S E K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
N
A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN
DI KOTA MEDAN
T E S I S
OLEH
DIWAYANA PUTRI NASUTION
117018020/EP
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN
DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIWAYANA PUTRI NASUTION
117018020/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN DI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Diwayana Putri Nasution
Nomor Pokok : 117018020/EP
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Disetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec)
Ketua Anggota
(Dr. Rujiman M.A.)
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec) (Prof. Dr. Erman Munir M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec
Anggota : 1. Dr. Rujiman M.A.
2. Prof. Dr. Ir. Pandia Setiaty
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN
DI KOTA MEDAN”
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota
Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.
Medan, Juli 2013 Penulis,
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN
DI KOTA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan melalui variabel intervening biaya. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 160 populasi dan sampel
penelitian sebanyak 115 pengusaha restoran serta menggunakan metode Path
Analysis dalam mengestimasi hasil penelitiannya. Hasil penelitian pada
persamaan struktural pertama menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, dan lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya pengusaha restoran, serta variasi menu memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap biaya pengusaha restoran. Pada persamaan struktural kedua menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran, serta waktu kerja dan biaya memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif terhadap biaya dan pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh tidak langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu melalui variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh total diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu bersama-sama variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran.
Kata kunci: Pendapatan, Biaya, Modal, Tenaga kerja, Waktu Kerja, Lama
THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF RESTAURANT BUSINESSMAN
IN THE CITY OF MEDAN
ABSTRACT
The title of the research is “The Analysis of the Factors influencing the Income of Restaurant Businessman in the City of Medan”. The objective of the research was to find out the influence of independent variables such as capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation on dependent variable, the income of restaurant businessman in Medan through cost intervening variable. The research used cross sectional approach. The population was 160 restaurant businesses, and 115 of them were used as the samples, using path analysis in estimating the result of the research. The result of the research in the first structural equation showed that capital, manpower, work time, and the length of doing business had positive and significant influence on the cost of restaurant businessman, and menu variation had positive but not significant influence on the cost of restaurant businessman. The result of the research in the second structural equation showed that capital, manpower, the length of doing business, and menu variation had positive and significant influence on the income of restaurant businessman, and work time and cost had positive but not significant influence on the income of restaurant businessman. Based on the direct effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation had positive influence on the cost and the income of restaurant businessman. Based on indirect effect, it was found that capital, manpower, work time, length of doing business, and menu variation, through cost of intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman. Based on total effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation, together with cost intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman.
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim,
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya yang tercurah hingga selesainya tesis ini. Shalawat dan salam
pada Rasulullah SAW yang dengan bimbingannya hingga saat ini kita berada
dalam dien yang benar dan tetap menjadi umat yang terbaik.
Penulisan tesis ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Magister
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Magister Sains. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka
penulis menyusun tesis yang berjudul :”Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”.
Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari adanya bimbingan dan
dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil sehingga penulisan tesis
ini dapat terwujud. Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan
terimakasih atas motivasi, kasih sayang serta doa bagi penulis kepada ayah dan
mama tercinta (Ir. Awaluddin Nasution dan Nurhayani Lubis), kakak tercinta
(Dina Sabrinah Nasution) dan adik-adik tercinta (Muhammad Ghazi Alwafi
Nasution dan Muhammad Fadil Hilmi Nasution) dan Muhammad Ikhsan. Penulis
juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc. (CTM), Sp. A(K),
2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec, dan Bapak Prof. Dr. Ramli S.E.,
M.S., selaku Ketua dan Sekretaris Magister Ekonomi Pembangunan
Fakultas Pasca Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir M.Sc, selaku Direktur Fakultas Pasca
Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman M.A.,
selaku Dosen Pembimbing tesis, yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga
selesainya tesis ini.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Pandia Setiaty, Bapak Dr. Ir. Rahmanta M.Si, Bapak Dr.
H.B. Tarmizi S.U. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan
masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
6. Dosen-dosen Pengajar Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-ilmunya melalui
kegiatan belajar mengajar dengan dasar pemikiran dan pengetahuan yang
sangat baik.
7. Staff-staff administrasi Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan
mempermudah penulis dalam menyelesaikan studi di Magister Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
8. Pengusaha-pengusaha Restoran di Kota Medan, manager dan para
karyawannya, atas bantuan dalam memberikan data sehingga tesis ini
9. Kepada Teman-teman Magister Ekonomi Pembangunan, Sahabat-sahabat
Tamsu, S1 Ekonomi Pembangunan, ESQ, dan pihak-pihak lain yang telah
membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selama ini
memberikan semangat, keceriaan, dan motivasi. Terimakasih untuk doa,
dukungan moril dan semangat yang membuat penulis memiliki motivasi
dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun
demi penulisan yang lebih sempurna di masa akan datang.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu selanjutnya dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunianya bagi kita semua.
Medan, 30 Juni 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Diwayana Putri Nasution
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Medan, 13 Februari 1989
Nama Ayah : Ir. Awaluddin Nasution
Nama Ibu : Nurhayani Lubis
Alamat : Jl. Setia Budi No.19 LK.8 Medan
1. SD Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar
Riwayat Pendidikan Formal :
(Tahun 1995 s/d 2001)
2. SMP Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar
(Tahun 2001 s/d 2004)
3. SMA Negeri 4 Pematangsiantar
(Tahun 2004 s/d 2007)
4. Sarjana Ekonomi (S1) Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara Medan
(Tahun 2007 s/d 2011)
5. Pasca Sarjana Ekonomi (S2) Magister Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara Medan
DAFTAR ISI
2.1.1. Pengertian Wirausahawan ... 11
2.1.2. Karakteristik Wirausahawan ... 12
2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan ... 13
2.1.4. Model Kurva Permintaan dari Perspektif Kewirausahaan ... 14
2.1.5. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan ... 15
2.1.6. Teori Laba Kewirausahaan ... 17
2.2. Restoran ... 18
2.2.1. Jenis Usaha Restoran ... 20
2.2.2. Penyebab Kegagalan Restoran ... 24
2.3. Pendapatan ... 28
2.3.1. Pengertian Pendapatan ... 28
2.3.2. Pendekatan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional 39 2.4. Biaya ... 40
2.4.1. Jenis-jenis Biaya ... 42
2.4.2. Biaya Produksi dalam Jangka Pendek ... 48
2.4.3. Biaya Produksi dalam Jangka Panjang ... 52
2.5. Modal... 54
2.5.1. Jenis-jenis Modal ... 55
2.5.2. Sumber-sumber Modal ... 56
2.5.3. Peranan Modal dalam Perekonomian ... 57
2.6. Tenaga Kerja ... 58
2.7. Lama Usaha ... 62
2.8. Variasi Menu ... 63
2.9. Penelitian Terdahulu ... 65
2.10. Kerangka Konseptual ... 71
4.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan... 90
4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan ... 93
4.1.3. Kondisi Perekonomian Kota Medan ... 95
4.1.4. Gambaran Umum Pariwisata Kota Medan ... 96
4.1.5. Potensi Kegiatan Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Medan ... 97
4.1.6. Perkembangan Aneka Restoran di Kota Medan ... 99
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 107
4.2.1. Usia Responden ... 107
4.2.2. Jenis Kelamin Responden ... 108
4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden ... 109
4.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 110
4.2.5. Jumlah Tenaga Kerja Responden ... 111
4.2.6. Lama Usaha Responden ... 111
4.2.7. Jumlah Pembeli Responden ... 112
4.2.8. Kendala yang Dihadapi Responden ... 113
4.3. Analisis dan Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 114
4.3.1. Hasil Uji Asumsi ... 114
4.3.2. Analisis Model ... 119
4.3.3. Uji Kesesuaian danUji Hubungan Kausal ... 120
4.3.4. Hubungan Faktor-faktor terhadap Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 120
4.3.5. Analisis Pengaruh Langsung, Pengaruh tidak Langsung, dan Pengaruh Total ... 124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 139 5.1. Kesimpulan ... 139 5.2. Saran ... 141
DAFTAR TABEL
4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 110
4.15. Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan... 124
DAFTAR GAMBAR
2.13. Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Bagan Struktural Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak
Langsung Dan Pengaruh Total ... 146 2. Kuisioner Penelitian ... 148
3. Data Hasil Penelitian Pendapatan Pengusaha Restoran di
DAFTAR SINGKATAN
AC = Average Cost
AFC = Average Fixed Cost
AVC = Average Variable Cost
AGFI = Adjusted Goodness of Fit Index
AMOS = Analysis of Moment Structure
CMIN/DF = The Minimum Sample Disprepancy Fungtion/ Degree of
Freedom
CR = Critical Ratio
FC = Fixed Cost
GFI = Goodness of Fit Index
LRAC =Long Run Average Cost
MC =Marginal Cost
NLI = Normed Fit Indeks
PDB = Produk Domestik Bruto
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
PNB = Produk Nasional Bruto
RMSEA = The Root Mean Square of Approximation
TC = Total Cost
TLI = Tucker Lewis Indeks
FC =Fixed Cost
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN
DI KOTA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan melalui variabel intervening biaya. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 160 populasi dan sampel
penelitian sebanyak 115 pengusaha restoran serta menggunakan metode Path
Analysis dalam mengestimasi hasil penelitiannya. Hasil penelitian pada
persamaan struktural pertama menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, dan lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya pengusaha restoran, serta variasi menu memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap biaya pengusaha restoran. Pada persamaan struktural kedua menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran, serta waktu kerja dan biaya memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif terhadap biaya dan pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh tidak langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu melalui variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh total diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu bersama-sama variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran.
Kata kunci: Pendapatan, Biaya, Modal, Tenaga kerja, Waktu Kerja, Lama
THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF RESTAURANT BUSINESSMAN
IN THE CITY OF MEDAN
ABSTRACT
The title of the research is “The Analysis of the Factors influencing the Income of Restaurant Businessman in the City of Medan”. The objective of the research was to find out the influence of independent variables such as capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation on dependent variable, the income of restaurant businessman in Medan through cost intervening variable. The research used cross sectional approach. The population was 160 restaurant businesses, and 115 of them were used as the samples, using path analysis in estimating the result of the research. The result of the research in the first structural equation showed that capital, manpower, work time, and the length of doing business had positive and significant influence on the cost of restaurant businessman, and menu variation had positive but not significant influence on the cost of restaurant businessman. The result of the research in the second structural equation showed that capital, manpower, the length of doing business, and menu variation had positive and significant influence on the income of restaurant businessman, and work time and cost had positive but not significant influence on the income of restaurant businessman. Based on the direct effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation had positive influence on the cost and the income of restaurant businessman. Based on indirect effect, it was found that capital, manpower, work time, length of doing business, and menu variation, through cost of intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman. Based on total effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation, together with cost intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sektor.
Sektor-sektor ekonomi di Indonesia terbagi atas sembilan Sektor-sektor, salah satu diantaranya
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang
penting dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Kota Medan.
Bank Indonesia Kantor Regional Sumatera Utara dan Aceh mencatat penyaluran
kredit sektor perdagangan, restoran dan hotel tertinggi di Sumatera Utara. Sektor
ini mendominasi penyerapan kredit perbankan dan pada saat ini terus mengalami
pertumbuhan. Posisi September 2011 serapannya mencapai 22,95 triliun, dan
secara year on year (yoy) penyaluran ini mencatat pertumbuhan sekitar 24,93%
dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 18,37 triliun
Kota Medan sendiri di dominasi oleh kegiatan dalam bidang perdagangan,
hotel dan restoran. Hal ini dapat diihat dari kontribusi sektor ini yang memegang
peranan terbesar dibandingkan sektor lainnya sebanyak 27,09% pada tahun 2011.
Dijelaskan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan
yang ada di Kota Medan. Perkembangan perekonomian di Kota Medan di bidang
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2012
Gambar 1.1. Perkembangan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Kota Medan 2004 – 2011
Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan sektor perdagangan, hotel
dan restoran memegang andil yang cukup besar yakni di atas 25%. Dari tahun
2004 sektor ini menyumbang sebesar 26,26%. Pada tahun 2005 meningkat
menjadi sebesar 27,11%. Pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi sebesar
26,70%. Tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan berturut-turut sebesar
26,24% dan 25,93%. Pada tahun 2009 meningkat kembali sebesar dan 26,40%.
Selanjutnya ditahun 2010 mengalami peningkatan kembali yakni menjadi sebesar
26,69%, dan 27,09% pada tahun 2011. Hal ini menjadi fenomena yang cukup
menarik dimana sektor ini menjadi penyumbang perekonomian terbesar di Kota
Medan.
Melihat dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, penelitian ini
memiliki ruang lingkup yang lebih spesifik lagi yakni melihat dari segi usaha
restoran. Hal ini dikarenakan usaha restoran merupakan salah satu dari tiga usaha
yang cenderung stabil dan dapat bertahan sepanjang masa, yakni usaha makanan,
25.00%
Perdagangan, Hotel & Restoran (%)
usaha pakaian dan usaha perumahan. Usaha restoran merupakan salah satu bagian
dari tiga usaha pokok yang merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
pangan, sandang dan papan. Usaha ini tidak akan pernah berhenti, hanya saja
dapat berganti-ganti jenisnya sepanjang masa tergantung perubahan dari selera
masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha restoran, yang dimaksud
dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan
makanan dan minuman yang dikelola secara komersil.
Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara meliputi 21
Kecamatan dan memiliki berbagai sektor perekonomian. Sektor perekonomian
yang bergerak di bidang kuliner mengalami perkembangan yang cukup pesat di
masa sekarang ini di Kota Medan. Banyaknya bermunculan restoran yang
beraneka ragam jenisnya menggambarkan sektor ini memiliki peminat yang
cukup besar. Perkembangan kota Medan yang pesat juga memberikan kesempatan
bagi sektor restoran ini untuk dapat semakin berkembang. Wadah-wadah
masyarakat, hotel, mall, keberadaan kampus, rumah sakit, dan keberadaan pusat
bimbingan belajar membuat usaha restoran menjadi semakin melambung dan
pada akhirnya dapat memberikan kontribusi untuk perekonomian di Kota Medan
itu sendiri. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari banyaknya daerah atau sudut
strategis kota Medan yang menjajakan aneka ragam kuliner, seperti di daerah
Ringroad. Pada daerah ini, terdapat jalan yang hampir di kiri kanan lahannya
didominasi oleh berbagai jenis usaha makanan dan minuman. Pusat perbelanjaan
dan perhotelan di Kota Medan pun di dominasi oleh beraneka macam restoran.
menjadi pusat jajanan kuliner masyarakat Kota Medan khususnya pada sore dan
malam hari. Oleh karena itu Kota Medan sering disebut-sebut sebagai kota wisata
kuliner bagi para wisatawan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Hal
ini memberi kesempatan pada kegiatan usaha restoran untuk semakin
berkembang. Bisnis yang bergerak dalam usaha restoran di Kota Medan saat ini
jumlahnya juga cukup banyak. Adapun perkembangan jumlah restoran di Kota
Medan, dipaparkan pada grafik berikut:
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, 2012
Gambar 1.2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan 2008 - 2012
Pada tahun 2008 jumlah restoran di Kota Medan menurut Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan adalah sebanyak 167 restoran. Jumlah
restoran ini menunjukkan peningkatan di tahun 2009 menjadi sebanyak 168
restoran. Pada tahun 2010 jumlah restoran kembali meningkat sebanyak 173
restoran. Namun pada tahun 2011 jumlah restoran mengalami penurunan menjadi
sebanyak 160 restoran Jumlah ini juga cenderung kembali menurun pada tahun
2012 menjadi sebanyak 151 restoran yang ada di Kota Medan.
140
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan
2008-2012
Di tengah fenomena laju perkembangan wisata kuliner yang berkembang
cukup pesat di Kota Medan, data statistik menunjukkan adanya penurunan jumlah
restoran di Kota Medan. Kegiatan usaha restoran semakin berkembang
dikarenakan prospeknya yang menggiurkan bagi para pengusaha. Namun,
perkembangan Kota Medan sebagai salah satu pusat perdagangan dan bisnis
menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah
timbulnya persaingan bisnis yang semakin tinggi. Meningkatnya bisnis restoran
yang menyajikan aneka makanan dan minuman menimbulkan persaingan bisnis
antara restoran-restoran yang ada. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri
usaha-usaha baru yang bergerak dibidang penyediaan pangan. Selain timbulnya
persaingan bisnis yang tinggi, pola pikir serta perilaku masyarakat juga ikut
mengalami kemajuan. Perkembangan pola pikir tersebut yakni semakin banyak
masyarakat yang tertarik menginvestasikan dana mereka untuk mendirikan usaha
restoran yang semakin berkembang untuk memperoleh keuntungan.
Persaingan bisnis dalam bidang restoran tergolong ketat karena semakin
banyaknya restoran yang seakan terus berlomba-lomba untuk berkreasi dan
berinovasi dalam membuat ciri khas maupun keunggulan restoran itu sendiri.
Restoran-restoran yang tidak mau berkembang dan belajar untuk membuat inovasi
tentu tidak dapat bertahan lama.
Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwan diperlukan adanya
penelitian dalam pengembangan restoran sehingga usaha restoran dapat semakin
berkembang dan mampu memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pendapatan pengusaha restoran itu sendiri. Jika tidak, usaha restoran tidak dapat
usaha restoran yang tidak bertahan lama ataupun gulung tikar. Melihat dari grafik
1.2. di atas terlihat bahwa data statistik usaha restoran mengalami penurunan yang
menandakan adanya suatu permasalahan mengenai usaha restoran. Walaupun
banyak restoran yang bermunculan, namun banyak juga restoran yang tidak
mampu bertahan dengan persaingan yang ada.
Pada umumnya restoran akan melakukan gulung tikar apabila omset yang
diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Itu artinya, hal ini dikarenakan
masalah mengenai pendapatan pengusaha restoran itu sendiri. Salah satu yang
mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran adalah kurangnya modal. Modal
sangat diperlukan dalam meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Namun,
masih banyak pengusaha restoran yang mengalami permasalahan permodalan. Hal
ini bisa disebabkan pula oleh perhatian pemerintah yang kurang tanggap terhadap
kebutuhan para pengusaha. Minimnya modal tentu berpengaruh terhadap hasil dan
inovasi yang dilakukan oleh pengusaha. Hal lain dapat berupa jumlah tenaga kerja
yang sesuai dan berkualitas. Jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan yang
dibutuhkan membuat kinerja menjadi maksimal. Sumber daya manusia yang
berkualitas juga memegang andil dalam peningkatan pengembangan usaha
restoran. Pada akhirnya hal itu akan meningkatkan pendapatan pengusaha
restoran. Waktu kerja yang sesuai dan fleksibel juga mempengaruhi pendapatan.
Waktu kerja yang semakin lama tentunya akan memberikan kesempatan yang
semakin banyak dalam menarik pengunjung yang datang. Lama usaha juga
mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran. Semakin lama usaha restoran
berdiri, maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Hal ini
yang lebih matang berdasarkan pengalaman yang ada. Hal ini tentunya dapat
meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Banyaknya variasi menu
menambah ketertarikan tersendiri untuk meningkatkan pendapatan pengusaha.
Konsumen diberikan kemudahan dalam memilih berbagai variasi menu yang
ditawarkan sesuai dengan selera konsumen masing-masing. Menu utama yang
bervariasi membuat konsumen memiliki aneka pilihan restoran yang akan
dikunjungi. Hal ini berpengaruh besar terhadap penerimaan omset. Variabel biaya
juga mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran, Semakin tinggi biaya yang
dikeluarkan, tentunya berekspektasi untuk memperoleh penerimaan yang lebih
besar dalam menaikkan omset pendapatan dari pengusaha restoran.
Kajian mengenai pendapatan pengusaha restoran diperlukan sebagai alat
ataupun dasar ilmu yang dapat diaplikasikan untuk bahan pertimbangan maupun
pengambilan langkah-langkah kebijakan dalam meningkatkan pendapatan
pengusaha restoran. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian dalam
kajian sektor usaha restoran, hal ini dapat ikut memberikan kontribusi terhadap
pengembangan usaha restoran. Apabila pendapatan restoran semakin meningkat,
pada akhirnya tentu dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Kota
Medan. Dikarenakan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikemukakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah modal berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di Kota
Medan?
2. Apakah modal melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha
restoran di Kota Medan?
3. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di
Kota Medan?
4. Apakah tenaga kerja melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan
pengusaha restoran di Kota Medan?
5. Apakah waktu kerja berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di
Kota Medan?
6. Apakah waktu kerja melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan
pengusaha restoran di Kota Medan?
7. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di
Kota Medan?
8. Apakah lama usaha melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan
pengusaha restoran di Kota Medan?
9. Apakah variasi menu berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di
Kota Medan?
10.Apakah variasi menu melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan
11.Apakah biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di
Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal terhadap biaya
pengusaha restoran di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal melalui biaya
terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap biaya
pengusaha restoran di Kota Medan.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja melalui biaya
terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu kerja terhadap biaya
pengusaha restoran di Kota Medan.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu kerja melalui biaya
terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lama usaha terhadap biaya
pengusaha restoran di Kota Medan.
8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lama usaha melalui biaya
terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.
9. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variasi menu terhadap biaya
10.Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variasi menu melalui biaya
terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.
11.Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh biaya terhadap pendapatan
pengusaha restoran di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk peneliti
Penelitian ini adalah sebagai bahan pembelajaran yang bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang yang diteliti.
2. Untuk sektor usaha restoran
Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengusaha
restoran dalam pengambilan kebijakan usaha khususnya mengenai kajian
tentang pendapatan pengusaha restoran.
3. Untuk Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kewirausahaan
2.1.1. Pengertian Wirausahawan
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) wirausahawan adalah
seseorang yang menciptakan bisnis yang baru dengan mengambil resiko dan
ketidakpastian untuk memperoleh suatu keuntungan dan pertumbuhan dengan
cara melihat peluang dan menggabungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mendirikannya. Menurut Susanto (2002) kewirusahaan dapat diartikan sebagai
sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa
serta karya ataupun memiliki kemampuan dalam menggabungkan unsur
kreativitas, tantangan dan kerja keras serta kepuasan untuk memperoleh prestasi
yang maksimal sehingga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap jasa, barang
maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan
masyarakat. Menurut Dewanti (2008) wirausahawan secara umum adalah
orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan
peluang-peluang yang ada. Sedangkan menurut Kasmir (2006) wirausahawan adalah orang
yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong minat seseorang dalam
Jadi, wirausaha merupakan orang yang berani menanggung resiko usaha, jeli
dalam melihat peluang usaha yang ada, serta mampu memperoleh sumber daya
yang diperlukan baik modal maupun kebutuhan lainnya. Seorang wirausahawan
harus memiliki keahlian (skill) sebagai berikut:
1. Managerial skill
Kemampuan dalam mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang ada
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Technical skill
Keahlian yang bersifat teknis dalam pelaksanaan proses produksi sehingga
proses berjalan dengan baik.
3. Organizational skill
Keahlian memimpin berbagai usaha, baik intern perusahaan yang brsifat
bisnis, maupun organisasi dalam bentuk lain.
2.1.2. Karakteristik Wirausahawan
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) adapun karakteristik dari
wirausahawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya kecenderungan bertanggung jawab secara pribadi atas hasil
yang ditetapkan sendiri.
2. Wirausahawan memiliki sikap optimis sehingga memiliki keyakinan
untuk berhasil.
3. Wirausahawan melihat bisnis dari tingkat pemahaman resiko
pribadinya. Mereka melihat peluang sesuai dengan pengetahuan, latar
4. Wirausahawan akan mencari pengukuhan dan melihat sebaik apa
mereka bekerja.
5. Wirausahawan memiliki kecenderungan energi yang tinggi dibanding
masyarakat kebanyakan.
6. Mempunyai orientasi ke depan dalam mencari peluang.
7. Memiliki keterampilan mengorganisasi untuk mengubah pandangan ke
depan menjadi kenyataan.
8. Mempunyai penilaian bahwa prestasi lebih tinggi dibandingkan uang.
Dalam hal ini mereka menjalankan suatu usaha sendiri sesuai dengan
yang diinginkan.
Suatu usaha dapat dijalankan secara perseorangan ataupun bersama-sama.
Menurut Kasmir (2006) untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan :
a. Menjadi pemilik modal dan menjadi pengelolanya
b. Menyetor modal dan dikelola oleh pihak mitra
c. Menyerahkan tenaga yang dikonversikan dalam bentuk saham untuk
bukti kepemilikan usaha.
2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan
Dalam mejalankan suatu usaha pasti terdapat potensi keunggulan dan
kekurangan. Dari segi keunggulan, terdapat hal-hal yang menarik yang menjadi
keunggulan bagi wirausahawan. Berwirausaha memiliki banyak keuntungan
dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Zimmerer dan
Scarborough (2004) kelebihan dari wirausahawan adalah sebagai berikut:
a. Memiliki peluang untuk mengendalikan nasib sendiri
c. Potensi yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya
d. Peluang dalam meraih keuntungan tanpa batas
e. Peluang dalam melakukan hal yang diminati
f. Peluang untuk berperan pada masyarakat dan mendapatkan pengakuan.
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) kekurangan dalam menjadi
wirausahawan adalah:
a. Memiliki resiko kehilangan dari seluruh investasi
b. Mempunyai pendapatan yang tidak sama
c. Cenderung bekerja lebih lama dan memerlukan kerja keras
d. Memiliki mutu hidup yang rendah sampai bisnis menjadi mapan
e. Harus bertanggung jawab penuh
f. Ketegangan mental yang tinggi
2.1.4. Model Kurva Permintaan dari Perspektif Kewirausahaan
Menurut Wirasasmita (2011) fenomena permintaan fungsi produksi dan
laba dari perspektif kewirausahaan dapat dikembangkan dari teori dasar
perusahaan kewirausahaan. Kurva permintaan sering dirumuskan Q = f (P) yang
menjelaskan hubungan antara jumlah yang dibeli (Q) dengan harga (P). Variabel
harga dianggap sebagai variabel kebijakan, selama perusahaan dapat menentukan
harga. Variabel yang bukan variabel kebijakan antara lain: pendapatan, selera,
harga barang lain.
Dari persperktif kewirausahaan variabel keinovatifan (dalam produk dan
manajerial) merupakan variabel kebijakan yang dapat menggeser kurva
Apabila harga dianggap tetap, jumlah yang dibeli merupakan fungsi inovasi atau
dalam bentuk diagram :
Gambar 2.1. Model Permintaan Kewirausahaan
Variabel keinovativan merupakan “Market Shifter“/penggerak permintaan.
Variabel keinovativan menghasilkan keunikan dari produk yang dapat berbentuk
keunggulan teknikal, kualitas dan pelayanan yang dapat menciptakan nilai bagi
pembeli karena kecocokan dengan preferensi atau ekspektasi pembeli.
Kurva permintaan dalam perspektif kewirausahaan merupakan fenomena
dinamis, mengalami pergeseran sesuai dengan perubahan ekspektasi kustomer dan
keinovativan perusahaan. Keinovativan selain dipicu oleh persaingan dari luar,
juga karena persaingan dengan dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk
menghasilkan produk yang lebih baik dari produk-produk yang dihasilkan
sebelumnya (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com
2.1.5. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan
).
Fungsi produksi tradisional biasa dinyatakan : Q = f (X1, X2, X3,….X|),
dimana X| merupakan variabel input. Dari perspektif kewirausahaan fungsi
produksi dirumuskan sebagai berikut :
Pengaruh dari keinovatifan dalam fungsi produksi merubah hubungan
input-output :
1. Kombinasi input baru menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan
sebelumnya.
2. Inovasi baru menghasilkan penghematan penggunaan input, sehingga
biaya produksi keseluruhan menjadi rendah atau mencegah kenaikan
biaya.
Dalam diagram pengaruh keinovatifan dapat dijelaskan :
Gambar 2.2. Model Fungsi Produksi Kewirausahaa
Dengan input OX1 tanpa inovasi menghasilkan produk sebesar 0%.
Dengan input yang sama (OX1) dengan inovasi menghasilkan output sebesar OQ2
(Iebih besar dari OQ1). Dengan input OX2 tanpa inovasi menghasilkan output
sebesar OQ3. Dengan input yang Iebih kecil OX1 dengan inovasi menghasil output
yang Iebih besar yaitu OQ2. Inovasi manajemen melekat baik pada inovasi produk
maupun inovasi proses.
Berdasarkan fungsi produksi kewirausahaan, perusahaan kewirausahaan
meminimalkan biaya atau mencegah kenaikan biaya dan memaksimalkan output.
Gambar 2.3. Model Kurva Biaya
Kurva biaya rata-rata sebelum inovasi AC, sesudah inovasi bergerak
kebawah menjadi AC1. Dalam hal inovasi dapat mencegah kenaikan biaya
rata-rata, kurva AC mempunyai bentuk “L-Shape”.
Gambar 2.4. Model L-Shape
Inovasi yang dapat mencegah kenaikan biaya rata-rata inilah yang
selanjutnya akan dijadikan dasar dari perusahaan-kewirausahaan
(www.yuyunwirasasmita.wordpress.com
2.1.6. Teori Laba Kewirausahaan
).
Teori laba dalam perspektif kewirausahaan, laba merupakan fungsi dari
inovasi. Dalam rumus :
Laba = f (inovasi produk, inovasi proses dan inovasi manajerial)
dimana sumber inovasi dapat bersifat exogeneous/dari luar dan dari
dalam/endogeneous yaitu persaingan dengan dirinya sendiri, atau keinginan
menghasilkan/produk atau proses yang Iebih baik dari sebelumnya. Melalui
Gambar 2.5. Model Diagram Laba Kewirausahaan
Inovasi produk menggeser kurva AR menjadi AR1, inovasi proses
menggeser kurva AC menjadi AC1, yang berbentuk “L-Shape”, sehingga
Marginal Cost = Average Cost.
Dengan kedua jenis inovasi tersebut laba bertambah dari ABCD menjadi
A1B1C1D1 yang lebih besar. Harga produk turun dari OA menjadi OA’.
Keadaan tersebut dapat dipertahankan selama perusahaankewirausahaan tidak
masuk ke dalam“comfort/relax zone syndrome”, karena keberhasilan-keberhasilan
sebelumnya menjadi tidak inovatif. Apabila terkena syndrome tersebut laba akan
menjadi kecil, karena kurva permintaan bergeser menjadi AR dan kurva biaya
rata-rata bergeser menjadi AC (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com)..
2.2. Restoran
Beralih pada sektor ekonomi yang lebih spesifik yang dikaji yakni sektor
rumah makan atau restoran, menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha
Restoran/Rumah Makan, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu
usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola
304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan restoran/ rumah makan maka yang
dimaksud restoran/ rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan
makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya
(pariwisatadanteknologi.blogspot.com
Menurut Marsum (2001) restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang
diorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik
kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman. Menurut Pupun
Pujiati perbedaan antara rumah makan dan restoran adalah rumah makan sudah
dimasak terlebih dahulu dan siap dihidangkan, sedangkan restoran akan memasak
bila sudah ada pemesanan dari tamu restoran sehingga hidangan yang disajikan
lebih hangat dan fresh. Selain itu menu hidangan restoran yang disajikan sangat
banyak termasuk peralatannya mulai dari sendok, garpu, pisau, gelas, piring,
makanan pembuka dan makanan penutup (
). Sedangkan menurut Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata, rumah makan/ kafe adalah setiap tempat usaha komersil yang
ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman umumnya
ditempat usahanya.
www.anneahira.com/restaurant.htm
Jika dilihat dari arti kata, restoran berasal dari kata “re-store” yang artinya
mengembalikan atau memperbaiki kondisi setelah orang bekerja. Dengan kata lain
merupakan kegiatan ataupun upaya pemulihan seseorang karena mengalami
kehilangan energi atau kalori sehingga memerlukan konsumsi makanan atau
minuman di suatu tempat. Jadi, restoration merupakan tempat dimana seseorang
nama menjadi “Restaurant” (bahasa Inggris)”. dan restoran (bahasa Indonesia)
(www. definisirestoran.blogspot.com
2.2.1. Jenis Usaha Restoran
).
Menurut Soekresno (2000) dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian,
restoran dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :
1. Restoran Formal
Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan makanan dan
minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan pelayanan yang
eksklusif. Contoh : member restoran, Gourmet, Main dining room, Grilled
Restoran, executive restoran dan sebagainya.
Ciri – ciri restoran formal :
a. Penerimaan pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu
b. Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi
c. Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa
popular
d. Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian service atau French service
atau modifikasi dari kedua table service tersebut
e. Di sediakan ruangan untuk cocktail selain ruangan jamuan makan
digunakan sebagai tempat untuk minum yang berakohol sebelum santap
malam
f. Di buka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau makan
malam dan makan siang dan tidak di buka untuk makan pagi
g. Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya
h. Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan
suasana romantis dan exclusive
i. Harga makanan dan minuman relatif tinggi dibanding harga makanan dan
minuman di restoran informal
j. Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk
dapat di lewati gueridon
k. Tenaga relatif banyak dengan standar kebutuhan pramusaji untuk melayani
4 – 8 pelanggan
2. Restoran Informal
Restoran informal adalah industri jasa pelayanana makanan dan minuman
yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan
kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang silih berganti
pelanggan. Contoh : café, cafeteria, fast food restoran, coffe shop, bistro, canteen,
tavern, family restaurant, pub, service corner, burger corner, snack bar.
Ciri – ciri restoran informal :
a. Harga makanan dan minuman relatif murah
b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat
c. Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian
formal
d. Sistem penyajian yang dipakai American Service/ ready plate bahkan self
service ataupun counter service
e. Tidak menyediakan hiburan musik hidup
g. Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu atau
pelanggan namun di pampang di counter atau langsung di meja makan
untuk mempercepat proses pelayanan
h. Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang
relative cepat selesai dimasak
i. Jumlah tenaga service relatif sedikit dengan standar kebutuhan, 1
pramusaji melayani 12 – 16 pelanggan
3. Specialities Restoran
Specialities Restoran adalah industri jasa pelayanan makanan dan
minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan menyediakan
makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara
tersebut.Contoh : Indonesian food restaurant, Chinese food restaurant, Japanesse
food restaurant etc.
Ciri ciri specialities restaurant :
a. Menyediakan sistem pemesanan tempat
b. Menyediakan menu khas suatu negara tertentu, popular dan disenangi
banyak pelanggan secara umum
c. Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan dimodifikasi
dengan budaya internasional
d. Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang dan atau makan malam
e. Menu ala carte dipresentasikan kepada pelanggan
f. Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas negara asal
g. Harga makanan relatif tinggi di banding informal restoran dan lebih
h. Jumlah tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji
untuk melayani 8 -12 pelanggan (www.rinakurniati.wordpress.com
Menurut Raharjo (2008) secara umum terdapat tiga jenis usaha pada
makanan dan minuman. Masing-masing jenis usaha ini mempunyai kategori dan
karakteristik yang berbeda, baik segi investasi maupun cara pengelolaannya. )
Ketiga jenis usaha tersebut adalah :
a. Usaha skala kecil
Usaha jenis ini bersifat kecil dan biasanya pada kalangan yang
berpendapatan kecil pula. Ciri-ciri dari usaha ini yaitu jenis menu yang
sangat terbatas dan harga yang murah, yakni sekitar Rp. 3000,00-
Rp15.000,00 per orangnya. Konsepnya sederhana yakni hanya “makan,
kenyang dan pulang”. Usaha jenis ini tidak terlalu mementingkan
pelayanan dan kebersihan.
b. Usaha skala menengah
Jenis usaha ini diperuntukkan bagi kalangan pada tingkat ekonomi
menengah. Dari segi harganya, memiliki tingkat harga yang lebih mahal
dibandingkan usaha kecil dengan kisaran antara Rp.15.000,00- Rp.
40.000,00 per orang. Ciri-ciri usaha skala menengah adalah dapat dilihat
dari menu yang lebih variatif, memiliki karyawan untuk melayani, jenis
pelayanannya sangat sederhana, kebersihannya lebih diperhatikan, dan
biasanya memiliki lahan parkir yang luas. Jenis usaha ini dapat ditemukan
di rumah makan padang, restoran franchise, kafe, resto, atau restoran yang
c. Usaha skala besar
Usaha skala besar biasanya ditujukan untuk kalangan dengan ekonomi dan
sosial yang tinggi. Jenis restoran ini dapat berdiri sendiri pada daerah
tertentu atau berada di hotel bintang lima. Biasanya restoran ini
menggunakan konsep khusus pada pelayanan dan menu yang ditawarkan,
misalnya restoran Italia, Restoran Jepang, pub dan resto, Restoran Perancis
atau Restoran Indonesia.
Dalam mengelola usaha makanan dan minuman dibutuhkan pemahaman
tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam berbisnis restoran. Hal
itu dapat diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor
internal contohnya adalah pengontrolan biaya, inovasi, pelatihan, tingkat
kebersihan, adanya asumsi yang salah dan sebagainya. Contoh faktor eksternal
adalah perizinan, tingkat persaingan, kurangnya promosi, penurunan tingkat
kepuasan pelanggan, dan sebagainya.
2.2.2. Penyebab Kegagalan Restoran
Menurut Raharjo (2008) hal-hal dalam bisnis restoran yang perlu dihindari
sebagai penyebab kegagalan adalah :
a. Menghindari asumsi yang keliru mengenai usaha restoran
Asumsi yang dimaksud seperti anggapan restoran tidak memiliki resiko,
dengan keahlian dapat memperoleh sukses dengan cepat, bisnis makanan
dan minuman memiliki pasar yang cakupannya luas, dan modal
b. Menghindari kesalahan dalam memilih lokasi
Lokasi merupakan strategi utama dalam meraup pasar. Salah satu faktor
sukses berbisnis rumah makan terletak pada penentuan lokasi. Terkadang
pemilihan lokasi yang tepat membawa dampak yang jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan rasa serta kualitas dari makanan
yang ditawarkan. Tapi, apabila hal tersebut dapat dipenuhi dan memiliki
lokasi yang strategis dengan harga terjangkau, ditambah dengan suasana
dan pelayanan yang memuaskan, maka dapat dipastikan restoran tersebut
akan dibanjiri oleh para pengunjung.
Kriteria dari lokasi yang strategis adalah (a) Mudah terjangkau, (b)
Terlihat dari berbagai sisi, (c) Memiliki lokasi dengan tingkat keamanan
tinggi, (d) Memiliki lalu lintas yang tinggi dan padat. Restoran yang
letaknya berjauhan dari kriteria strategis biasanya akan sepi dari
pengunjung karena pemilihan lokasi yang salah.
c. Menghindari kesalahan dalam mengelola arus keuangan
Keuangan merupakan faktor penting dalam berbisnis karena tujuan dasar
dari berusaha adalah untuk memperoleh pengembalian modal tepat pada
waktunya serta memperoleh keuntungan. Kekeliruan dalam pengaturan
keuangan akan berdampak pada pendapatan dan masalah keuangan yang
serius. Hal ini membuat restoran yang mendapatkan penjualan yang tinggi
dari kegiatan operasional bulanan dapat berakibat minus dalam laporan
keuangannya. Contohnya akibat tingginya biaya produksi makanan dan
minuman untuk produk yang dihasilkan, pembayaran pada pemasok yang
barang-barang yang tidak perlu, dan lain sebagainya. Suatu restoran harus dapat
(a) mampu menghasilkan pendapatan yang memadai, (b) dapat mengontrol
biaya makanan dan gaji karyawan dengan bijak dan cermat, (c) membeli
peralatan sesuai kebutuhan, (d) Melakukan penagihan hutang tepat waktu,
(e) membayar kewajiban tepat waktu, (f) tidak mencampuradukkan uang
perusahaan dengan uang pribadi.
d. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola produk
Faktor penting agar produk dapat bersaing sukses dalam jangka waktu
yang relatif lama adalah melakukan inovasi dan mengontrol kualitas
produk ataupun pengembangan produk setiap saat sesuai dengan
perkembangan pasar. Contohnya adalah toilet yang bersih, parkiran yang
tertata rapi, dan suasana yang nyaman. Inovasi dan kreativitas sangat
penting untuk menarik pelanggan, sehingga inovasi produk tetap
dibutuhkan sampai kapan pun.
e. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola sumber daya manusia
Karyawan merupakan salah satu penggerak dari motor perusahaan.
Kebutuhan karyawan yang terpenuhi akan mempengaruhi kinerja mereka.
Misalnya, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan
kebutuhan untuk berkembang. Perusahaan dan karyawan perlu memiliki
pemahaman yang sama dengan mengelola suatu usaha dengan saling
pengertian, komunikasi yang baik, dan mengerti akan tanggung jawab
serta haknya masing-masing. Hal tersebut akan menjadi dasar bagi
f. Menghindari kesalahan dalam Mengelola Pelanggan
Di dalam bisnis restoran pelanggan adalah segalanya. Hal ini karena
merekalah yang membayar seluruh operasional restoran. Oleh karena itu
banyak usaha yang gulung tikar akibat tidak memperhatikan
pelanggannya. Contohnya adalah memberikan pelayanan yang baik pada
pelanggan, tahu akan kebutuhan pelanggan, dan merespon pelanggan yang
kecewa. Setiap orang yang bekerja di suatu usaha restoran harus
mempunyai persepsi yang sama dalam memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pelanggannya. Hal itu dilakukan supaya pelanggan merasa
puas dan tidak meninggalkan restoran tersebut.
g. Menghindari kesalahan dalam Berpromosi
Kegagalan suatu bisnis restoran salah satu penyebabnya karena kurangnya
promosi ataupun berpromosi dengan cara yang salah. Seseorang tidak akan
datang ke restoran apabila masyarakat tidak memiliki informasi tentang
restoran tersebut. Adapula kesalahan akibat cara yang salah yakni
contohnya hanya berpromosi pada awal pembukaan serta keyakinan
berlebihan yang akhirnya justru menjerumuskan. Akibatnya setelah
promosi berhenti akan dilupakan banyak orang. Dalam berpromosi
dibutuhkan jadwal yang tepat sepanjang tahun. Diperlukan kesadaran
bahwa produk dan inovasi perlu diketahui oleh banyak orang sehingga
promosi perlu dilakukan. Dengan demikian, setiap orang yang melihat
2.3. Pendapatan
2.3.1. Pengertian Pendapatan
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William
Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya
(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan
bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi)
selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi
modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah
satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat
utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto
(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar
pada suatu Negara. Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah
untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha
perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana
uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran (Samuelson dan
Nordhaus, 2003).
Selanjutnya, pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh
uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan
tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta
pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pendapatan diartikan sebagai arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal usaha
selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang
tidak berasa. Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima
oleh seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.
Menurut Rahardja dan Manurung (2006) pendapatan merupakan total dari
penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama
periode tertentu. Sedangkan nenurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2009)
pendapatan nasional adalah pendapatan bersih seluruh warga negara dari suatu
negara dalam satu tahun. Pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa
uang tetapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan
penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau
upah serta lain-lain balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari
usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari penjualan barang yang
dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiun,
jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang merupakan segala
penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa
yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai
transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga
penerimaan barang secara cuma-cuma pembelian barang dengan harga subsidi
Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber
penerimaan pada rumah tangga, yakni :
1. Pendapatan dari gaji dan upah
Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja.
Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari produktivitasnya.
Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni (a) Keahlian,
(b) Mutu modal manusia, dan (c) Kondisi kerja.
2. Pendapatan dari aset produktif
Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap
balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial
dan aset bukan finansial.
3. Pendapatan dari Pemerintah
Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima
bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini
biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan
tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.
Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sukirno (2002) pendapatan
pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan
ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil
penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan
dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari
penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal)
Produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai
guna suatu barang dan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mengubah input
menjadi output. Produsen adalah mereka yang melakukan produksi. Kegiatan
produksi menjamin kelangsungan hidup masyarakat.oleh karena itu harus
dilakukan dalam keadaan apa pun baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun
produksi tidak mungkin bisa berjalan bila tidak ada bahan yang memungkinkan
untuk dilakukan proses produksi itu sendiri. Untuk melakukan proses produksi
memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber daya alam, modal, serta keahlian.
Yang semuanya itu biasa disebut faktor produksi. Fungsi produksi adalah suatu
persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan antara tingkat input yang
digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang di hasilkan.
Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga
disebut sebagai output. Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang
menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor
produksi dan hasil penjualan outputnya. Fungsi produksi secara matematis sebagai
berikut :
Q = F (K,L,R,T)
Penjelasan :
Q = Jumlah output (hasil)
K = Kapital (Modal)
L = Labour (Tenaga Kerja)
R = Raw Material (Kekayaan)
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisah – pisahkan dari teori produksi. Hukum itu menjelaskan sifat
pokok dari hubungan tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk
mewujudkan output produksi. Menurut Arsyad (2000) Hukum kenaikan hasil
yang semakin berkurang menyatakan bahwa jika jumlah dari penggunaan satu
input variabel meningkat, sementara penggunaan faktor-faktor produksi lainnya
tidak berubah maka pada mulanya kenaikan penggunaan input tersebut akan
menaikkan jumlah output tetapi kemudian mulai menurun (berkurang). Dengan
demikian pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang
menyatakan bahwa hubungan antara tingkat produksi dan faktor produksi/ jumlah
tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, sebagai berikut :
a. Tahap produksi pertama
Produksi total mengalami pertambahan output yang semakin cepat
b. Tahap produksi kedua
produksi total mengalami pertambahan output yang semakin lambat
c. Tahap produksi ketiga
Gambar 2.6. Tahapan Produksi
Menurut Noor (2007) yang dimaksud dengan produksi jangka panjang
adalah masa atau periode produksi diman semua input produksi adalah merupakan
variabel/dapat berubah. Oleh karena itu, produksi jangka panjang berlaku bila
teknologi dan kapasitas dari produksi dapat berubah. Artinya, apabila ada inovasi
dalam teknologi produksi, sehingga ada perubahan atau input produksi,maka
produksi jangka pendek berhenti dan berpindah menjadi produksi jangka panjang.
Input tetap merupakan jenis input produksi yang tidak dapat berubah, meskipun
output mengalami perubahan. Tidak dapat berubahnya jenis input ini karena
berbagai alasan, misalnya ketersediaan yang terbatas, harga yang relatif tinggi,
teknologi produksi yang belum berubah, dan lain-lain. Input variabel adalah jenis
input yang dapat berubah dalam periode tertentu untuk mengubah jumlah output.
Input ini dapat berubah karena ketersediaannya yang melimpah dan tidak terbatas.
Seperti halnya diatas, apabila ada inovasi di dalam proses dan teknologi produksi,
a. Isoquant
Gambar 2.7. Kurva Isoquant
Iso berasal dari kata sama dan quant yanga artinya kuantitas merupakan
sebuah kurva yang menunjukkan semua kombinasi penggunaan input yang
berbeda secara efisien dalam menghasilkan jumlah output tertentu (Arsyad, 2000).
b. Isocost
Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang
bisa dibeli dengan tingkat pengeluaran tertentu (Arsyad, 2000). Ciri-ciri kurva
isocost sama dengan budget line pada teori perilaku konsumen.
c. Jumlah Produksi Optimum
Gambar 2.9. Least Cost Combination
Suatu perusahaan dapat menghasilkan produk secara optimal apabila
perusahaan tersebut dengan jumlah produksi tertinggi dan pada saat itu mampu
menghasilkan output dengan kombinasi faktor produksi yang paling rendah
biayanya (Least Cost Combination). Secara garis besar Least Cost Combination
Pada periode produksi jangka panjang ada kecenderungan bahwa pada
tingkat permulaan dengan semakin diperluasnya skala usaha akan meningkatkan
efisiensi usaha, namun mulai titik tertentu perluasan usaha yang lebih lanjut akan
mengakibatkan semakin menurunnya efisiensi usaha secara keseluruhan. Skala
usaha di mana tingkat efisiensi perusahaan mencapai nilai optimal disebut dengan
skala usaha optimal (optimum scale of plant).
Ekonomi skala merupakan kejadian menurunnya biaya produksi per unit
dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah
produksi (output). Istilah ekonomi skala seringkali disamakan dengan istilah
pengembalian Skala (return to scale). Ekonomi skala membahas hubungan antara
biaya produksi (per unit) dengan jumlah produksi (output). Sedangkan
'pengembalian skala membahas hubungan antara jumlah produksi (output) dengan
faktor-faktor produksi. Namun kedua hal tersebut saling berhubungan yakni
ekonomi skala merupakan pengembalian skala yang terjadi dari sisi biaya
produksi.
a. Skala Ekonomi
Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah
kapasitas produksi. Pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan produksi
menjadi bertambah efisien. Pada kurva LRAC keadaan tersebut ditunjukkan oleh
bagian kurva yang semakin menurun jika produksi bertambah. Beberapa faktor
penting yang menimbulkan skala ekonomi adalah:
a. Spesialisasi dari faktor – faktor produksi
b. Pengurangan harga bahan mentah dan kebutuhan produksi lainnya
e. Penggunaan intensif personil dengan keahlian tinggi yang lebih banyak dan
penggunaan modal yang lebih banyak
b. Skala tidak ekonomi
Beberapa penyebab dari skala tidak ekonomi adalah :
a. Sulitnya pengendalian dan pengawasan
b. Pembuatan keputusan yang berjalan lambat sehubungan dengan kelebihan
ukuran administrasi
c. Kurangnya motivasi karyawan.
Skala tidak ekonomi ini merupakan bagian dari jangka panjang. Skala ini
biasanya terjadi pada ukuran perusahaan yang terlalu berlebihan. Dalam
memperoleh keuntungan pada skala ekonomi, perusahaan dapat meningkatkan
ukurannya, tetapi keuntungan tersebut dapat hilang apabila perusahaan telah
mencapai ukuran tertentu. Jadi, hal tersebut sebenarnya tidak diperlukan atau
terjadi pemborosan yang menyebabkan terjadinya skala tidak ekonomi.
Dalam analisis Ekonomi Makro istilah pendapatan nasional (national
income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa,
upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk biaya transfer (tunjangan
pengangguran, pensiun dan lain sebagainya). Menurut Mankiw (2007) pendapatan
nasional (national income) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara
dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total
dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas
output barang dan jasa perekonomian. PDB mengukur pendapatan dan