• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KENTANG DI DESA SEMANGAT KABUPATEN KARO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR - FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KENTANG DI DESA SEMANGAT KABUPATEN KARO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

18

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KENTANG DI DESA SEMANGAT KABUPATEN KARO

TONNY HENDRA NADEAK UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

ABSTRACT

The research was conducted in The Spirit Village of Merdeka Subdistrict, Karo Regency, North Sumatra Province. This study aims to find out the influence of socioeconomic factors on the level of net income of potato farmers in the research area. The area is the center of potato production in Karo Regency. The number of samples is 38 KK. The results showed that simultaneously the level of education (X1), land area (X2), age (X3) and education level (X4) significantly affect the income of potato farmers (Y) where F-calculated values of 98.68 > F-table (2.41). Partially the variables of education level (X1) and farming experience (X5) have a positive and significant effect on potato farming income, while land area (X2) and age (X3) have a positive effect but do not have a significant effect on potato farming income.

Keywords : Income Level, Potato Farming, Socioeconomic Factors PENDAHULUAN

Pembangunan agribisnis holtikultura di Indonesia pada berbagai sentra produksi sebagian besar telah difasilitasi melalui berbagai program dan kegiatan baik dengan dukungan dari Anggaran Pendapatan Berlanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), maupun dukungan dana masyarakat sendiri, baik petani maupun swasta.

Pengangkatan produksi holtikultura ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam Negara baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri, peningkatan eksport dan substitusi import (Husodo, 2014). Direktur Jendral pertanian tanaman pangan dan holtikutura, 2016 menyebutkan bahwa pengembangan komoditas sayuran di Indonesia diarahkan kepada :

1. Memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan dalam rangka memenuhi gizi masyarakat.

2. Mengurangi fluktuasi yag tajam dalam rangka turut mempertahankan stabilitasi ekonomi.

3. Mengurangi impor dan menaikan ekspor,

4. Memperluas kesemptan kerja serta meningkatkan pendapatan petani.

Salah satu holtikultura yang mendapat perhatian untuk dikembangkan adalah kentang (Solanum tuberosum L.). Komuditas ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat yang berguna untuk menunjang program diversivikasi pangan non beras yang bernilai gizi tinggi, disamping dapat juga dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan.

Kentang (Solanum tuberosum L.) asal mulanya diduga berasal dari pegunungan Andes (Amerika Selatan), dari sini kentang menyebar ke Peru, Bolivia, Chile, Kolumbia, dan Ekuador, kemudian kentang dibawa ke Spayol baik melalui daratan maupun lautan yang menyebar ke seluruh benua salju di Eropa (Setiadi, 2014). Kendala utama dalam meningkatkan produksi kentang di Indonesia adalah tidak tersedianya bibit kentang bermutu dan hal ini mengakibatkan bibit yang digunakan lebih mudah terserang hama dan penyakit (Rubatzky dan Yamaguchi, 2013). Salah satu hama yang menyerang tanaman kentang adalah globodera rostochiensis, pada bulan Maret 2003 di Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumianji.

Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya usaha petani kentang adalah karena rendahnya kualitas bibit yang dipakai sedangkan untuk memperoleh bibit yang bebas virus sangat sulit, teknik bercocok tanamnya yang kurang baik.

Pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk bibit (Widjajatun, 2015).

(2)

19 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, luas lahan, umur dan pengalaman bertani) terhadap pendapatan petani kentang di daerah penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Semangat, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian adalah petani usahatani kentang. Penentuan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu sebanyak 32 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan baik berupa, buku, jurnal maupun data statistik dari instansi terkait yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, luas lahan, umur dan pengalaman bertani) terhadap pendapatan petani kentang di daerah penelitian digunakan uji regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 0 + 1X1 + 2X2 +3X3 + 4X4 + μ Dimana :

Y = Pendapatan usahatani kentang

0 = Bilangan konstanta

1 = Koefisien regresi tingkat pendidikan (X1)

2 = Koefisien regresi luas lahan (X2)

3 = Koefisien regresi umur (X3)

4 = Koefisien regresi pengalaman bertani (X4) X1 = Variabel tingkat pendidikan (tahun) X2 = Variabel luas lahan (ha)

X3 = Variabel umur (tahun)

X4 = Variabel pengalaman bertani (tahun) μ = Simpangan baku (standar error)

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel X1,X2,X3, dan X4 secara serempak terhadap Y digunakan uji F, yakni:

Fhit =

1 k n

r 1

n k r2

Keterangan :

r² = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Sedang untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh nyata dari variabel X1,X2,X3 dan X4 secara parsial terhadap Y maka akan di lakukan uji-t dengan rumus :

t-hitung =

i i

Sb b

(3)

20 Dimana :

bi = Koefisien regresi

Sbi = Simpangan baku koefisien regresi

Kriteria pengujian t adalah dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai signifikansi t pada tingkat kepercayaan 95%

(Sudjana, 2005)

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha tani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 2012). Sedangkan menurut Soekartawi (2015), ilmu usaha tani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien. Faktor produksi dalam usahatani sering disebut sebagai “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa inggris faktor produksi disebut sebagai input, macam faktor produksi ini perlu diketahui kualitasnya dan jumlahnya oleh produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output) (Soekartawi, 2015). Faktor produksi dalam pertanian mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja.

Tanah merupakan faktor fungsi dalam pertanian, tanpa tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, katakana luasnya, tofografinya, kesuburannya, lingkungannya, keadaan fisiknya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik (Daniel, 2012). Faktor-faktor sosial ekonomi lainnya seperti tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan, pengalaman bertani dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat pendapatan (Soekartawi, 2015).

Tingkat Pendidikan

Pendidikan dan latihan merupakan faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja (Idris, 2016). Hubungan pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga (Idris, 2016).

Luas Lahan

Luas lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani dan usaha pertanian. Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yag digunakan. Misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efesien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan kecuali bila usahatani dijalankan dengan tertib. Tanah merupakan unsur penting untuk mempertinggi pendapatan usahatani karena tanah merupakan pabrik pertanian. Tanah sebagai faktor produksi adalah tanah yang mencakup bagian permukaan bumi yang dapat di jadikan untuk bercocok tanam, dan untuk tempat tinggal dan termasuk pula kekayaan alam yang terdapat didalamnya. Dari pendapat ini dapatlah dikatakan bahwa tanah itu merupakan faktor produksi yang boleh dikatakan suatu pabrik dari hasil pertanian karena disanalah tempat produksinya (Hernanto, 2016).

Usia

Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia/umur, artinya orang yang berada dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau manpower (Simanjuntak, 2011).

(4)

21

Sumber Daya Manusia yang tergolong sebagai tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain (Idris, 2016).

Pengalaman Kerja

Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalaman kerjanya sedikit. Orang yang berpengalaman dalam bekerja memiliki kemampuan kerja yang lebih baik dari orang yang baru saja memasuki dunia kerja, karena orang tersebut telah belajar dari kegiatan-kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam kerjanya (Syafaruddin, 2018).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, luas lahan, umur dan pengalaman bertani terhadap pendapatan usahatani kentang di Desa Semangat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda. Besarnya pengaruh tingkat pendidikan, luas lahan, umur dan pengalaman bertani terhadap tingkat pendapatan usahatani kentang dapat dilihat dari uji Determinasi seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Koefisisen Determinasi

Sumber : Hasil Penelitian (2021)

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi sebesar 0,913 menunjukkan bahwa pendapatan usahatani kentang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan (X1), luas lahan (X2), umur (X3) dan pengalaman bertani (X4), yang artinya tingkat pendidikan, luas lahan, umur dan pengalaman bertani memiliki pengaruh yang cukup kuat (91,30 %) dalam mempengaruhi pendapatan usahatani kentang. Sedangkan sisanya yaitu 8,70 % dipengaruh oleh faktor lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini. Untuk menguji signfikan dari variabel independen yaitu: tingkat pendidikan (X1), luas lahan (X2), umur (X3) dan tingkat pendidikan (X4) secara serempak terhadap pendapatan usahatani kentang (Y) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji F

Sumber : Hasil Penelitian (2021)

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara serempak tingkat pendidikan (X1), luas lahan (X2), umur (X3) dan tingkat pendidikan (X4) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani kentang (Y) dimana diperoleh nilai F-hitung sebesar 98,68 > F-tabel

(5)

22

(2,41). Hal ini berarti bahwa peningkatan dari salah satu variabel independen akan semakin meningkatkan pendapatan usahatani kentang. Semakin tinggi pendidikan maka adopsi teknologi menjadi lebih baik, sehingga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan usahatani. Pendidikan juga dapat berperan dalam meningkatkan pendapatan usahatani.

Pendidikan petani yang lebih tinggi akan semakin meningkatkan kemampuan pengelolaan petani dalam mengelola usahataninya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan penerimaan baik dari segi peningkatan produktivitas usahatani, maupun dari segi pengelolaan biaya produksi yang semakin efisien. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin memudahkan dalam mengakses pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat menambah kesejahteraan dan memperoleh penghidupan yang layak. Tingkat pendidikan petani sangat penting untuk diperhatikan karena tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tingkah laku mereka. Mardikanto (1993) menerangkan pendidikan merupakan proses imbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan alam semesta. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada dalam meningkatkan produktivitas usahataninya. Luas lahan dapat mempengaruhi pendapatan usahatani, dimana semakin luas lahan maka kesempatan untuk meningkatkan produksi usahatani juga semakin besar. Petani dengan lahan yang lebih luas memiliki kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasapoetra (2009) bahwa petani luas dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada petani sempit, karena dengan skala usaha yang lebih luas, petani luas dapat menggunakan faktor-faktor produksi yang lebih besar jumlahnya daripada yang diperoleh petani sempit. Petani lahan sempit dalam penggunaan beberapa input produksi dibatasi oleh kondisi keuangan yang besar seperti tenaga kerja.

Umur dapat mempengaruhi pendapatan usahatani. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Menurut Kartasapoetra (2009), petani yang berusia lanjut akan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya. Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk meningkatkan pendapatan dengan menerapkan teknologi usahatani yang lebih baik semakin meningkat. Pengalaman bertani sangat menentukan pendapatan usahatani. Petani dengan pengalaman bertani kentang yang sudah lama akan mengetahui permasalahan-permasalahan yang akan timbul dalam penanaman kentang, sehingga petani sudah mengetahui langkah-langkah yang akan dilakukan jika menghadapi kendala-kendala yang timbul dalam usahatani. Penanganan persoalan usahatani yang lebih cepat akan semakin meningkatkan produksi usahatani yang semakin meningkat. Untuk mengetahui pengaruh parsial dari produksi, luas lahan, modal, umur, pengalaman dan pendidikan terhadap pendapatan usahatani kentang dilakukan dengan uji t seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Regresi

Sumber : Hasil Penelitian (2021)

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa secara parsial variabel tingkat pendidikan (X1) dan pengalaman bertani (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usahatani kentang, sedangkan luas lahan (X2) dan umur (X3) berpengaruh positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani kentang. Nilai signifikasi t-hitung variabel pendidikan sebesar 4,126 > t-tabel (1,688), artinya semakin tinggi pendidikan maka pendapatan usahatani kentang

(6)

23

semakin meningkat. Nilai signifikasi t-hitung variabel pengalaman bertani sebesar 4,319 > t-tabel (1,688), artinya semakin banyak pengalaman maka semakin tinggi pendapatan usahatani.

KESIMPULAN

Secara serempak tingkat pendidikan (X1), luas lahan (X2), umur (X3) dan tingkat pendidikan (X4) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani kentang (Y) dimana diperoleh nilai F-hitung sebesar 98,68 > F-tabel (2,41).

Secara parsial variabel tingkat pendidikan (X1) dan pengalaman bertani (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usahatani kentang, sedangkan luas lahan (X2) dan umur (X3) berpengaruh positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani kentang.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, M., 2012. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Hernanto, F. 2016. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 2009. Teknoligi Penyuluh Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Soekartawi, 2015. Ilmu Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Soekartawi, 2005. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta.

Soekartawi. 2012. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Simanjuntak, Payaman. J. 2011. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sudjana, 2015. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Syafaruddin, A. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan Kompetitif. BPFE. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan hukum para pihak dalam perjanjian anjak piutang meliputi perlindungan hokum bagi perusahaan anjak piutang yang memberikan jasa pembiayaan dengan cara

Hasil dari uji F menunjukkan bahwa pada periode waktu 2006-2015 variabel produksi kelapa, kurs rupiah terhadap US$ dan harga ekspor tepung kelapa secara bersama-sama

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lidah buaya ( Aloe vera ) dan waktu penutupan luka sayat pada mukosa rongga mulut tikus wistar.. Lidah buaya diambil

Berdasarkan analisis dan interpretasi data dari angket dan wawancara yang telah disebarkan kepada 15 responden, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesulitan guru bahasa

Laporan keuangan arus kas dapat diketahui dari buku penerimaan kas dan pengeluaran kas di suatu lembaga atau sekolah yang dihasilkan harian, perbulan, triwulan, dan

Hal ini sesuai dengan hasil tes yang mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa, yaitu mulai dari tes siklus I sampai tes siklus II dari rata-rata nilai tes siklus I

Berdasarkan hasil penelitian diatas antara Debt to Assets Ratio terhadap Returnn On Asset pada PT. Sehingga H 0 ditolak Ha diterima hal ini

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi dengan variabel luas lahan (X1), umur petani (X2), pengalaman usahatani padi (X3),