• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N

A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

T E S I S

OLEH

DIWAYANA PUTRI NASUTION

117018020/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIWAYANA PUTRI NASUTION

117018020/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Diwayana Putri Nasution

Nomor Pokok : 117018020/EP

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Disetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec)

Ketua Anggota

(Dr. Rujiman M.A.)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec) (Prof. Dr. Erman Munir M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec

Anggota : 1. Dr. Rujiman M.A.

2. Prof. Dr. Ir. Pandia Setiaty

(5)

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN”

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota

Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan

oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan melalui variabel intervening biaya. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 160 populasi dan sampel

penelitian sebanyak 115 pengusaha restoran serta menggunakan metode Path

Analysis dalam mengestimasi hasil penelitiannya. Hasil penelitian pada

persamaan struktural pertama menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, dan lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya pengusaha restoran, serta variasi menu memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap biaya pengusaha restoran. Pada persamaan struktural kedua menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran, serta waktu kerja dan biaya memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif terhadap biaya dan pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh tidak langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu melalui variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh total diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu bersama-sama variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran.

Kata kunci: Pendapatan, Biaya, Modal, Tenaga kerja, Waktu Kerja, Lama

(7)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF RESTAURANT BUSINESSMAN

IN THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The title of the research is “The Analysis of the Factors influencing the Income of Restaurant Businessman in the City of Medan”. The objective of the research was to find out the influence of independent variables such as capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation on dependent variable, the income of restaurant businessman in Medan through cost intervening variable. The research used cross sectional approach. The population was 160 restaurant businesses, and 115 of them were used as the samples, using path analysis in estimating the result of the research. The result of the research in the first structural equation showed that capital, manpower, work time, and the length of doing business had positive and significant influence on the cost of restaurant businessman, and menu variation had positive but not significant influence on the cost of restaurant businessman. The result of the research in the second structural equation showed that capital, manpower, the length of doing business, and menu variation had positive and significant influence on the income of restaurant businessman, and work time and cost had positive but not significant influence on the income of restaurant businessman. Based on the direct effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation had positive influence on the cost and the income of restaurant businessman. Based on indirect effect, it was found that capital, manpower, work time, length of doing business, and menu variation, through cost of intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman. Based on total effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation, together with cost intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan karunia-Nya yang tercurah hingga selesainya tesis ini. Shalawat dan salam

pada Rasulullah SAW yang dengan bimbingannya hingga saat ini kita berada

dalam dien yang benar dan tetap menjadi umat yang terbaik.

Penulisan tesis ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Magister

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar Magister Sains. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka

penulis menyusun tesis yang berjudul :”Analisis Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”.

Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari adanya bimbingan dan

dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil sehingga penulisan tesis

ini dapat terwujud. Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan

terimakasih atas motivasi, kasih sayang serta doa bagi penulis kepada ayah dan

mama tercinta (Ir. Awaluddin Nasution dan Nurhayani Lubis), kakak tercinta

(Dina Sabrinah Nasution) dan adik-adik tercinta (Muhammad Ghazi Alwafi

Nasution dan Muhammad Fadil Hilmi Nasution) dan Muhammad Ikhsan. Penulis

juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc. (CTM), Sp. A(K),

(9)

2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec, dan Bapak Prof. Dr. Ramli S.E.,

M.S., selaku Ketua dan Sekretaris Magister Ekonomi Pembangunan

Fakultas Pasca Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir M.Sc, selaku Direktur Fakultas Pasca

Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman M.A.,

selaku Dosen Pembimbing tesis, yang telah meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga

selesainya tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Pandia Setiaty, Bapak Dr. Ir. Rahmanta M.Si, Bapak Dr.

H.B. Tarmizi S.U. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan

masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan tesis ini.

6. Dosen-dosen Pengajar Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-ilmunya melalui

kegiatan belajar mengajar dengan dasar pemikiran dan pengetahuan yang

sangat baik.

7. Staff-staff administrasi Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan

mempermudah penulis dalam menyelesaikan studi di Magister Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

8. Pengusaha-pengusaha Restoran di Kota Medan, manager dan para

karyawannya, atas bantuan dalam memberikan data sehingga tesis ini

(10)

9. Kepada Teman-teman Magister Ekonomi Pembangunan, Sahabat-sahabat

Tamsu, S1 Ekonomi Pembangunan, ESQ, dan pihak-pihak lain yang telah

membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selama ini

memberikan semangat, keceriaan, dan motivasi. Terimakasih untuk doa,

dukungan moril dan semangat yang membuat penulis memiliki motivasi

dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun

demi penulisan yang lebih sempurna di masa akan datang.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu selanjutnya dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

rahmat dan karunianya bagi kita semua.

Medan, 30 Juni 2013

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Diwayana Putri Nasution

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Medan, 13 Februari 1989

Nama Ayah : Ir. Awaluddin Nasution

Nama Ibu : Nurhayani Lubis

Alamat : Jl. Setia Budi No.19 LK.8 Medan

1. SD Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan Formal :

(Tahun 1995 s/d 2001)

2. SMP Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar

(Tahun 2001 s/d 2004)

3. SMA Negeri 4 Pematangsiantar

(Tahun 2004 s/d 2007)

4. Sarjana Ekonomi (S1) Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara Medan

(Tahun 2007 s/d 2011)

5. Pasca Sarjana Ekonomi (S2) Magister Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara Medan

(12)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian Wirausahawan ... 11

2.1.2. Karakteristik Wirausahawan ... 12

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan ... 13

2.1.4. Model Kurva Permintaan dari Perspektif Kewirausahaan ... 14

2.1.5. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan ... 15

2.1.6. Teori Laba Kewirausahaan ... 17

2.2. Restoran ... 18

2.2.1. Jenis Usaha Restoran ... 20

2.2.2. Penyebab Kegagalan Restoran ... 24

2.3. Pendapatan ... 28

2.3.1. Pengertian Pendapatan ... 28

2.3.2. Pendekatan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional 39 2.4. Biaya ... 40

2.4.1. Jenis-jenis Biaya ... 42

2.4.2. Biaya Produksi dalam Jangka Pendek ... 48

2.4.3. Biaya Produksi dalam Jangka Panjang ... 52

2.5. Modal... 54

2.5.1. Jenis-jenis Modal ... 55

2.5.2. Sumber-sumber Modal ... 56

2.5.3. Peranan Modal dalam Perekonomian ... 57

2.6. Tenaga Kerja ... 58

2.7. Lama Usaha ... 62

2.8. Variasi Menu ... 63

2.9. Penelitian Terdahulu ... 65

(13)

2.10. Kerangka Konseptual ... 71

4.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan... 90

4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan ... 93

4.1.3. Kondisi Perekonomian Kota Medan ... 95

4.1.4. Gambaran Umum Pariwisata Kota Medan ... 96

4.1.5. Potensi Kegiatan Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Medan ... 97

4.1.6. Perkembangan Aneka Restoran di Kota Medan ... 99

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 107

4.2.1. Usia Responden ... 107

4.2.2. Jenis Kelamin Responden ... 108

4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden ... 109

4.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 110

4.2.5. Jumlah Tenaga Kerja Responden ... 111

4.2.6. Lama Usaha Responden ... 111

4.2.7. Jumlah Pembeli Responden ... 112

4.2.8. Kendala yang Dihadapi Responden ... 113

4.3. Analisis dan Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 114

4.3.1. Hasil Uji Asumsi ... 114

4.3.2. Analisis Model ... 119

4.3.3. Uji Kesesuaian danUji Hubungan Kausal ... 120

4.3.4. Hubungan Faktor-faktor terhadap Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 120

4.3.5. Analisis Pengaruh Langsung, Pengaruh tidak Langsung, dan Pengaruh Total ... 124

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 139 5.1. Kesimpulan ... 139 5.2. Saran ... 141

(15)

DAFTAR TABEL

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 110

4.15. Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan... 124

(16)

DAFTAR GAMBAR

2.13. Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 72

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Bagan Struktural Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak

Langsung Dan Pengaruh Total ... 146 2. Kuisioner Penelitian ... 148

3. Data Hasil Penelitian Pendapatan Pengusaha Restoran di

(18)

DAFTAR SINGKATAN

AC = Average Cost

AFC = Average Fixed Cost

AVC = Average Variable Cost

AGFI = Adjusted Goodness of Fit Index

AMOS = Analysis of Moment Structure

CMIN/DF = The Minimum Sample Disprepancy Fungtion/ Degree of

Freedom

CR = Critical Ratio

FC = Fixed Cost

GFI = Goodness of Fit Index

LRAC =Long Run Average Cost

MC =Marginal Cost

NLI = Normed Fit Indeks

PDB = Produk Domestik Bruto

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

PNB = Produk Nasional Bruto

RMSEA = The Root Mean Square of Approximation

TC = Total Cost

TLI = Tucker Lewis Indeks

FC =Fixed Cost

(19)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan melalui variabel intervening biaya. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 160 populasi dan sampel

penelitian sebanyak 115 pengusaha restoran serta menggunakan metode Path

Analysis dalam mengestimasi hasil penelitiannya. Hasil penelitian pada

persamaan struktural pertama menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, dan lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya pengusaha restoran, serta variasi menu memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap biaya pengusaha restoran. Pada persamaan struktural kedua menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran, serta waktu kerja dan biaya memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif terhadap biaya dan pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh tidak langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu melalui variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh total diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu bersama-sama variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran.

Kata kunci: Pendapatan, Biaya, Modal, Tenaga kerja, Waktu Kerja, Lama

(20)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF RESTAURANT BUSINESSMAN

IN THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The title of the research is “The Analysis of the Factors influencing the Income of Restaurant Businessman in the City of Medan”. The objective of the research was to find out the influence of independent variables such as capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation on dependent variable, the income of restaurant businessman in Medan through cost intervening variable. The research used cross sectional approach. The population was 160 restaurant businesses, and 115 of them were used as the samples, using path analysis in estimating the result of the research. The result of the research in the first structural equation showed that capital, manpower, work time, and the length of doing business had positive and significant influence on the cost of restaurant businessman, and menu variation had positive but not significant influence on the cost of restaurant businessman. The result of the research in the second structural equation showed that capital, manpower, the length of doing business, and menu variation had positive and significant influence on the income of restaurant businessman, and work time and cost had positive but not significant influence on the income of restaurant businessman. Based on the direct effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation had positive influence on the cost and the income of restaurant businessman. Based on indirect effect, it was found that capital, manpower, work time, length of doing business, and menu variation, through cost of intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman. Based on total effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation, together with cost intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sektor.

Sektor-sektor ekonomi di Indonesia terbagi atas sembilan Sektor-sektor, salah satu diantaranya

adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

penting dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Kota Medan.

Bank Indonesia Kantor Regional Sumatera Utara dan Aceh mencatat penyaluran

kredit sektor perdagangan, restoran dan hotel tertinggi di Sumatera Utara. Sektor

ini mendominasi penyerapan kredit perbankan dan pada saat ini terus mengalami

pertumbuhan. Posisi September 2011 serapannya mencapai 22,95 triliun, dan

secara year on year (yoy) penyaluran ini mencatat pertumbuhan sekitar 24,93%

dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 18,37 triliun

Kota Medan sendiri di dominasi oleh kegiatan dalam bidang perdagangan,

hotel dan restoran. Hal ini dapat diihat dari kontribusi sektor ini yang memegang

peranan terbesar dibandingkan sektor lainnya sebanyak 27,09% pada tahun 2011.

Dijelaskan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan

yang ada di Kota Medan. Perkembangan perekonomian di Kota Medan di bidang

(22)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2012

Gambar 1.1. Perkembangan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Kota Medan 2004 – 2011

Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan sektor perdagangan, hotel

dan restoran memegang andil yang cukup besar yakni di atas 25%. Dari tahun

2004 sektor ini menyumbang sebesar 26,26%. Pada tahun 2005 meningkat

menjadi sebesar 27,11%. Pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi sebesar

26,70%. Tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan berturut-turut sebesar

26,24% dan 25,93%. Pada tahun 2009 meningkat kembali sebesar dan 26,40%.

Selanjutnya ditahun 2010 mengalami peningkatan kembali yakni menjadi sebesar

26,69%, dan 27,09% pada tahun 2011. Hal ini menjadi fenomena yang cukup

menarik dimana sektor ini menjadi penyumbang perekonomian terbesar di Kota

Medan.

Melihat dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, penelitian ini

memiliki ruang lingkup yang lebih spesifik lagi yakni melihat dari segi usaha

restoran. Hal ini dikarenakan usaha restoran merupakan salah satu dari tiga usaha

yang cenderung stabil dan dapat bertahan sepanjang masa, yakni usaha makanan,

25.00%

Perdagangan, Hotel & Restoran (%)

(23)

usaha pakaian dan usaha perumahan. Usaha restoran merupakan salah satu bagian

dari tiga usaha pokok yang merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan

pangan, sandang dan papan. Usaha ini tidak akan pernah berhenti, hanya saja

dapat berganti-ganti jenisnya sepanjang masa tergantung perubahan dari selera

masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha restoran, yang dimaksud

dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan

makanan dan minuman yang dikelola secara komersil.

Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara meliputi 21

Kecamatan dan memiliki berbagai sektor perekonomian. Sektor perekonomian

yang bergerak di bidang kuliner mengalami perkembangan yang cukup pesat di

masa sekarang ini di Kota Medan. Banyaknya bermunculan restoran yang

beraneka ragam jenisnya menggambarkan sektor ini memiliki peminat yang

cukup besar. Perkembangan kota Medan yang pesat juga memberikan kesempatan

bagi sektor restoran ini untuk dapat semakin berkembang. Wadah-wadah

masyarakat, hotel, mall, keberadaan kampus, rumah sakit, dan keberadaan pusat

bimbingan belajar membuat usaha restoran menjadi semakin melambung dan

pada akhirnya dapat memberikan kontribusi untuk perekonomian di Kota Medan

itu sendiri. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari banyaknya daerah atau sudut

strategis kota Medan yang menjajakan aneka ragam kuliner, seperti di daerah

Ringroad. Pada daerah ini, terdapat jalan yang hampir di kiri kanan lahannya

didominasi oleh berbagai jenis usaha makanan dan minuman. Pusat perbelanjaan

dan perhotelan di Kota Medan pun di dominasi oleh beraneka macam restoran.

(24)

menjadi pusat jajanan kuliner masyarakat Kota Medan khususnya pada sore dan

malam hari. Oleh karena itu Kota Medan sering disebut-sebut sebagai kota wisata

kuliner bagi para wisatawan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Hal

ini memberi kesempatan pada kegiatan usaha restoran untuk semakin

berkembang. Bisnis yang bergerak dalam usaha restoran di Kota Medan saat ini

jumlahnya juga cukup banyak. Adapun perkembangan jumlah restoran di Kota

Medan, dipaparkan pada grafik berikut:

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, 2012

Gambar 1.2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan 2008 - 2012

Pada tahun 2008 jumlah restoran di Kota Medan menurut Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan adalah sebanyak 167 restoran. Jumlah

restoran ini menunjukkan peningkatan di tahun 2009 menjadi sebanyak 168

restoran. Pada tahun 2010 jumlah restoran kembali meningkat sebanyak 173

restoran. Namun pada tahun 2011 jumlah restoran mengalami penurunan menjadi

sebanyak 160 restoran Jumlah ini juga cenderung kembali menurun pada tahun

2012 menjadi sebanyak 151 restoran yang ada di Kota Medan.

140

Tahun 2008 2009 2010 2011 2012

Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan

2008-2012

(25)

Di tengah fenomena laju perkembangan wisata kuliner yang berkembang

cukup pesat di Kota Medan, data statistik menunjukkan adanya penurunan jumlah

restoran di Kota Medan. Kegiatan usaha restoran semakin berkembang

dikarenakan prospeknya yang menggiurkan bagi para pengusaha. Namun,

perkembangan Kota Medan sebagai salah satu pusat perdagangan dan bisnis

menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah

timbulnya persaingan bisnis yang semakin tinggi. Meningkatnya bisnis restoran

yang menyajikan aneka makanan dan minuman menimbulkan persaingan bisnis

antara restoran-restoran yang ada. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri

usaha-usaha baru yang bergerak dibidang penyediaan pangan. Selain timbulnya

persaingan bisnis yang tinggi, pola pikir serta perilaku masyarakat juga ikut

mengalami kemajuan. Perkembangan pola pikir tersebut yakni semakin banyak

masyarakat yang tertarik menginvestasikan dana mereka untuk mendirikan usaha

restoran yang semakin berkembang untuk memperoleh keuntungan.

Persaingan bisnis dalam bidang restoran tergolong ketat karena semakin

banyaknya restoran yang seakan terus berlomba-lomba untuk berkreasi dan

berinovasi dalam membuat ciri khas maupun keunggulan restoran itu sendiri.

Restoran-restoran yang tidak mau berkembang dan belajar untuk membuat inovasi

tentu tidak dapat bertahan lama.

Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwan diperlukan adanya

penelitian dalam pengembangan restoran sehingga usaha restoran dapat semakin

berkembang dan mampu memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

pendapatan pengusaha restoran itu sendiri. Jika tidak, usaha restoran tidak dapat

(26)

usaha restoran yang tidak bertahan lama ataupun gulung tikar. Melihat dari grafik

1.2. di atas terlihat bahwa data statistik usaha restoran mengalami penurunan yang

menandakan adanya suatu permasalahan mengenai usaha restoran. Walaupun

banyak restoran yang bermunculan, namun banyak juga restoran yang tidak

mampu bertahan dengan persaingan yang ada.

Pada umumnya restoran akan melakukan gulung tikar apabila omset yang

diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Itu artinya, hal ini dikarenakan

masalah mengenai pendapatan pengusaha restoran itu sendiri. Salah satu yang

mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran adalah kurangnya modal. Modal

sangat diperlukan dalam meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Namun,

masih banyak pengusaha restoran yang mengalami permasalahan permodalan. Hal

ini bisa disebabkan pula oleh perhatian pemerintah yang kurang tanggap terhadap

kebutuhan para pengusaha. Minimnya modal tentu berpengaruh terhadap hasil dan

inovasi yang dilakukan oleh pengusaha. Hal lain dapat berupa jumlah tenaga kerja

yang sesuai dan berkualitas. Jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan yang

dibutuhkan membuat kinerja menjadi maksimal. Sumber daya manusia yang

berkualitas juga memegang andil dalam peningkatan pengembangan usaha

restoran. Pada akhirnya hal itu akan meningkatkan pendapatan pengusaha

restoran. Waktu kerja yang sesuai dan fleksibel juga mempengaruhi pendapatan.

Waktu kerja yang semakin lama tentunya akan memberikan kesempatan yang

semakin banyak dalam menarik pengunjung yang datang. Lama usaha juga

mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran. Semakin lama usaha restoran

berdiri, maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Hal ini

(27)

yang lebih matang berdasarkan pengalaman yang ada. Hal ini tentunya dapat

meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Banyaknya variasi menu

menambah ketertarikan tersendiri untuk meningkatkan pendapatan pengusaha.

Konsumen diberikan kemudahan dalam memilih berbagai variasi menu yang

ditawarkan sesuai dengan selera konsumen masing-masing. Menu utama yang

bervariasi membuat konsumen memiliki aneka pilihan restoran yang akan

dikunjungi. Hal ini berpengaruh besar terhadap penerimaan omset. Variabel biaya

juga mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran, Semakin tinggi biaya yang

dikeluarkan, tentunya berekspektasi untuk memperoleh penerimaan yang lebih

besar dalam menaikkan omset pendapatan dari pengusaha restoran.

Kajian mengenai pendapatan pengusaha restoran diperlukan sebagai alat

ataupun dasar ilmu yang dapat diaplikasikan untuk bahan pertimbangan maupun

pengambilan langkah-langkah kebijakan dalam meningkatkan pendapatan

pengusaha restoran. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian dalam

kajian sektor usaha restoran, hal ini dapat ikut memberikan kontribusi terhadap

pengembangan usaha restoran. Apabila pendapatan restoran semakin meningkat,

pada akhirnya tentu dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Kota

Medan. Dikarenakan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian

yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

(28)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikemukakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah modal berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di Kota

Medan?

2. Apakah modal melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha

restoran di Kota Medan?

3. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di

Kota Medan?

4. Apakah tenaga kerja melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan

pengusaha restoran di Kota Medan?

5. Apakah waktu kerja berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di

Kota Medan?

6. Apakah waktu kerja melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan

pengusaha restoran di Kota Medan?

7. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di

Kota Medan?

8. Apakah lama usaha melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan

pengusaha restoran di Kota Medan?

9. Apakah variasi menu berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di

Kota Medan?

10.Apakah variasi menu melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan

(29)

11.Apakah biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di

Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal terhadap biaya

pengusaha restoran di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal melalui biaya

terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap biaya

pengusaha restoran di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja melalui biaya

terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu kerja terhadap biaya

pengusaha restoran di Kota Medan.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu kerja melalui biaya

terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lama usaha terhadap biaya

pengusaha restoran di Kota Medan.

8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lama usaha melalui biaya

terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

9. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variasi menu terhadap biaya

(30)

10.Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variasi menu melalui biaya

terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

11.Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh biaya terhadap pendapatan

pengusaha restoran di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk peneliti

Penelitian ini adalah sebagai bahan pembelajaran yang bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang yang diteliti.

2. Untuk sektor usaha restoran

Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengusaha

restoran dalam pengambilan kebijakan usaha khususnya mengenai kajian

tentang pendapatan pengusaha restoran.

3. Untuk Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kewirausahaan

2.1.1. Pengertian Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) wirausahawan adalah

seseorang yang menciptakan bisnis yang baru dengan mengambil resiko dan

ketidakpastian untuk memperoleh suatu keuntungan dan pertumbuhan dengan

cara melihat peluang dan menggabungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk

mendirikannya. Menurut Susanto (2002) kewirusahaan dapat diartikan sebagai

sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa

serta karya ataupun memiliki kemampuan dalam menggabungkan unsur

kreativitas, tantangan dan kerja keras serta kepuasan untuk memperoleh prestasi

yang maksimal sehingga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap jasa, barang

maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan

masyarakat. Menurut Dewanti (2008) wirausahawan secara umum adalah

orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan

peluang-peluang yang ada. Sedangkan menurut Kasmir (2006) wirausahawan adalah orang

yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai

kesempatan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong minat seseorang dalam

(32)

Jadi, wirausaha merupakan orang yang berani menanggung resiko usaha, jeli

dalam melihat peluang usaha yang ada, serta mampu memperoleh sumber daya

yang diperlukan baik modal maupun kebutuhan lainnya. Seorang wirausahawan

harus memiliki keahlian (skill) sebagai berikut:

1. Managerial skill

Kemampuan dalam mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang ada

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Technical skill

Keahlian yang bersifat teknis dalam pelaksanaan proses produksi sehingga

proses berjalan dengan baik.

3. Organizational skill

Keahlian memimpin berbagai usaha, baik intern perusahaan yang brsifat

bisnis, maupun organisasi dalam bentuk lain.

2.1.2. Karakteristik Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) adapun karakteristik dari

wirausahawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kecenderungan bertanggung jawab secara pribadi atas hasil

yang ditetapkan sendiri.

2. Wirausahawan memiliki sikap optimis sehingga memiliki keyakinan

untuk berhasil.

3. Wirausahawan melihat bisnis dari tingkat pemahaman resiko

pribadinya. Mereka melihat peluang sesuai dengan pengetahuan, latar

(33)

4. Wirausahawan akan mencari pengukuhan dan melihat sebaik apa

mereka bekerja.

5. Wirausahawan memiliki kecenderungan energi yang tinggi dibanding

masyarakat kebanyakan.

6. Mempunyai orientasi ke depan dalam mencari peluang.

7. Memiliki keterampilan mengorganisasi untuk mengubah pandangan ke

depan menjadi kenyataan.

8. Mempunyai penilaian bahwa prestasi lebih tinggi dibandingkan uang.

Dalam hal ini mereka menjalankan suatu usaha sendiri sesuai dengan

yang diinginkan.

Suatu usaha dapat dijalankan secara perseorangan ataupun bersama-sama.

Menurut Kasmir (2006) untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan :

a. Menjadi pemilik modal dan menjadi pengelolanya

b. Menyetor modal dan dikelola oleh pihak mitra

c. Menyerahkan tenaga yang dikonversikan dalam bentuk saham untuk

bukti kepemilikan usaha.

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan

Dalam mejalankan suatu usaha pasti terdapat potensi keunggulan dan

kekurangan. Dari segi keunggulan, terdapat hal-hal yang menarik yang menjadi

keunggulan bagi wirausahawan. Berwirausaha memiliki banyak keuntungan

dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Zimmerer dan

Scarborough (2004) kelebihan dari wirausahawan adalah sebagai berikut:

a. Memiliki peluang untuk mengendalikan nasib sendiri

(34)

c. Potensi yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya

d. Peluang dalam meraih keuntungan tanpa batas

e. Peluang dalam melakukan hal yang diminati

f. Peluang untuk berperan pada masyarakat dan mendapatkan pengakuan.

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) kekurangan dalam menjadi

wirausahawan adalah:

a. Memiliki resiko kehilangan dari seluruh investasi

b. Mempunyai pendapatan yang tidak sama

c. Cenderung bekerja lebih lama dan memerlukan kerja keras

d. Memiliki mutu hidup yang rendah sampai bisnis menjadi mapan

e. Harus bertanggung jawab penuh

f. Ketegangan mental yang tinggi

2.1.4. Model Kurva Permintaan dari Perspektif Kewirausahaan

Menurut Wirasasmita (2011) fenomena permintaan fungsi produksi dan

laba dari perspektif kewirausahaan dapat dikembangkan dari teori dasar

perusahaan kewirausahaan. Kurva permintaan sering dirumuskan Q = f (P) yang

menjelaskan hubungan antara jumlah yang dibeli (Q) dengan harga (P). Variabel

harga dianggap sebagai variabel kebijakan, selama perusahaan dapat menentukan

harga. Variabel yang bukan variabel kebijakan antara lain: pendapatan, selera,

harga barang lain.

Dari persperktif kewirausahaan variabel keinovatifan (dalam produk dan

manajerial) merupakan variabel kebijakan yang dapat menggeser kurva

(35)

Apabila harga dianggap tetap, jumlah yang dibeli merupakan fungsi inovasi atau

dalam bentuk diagram :

Gambar 2.1. Model Permintaan Kewirausahaan

Variabel keinovativan merupakan “Market Shifter“/penggerak permintaan.

Variabel keinovativan menghasilkan keunikan dari produk yang dapat berbentuk

keunggulan teknikal, kualitas dan pelayanan yang dapat menciptakan nilai bagi

pembeli karena kecocokan dengan preferensi atau ekspektasi pembeli.

Kurva permintaan dalam perspektif kewirausahaan merupakan fenomena

dinamis, mengalami pergeseran sesuai dengan perubahan ekspektasi kustomer dan

keinovativan perusahaan. Keinovativan selain dipicu oleh persaingan dari luar,

juga karena persaingan dengan dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk

menghasilkan produk yang lebih baik dari produk-produk yang dihasilkan

sebelumnya (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com

2.1.5. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan

).

Fungsi produksi tradisional biasa dinyatakan : Q = f (X1, X2, X3,….X|),

dimana X| merupakan variabel input. Dari perspektif kewirausahaan fungsi

produksi dirumuskan sebagai berikut :

(36)

Pengaruh dari keinovatifan dalam fungsi produksi merubah hubungan

input-output :

1. Kombinasi input baru menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan

sebelumnya.

2. Inovasi baru menghasilkan penghematan penggunaan input, sehingga

biaya produksi keseluruhan menjadi rendah atau mencegah kenaikan

biaya.

Dalam diagram pengaruh keinovatifan dapat dijelaskan :

Gambar 2.2. Model Fungsi Produksi Kewirausahaa

Dengan input OX1 tanpa inovasi menghasilkan produk sebesar 0%.

Dengan input yang sama (OX1) dengan inovasi menghasilkan output sebesar OQ2

(Iebih besar dari OQ1). Dengan input OX2 tanpa inovasi menghasilkan output

sebesar OQ3. Dengan input yang Iebih kecil OX1 dengan inovasi menghasil output

yang Iebih besar yaitu OQ2. Inovasi manajemen melekat baik pada inovasi produk

maupun inovasi proses.

Berdasarkan fungsi produksi kewirausahaan, perusahaan kewirausahaan

meminimalkan biaya atau mencegah kenaikan biaya dan memaksimalkan output.

(37)

Gambar 2.3. Model Kurva Biaya

Kurva biaya rata-rata sebelum inovasi AC, sesudah inovasi bergerak

kebawah menjadi AC1. Dalam hal inovasi dapat mencegah kenaikan biaya

rata-rata, kurva AC mempunyai bentuk “L-Shape”.

Gambar 2.4. Model L-Shape

Inovasi yang dapat mencegah kenaikan biaya rata-rata inilah yang

selanjutnya akan dijadikan dasar dari perusahaan-kewirausahaan

(www.yuyunwirasasmita.wordpress.com

2.1.6. Teori Laba Kewirausahaan

).

Teori laba dalam perspektif kewirausahaan, laba merupakan fungsi dari

inovasi. Dalam rumus :

Laba = f (inovasi produk, inovasi proses dan inovasi manajerial)

dimana sumber inovasi dapat bersifat exogeneous/dari luar dan dari

dalam/endogeneous yaitu persaingan dengan dirinya sendiri, atau keinginan

menghasilkan/produk atau proses yang Iebih baik dari sebelumnya. Melalui

(38)

Gambar 2.5. Model Diagram Laba Kewirausahaan

Inovasi produk menggeser kurva AR menjadi AR1, inovasi proses

menggeser kurva AC menjadi AC1, yang berbentuk “L-Shape”, sehingga

Marginal Cost = Average Cost.

Dengan kedua jenis inovasi tersebut laba bertambah dari ABCD menjadi

A1B1C1D1 yang lebih besar. Harga produk turun dari OA menjadi OA’.

Keadaan tersebut dapat dipertahankan selama perusahaankewirausahaan tidak

masuk ke dalam“comfort/relax zone syndrome”, karena keberhasilan-keberhasilan

sebelumnya menjadi tidak inovatif. Apabila terkena syndrome tersebut laba akan

menjadi kecil, karena kurva permintaan bergeser menjadi AR dan kurva biaya

rata-rata bergeser menjadi AC (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com)..

2.2. Restoran

Beralih pada sektor ekonomi yang lebih spesifik yang dikaji yakni sektor

rumah makan atau restoran, menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan

Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha

Restoran/Rumah Makan, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu

usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola

(39)

304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan restoran/ rumah makan maka yang

dimaksud restoran/ rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang

bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan

peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan

makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya

(pariwisatadanteknologi.blogspot.com

Menurut Marsum (2001) restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang

diorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik

kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman. Menurut Pupun

Pujiati perbedaan antara rumah makan dan restoran adalah rumah makan sudah

dimasak terlebih dahulu dan siap dihidangkan, sedangkan restoran akan memasak

bila sudah ada pemesanan dari tamu restoran sehingga hidangan yang disajikan

lebih hangat dan fresh. Selain itu menu hidangan restoran yang disajikan sangat

banyak termasuk peralatannya mulai dari sendok, garpu, pisau, gelas, piring,

makanan pembuka dan makanan penutup (

). Sedangkan menurut Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata, rumah makan/ kafe adalah setiap tempat usaha komersil yang

ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman umumnya

ditempat usahanya.

www.anneahira.com/restaurant.htm

Jika dilihat dari arti kata, restoran berasal dari kata “re-store” yang artinya

mengembalikan atau memperbaiki kondisi setelah orang bekerja. Dengan kata lain

merupakan kegiatan ataupun upaya pemulihan seseorang karena mengalami

kehilangan energi atau kalori sehingga memerlukan konsumsi makanan atau

minuman di suatu tempat. Jadi, restoration merupakan tempat dimana seseorang

(40)

nama menjadi “Restaurant” (bahasa Inggris). dan restoran (bahasa Indonesia)

(www. definisirestoran.blogspot.com

2.2.1. Jenis Usaha Restoran

).

Menurut Soekresno (2000) dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian,

restoran dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :

1. Restoran Formal

Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan makanan dan

minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan pelayanan yang

eksklusif. Contoh : member restoran, Gourmet, Main dining room, Grilled

Restoran, executive restoran dan sebagainya.

Ciri – ciri restoran formal :

a. Penerimaan pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu

b. Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi

c. Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa

popular

d. Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian service atau French service

atau modifikasi dari kedua table service tersebut

e. Di sediakan ruangan untuk cocktail selain ruangan jamuan makan

digunakan sebagai tempat untuk minum yang berakohol sebelum santap

malam

f. Di buka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau makan

malam dan makan siang dan tidak di buka untuk makan pagi

g. Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya

(41)

h. Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan

suasana romantis dan exclusive

i. Harga makanan dan minuman relatif tinggi dibanding harga makanan dan

minuman di restoran informal

j. Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk

dapat di lewati gueridon

k. Tenaga relatif banyak dengan standar kebutuhan pramusaji untuk melayani

4 – 8 pelanggan

2. Restoran Informal

Restoran informal adalah industri jasa pelayanana makanan dan minuman

yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan

kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang silih berganti

pelanggan. Contoh : café, cafeteria, fast food restoran, coffe shop, bistro, canteen,

tavern, family restaurant, pub, service corner, burger corner, snack bar.

Ciri – ciri restoran informal :

a. Harga makanan dan minuman relatif murah

b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat

c. Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian

formal

d. Sistem penyajian yang dipakai American Service/ ready plate bahkan self

service ataupun counter service

e. Tidak menyediakan hiburan musik hidup

(42)

g. Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu atau

pelanggan namun di pampang di counter atau langsung di meja makan

untuk mempercepat proses pelayanan

h. Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang

relative cepat selesai dimasak

i. Jumlah tenaga service relatif sedikit dengan standar kebutuhan, 1

pramusaji melayani 12 – 16 pelanggan

3. Specialities Restoran

Specialities Restoran adalah industri jasa pelayanan makanan dan

minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan menyediakan

makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara

tersebut.Contoh : Indonesian food restaurant, Chinese food restaurant, Japanesse

food restaurant etc.

Ciri ciri specialities restaurant :

a. Menyediakan sistem pemesanan tempat

b. Menyediakan menu khas suatu negara tertentu, popular dan disenangi

banyak pelanggan secara umum

c. Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan dimodifikasi

dengan budaya internasional

d. Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang dan atau makan malam

e. Menu ala carte dipresentasikan kepada pelanggan

f. Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas negara asal

g. Harga makanan relatif tinggi di banding informal restoran dan lebih

(43)

h. Jumlah tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji

untuk melayani 8 -12 pelanggan (www.rinakurniati.wordpress.com

Menurut Raharjo (2008) secara umum terdapat tiga jenis usaha pada

makanan dan minuman. Masing-masing jenis usaha ini mempunyai kategori dan

karakteristik yang berbeda, baik segi investasi maupun cara pengelolaannya. )

Ketiga jenis usaha tersebut adalah :

a. Usaha skala kecil

Usaha jenis ini bersifat kecil dan biasanya pada kalangan yang

berpendapatan kecil pula. Ciri-ciri dari usaha ini yaitu jenis menu yang

sangat terbatas dan harga yang murah, yakni sekitar Rp. 3000,00-

Rp15.000,00 per orangnya. Konsepnya sederhana yakni hanya “makan,

kenyang dan pulang”. Usaha jenis ini tidak terlalu mementingkan

pelayanan dan kebersihan.

b. Usaha skala menengah

Jenis usaha ini diperuntukkan bagi kalangan pada tingkat ekonomi

menengah. Dari segi harganya, memiliki tingkat harga yang lebih mahal

dibandingkan usaha kecil dengan kisaran antara Rp.15.000,00- Rp.

40.000,00 per orang. Ciri-ciri usaha skala menengah adalah dapat dilihat

dari menu yang lebih variatif, memiliki karyawan untuk melayani, jenis

pelayanannya sangat sederhana, kebersihannya lebih diperhatikan, dan

biasanya memiliki lahan parkir yang luas. Jenis usaha ini dapat ditemukan

di rumah makan padang, restoran franchise, kafe, resto, atau restoran yang

(44)

c. Usaha skala besar

Usaha skala besar biasanya ditujukan untuk kalangan dengan ekonomi dan

sosial yang tinggi. Jenis restoran ini dapat berdiri sendiri pada daerah

tertentu atau berada di hotel bintang lima. Biasanya restoran ini

menggunakan konsep khusus pada pelayanan dan menu yang ditawarkan,

misalnya restoran Italia, Restoran Jepang, pub dan resto, Restoran Perancis

atau Restoran Indonesia.

Dalam mengelola usaha makanan dan minuman dibutuhkan pemahaman

tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam berbisnis restoran. Hal

itu dapat diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor

internal contohnya adalah pengontrolan biaya, inovasi, pelatihan, tingkat

kebersihan, adanya asumsi yang salah dan sebagainya. Contoh faktor eksternal

adalah perizinan, tingkat persaingan, kurangnya promosi, penurunan tingkat

kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

2.2.2. Penyebab Kegagalan Restoran

Menurut Raharjo (2008) hal-hal dalam bisnis restoran yang perlu dihindari

sebagai penyebab kegagalan adalah :

a. Menghindari asumsi yang keliru mengenai usaha restoran

Asumsi yang dimaksud seperti anggapan restoran tidak memiliki resiko,

dengan keahlian dapat memperoleh sukses dengan cepat, bisnis makanan

dan minuman memiliki pasar yang cakupannya luas, dan modal

(45)

b. Menghindari kesalahan dalam memilih lokasi

Lokasi merupakan strategi utama dalam meraup pasar. Salah satu faktor

sukses berbisnis rumah makan terletak pada penentuan lokasi. Terkadang

pemilihan lokasi yang tepat membawa dampak yang jauh lebih

menguntungkan dibandingkan dengan rasa serta kualitas dari makanan

yang ditawarkan. Tapi, apabila hal tersebut dapat dipenuhi dan memiliki

lokasi yang strategis dengan harga terjangkau, ditambah dengan suasana

dan pelayanan yang memuaskan, maka dapat dipastikan restoran tersebut

akan dibanjiri oleh para pengunjung.

Kriteria dari lokasi yang strategis adalah (a) Mudah terjangkau, (b)

Terlihat dari berbagai sisi, (c) Memiliki lokasi dengan tingkat keamanan

tinggi, (d) Memiliki lalu lintas yang tinggi dan padat. Restoran yang

letaknya berjauhan dari kriteria strategis biasanya akan sepi dari

pengunjung karena pemilihan lokasi yang salah.

c. Menghindari kesalahan dalam mengelola arus keuangan

Keuangan merupakan faktor penting dalam berbisnis karena tujuan dasar

dari berusaha adalah untuk memperoleh pengembalian modal tepat pada

waktunya serta memperoleh keuntungan. Kekeliruan dalam pengaturan

keuangan akan berdampak pada pendapatan dan masalah keuangan yang

serius. Hal ini membuat restoran yang mendapatkan penjualan yang tinggi

dari kegiatan operasional bulanan dapat berakibat minus dalam laporan

keuangannya. Contohnya akibat tingginya biaya produksi makanan dan

minuman untuk produk yang dihasilkan, pembayaran pada pemasok yang

(46)

barang-barang yang tidak perlu, dan lain sebagainya. Suatu restoran harus dapat

(a) mampu menghasilkan pendapatan yang memadai, (b) dapat mengontrol

biaya makanan dan gaji karyawan dengan bijak dan cermat, (c) membeli

peralatan sesuai kebutuhan, (d) Melakukan penagihan hutang tepat waktu,

(e) membayar kewajiban tepat waktu, (f) tidak mencampuradukkan uang

perusahaan dengan uang pribadi.

d. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola produk

Faktor penting agar produk dapat bersaing sukses dalam jangka waktu

yang relatif lama adalah melakukan inovasi dan mengontrol kualitas

produk ataupun pengembangan produk setiap saat sesuai dengan

perkembangan pasar. Contohnya adalah toilet yang bersih, parkiran yang

tertata rapi, dan suasana yang nyaman. Inovasi dan kreativitas sangat

penting untuk menarik pelanggan, sehingga inovasi produk tetap

dibutuhkan sampai kapan pun.

e. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola sumber daya manusia

Karyawan merupakan salah satu penggerak dari motor perusahaan.

Kebutuhan karyawan yang terpenuhi akan mempengaruhi kinerja mereka.

Misalnya, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan

kebutuhan untuk berkembang. Perusahaan dan karyawan perlu memiliki

pemahaman yang sama dengan mengelola suatu usaha dengan saling

pengertian, komunikasi yang baik, dan mengerti akan tanggung jawab

serta haknya masing-masing. Hal tersebut akan menjadi dasar bagi

(47)

f. Menghindari kesalahan dalam Mengelola Pelanggan

Di dalam bisnis restoran pelanggan adalah segalanya. Hal ini karena

merekalah yang membayar seluruh operasional restoran. Oleh karena itu

banyak usaha yang gulung tikar akibat tidak memperhatikan

pelanggannya. Contohnya adalah memberikan pelayanan yang baik pada

pelanggan, tahu akan kebutuhan pelanggan, dan merespon pelanggan yang

kecewa. Setiap orang yang bekerja di suatu usaha restoran harus

mempunyai persepsi yang sama dalam memberikan pelayanan yang

terbaik bagi pelanggannya. Hal itu dilakukan supaya pelanggan merasa

puas dan tidak meninggalkan restoran tersebut.

g. Menghindari kesalahan dalam Berpromosi

Kegagalan suatu bisnis restoran salah satu penyebabnya karena kurangnya

promosi ataupun berpromosi dengan cara yang salah. Seseorang tidak akan

datang ke restoran apabila masyarakat tidak memiliki informasi tentang

restoran tersebut. Adapula kesalahan akibat cara yang salah yakni

contohnya hanya berpromosi pada awal pembukaan serta keyakinan

berlebihan yang akhirnya justru menjerumuskan. Akibatnya setelah

promosi berhenti akan dilupakan banyak orang. Dalam berpromosi

dibutuhkan jadwal yang tepat sepanjang tahun. Diperlukan kesadaran

bahwa produk dan inovasi perlu diketahui oleh banyak orang sehingga

promosi perlu dilakukan. Dengan demikian, setiap orang yang melihat

(48)

2.3. Pendapatan

2.3.1. Pengertian Pendapatan

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William

Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya

(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan

bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi)

selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi

modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah

satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat

utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto

(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang

dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar

pada suatu Negara. Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah

untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha

perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana

uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran (Samuelson dan

Nordhaus, 2003).

Selanjutnya, pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh

uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu

tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan

tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta

pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau

(49)

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pendapatan diartikan sebagai arus

masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal usaha

selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang

tidak berasa. Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima

oleh seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.

Menurut Rahardja dan Manurung (2006) pendapatan merupakan total dari

penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama

periode tertentu. Sedangkan nenurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2009)

pendapatan nasional adalah pendapatan bersih seluruh warga negara dari suatu

negara dalam satu tahun. Pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa

uang tetapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan

penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau

upah serta lain-lain balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari

usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari penjualan barang yang

dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiun,

jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang merupakan segala

penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa

yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai

transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga

penerimaan barang secara cuma-cuma pembelian barang dengan harga subsidi

(50)

Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber

penerimaan pada rumah tangga, yakni :

1. Pendapatan dari gaji dan upah

Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja.

Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari produktivitasnya.

Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni (a) Keahlian,

(b) Mutu modal manusia, dan (c) Kondisi kerja.

2. Pendapatan dari aset produktif

Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap

balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial

dan aset bukan finansial.

3. Pendapatan dari Pemerintah

Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima

bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini

biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan

tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.

Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sukirno (2002) pendapatan

pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan

ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil

penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan

dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari

penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal)

(51)

Produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai

guna suatu barang dan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mengubah input

menjadi output. Produsen adalah mereka yang melakukan produksi. Kegiatan

produksi menjamin kelangsungan hidup masyarakat.oleh karena itu harus

dilakukan dalam keadaan apa pun baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun

produksi tidak mungkin bisa berjalan bila tidak ada bahan yang memungkinkan

untuk dilakukan proses produksi itu sendiri. Untuk melakukan proses produksi

memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber daya alam, modal, serta keahlian.

Yang semuanya itu biasa disebut faktor produksi. Fungsi produksi adalah suatu

persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan antara tingkat input yang

digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang di hasilkan.

Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga

disebut sebagai output. Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang

menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor

produksi dan hasil penjualan outputnya. Fungsi produksi secara matematis sebagai

berikut :

Q = F (K,L,R,T)

Penjelasan :

Q = Jumlah output (hasil)

K = Kapital (Modal)

L = Labour (Tenaga Kerja)

R = Raw Material (Kekayaan)

(52)

Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang

tidak dapat dipisah – pisahkan dari teori produksi. Hukum itu menjelaskan sifat

pokok dari hubungan tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk

mewujudkan output produksi. Menurut Arsyad (2000) Hukum kenaikan hasil

yang semakin berkurang menyatakan bahwa jika jumlah dari penggunaan satu

input variabel meningkat, sementara penggunaan faktor-faktor produksi lainnya

tidak berubah maka pada mulanya kenaikan penggunaan input tersebut akan

menaikkan jumlah output tetapi kemudian mulai menurun (berkurang). Dengan

demikian pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang

menyatakan bahwa hubungan antara tingkat produksi dan faktor produksi/ jumlah

tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, sebagai berikut :

a. Tahap produksi pertama

Produksi total mengalami pertambahan output yang semakin cepat

b. Tahap produksi kedua

produksi total mengalami pertambahan output yang semakin lambat

c. Tahap produksi ketiga

(53)

Gambar 2.6. Tahapan Produksi

Menurut Noor (2007) yang dimaksud dengan produksi jangka panjang

adalah masa atau periode produksi diman semua input produksi adalah merupakan

variabel/dapat berubah. Oleh karena itu, produksi jangka panjang berlaku bila

teknologi dan kapasitas dari produksi dapat berubah. Artinya, apabila ada inovasi

dalam teknologi produksi, sehingga ada perubahan atau input produksi,maka

produksi jangka pendek berhenti dan berpindah menjadi produksi jangka panjang.

Input tetap merupakan jenis input produksi yang tidak dapat berubah, meskipun

output mengalami perubahan. Tidak dapat berubahnya jenis input ini karena

berbagai alasan, misalnya ketersediaan yang terbatas, harga yang relatif tinggi,

teknologi produksi yang belum berubah, dan lain-lain. Input variabel adalah jenis

input yang dapat berubah dalam periode tertentu untuk mengubah jumlah output.

Input ini dapat berubah karena ketersediaannya yang melimpah dan tidak terbatas.

Seperti halnya diatas, apabila ada inovasi di dalam proses dan teknologi produksi,

(54)

a. Isoquant

Gambar 2.7. Kurva Isoquant

Iso berasal dari kata sama dan quant yanga artinya kuantitas merupakan

sebuah kurva yang menunjukkan semua kombinasi penggunaan input yang

berbeda secara efisien dalam menghasilkan jumlah output tertentu (Arsyad, 2000).

b. Isocost

(55)

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang

bisa dibeli dengan tingkat pengeluaran tertentu (Arsyad, 2000). Ciri-ciri kurva

isocost sama dengan budget line pada teori perilaku konsumen.

c. Jumlah Produksi Optimum

Gambar 2.9. Least Cost Combination

Suatu perusahaan dapat menghasilkan produk secara optimal apabila

perusahaan tersebut dengan jumlah produksi tertinggi dan pada saat itu mampu

menghasilkan output dengan kombinasi faktor produksi yang paling rendah

biayanya (Least Cost Combination). Secara garis besar Least Cost Combination

(56)

Pada periode produksi jangka panjang ada kecenderungan bahwa pada

tingkat permulaan dengan semakin diperluasnya skala usaha akan meningkatkan

efisiensi usaha, namun mulai titik tertentu perluasan usaha yang lebih lanjut akan

mengakibatkan semakin menurunnya efisiensi usaha secara keseluruhan. Skala

usaha di mana tingkat efisiensi perusahaan mencapai nilai optimal disebut dengan

skala usaha optimal (optimum scale of plant).

Ekonomi skala merupakan kejadian menurunnya biaya produksi per unit

dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah

produksi (output). Istilah ekonomi skala seringkali disamakan dengan istilah

pengembalian Skala (return to scale). Ekonomi skala membahas hubungan antara

biaya produksi (per unit) dengan jumlah produksi (output). Sedangkan

'pengembalian skala membahas hubungan antara jumlah produksi (output) dengan

faktor-faktor produksi. Namun kedua hal tersebut saling berhubungan yakni

ekonomi skala merupakan pengembalian skala yang terjadi dari sisi biaya

produksi.

a. Skala Ekonomi

Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah

kapasitas produksi. Pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan produksi

menjadi bertambah efisien. Pada kurva LRAC keadaan tersebut ditunjukkan oleh

bagian kurva yang semakin menurun jika produksi bertambah. Beberapa faktor

penting yang menimbulkan skala ekonomi adalah:

a. Spesialisasi dari faktor – faktor produksi

b. Pengurangan harga bahan mentah dan kebutuhan produksi lainnya

(57)

e. Penggunaan intensif personil dengan keahlian tinggi yang lebih banyak dan

penggunaan modal yang lebih banyak

b. Skala tidak ekonomi

Beberapa penyebab dari skala tidak ekonomi adalah :

a. Sulitnya pengendalian dan pengawasan

b. Pembuatan keputusan yang berjalan lambat sehubungan dengan kelebihan

ukuran administrasi

c. Kurangnya motivasi karyawan.

Skala tidak ekonomi ini merupakan bagian dari jangka panjang. Skala ini

biasanya terjadi pada ukuran perusahaan yang terlalu berlebihan. Dalam

memperoleh keuntungan pada skala ekonomi, perusahaan dapat meningkatkan

ukurannya, tetapi keuntungan tersebut dapat hilang apabila perusahaan telah

mencapai ukuran tertentu. Jadi, hal tersebut sebenarnya tidak diperlukan atau

terjadi pemborosan yang menyebabkan terjadinya skala tidak ekonomi.

Dalam analisis Ekonomi Makro istilah pendapatan nasional (national

income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa,

upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk biaya transfer (tunjangan

pengangguran, pensiun dan lain sebagainya). Menurut Mankiw (2007) pendapatan

nasional (national income) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara

dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total

dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas

output barang dan jasa perekonomian. PDB mengukur pendapatan dan

Gambar

Gambar 2.1. Model Permintaan Kewirausahaan
Gambar 2.2. Model Fungsi Produksi Kewirausahaa
Gambar 2.4. Model L-Shape
Gambar 2.5. Model Diagram Laba Kewirausahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel modal jumlah tenaga kerja jumlah produksi, lama usaha terhadap pendapatan usaha handmade sepatu di

menunjukkan bahwa semua variabel seperti modal usaha, modal kerja, jumlah jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan dan daerah pemasaran dapat menjelaskan semua variasi

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Modal, Kredit KUR, Lama usaha, dan Tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pendapatan pelaku UMKM di

Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui variabel dependen modal usaha, lama usaha, pendidikan, dan jenis usaha mempengaruhi variabel independen pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modal usaha, pendidikan pengusaha, jumlah tenaga kerja, lama usaha dan jam kerja berpengaruh signifikan secara

Pertelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel modal jumlah tenaga kerja jumlah produksi, lama usaha terhadap pendapatan usaha handmade sepatu di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh variabel modal, jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, lokasi terhadap

Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui variabel dependen modal usaha, lama usaha, pendidikan, dan jenis usaha mempengaruhi variabel independen pendapatan