipasi dalam mobilisasi sumber daya, partisipasi dalam implementasi (pelaksanaan), partisipasi dalam pembagian keuntungan, partisipasi dalam pamantauan (monitoring) dan evaluasi kegiatan.26
2. Macam-macam Partisipasi Masyarakat
Ada 2 pendapat dalam memberikan pemahaman pada macam-macam partisipasi masyarakat, yaitu:
a. Pendapat Subandiyah menyatakan bahwa macam-macam partisipasi masyarakat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan
2) Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain.
3) Partisipasi dalam pelaksanaan27
b. Pendapat Cohen dan Uphoff membedakan partisipasi masyarakat menjadi empat jenis yaitu:
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif, masyarakat dan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam partisipasi masyarakat ini menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang di tawarkan.
2) Partisipasi dalam pelaksanaan
Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program.
3) Partisipasi dalam pengambilan manfaat
Partisipasi ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan program.
26 Taliziduhu, Ndraha. Pembangunan Masyarakat ( Jakarta: Rineka Cipta 1990), 2.
27 Subandiyah, Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal di SD
4) Partisipasi dalam evaluasi
Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.28
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa macam-macam partisipasi masyarakat dapat dibedakan menjadi pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pengambilan manfaat serta evaluasi.
3. Tahapan Partisipasi Masyarakat
Tahapan partisipasi dalam pelaksanaan pendidikan dapat dilihat pada tabel 1 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1 Tahapan Partisipasi
No. Tahap Deskripsi
1. Pengambilan Keputusan Penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menuju sepakat dari berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama.
2. Pelaksanaan Penggerakan sumber daya dari dana, dalam pelaksanaan merupakan penentu keberhasilan program yang dilaksanakan.
3. Pengambilan Manfaat Partisipasi berkaitan dari kualitas dan kuantitas hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai.
4. Evaluasi Berkaitan dengan pelaksanaan program secara menyeluruh, partisipasi ini bertujuan mengetahui bagaimana pelaksanaan program berjalan.29
Tabel di atas bila dikaitkan dengan partisipasi masyarakat terhadap pengajian adalah:
a. Pengambilan keputusan
Partisipasi dalam pengambilan keputusan ini dilakukan oleh pengurus masjid atau pengajian dalam memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan
28 Cohen, Uphoff dalam Soepomo, Pembangunan Masyarakat, (Jakarta: CV Karyako, 1992), 67. 29 Dwiningrum, S.I.A. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Bentuk dari partisipasi ini yaitu seperti mengikuti diskusi, mengikuti rapat pengurus masjid atau pengajian serta memberikan gagasan atau ide, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan oleh pengurus.
b. Pelaksanaan
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan ini dimaksudkan dalam pelaksanaan program-program yang telah ditentukan oleh pengurus masjid atau pengajian salah satu contohnya program pengajian. partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam membantu pengurus dalam pelaksanaan pengajian guna menyumbangkan tenaganya dalam kegiatan pengajian.
c. Pengambilan Manfaat
Partisipasi dalam pengambilan manfaat merupakan ikut serta masyarakat atau jamaah dalam mengambil hikmah dari program pengajian tersebut, hal ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan pengajian yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kuantitas dapat ditinjau dari beberapa prosentase keberhasilan pengajian sedangkan dari segi kualitas dapat dilihat dari peningkatan output. d. Evalusi
Pengambilan dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program pengajian secara menyeluruh. Biasanya panitia atau pengurus penyelenggara program pengajian dalam melaksanakan evaluasi setelah melaksanakan program tersebut. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajian yang telah dilaksanakan.
4. Manfaat partisipasi Masyarakat
Menurut Pariata dalam Amirin, manfaat partisipasi di dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
a. Memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.
b. Memungkinkan para pekerja menggunakan kemampuan berfikir secara kreatif
c. Mengembalikan nilai-nilai martabat manusia (humanity), dorongan (motivasi), serta membangun kepentingan bersama.
e. Memperbaiki semangat kerja sama serta menimbulkan kesatuan kerja (team work)
f. Memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan.30 Adapun manfaat dari partisipasi masyarakat, yaitu:
a. Memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pemikiran
b. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki anggota
c. Membangun komunikasi yang baik di dalam organisasi karena lebih banyak terjadi komunikasi dua arah
d. Mendorong sikap orang untuk bertanggungjawab dan membangun kepentingan bersama.31
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari partisipasi masyarakat yaitu meningkatkan pengetahuan masyarakat, mengembangkan wawasan, mendapatkan keputusan yang benar, merubah perilaku, meningkatkan tanggungjawab masyarakat, dan terjalin komunikasi atau silahturahmi.
30Ibid., 111.