UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PEDAGANG BUAH
DI KOTA MEDAN
Proposal Skripsi
Diajukan Oleh :
DWI FAYANA RITONGA 070501073
ABSTRACT
The main objective of this research is to analyze the factors influence the earning of the fruit seller in Medan. The variables assumed influence the earning of the fruit seller in Medan is Y and the object of research are Work capital (X1), Business time (X2), quantity (X3), Business location (X4). This research involves 42 fruit sellers as sample by using Ordinary Least Square (OLS) analysis method in the estimation of the results of research.
The results of estimation indicates that the determination coefficient (R3) is 63.35% means that the independent variables, i.e. X1 (work capital) X2 (Business time), X3 (quantity), x4) business location) will influence the dependent variable (Y) for 63.35% while its remain for 36.65% is described by other variables (µ = error term) that did not calculated in estimation model.
Independent Variable X1 (work capital), X2 (business time), quantity (X3), business location (X4) influence the dependant variable Y (the earning of fruit seller in Medan) simultaneously that indicated by Fcalculated that more than Ftable (Fstat = 15.99522 > Ftable (0.05 : 4 : 38) = 2.62) in the significant level 95%.
Based on the results of partial test (t-test) that variable X1 (work capital) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in the significant level 99%, variable X2 (Business time) has a positive but insignificant influence to variable Y (the earning of the fruit seller in Medan), in the significant level 90%^, variable X3 (quantity) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in significant level 99%, variable X4 (business location) has insignificant influence to the variable Y (earning of the fruit seller in Medan).
Keywords : The Earning of the seller in informal sector (Y), Work capital (X1),
ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan. Variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan (Y) dan menjadi objek penelitian adalah Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4). Penelitian ini menggunakan 42 pedagang buah sebagai sampel dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.
Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R²) sama dengan 63,35%, hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha), X3 (Kuantitas Buah Yang Laku), X4 (Lokasi Usaha) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen (Y) sebesar 63,35% sedangkan sisanya yaitu sebesar 36,65% dijelaskan oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.
Variabel independen X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha) Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4) memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) secara bersama-sama, terbukti dari hitung lebih besar dari F-tabel (F-stat = 15.99252 > F- tabel (0,05:4:38) = 2,62) pada tingkat kepercayaan 99%.
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) diketahui bahwa variabel X1 (Modal Usaha) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X2 (Lama Usaha) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 90%, variabel X3 (Kuantita) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X4 (Lokasi usaha) berpengaruh namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan)
Kata kunci : Pendapatan Pedagang Sektor Informal (Y), Modal Usaha (X1),
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya yang tak terhingga kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: ‘‘Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Buah Di Kota Medan’’. Dimana tujuan dari penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun penjelasannya karena
adanya keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan
keberhasilan penulis di masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini, telah banyak pihak yang membantu serta
memberikan do’a dan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil. Pada
kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih atas
motivasi,kasih sayang dan do’a yang tiada hentinya bagi penulis kepada kedua
orang tua tercinta, Papa Alm.Drs.H.Syarifuddin Ritonga, dan Mama Hj.Ihda
Arsyah Marbun dan kepada saudaraku Kakak dr.Eka Syafrida Ritonga dan Adik
Tri Ratna Ritonga.
sebesar-1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution, M.Si, Selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD dan Bapak Paidi Hidayat, SE,
M.Si, Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan pemikiran kepada
penulis dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs.Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.si Selaku Dosen Penguji I
dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, Selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran yang sangat membangun bagi penulis.
6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
7. Seluruh Staf administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
9. Serta terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan rahmatnya kepada
mereka atas segala bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis.
Dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang
memerlukan.Amin.
Medan, Maret 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ……… i
ABSTRAK ……….. ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ……….. x
DAFTAR GAMBAR ………. xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….... 1
1.2. Perumusan Masalah ……… 7
1.3. Hipotesis... ……… 7
1.4. Tujuan Penelitian ………..………. 8
1.5. Manfaat Penelitian... 8
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Sektor Informal ……… 9
2.1.1. Latar Belakang Munculnya Sektor Informal.. 10
2.1.2. Ciri-ciri Sektor Informal... ………... 12
2.1.3. Kekuatan dan Kelemahan Sektor Informal .. 14
2.2. Pengertian Pendapatan, Pengeluaran,
Aliran Berputar ………... 17
2.3. Modal Usaha... ... 25
2.4. Lama Usaha... ……… 26
2.5. Kuantitas... ……… 27
2.6. Lokasi Usaha... ………. 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………. 31
3.2. Lokasi Penelitian ……… 31
3.3. Populasi dan Sampel ………... 31
3.4. Jenis dan Sumber data... ……… 32
3.5. Teknik Pengumpulan Data... . 32
3.6. Teknik Analisa Data ………... 33
3.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) …….. 34
3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ….. 34
3.7.2. Uji t- statistik ………. 35
3.7.3. Uji F-Statistik... 36
3.7.4. Uji Normalitas... 38
3.8. Uji Asumsi Klasik.... ………. 38
3.8.2. Uji Heteroskedastisitas... 39
3.9. Defenisi Operasional... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan ……….. 41
4.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan... 41
4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan... 43
4.2. Karakteristik Responden ………. 45
4.2.1. Usia Responden... 45
4.2.2. Distribusi Pendidikan Responen... 46
4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga... 47
4.3. Penjelasan Data Dari Hasil Kuisioner... 47
4.4. Interpretasi Data ...……… 50
4.4.1. Modal Usaha...…………... 52
4.4.2. Lama Usaha...………. 52
4.4.3. Kuantitas...……….. 52
4.4.4. Lokasi Usaha... ……….. 52
4.5. Test of Goodness of Fit I ( Uji Kesesuaian)... 53
4.5.1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)... 53
4.6. Uji Asumsi Klasik... 61
4.6.1. Uji Multikoliniearitas... 61
4.6.2. Uji Heterokedastisitas... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ………. 65
5.2. Saran ……… 65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman.
1. Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan... 42 2. Tabel 4.2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk
di Kota Medan... 44 3. Tabel 4.3. Usia Responden Pedagang Buah
di Kota Medan …………... 45 4. Tabel 4.4. Tingkat Pendidikan Responden di pasar Buah
di Kota Medan... 44 5. Tabel 4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
DAFTAR GAMBAR
Halaman.
1. Gambar 3.1. Uji t-statistik ………... 36
2. Gambar 3.2. Uji f-statistik………...…………... 37
3. Gambar 4.1. Kurva Uji t Modal Usaha.……... 52
4. Gambar 4.2. Kurva Uji t Lama Usaha... 53
5. Gambar 4.3. Kurva Uji t Kuantitas... 54
6. Gambar 4.5. Kurva Uji t Lokasi Usaha... 56
ABSTRACT
The main objective of this research is to analyze the factors influence the earning of the fruit seller in Medan. The variables assumed influence the earning of the fruit seller in Medan is Y and the object of research are Work capital (X1), Business time (X2), quantity (X3), Business location (X4). This research involves 42 fruit sellers as sample by using Ordinary Least Square (OLS) analysis method in the estimation of the results of research.
The results of estimation indicates that the determination coefficient (R3) is 63.35% means that the independent variables, i.e. X1 (work capital) X2 (Business time), X3 (quantity), x4) business location) will influence the dependent variable (Y) for 63.35% while its remain for 36.65% is described by other variables (µ = error term) that did not calculated in estimation model.
Independent Variable X1 (work capital), X2 (business time), quantity (X3), business location (X4) influence the dependant variable Y (the earning of fruit seller in Medan) simultaneously that indicated by Fcalculated that more than Ftable (Fstat = 15.99522 > Ftable (0.05 : 4 : 38) = 2.62) in the significant level 95%.
Based on the results of partial test (t-test) that variable X1 (work capital) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in the significant level 99%, variable X2 (Business time) has a positive but insignificant influence to variable Y (the earning of the fruit seller in Medan), in the significant level 90%^, variable X3 (quantity) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in significant level 99%, variable X4 (business location) has insignificant influence to the variable Y (earning of the fruit seller in Medan).
Keywords : The Earning of the seller in informal sector (Y), Work capital (X1),
ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan. Variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan (Y) dan menjadi objek penelitian adalah Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4). Penelitian ini menggunakan 42 pedagang buah sebagai sampel dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.
Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R²) sama dengan 63,35%, hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha), X3 (Kuantitas Buah Yang Laku), X4 (Lokasi Usaha) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen (Y) sebesar 63,35% sedangkan sisanya yaitu sebesar 36,65% dijelaskan oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.
Variabel independen X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha) Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4) memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) secara bersama-sama, terbukti dari hitung lebih besar dari F-tabel (F-stat = 15.99252 > F- tabel (0,05:4:38) = 2,62) pada tingkat kepercayaan 99%.
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) diketahui bahwa variabel X1 (Modal Usaha) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X2 (Lama Usaha) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 90%, variabel X3 (Kuantita) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X4 (Lokasi usaha) berpengaruh namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan)
Kata kunci : Pendapatan Pedagang Sektor Informal (Y), Modal Usaha (X1),
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung
terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utama adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat suatu bangsa. Hal ini berarti bahwa pembangunan
senatiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik
dalam rangka mencapai tujuan nasional, dengan demikian konekuensi dari
pelaksanaan pembangunan nasional adalah untuk membawa perubahan di sektor
pembangunan ekonomi masyarakat. Selam ini pembangunan selalu di prioritaskan
pada sektor ekonomi, sedang pada sektor lain hanya bersifat menunjang dan
melengkapi sektor ekonomi adanya pembangunan selain memberi dampak positif
juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga
kerja dan kesempatan kerja. Pembangunan dapat di konseptualisasi kedalam suatu
proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem
sosial secara kesinambungan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi
(Iryanti, 2003).
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan
masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah
(added value) yang terjadi. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu
kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya
dan jasa. Sektor pertanian merupakan sektor yang dinadalkan dalam pemulihan
perekonomian nasional. Sektor ini menopang sebagian besar penduduk melalui
penyediaan pangan dan juga memberi lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan
negara kita merupakan negara agrari sehingga peran sektor pertanian masih
merupakan sektor yang memberi kontribusi yang besar bagi pembentukan PDB
tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 271,509,3 Milyar, di tahun 2008 mengalami
peningkatan menjadi Rp. 284,620.7 Milyar dan tahun 2009 juga mengalami
peningkatan hingga Rp. 296,369.3 Milyar (BPS). Selain dari sektor pertanian,
sektor perdagangan juga dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian
nasional. Dari data tahun 2007 hingga 2009 sektor perdagangan mengalami
peningkatan. Tahun 2007 PDB sektor perdagangan adalah Rp. 282,115.8 Milyar
sedangkan tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi rp. 301.936.6 dan tahun
2009 mengalami peningkatan menjadi Rp. 301,983.5 Milyar (BPS).
Sumatera Utara juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda.
Sebagian besar wilayah Sumatera Utara juga masih mengandalkan sektor
pertanian yang memberi kontribusi cukup besar bagi PDRB Sumut, yaitu pada
tahun 2007 PDRB Sumatera Utara ialah Rp 41.010,15 Milyar mengalami
kenaikan di tahun 2008 menjadi Rp. 48.871,77 Milyar pada tahun 2009
mengalami penurunan menjadi Rp. 14.217,21 Milyar (BPS). Selain sektor
pertanian, sektor perdagangan juga dapat diandalkan dalam pemulihan
perekonomian Sumatera Utara. Tahun 2007 PDRB Sumatera Utara adalah Rp.
34.846,21 Milyar, tahun 2008 mencapai Rp. 41.281,12 Milyar dan tahun 2009
Kota medan merupakan bagian dari Sumatera Utara. Masyarakat Kota
Medan merupakan masyarakat yang heterogen. Masyarakat kota Medan
mempunyai berbagi macam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup
diantaranya pegawai negeri, pegawai swasta, dan berdagang. Sektor yang dapat
diandalkan untuk memulihkan perekonomian kota Medan adalah sektor
perdagangan. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB masyarakat kota
Medan mata pencaharian adalah berdagang, diantarannya berdagang buah-buahan,
berdagang pakaian, berdagang obat-obatan dan masih banyak kegiatan
perdagangan yang dilakukan masyarakat kota Medan. Masyarakat Kota Medan
yang mata pencahariannya berdagang membuka usahanya dengan cara
membangun toko di dekat rumah, menyewa atau membeli toko pasar, menyewa
atau membeli lokasi berjualan yang disediakan oleh perusahaan daerah.
Mengingat peran sektor informal yang cukup positif daam proses
pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pekerja dipikirkan. Beberapa
kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung, untuk membantu
pengembangan masyarakat melalui pembinaan keigatan usaha pekerja di sektor
informal memang sudah dilakukan. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi
di sektor informal dan nasib pekerja sektor informal belum banyak mengalami
perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi arti pentingnya kebijakan yang telah
ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada pengusaha besar mungkin dapat
dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada kegiatan sektor informal dan
Pada saat krisis dan samppai degan saat ini salah satu sektor yang masih
mampu bertahan ialah sektor usaha kecil dan menengah atau sektor mikro yang
sering kita kenal dengan nama sektor informa. Kita tidak dapat meremehkan
sektor pengusaha ini karena sektor ini banyak menyerap tenaga kerja, walau
tenaga kerja tersebut produktivitasnya rendah, namun telah berperan positif dalam
memberikan kesempatan kerja. Oleh karena itu pengusaha informal tidak bisa
diabaikan begitu saja.
Disatu sisi pengusaha informal masih memegang peranan penting
menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja yang masih belum
pengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk kerja. Keadaan ini
mempunyai dampak positif karena mengurangi tingkat pengangguran terbuka.
Tetapi di segi lain menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang rendah, karena
masih menggunakan alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan
yang relatif rendah. Mengingat peran pengusaha informal yang cukup positif
dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib pekerjaanya dipikirkan
dengan kebijakan secara langsung maupun tidak langsung. Untuk membantu
pengembangan masyarakat melalui pembinaan pengusaha informal yang telah
ditentukan. Sebagai contoh data pekerja Indonesia pada tahun 1998 yang berusaha
di sektor informal sebesar 65,4 persen. Menurut lapangan usaha atau pekerjaan
utama, peranan sektor informal lebih tinggi di banding dengan sektor formal.
Di Kota Medan banyak di jumpai pedagang buah-buahan, diantarannya
didaerah pasar sambu, pasar sekambing, daerah pasar petisah, dan hampir setiap
contohnya didaerah sepanjang jalan letda sujono, di daerah sepanjang jalan kapten
muslim dan didaerah jalan tanjung sari. Dari menjual buah-buahan pedagang buah
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya seperti makan, dan menyekolahkan
anak-anaknya. Pedagang buah hidup dari hasil menjual buah-buahan, karena semakin
tinggi penjualan pedagang buah maka tingkat kesejahteraan pedagang buah
semakin tinggi dan semakin menurun penjualan pedagang buah semakin rendah
tingkat kesejahtraan pedagang buah. Pedagang buah menjual berbagai macam
buah-buahan kepada konsumen. Diantarannya : jeruk, apel, mangga, papaya,
anggur, pisang. Bagi pedagang, modal merupakan hal yang penting untuk
memulai suatu usaha. Modal awal untuk membuka usaha buah-buahan adalah
minimal Rp. 1.500.000. Secara teori mengatakan semakin besar modal usaha
pedagang buah maka semakin besar keuntungan, semakin kecil tingkat risiko
pedagang buah tersebut. sebaliknya, semakin kecil modal usaha pedagang buah
maka semakin kecil keuntungan dan semakin besar tingkat risiko pedagang buah.
(Gregory Mankiw).
Selain faktor yang mempengaruhi suatu usaha adalah modal, pelaku usaha
harus menentukan dimana lokasi yang tepat untuk menjalankan usaha yang akan
didirikannya. Apakah lokasi usaha tersebut strategis atau tidak untuk menjual
suautu produk, apakah lokasi usaha tersebut banyak atau tidak dilalui oleh
manusia atau konsumen, apakah lokasi usaha terletak di pinggir jalan atau terletak
di suatu pasar. Bahwa prioritas utama aspek teknis adalah menganalia masalah
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang buah adalah
lama usaha. Karena semakin lama usaha di jalankan, semakin banyak manusia
atau konsumen mengenal usaha yang di jalankan, sehingga semakin mudah untuk
memasarkan produk yang dijual dan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha.
Apabila usaha tersebut baru berdiri, semakin sedikit manusia atau konsumen
mengenal usaha supaya manusia atau konsumen mau membeli produk yang dijual
oleh para pedagang. Dalam menjalankan usaha buah-buahan, lama usaha sangat
mempengaruhi volume penjualan dan pendapatan pedagang buah-buahan.
Semakin lama suatu usaha berjalan, semakin di kenal oleh konsumen, sehingga
dalam menjual buah-buahan semakin mudah, maka dapat meningkatkan
pendapatan pedagang buah-buahan. Apabila usaha buah-buahan baru dibuka atau
baru berjalan, semakin sedikit manusia atau konsumen mengenal pedagang
buah-buahan tersebut sehingga dalam menjual buah-buah-buahan, pedagangg tersebut merasa
kesulitan untuk menjual buah-buahan. Sehingga dapat mengakibatkan penurunan
pendapatan pedagang buah.
Kuantitas buah-buahan yang laku dijual juga sangat mempengaruhi
pendapatan para pedagang buah. Karena semakin tinggi kuantitas buah-buahan
yang laku di jual, semakin tinggi volume penjualan buah-buahan mengakibatkan
semakin meningkat pendapatan pedagang buah. Semakin rendah kuantitas
buah-buahan yang laku di jual, semakin rendah volume penjualan buah-buah-buahan
mengakibatkan semakin rendah pendapatan pedagang buah.
Adapun permasalahan diatas tentunya akan mempengaruhi pendapatan
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Buah di Kota Medan”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Apakah modal usaha pedagang buah berpengaruh terhadap pendapatan
pedagang buah di kota Medan?
2. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah di
kota Medan?
3. Apakah kuantitas berpengaruh terhadap pendapatan buah di kota Medan?
4. Apakah lokasi usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah di
kota Medan?
1.3.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu masalah yang telah
dirumuskan dan perlu diuji kebenarannya. Sehubungan dengan masalah yang
dihadapi tersebut diatas, maka anggapan bahwa masalah yang dihadapi
hendaknya diperbaiki agar benar-benar dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Adapun hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Modal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di
kota Medan
3. Kuantitas usaha pedagang buah berpengaruh positif terhadap pendapatan
pedagang buah di kota Medan.
4. Modal berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota
Medan.
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui apakah modal usaha pedagang buah-buahan
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah-buahan di kota Medan.
2. Untuk mengetahui apakah lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan
pedagang buah-buahan di kota Medan.
3. Untuk mengetahui apakah kuantitas berpengaruh terhadap pendapatan
pedagang buah-buahan di kota Medan.
4. Untuk mengetahui apakah lokasi usaha berpengaruh terhadap pendapatan
pedagang buah-buahan di kota Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada para pedagang buah faktor yang dapat
mempengaruhi pendapatan.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1.Sektor Informal
Konsep sektor informal, yang pertama kali diperkenalkan oleh Hart
(1973), membagi secara tegas kegiatan ekonomi yang bersifat formal dan
informal. Istilah sektor informal oleh Keith Hart pada tahun 1971 dalam
penelitiannya tentang unit-unit usaha kecil di Ghana. Kemudian terminologi Hart
tersebut digunakan oleh sebuah misi ke Kenya yang diorganisir oleh ILO
(International Labour Organization). Misi tersebut berpndapat bahwa sektor
informal telah memberikan tingkat ongkos yang rendah, padat karya, barang dan
jasa yang kompetitif, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kenya
untuk mendorong sektor informal (Gilber dan Josef Gugler, 1996).
Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah
kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan
perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu
manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang.
Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan
sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka
bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan
pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya (Manning dan Tadjuddin, 1996).
kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan
tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan
salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan
semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan
tenaga kerja.
Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi
angka pengangguan di Indonesia. Pemberdayaan sektor informal merupakan
bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat
beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku (Harahap
dan Sri Hastuty, 1998).
2.1.1. Latar Belakang Munculnya Sektor Informal
Salah satu problema penting yang dihadapi negara-negara Dunia ketiga
adalah merebaknya kontradiksi ekonomi politik evolusi pertumbuhan perkotaan di
negara-negara tersebut. pertumbuhan konsentrasi penduduk di kota-kota besar
negara-negara Dunia Ketiga terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tetapi,
pertumbuhan kota-kota tersebut ternyata tidak diikuti dengan kecepatan yang
sebanding oleh pertumbuhan industrialisasi. Fenomena ini oleh para ahli disebut
sebagai “urbanisasi berlebih atau over urbanization”. Istilah ini menggambarkan
bahwa tingkat urbanisasi yang terjadi terlalu tinggi melebihi tingkat industrialisasi
yang dicapai oleh evolusi suatu masyarakat.
Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor
semua migran memiliki skill atau kemampuan untuk masuk ke sektor industri
modern tersebut. hal ini mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk ke
sektor industri modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk
dimasuki.
Agar tetap dapat bertahan hidup (survei), para migran yang tinggal di kota
melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai
sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan
daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki
penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap.
Sektor informal mencakup sektor pertanian, penggalian, perdagangan
eceran, dan industri kecil serta rumah tangga. Keempat sektor tersebut
menampung tenaga kerja sebab kemampuan sektor-sektor formal didalam
menyerap tenaga kerja masih kecil, sehingga sebagian besar tenaga kerja terpaksa
harus berusha sendiri atau bekerja di sektor informal. Di sektor informal itu
sendiri ada pilihan untuk bekerja di sektor pertanian atau di sektor informal di luar
pertanian. Tenaga kerja akan tetap bekerja di sektor pertanian jika keadaan sektor
informal di luar pertanian tidak menarik. Menarik atau tidaknya sektor-sektornya
informal di luar pertanian dilihat dari perbandingan penghasilan per pekerja
sketor-sktor tersebut dibandingkamn sektor pertanian. Diasumsikan bahwa tenaga
kerja akan bekerja di sektor perdagangan eceran, atau penggalian atau industri
kecil dan rumah tangga, apabila nilai tambah per pekerja sektor-sektor tersebut
pada sektor-sektor tersebut dianggao ditentukan oleh perbandingan nilai tambah
per pekerjaanya.
Keberadaan pekerja sektor informal turut memberikan sumbangan bagi
perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor
informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi
lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten dimana terdapatnya
sektor informal tersebut.
Dilihat dari uraian di atas, bahwa dengan terjadinya peningkatan
pendapatan masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup
mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan
daerah dan nasional. Oleh karena itu sektor informal mempunyai peran penting
dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.
2.1.2. Ciri-ciri Sektor Informal
Dalam ensiklopedia ekonomi, bisnis dan manajemen (1997) dijelaskan
bahwa belum ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat untuk sektor
informal di Indonesia. Tetapi ada kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan
yang terlihat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk menerima defenisi
kerja sektor informal di Indonesia sebagai berikut :
- Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari
pemerintah
- Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak mempunyai
- Sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan
tersebut belum sanggup membuat sektor itu mandiri.
Berdasarkan definisi kerja tersebut, disepakati pula serangkaian ciri sektor
informal di Indonesia yang meliputi :
a. Kegiatan usaha yang tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha
timbul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia secara
formal.
b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha.
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun
jam kerja.
d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi
lemah tidak sampai ke sektor ini.
e. Unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor lain.
f. Teknologi yang digunakan masih tradisional.
g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga
kecil.
h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian
besar hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.
i. Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok one man enterprise dan
kalau ada pekerja, biasanya dari keluarga sendiri.
j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri,
k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat
kota/desa berpenghasilan rendah atau menengha.
2.1.3. Kekuatan dan Kelemahan Sektor Informal
Perusahaan dengan skala kecil merupakan solusi bagi penyelesaian
masalah-masalah ekonomi dunia saat ini. Perubahan-perubahan global yang
paling hebat sekalipun hanya dapat diatasi dengan mekanisme manajemen yang
fleksibel. Perusahaan skala kecil memenuhi persyaratan ini karena sektor informal
secara organisatorik manajerial bersifat tidak kaku. Sifat ini merupakan kekuatan
utama yang dimiliki sektor informal.
Kekuatan sektor informal adalah sebagai berikut : (Tambunan, 1999)
1. Kekuatan padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih
sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk angkatan kerja yang
rata-rata per tahun masih sangat tinggi. Sehingga upah nominal tenaga
kerja khususnya dari kelompok berpendidikan rendah masih relatif rendah.
2. Industri kecil masih lebih banyak membuat produk-produk sederhana yang
tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal yang tinggi melainkan
hanya keahlian khusus yang dapat dimiliki warga setempat lewat
sumber-sumber formal. Selain itu harganya murah.
3. Secara umum kegiatan sektor informal masih agricultural based, karena
memang banyak komoditas-komoditas yang dapat diolah dalam skala
kecil.
4. Pengusaha-pengusaha kecil dan rumah tangga lebih banyak
rentainer, untuk modal kerja dan investasi mereka, walaupun banyak
memakai fasilitas kredit khusus dari pemerintah.
Disamping kekuatan yang dimilikinya, sektor informal juga memiliki
kelemahan-kelemahan. Dengan kelemahan itu tentunya menyebabkan sektor
informal akan mengalami kesulitan. Kelemahan yang dimiliki terutama dalam hal
kemampuan untuk bersaing masih sangat lemah baik dalam pasar domestik
maupun pasar ekspor. Selain itu sektor informal juga kurang memiliki
diversifikasi produk. Hal ini tentunya akan menjadi kendala serius bagi
perkembangan serta pertumbuhannya.
Ketidakandalan dalam manajemen dan ketidakmampuan mengelola
perusahaan dengan optimal juga merupakan kelemahan yang dimiliki, dan
selanjutnya kelangsungan sektor informal pada masa depan menjadi sangat
mengkhawatirkan.
2.1.4. Pembinaan dan Pengembangan Sektor Informal
Pengertian bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau kepuasan
batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang
bertanggungjawab, rasa keadilan dan sebagainya. Melainkan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan itu merata di seluruh tanah air dan bukan hanya
untuk sesuatu golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh
masyarakt dan harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan
Tujuan pembangunan ini bukan hal yang mudha dicapai, lebih-lebih
apabila mencakup begitu banyak segi. Dalam keadaan demikian maka peranan
pemerintah memimpin gerakan perombakan ini menjadi penting, usaha memimpin
gerak pembangunan ini dilakukan pemerintah melalui kedudukannya selaku
pelaksana kebijaksanaan, konsumen, produsen, dan investor, perusahaan negara
mengatur masyarakat.
Selaku pelaksana kebijaksanan, maka pemerintah bekerja melalui pasar
dan bisa pula bekerja langsung melaksanakan pembangunan dengan
menggunakan lembaga pasar. Pemerintah bisa mendorong masyarakat
mengadakan perubahan dan pembangunan melalui kebijakan keuangan,
perdagangan, perindustrian, dan lain-lain.
Pembinaan sektor informal harus diarahkan secara terpadu agar akar
masalahnya dapat diatasi. Sasaran utama dan pertama yang harus diperjuangkan
adalah pengalihan tempat usaha dari situasi informal menjadi tempat usaha yang
formal. Sasaran kedua adalah pembinaan sikap mental dan kemampuan mengelola
usaha bagi anggota. Peralihan tempat usaha formal, menuntut anggota untuk
menganalisa pasar dalam rangka menetapkan jenis barang dagangan yang
dibutuhkan pembeli di dalam pasar. Sasaran ketiga adalah terobosan dalam rangka
memperpendek jalur distribusi. Untuk mempertahankan daya saing, perlu
diprakarsai upaya pengadaan barang dagangan langsung dari produsen. Dengan
demikian jual pun akan lebih rendah, tanpa mengurangi keuntungan pedagang.
Sasaran keempat adalah perlunya bantuan permodalan. Dalam hal anggota
beralih tempat usaha dan sekaligus beralih jenis mata dagangan, karena tuntutan
permintaan yang baru harus demikian, maka peranan bantuan permodalan menjadi
penting.
2.2. Pengertian Pendapatan, Pengeluaran, Aliran Berputar
Menurut N. Gregory Mankiw (2000 : 16) bayangkan suatu perekonomian
yang memproduksi produk tunggal yaitu buah dari input tunggal yaitu tenaga
kerja. Gambar 1 memperlihatkan seluruh transaksi ekonomi yang terjadi diantara
rumah tangga dan pedagang buah dalam perekonomian ini.
Dalam hal putaran dalam pada gambar 1 menunjukkan bahwa aliran buah
dan tenaga kerja. Pedagang buah menggunakan para pekerjaanya untuk menahan
buah-buahan, yang kemudian di jual ke rumah tangga. Dengan demikian, tenaga
kerja mengalir dari rumah tangga ke pedagang buah, dan buah mengalir dari
pedagang buah ke rumah tangga. Putaran luar pada gambar 1 menunjukkan arus
uang. Rumah tangga membeli buah dari pedagang buah. Pedagang buah
menggunakan sebagian penerimaanya dari penjual untuk membayar upah tenaga
kerja mereka, dan sisanya adalah laba yang dinikmati para pedagang buah.
Dengan demikian, pengeluaran terhadap buahan-buahan dari rumah tangga ke
pedagang buah, dan pendapatan dalam bentuk upah dan laba mengalir dari
pedagang buah ke rumah tangga.
dengan dua cara. GDP atau PDB adalah pendapatan total dari produksi
buah-buaha, yang sama dengan jumlah upah dan laba separuh bagian atas dari uang.
GDP juga merupakan pengeluaran total pada pembelian buah-buahan merupakan
bagian bawah dari arus uang. Untuk menghitung GDP atau PDB, kita bisa melihat
arus uang dari pedagang buah ke rumah tangga atau arus uang dari rumah tangga
ke pedagang buah.
Dua cara menghitung GDP atau PDB ini harus sama karena pengeluaran
pembeli atas produk adalah berdasarkan kaidah akuntansi, pendapatan bagi
penjual produk itu. Setiap transaksi yang mempengaruhi pengeluaran harus
mempengaruhi pendapatan, dan setiap transaksi yang mempengaruhi pendapatan
harus mempengaruhi pengeluaran. Misalnya pedagang buah memproduksi dan
menjual buah-buahan lebih banyak ke sebuah rumah tangga. Tentu saja transaksi
ini meningkatkan pengeluarn total atas buah-buahan, tetapi juga memiliki dampak
terhadap pendapatan total. Jika pedagang buah menambah jumlah buah-buahan
yang dijualnya tanpa memperkerjakan tenaga kerja tambahan karena pedagang
buah berhasil membuat proses produksi lebih efisien, maka laba meningkat. Jika
pedagang buah menambah jumlah buah-buahan dengan memperkerjakan tenaga
Gambar 1 : Pendapatan
Tenaga kerja
Rumah Tangga Perusahaan /
Pedagang buah
Buah-buahan
Pengeluaran
Keterangan Gambar :
Gambar ini menunjukkan aliran antara perusahaan atau pedagang buah dan rumah
tangga dalam suatu perekonomian yang memproduksi satu barang dari satu input,
tenaga kerja. Putaran dalam menunjukkana rus tenaga kerja dan buah-buahan :
rumah tangga menjual tenaga kerja. Putaran luar menunjukkan arus uang yang
berhubungan : rumah tangga membayar ke perusahaan atau pedagang buah untuk
buah-buahan, dan perusahaan membayar upah dan laba ke rumah tangga. Daam
perekonomian ini. GDP atau PDB adalah pengeluaran total pada buah-buahan
Dalam buku pengantar Mikro Ekonomi edisi kedelapan jilid 1 karangan
Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, Douglas D. Purvis (1987 : 52) menyatakan
salah satu cara menghayati apa itu permintaan agregat dan penawaran agregat
adalah dengan memandang ekonomi sebagai satu rangkaian alur yang maha besar.
Bagian pokok dari permintaan agregat muncul dari pembelian komoditi-komoditi
konsumptif yang dilakukan seluruh rumah tangga dalam suatu negara atau suatu
daerah. Pembelian ini menghasilkan pendapatan bagi perusahaan-perusahaan atau
pedagang-pedagang yang memproduksi dan menjual komoditi untuk di konsumsi.
Bagian besar dari penawaran agregat muncul dari produksi dan penjualan
barang-barang konsumtif oleh seluruh perusahaan atau pedagang dalam negara atau
daerah tertentu. Produksi ini menghasilkan pendapatan bagi semua faktor yang
dimanfaatkan untuk membuat atau menghasilkan barang-barang.
Di dalam arus lingkar pendapatan memperlihatkan interaksi antara semua
perusahaan atau pedagang dengan semua rumah tangga dalam dua macam pasar
yaitu pasar faktor produksi dan pasar produk, melalui pasar ini berbagai keputusan
di koordinasikan. Kita lihat rumah tangga terlebih dahulu. Para anggoa keluara
menginginkan berbagai komodiit untuk digunakan sebagai makanan, pakaian,
rumah, hiburan, dan alat keamanan. Mereka juga membutuhkan
komoditi-komoditi untuk mendidik, memperindah, mempesonakan atau membuat mereka
sendiri lucu. Rumah tangga memiliki sumber daya yang digunakan dalam usaha
memuaskan keinginan. Namun tidak semua keinginan bisa dipuaskan dengan
jasa mana yang harus dibeli di pasar produk, yang menawarkan begitu banyak
cara untuk menghabiskan pendapatan mereka.
Kita lihat perusahaan atau pedagang. Mereka harus memilih barang-barang
yang akan dibuat dan dijual diantara sekian banyak cara untuk memproduksi atau
menghasilkan, dan diantara berbagai kemungkinan jumlah dan mutu yang dapat
mereka sediakan. Perusahaan-perusahaan atau pedagang-pedagang ini juga harus
membeli faktor-faktor produksi atau membeli apa yang akan mereka jual kepada
konsumen. Pembayaran perusahaan atau pedagang kepada pemilik langsung
faktor-faktor produksi atau pemilik langsung barang yang akan di jual akan
memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi atau pemilik
langsung barang yang akan dijual. Penerima penghasilan ini adalah seluruh rumah
tangga yang anggota-anggotannya membutuhkan komoditi untuk digunakan
sendiri sebagai makanan, pakaian, perumahan, dan hiburan.
Dalam buku N. Gregory Mankiw (200 : 17) menyatakan bahwa dalam
perekonomian yang hanya memproduksi buah-buahan, kita bisa menghitung GDP
atau PDB secara sederhana dengan menambah pengeluaran total pada
buah-buahan. Akan tetapi perekonomian sebuah negara atau sebuah daerah meliputi
produksi dan penjualan dari sejumlah besar barang dan jasa yang berbeda. Untuk
menginterpretasikan secara benar ukuran GDP atau PDB, kita harus memahami
beberapa kaidah yang diikuti para ekonom dalam membentuk statistik.
Didalam buku N. Gregory Mankiw (2000 : 21) dijelaskan bahwa untuk
pendapatan pedagang buah dan kesejahteraan pedagang buah bahwa GDP adalah
jumlah dari nilai seluruh buah yang di jual pedagang buah. Yaitu :
GDP atau PDB = (Harga Apel x Jumlah Apel) + (Harga Jeruk x Jumlah
Jeruk) + (Harga buah yang dijual x jumlah buah yang di jual)
Bahwa GDP atau PDB bisa meningkat karena harga meningkat atau
jumlah produk meningkat.
Dengan mudah kita bisa melihat bahwa GDP atau PDB yang dihitung
dengan cara diatas bukan ukuran kemakmuran ekonomi yang baik khususnya
bukan ukuran kemakmuran bagi pedagang buah. Ukuran ini tidak secara akurat
mencerminkan sejauh mana perekonomian khususnya pedagang buah bisa
memuaskan permintaan rumah tangga dalam hal ini konsumen, sesama pedagang
buah, pemerintah. Jika seluruh harga digandakan tanpa perubahan dalam jumlah
maka GDP atau PDB akan berlipat ganda. Tetapi tidak benar untuk mengatakan
bahwa kemampuan perekonomian khususnya pedagang buah untuk memuaskan
permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah setiap produk yang diproduksi
tetap sama. Para ekonom menyebutkan nilai barang dan jasa diukur dengan harga
berlaku sebagai GDP atau PDB nominal (nominal GDP).
Ukuran kemakmuran ekonomi khususnya pedagang buah yang lebih baik
akan menghitung output barang dan jasa perekonomian dan tidak akan
dipengaruhi oleh perubahan harga. Untuk tujuan ini, para ekonom menggunakan
GDP riil (real GDP), yang nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan
harga konstan. GDP riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran
Untuk melihat GDP riil dihitung, bayangkan kita ingin membandingkan
output pada tahun 1998 dan output tahun 1999 dalam perekonomian pedagang
buah di kota Medan. Kita bisa mulai dengan memilih sekumpulan harga disebut
harga dasar tahunan, seperti harga berlaku ada tahun 1998. Barang ditambahkan
dengan menggunakan harga dasar tahunan ini untuk menilai barang-barang yang
berbeda di kedua tahun. GDP riil untuk tahun 1998 adalah
GRP riil = (Harga buah-buahan 1998 x jumlah buah-buahan yang dijual
1998) + (harga buah-buahan lain yang dijual 1998 x jumlah buah-buahan lain
yang dijual 1998)
Demikian pula, GDP riil pada tahun 1999 adalah
GDP riil = (Harga buah-buahan 1999 x jumlah buah-buahan yang dijual
1999)+ (harga buah-buahan lain yang dijual 1999 x jumlah buah-buahan lain yang
dijual 1999)
Dan, GDP riil pada tahun 2000 adalah
GDP riil = (harga buah-buahan 1998 x jumlah buah-buahan yang dijual
2000) + (harga buah-buahan lain yang dijual 1998 x jumah buah-buahan lain yang
dijual 2000)
Lihatlah bahwa harga tahun 1998 digunakan untuk menghitung GDP riil
untuk tiga tahun. Karena harga dipertahankan konstan, GDP riil bervariasi dari
tahun ke tahun hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda. Karena kemampuan
masyarakat untuk memberikan kepuasan ekonomi bagi para anggotanya sangat
Dari GDP nominal dan GDP riil kita bisa menghitung statistik ketiga yaitu
deflator GDP. Deflator GDP, juga disebut dengan deflator harga implisit untuk
GDP, didefenisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP riil.
Deflator GDP = GD nominal : GDP riil
Deflator GDP mencerminkan apa yang terjadi pada seluruh tingkat harga
dalam perekonomian.
Untuk lebih memahami hal ini, perhatikan lagi perekonomian dengan satu
barang, buah-buahan. Jika P adalah harga buah-buahan dan Q adalah jumlah
buah-buahan yang terjual, maka GDP nominal jumlah total dari uang yang
dibelanjakan untuk membeli buah-buahan pada tahun itu, P x Q. GDP riil adalah
jumlah buah-buahan yang dihasilkan pada tahun itu dikali jumlah buah-buahan
yang dihasilkan pada tahun dasar, P dasar x Q. Deflator GDP adalah harga
buah-buahan pada tahun itu relatif terhadap harga buah-buah-buahan pada tahun dasar, P/P
dasar.
Defenisi deflator GDP memungkinkan kita memisahkan GDP nominal
menjadi dua bagian : satu bagian mengukur jumlah (GDP riil) dan yang lain
mengukur harga (deflator GDP). Yaitu :
GDP Nominal = GDP riil x deflator GDP
GDP nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output
perekonomian. GDP riil mengukur output yang diniai pada harga konstan.
2.3.Modal Usaha
Menurut Drs. S. Munawir, Akuntan (2002, 114) mengatakan bahwa suatu
analisa terhadap sumber dan penggunana modal kerja sangat penting bagi
penganalisaan intern atau extern. Disamping masalah modal usaha ini erat
hubungannya dengan operasi perusahaan sehari-hari juga menunjukkan tingkat
keamanan para kreditur terutama kreditu jangka pendek. Adanya modal usaha
yang cukup sangat penting memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
dengan seekonomis mungkin dan perusahaan atau pedagang buah-buahan tidak
mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karna
adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal usaha yang
berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produkti, dan hal ini akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan karena
adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya
adanya ketidak cukupan maupun mis management dalam modal kerja merupakan
sebab utama kegagalan suatu perusahan atau pedagang buah-buahan.
Tersediaanya modal usaha yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja
harus cukup jumlahnya dalam arti haru mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran atau operasi sehar-hari, karena dengan modal usaha yang cukup akan
menguntungkan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan, di samping
memungkinakn bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk beroperasi
mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain,
antara lain :
a. Melindungi perusahaan atau pedagang buah-buahan terhadap krisis
modal usaha karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinan untuk dapat membayar semua kewaiban-kewajiban
tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahan atau pedagang
buah-buahan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk
dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang
mungkin terjadi.
d. Memungkinan untuk memiliki persediaan dan jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumenya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk
memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan bagi para
langganya.
f. Memungkinan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk
beropreasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk
memperoleh barang atuapun jasa yang dibutuhkan.
2.4. Lama Usaha
Lama usaha juga menentukan keberhasilan suatu usaha yang di jalankan.
mengenal usahanya dan membeli apa yang dijualnya dan biasanya omset
penjualan semakin meningkat dan kesejahteraan semakin tinggi.
Demikian dengna pedagang buah-buahan. Lama usaha menentukan omset
penjualannya. Karena semakin lama pedaang buah-buahan berjualan di suatu
tempat, semakin banyak oran g mengenalnya sehingga pedagang buah-buahan
tidak perlu lagi mempromosikan buah-bahan yang di jualnya dan konsumen
biasanya percaya akan harga yang diberikan pedagang buah-buahan kepada
konsumen. Lama usaha adalah kurun waktu responden sejak mulai usaha
misalnya pedagang buah telah berusaha selama lima tahun di pasar Petisah.
2.5. Kuantitas
Kuantitas pengertian umumnya jumlah. Didalam pelajaran bahasa Inggris
quantitas adalah jumlah. Kuantitas juga menentukan keberhaislan suatu usaha
yang di jalankan. Semakin tinggi kuantitas buah yang di jual, semakin tinggi
tingkat pendapatan pedagang buah. Sebaliknya semakin rendah kuantitas buah
yang dijual, semakin rendah tingkat pendapatan pedagang buah. Pedagang buah
harus dapat dalam memilih buah-buahan yang tinggi kualitasnya untuk dijual.
2.6.Lokasi Usaha
Menurut buku studi kelayakan bisnis karangan Kasmir, SE, MM dan
Jakfar, SE, MM (2003 : 221) : Bahwa prioritas utama aspek teknis/operasi adalah
salah dalam menganalisis akan berakibat meningkatkan biaya yang akan
dikeluarkan nantinya.
Dalam memilih lokasi tergantung dari jenis usaha atau investasi yang
dijalankan. Terdapat paling tidak empat lokasi yang dipertimbangkan sesuai
keperluan usaha yaitu : lokasi untuk usaha di mulai, lokasi untuk menanam
buah-buaha, lokasi untuk menyimpan buah-buahan,lokasi untuk membuka cabang
usaha buah-buahan yang baru.
Secara umu pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi adalah
sebagai berikut :
1. Jenis usaha yang dijalankan
2. Apakah dekat dengan pasar atua konsumen
3. Apakah dekat dengan bahan baku
4. Apakah tersedia tenaga kerja
5. Tersedia sarana dan prasarana (transportasi, listri, air)
6. Apakah dekat dengan pusat pemerintahan
7. Apakah dekat lembaga keuangan
8. Apakah berada di kawasan industri
9. Kemudahan untuk melakukan ekspansi/perluasan
10.Kondisi adat istiadat/bduaya/sikap masyarakat setempat
11.Hukum yang berlaku di wilayah tersebut
Khusus untuk lokasi pedagang buah-buahan paling tidak dua faktor yang
- Faktor utama
Pertimbangan utama daam penentuan lokasi usaha buah-buahan adalah :
a. Dekat dengan pasar
b. Dekat dengan pengambilan buah-buahan
c. Tersedia tenaga kerja, baik jumlah maupun kualifikasi yang diinginakn
d. Terdapat fasilitas pengangkutan seperti jalan raya, kereta api atau
pelabuhan laut atau pelabuhan udara
e. Tersedia sarana dan prasarana seperti listrik
f. Sikap masyarakat
- Faktor Sekunder
Pertimbangan sekunder dalam penentuan lokasi usaha buah-buahan adalah :
a. Biaya untuk investasi di lokai seperti biaya pembelian buah-buahan dari
agen atau pembuatan lokasi usaha.
b. Prospek perkembangan harga atau kemajuan di lokasi tersebut di masa
yang akan datang.
c. Kemungkinan untuk perluasan lokasi
d. Terdapat fasilitas lainnya yaitu pusat perbelanjaan selain buah-buahan atau
perumahan
e. Iklim dan tanah
Penilaian di lokasi yang tepat akan memberikan berbagai keuntungan bagi
pedagang buah-buahan, baik daris egi finansial maupun non finansial.
1. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan
2. Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik
jumlah maupun kualifikasinya
3. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atua bahan penolong
dalam jumlah yang di inginkan secara terus-menerus.
4. Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha, karna biasanya sudah
diperhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu.
5. Memiliki nilai atau harga ekonomis yang lebih tinggi di masa yang
akan datang.
6. Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi lokasi usaha, lama usaha, modal
usaha dan kuantitas buah yang laku terjual.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan meliputi pedagang buah
sebagai obek penelitian. Penelitian meliputi pedagang buah yang beroperasi di
pasar dan bukan di pasar.
3.3. Populasi dan sampel
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yan terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Menurut Dr. Nur Indriantoro, M.Sc, Akuntan dan Drs. Bambang Supomo,
M.Si Akuntan (2002 : 115). Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Masalah populasi timbul
terutama pada penelitian opini yang menggunakan metode survei sebagai teknik
pengumpulan data.
kasar. Namun bila populasnya sangat besar, maka persentasnya dapat dikurangi.
Secara umum, semakin besar sampel maka akan semakin representatif. Namun
pertimbangan efisiensi sumber daya akan membatasi besarnya jumlah sampel
yang diambil.
Sampel adalah contoh dari populasi yang diambil, yaitu sebagian dari
seluruh populasi yang menjadi obyek penelitian. Penentuan sampel pada
penelitian ini menggunakan tekhnik “Purposive Sample” yaitu dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
didasarkan adanya tujuan tertentu. Peneliti mengambil sampel sebanyak 42
pedagang buah-buahan dari keseluruhan pedagang buah-buahan yang ada di kota
Medan.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara
langsung dengan pedagang buah di kota Medan melalui daftar pertanyaan atau
kuesioner yang telah disediakan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian.
2. Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
melalui daftar pertanyaan pada responden yang terpilih, yakni kepada
3. Studi dokumentasi, dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan
bahan tulisan serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian.
3.6.Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi adalah :
a. Metode deskriptif, yaitu suatu metode dimana data yang telah
diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian
diinterpretaiskan sehinga diperoleh gambaran tentang masalah yang
dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data diperoleh data
primer berupa kuesioner yang telah di isi oleh sejumlah responden
penelitian.
b. Metode analisis regresi linier berganda yaitu untuk memprediksi nilai
dari variabel terikat yaitu pendapatan pedagang buah-buahan (Y)
dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal
usaha (X1), lama usaha (X2), kuantitas (X3), lokasi usaha (X4) sehingga
dapat diketahui pengaruh positif. Analisis ini menggunakan bantuan
aplikasi sofware Eviews 5.0. Adapun model persamaan yang
digunakan adalah :
Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4+ µ
Y = pendapatan pedagang buah-buahan
X1 = Modal Usaha (Rp)
X2 = Lama Usaha (berapa tahun)
X3 = Kuantitas (Kg)
X4 = Lokasi usaha
0 = bukan di pasar (pedagang buah yang banyak dilalui oleh
masyarakat)
1 = di pasar
µ = Term of error
3.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa kemampuan model
dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu),
maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) adalah
besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel
terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) semakin
kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan
3.7.2. Uji t – statistik
Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara
individual terhadap variabel terikat. Ho = b1=0, artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4)
yaitu berupa pendapatan pedagang buah-buahan (Y) dengna ikut
memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha
(X2), Kuantitas (X3), lokasi usaha (X4). Ho ; b1 ≠0, artinya asecara parsial terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) yaitu
berupa pendapatan pedagang buah-buahan (Y) dengna ikut memperhitungkan
nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha (X2), kuantitas (X3),
lokasi usaha (X4) . terhadap peningkatan pendapatan pedagang buah-buahan (Y).
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α
H1 diterima jika t hitung > t tabel pada α
Rumus uji – t hitung adalah :
t−hitung = (�� − �) S�i
Dimana
bi = koefisien variabel independen ke-I
b = nilai hipotesis nol
H0 diterima
Ha diterima Ha diterima
Gambar 3.1: Kurva Uji t-statistik
3.7.3. Uji F – Statisitik
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang di
masukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terikat. Ho : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama-saam tidak terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) yaitu
berupa variabel pendapatan pedaang buah-buahan (Y) dengna ikut
memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha
(X2), kuantitas (X3), lokasi usaha (X4), pendapatan buah-buahan yaitu varibel
terikat (Y). Ho ≠ b1 ≠ b2 0 artinya seara bersama-sama terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) yaitu variabel
pendapatan pedagang buah-buahan (Y) dengna ikut memperhitungkan nilai-nilai
variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha (X2), kuantitas (X3), lokasi
Gambar 3.2. Kurva Uji F Statistik
Kriteri pengambilan keputusan :
Ho diterima jika f hitung < f tabel pada α
H1 diterima jika f hitung > f tabel pada α
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
F – hitung =
k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
R2 = koefisien determinasi
Ho diterima
Ha diterima
3.7.4 Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ
tersebut noral maka koefisien OLS ( β OLS) juga tersebar normal dengan
demikian Y juga tersebar normal, hal ini disebabkan adanya hubungan liniear
antara µ, β dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB (Jarque
Berra). Error term (µ) disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan
nilai kritis tabel chi square (derajat bebas, alpha).
3.8 Uji Asumsi Klasik
3.8.1 Uji Multikolinearity (kolineartias ganda)
Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Tidak ada acara yang
benar-benar tepat untuk mengetahui Multikonearity karena pada prinsipnya
merupakan persoalan sampel, namun secara umum cara untuk mendeteksi
multikolinearity dapat diketahui melalui :
a. Standard error tidak terhingga
b. Tidak ada satupun statistik yang signifikan pada α = 1%, α=5%, α
=10%
c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori
d. R2 sangat tinggi
e. Dengan melakukan uji Kleinn, yakni dengan melihat koefiien
3.8.2 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing
kesalahan penganggu mempunyai varian yang berlainan. Uji ini dimaksudkan
untuk menguji bagaimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Heteoskedastisitas lazim juga disebut sebagai ketimpangan data yang besar antar
variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas maka
dilakukan uji White Test. Adapun langkah-langkah White Test, antara lain :
1. Membuat regresi dari model yang ada dan mendapatkan residualnya
2. Hitung nilai Chi-Square nya dengan rumus :
χ2
= n R2
Dimana :
n = Jumlah observasi
R2 = Koefisien determinasi
3. Bandingkan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-square table nya
χ2 hitung > χ2
tabel : Terjadi heteroskedastisitas
3.9 Defenisi Operasional
1. Pendapatan adalah penerimaan responden dari hasil penjualan buah –
buahan (rupiah / bulan).
2. Modal usaha adalah pengeluaran awal untuk membuka usaha ( rupiah ).
3. Lama usaha adalah kurun waktu responden sejak mulai usaha ( tahun).
4. Kuantitas adalah jumlah buah – buahan yang terjual selama satu bulan
(kg).
5. Lokasi usaha adalah tempat pedagang berjualan yang diukur dari strategis
atau tidaknya lokasi berjualan.
0 = bukan dipasar ( pedagang buah yang banyak dilalui oleh masyarakat )
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran UmumWilayah Kota Medan
4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan
Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara terletak pada 3”27’-
3”47’ LU dan 98”35’- 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 atau sekitar
0,37% luas Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut :
• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang
• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang
• Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang
• Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang
Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang
merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai
Deli. Kota Medan memiliki luas wilayah sebesar 26.510 hektar yang secara
Berikut luas masing- masing kecamatan :
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Medan
Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5
- 37,5 meter di atas permukaan laut. Dari luas wilayah kota Medan dapat
dipersentasekan sebagai berikut:
1. Permukiman 36,3 %
2. Perkebunan 3,1 %
3. Lahan jasa 1,9 %
4. Sawah 6,1 %
5. Perusahaan 4,2 %
6. Kebun campuran 45,4 %
7. Industri 1,5 %
8. Hutan rawa 1,8 %
4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan
Jumlah penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata dari
tahun 2006 hingga tahun 2009. Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 2006
hingga 2009 berturut-turut yakni 2.067.288 jiwa, 2.083.156 jiwa, 2.102.105 jiwa
dan tahun 2009 sebanyak 2.121.05 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata kota
Medan tahun 2009 adalah 8.001 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat
di Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebanyak 25.844 jiwa/km2, dan kecamatan
dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan Labuhan
Komposisi penduduk kota Medan tahun 2009 terdiri dari laki-laki
sebanyak 1.049.457 orang dan perempuan sebanyak 1.071.596 orang.
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Medan terbesar terdapat pada
kelompok umur 20-24 tahun dan yang terkecil pada kelompok umur 75 tahun ke
atas.
Berikut adalah distribusi penduduk per kecamatan :
Tabel 4.2 Sebaran Dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan
16 Medan Perjuangan 9 4,09 105.702 25.844
17 Medan Tembung 7 7,99 141.786 17.745
18 Medan Deli 6 20,84 150.076 7.201
19 Medan Labuhan 6 36,67 106.922 2.916
20 Medan Marelan 5 23,82 126.619 5.316
21 Medan Belawan 6 26,25 96.700 3.684
Jumlah Total 151 265,1 2.121.053 8.001
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2009
4.2 Karakteristik Responden
Adapun karakteristik dari para responden yang menjadi sampel penelitian
ini diuraikan sebagai berikut :
4.2.1.Usia Responden
Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia sampel bervariasi antara 20 sam
pai 59 tahun. Untuk lebih jelasnya variasi usia pedagang sektor informal
tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut :
TABEL 4.2 Usia Responden Pedagang Buah di Kota Medan
No Usia Jumlah Persentas (%)
1 20-39 15 35,71
2 40-49 25 59,52
3 50-59 2 4,76
Jumlah 42 100