ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL
DI KABUPATEN DAIRI
TESIS
Oleh
INSANUDDIN LINGGA
077018035/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K O L A H
P A
S C
A S A R JA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL
DI KABUPATEN DAIRI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
INSANUDDIN LINGGA
077018035/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN DAIRI
Nama Mahasiswa : Insanuddin Lingga Nomor Pokok : 077018035
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 19 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota : 1. Dr. Rahmanta,M.Si
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data skunder, data primer berupa angket sedangkan data sekunder berupa data Dairi Dalam Angka. Responden adalah pemilik Pengusaha Industri Kecil yang berjumlah 70 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Stratified Proporsional Random Sampling dengan beberapa pertimbangan kriteria Industri Kecil. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Hasil analisis data diketahui bahwa terdapat 5 (lima) variabel independen (modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.Variabel yang signifikan tersebut sebagai modal utama yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Keseluruhan variabel, signifikan mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu variabel modal, tenaga kerja, lama berusaha, pendidikan dan bantuan modal. Dilain pihak variabel bantuan usaha pengaruhnya masih rendah. Rendahnya pengaruh bantuan modal bagi pengusaha industri kecil tersebut sebagai indikasi, dimana variabel bantuan modal kurang menggerakkan variabel pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Berdasarkan nilai total elastisitas untuk modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal mempunyai tingkat elastisitas di bawah 1 (0,95<1), sehingga fungsi pendapatan digolongkan dalam kondisi decreasing return to scale.
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital to the income of the Small Scale Industry entrepreneur in Dairi regency.
The collected data has been gained from primary and secondary data, questionnaire as the primary data while Dairi Dalam Angka as the secondary data. The respondents are 70 Small Scale Industry Entrepreneur. The sampling method is the Proportional Stratified Random Sampling with some concerns in the Small Scale Industry criteria. This study used econometric model, Ordinary Least Square (OLS) method.
As the result of data analyses, there are 5 (five) independent variables (capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital) that influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur in positive and significant ways. All variables significantly influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur they are capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital. The impact of the additional capital variable is low. It indicates that the additional capital variable has less impact to the income variable Small Scale Industry Entrepreneur. Regarding to the total value of elasticity of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital has the lowest elasticity, under 1 (0,91<1), so that the income function is classified in decreasing return of scale condition.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahuwata’ala serta rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat
mengikuti pendidikan dan perkuliahan pada Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sampai dengan
penyusunan tesis ini dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Dairi”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin
tesis ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis memberikan penghargaan
yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Ketua Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus
Ketua Komisi Pembimbing dengan penuh kearifan, kesabaran dan perhatian
telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis sampai dengan
selesainya tesis ini.
3. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan tuntunan dan pengarahan dengan sabar dalam penyelesaian tesis
4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec. selaku Sekretaris Program Studi
Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Phd, Dr. Jonni Manurung, MS, Drs Rahmad
Sumanjaya, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
masukan, pengarahan dan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Administrasi Program Studi Magister
Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
7. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda Nusin
Lingga dan Ibunda Sukut br. Kaloko dan juga Bapak Mertua H. Yusif Sadikin
serta Almarhumah Ibu Mertua H. Fatonah yang senantiasa mendo’akan,
memberikan semangat dan bantuan moril serta materil kepada penulis mulai
dari masa studi sampai dengan penyelesaian penulisan tesis ini.
8. Teristimewa kepada istriku tercinta Nina Helpiana dengan setia dan penuh
pengertian memberikan motivasi, dukungan dan do’a mulai dari studi hingga
penyelesaian penulisan tesis ini.
9. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Adik- Adik saya
Nusliasniati br Lingga S.Ag, Almarhumah Heriati br Lingga, S.Ag, Jukri
Andri Lingga, Juliadi Lingga, SH dan Windra A. Lingga SE atas do’a dan
10.Juga ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan PNS Kantor
Camat Pegagan Hilir yang telah cukup memberikan bantuan, dorongan serta
bantuan moril dan materil hingga selesainya penulisan tesis ini.
11.Teman-teman mahasiswa, khususnya angkatan XIII dan XIV Program Studi
Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis baik secara moril maupun materil.
Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, keterbatasan dan
kekhilafan penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan tesis ini
penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya membangun dan
dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap kiranya
Allah Subhanahuwata’ala selalu memberikan anugerah-Nya kepada penulis, semua
pihak dan selalu dalam lindungan-Nya…Amin.
Medan, 19 Agustus 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : INSANUDDIN LINGGA
2. Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 12 Desember 1968
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Kawin.
5. Agama : Islam.
6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil.
7. Alamat : Jl. Bougenville Nomor 61 Blok B Perumnas Simbara
Permai Sidikalang Kabupaten Dairi.
8. Pendidikan :
a. SD : SD Inpres Bintang Sidikalang (1976-1982)
b. SMP : SMP Negeri 2 Sidikalang (1983-1985)
c. SMA : SMA Negeri 1 Sidikalang. (1986-1988)
d. D-3 : Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor
(1989-1992)
e. Strata 1 : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. (1996-1998)
f. Strata 2 : Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Medan. (2007-2009)
Medan, 19 Agustus 2009
DAFTAR ISI
2.4. Produksi dan Tingkat Pendapatan... 16
3.7. Test Goodness of Fit ... 36
3.8. Uji Asumsi Klasik ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 40
4.1.1 Demografi ... 40
4.1.2 Penduduk ... 41
4.1.3 Pendidikan... 42
4.1.4 Pertanian... 45
4.1.5 Industri ... 46
4.2. Karakteristik responden ... 48
4.2.1 Responden menurut jenis kelamin ... 48
4.2.2. Responden menurut umur/usia... 49
4.2.3 Responden menurut tingkat pendidikan... 49
4.2.4 Responden menurut jumlah tanggungan keluarga ... 50
4.3. Hasil Analisis Data dan Pembahasan... 52
4.3.1 Deskripsi data... 52
4.3.2 Uji statistik Hasil Estimasi Model ... 60
4.3.3 Uji Asumsi Klasik ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran – Saran ... 73
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Perkembangan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi
Tahun 2006-2007 ... 6
3.1. Jumlah Populasi Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007 ... 29
3.2. Kecamatan Yang Ditetapkan Menjadi Populasi ... 30
3.3. Distribusi Sampel Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007 ... 31
4.1 Modal Usaha ... 53
4.2 Tenaga kerja ... 54
4.3 Lama Berusaha... 55
4.4 Tingkat Pendidikan ... 56
4.5 Bantuan Modal ... 57
4.6 Pendapatan (Juta Rupiah)... 59
4.7 Hasil Uji Jarque-Bera ... 69
4.8 Hasil uji Ramsey... 69
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 70
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi ... 26
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 49
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 50
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Hasil Regresi Berganda ... 80
2 Hasil Uji Normalitas (Jarque Bera/JB)………....…….. 81
3 Hasil Uji Linieritas (Ramsey Reset Test)………..…… 82
4 Hasil Uji Multikolinearitas... 83
5 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)... 88
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data skunder, data primer berupa angket sedangkan data sekunder berupa data Dairi Dalam Angka. Responden adalah pemilik Pengusaha Industri Kecil yang berjumlah 70 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Stratified Proporsional Random Sampling dengan beberapa pertimbangan kriteria Industri Kecil. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Hasil analisis data diketahui bahwa terdapat 5 (lima) variabel independen (modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.Variabel yang signifikan tersebut sebagai modal utama yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Keseluruhan variabel, signifikan mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu variabel modal, tenaga kerja, lama berusaha, pendidikan dan bantuan modal. Dilain pihak variabel bantuan usaha pengaruhnya masih rendah. Rendahnya pengaruh bantuan modal bagi pengusaha industri kecil tersebut sebagai indikasi, dimana variabel bantuan modal kurang menggerakkan variabel pendapatan Pengusaha Industri Kecil. Berdasarkan nilai total elastisitas untuk modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan bantuan modal mempunyai tingkat elastisitas di bawah 1 (0,95<1), sehingga fungsi pendapatan digolongkan dalam kondisi decreasing return to scale.
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital to the income of the Small Scale Industry entrepreneur in Dairi regency.
The collected data has been gained from primary and secondary data, questionnaire as the primary data while Dairi Dalam Angka as the secondary data. The respondents are 70 Small Scale Industry Entrepreneur. The sampling method is the Proportional Stratified Random Sampling with some concerns in the Small Scale Industry criteria. This study used econometric model, Ordinary Least Square (OLS) method.
As the result of data analyses, there are 5 (five) independent variables (capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital) that influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur in positive and significant ways. All variables significantly influence the income of the Small Scale Industry Entrepreneur they are capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital. The impact of the additional capital variable is low. It indicates that the additional capital variable has less impact to the income variable Small Scale Industry Entrepreneur. Regarding to the total value of elasticity of capital, the amount of labor, the length of business, the level of education and additional capital has the lowest elasticity, under 1 (0,91<1), so that the income function is classified in decreasing return of scale condition.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Badai krisis ekonomi yang mulai menerpa Indonesia pada medio 1997 telah
melumpuhkan hampir semua sendi-sendi perekonomian dan bisnis Indonesia. Tidak
terkecuali bisnis besar dan kecil pun juga merasakan dampak langsungnya, terbukti
dengan ambruknya beberapa industri, ditutupnya operasi bank secara bersamaan.
Krisis tersebut di Indonesia diakselerasi dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS sampai titik terendah, hingga memaksa sistem nilai tukar tetap menjadi
tidak rasional. Sudah barang tentu, semua bentuk kewajiban yang berdenominasi
dolar AS merasakan dampak yang paling buruk. Dampak berat krisis moneter yang
sangat dirasakan oleh unit bisnis beraset milyaran hingga trilyunan rupiah tersebut
ternyata hampir tidak dirasakan sektor Industri Kecil. Hal ini terutama antara lain
disebabkan oleh tingginya para pengusaha Industri Kecil pada penggunaan bahan
baku maupun permodalan. Selain itu, usaha mereka pada umumnya berbasis pada
kebutuhan dasar masyarakat luas.
Melihat dari gejala ini, percepatan perbaikan ekonomi Indonesia dapat
dilakukan dengan memperhatikan pengusaha Industri Kecil. Sayangnya, bank besar
sampai saat ini masih menganaktirikan pengusaha Industri Kecil dalam pengucuran
kredit produksi. Gambaran realisasi pengucuran kredit perbankan dan kebijakan Bank
sejalan dengan kenyataan yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Kementrian KUKM
dan BPS tahun 2003. Fenomena ini menarik untuk dielaborasi lebih dalam, karena
fakta di lapangan pada tataran pelaksanaan yang masih belum sejalan dengan tataran
kebijaksanaan dapat menjadi indikasi adanya kesalahan atau sesuatu yang kurang
dalam mekanisme pelaksanaannya. Kesenjangan atau gap yang ada ini memang
masih membuka peluang untuk mendorong banyak penelitian yang akan mendukung
pada penemuan format kebijakan-kebijakan lebih lanjut dalam rangka API (Arsitektur
Perbankan Indonesia) yang penjabaran konkritnya dalam bentuk rencana kegiatan
akan dicapai dalam tahun 2011 mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Lebih
lanjut Sulaeman (2004) menyebutkan adanya beberapa isu kritis yang sering
menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara, di antaranya adalah (1) tingginya
pengangguran, (2) rendahnya investasi, dan (3) biaya ekonomi tinggi.
Pengusaha Industri Kecil terbukti masih banyak yang bertahan dalam kondisi
krisis, hal tersebut sebagai bukti ketahanan Para pengusaha Industri Kecil yang perlu
dikedepankan sebagai penggerak ekonomi utama. Oleh karena itu diperlukan
berbagai upaya dan dukungan dari pemerintah dalam mengembangkan Para
pengusaha Industri Kecil . Namun salah satu masalah utama dalam peningkatan
pendapatan Pengusaha Industri Kecil yaitu kekurangan modal, skill, tenaga kerja, di
samping peralatan atau teknologi dan juga pemasaran. Sehingga muncul pertanyaan
yang paling esensial dari dampak permasalahan tersebut yaitu bagaimana sektor
Industri Kecil dalam negeri dapat didorong menjadi sektor industri berskala besar
secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya
penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian.
Pembahasan tentang masalah pertumbuhan ekonomi dalam skala makro
terkait erat dengan upaya pengembangan industri kecil. Sebagai salah satu agen
pertumbuhan ekonomi, pengusaha Industri Kecil dinilai mempunyai potensi untuk
memiliki kontribusi yang besar karena ketahanannya terhadap fluktuasi kondisi
ekonomi. Namun demikian, di tengah banyaknya anggaran kredit yang tidak dapat
disalurkan, sebagian besar pengusaha Industri Kecil masih terkendala pada masalah
permodalan dan penyaluran kredit.
Pada umumnya daerah Kabupaten Dairi adalah potensi pertanian yang cukup
luas dan sangat besar jumlah hasilnya sehingga mata pencaharian penduduk yang
terutama adalah pertanian padi, palawija dan tanaman tahunan/bahan perdagangan
ekspor antara lain :
a. Tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon,
kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.
b. Tanaman sayur-sayuran seperti cabe, kentang, tomat, buncis, terung, bayam
dan sayur-sayuran lainnya sangat baik di Kabupaten Dairi. Sedangkan
tanaman bawang merah dan bawang putih di Kecamatan Silahisabungan yakni
di Desa Silalahi II dan Desa Paropo yang terletak di pinggiran Danau Toba.
c. Tanaman perdagangan bahan ekspor seperti kopi, kelapa, kemenyan, cengkeh,
sangat baik diusahakan serta mempunyai hasil yang cukup besar jumlahnya
sehingga dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat Kabupaten Dairi.
d. Sebagai mata pencaharian tambahan juga diperoleh dari hasil hutan seperti
kayu pertukangan, damar, rotan.
e. Namun sebagian kecil penduduk juga memelihara ternak unggas, perikanan
darat dengan tata cara pemeliharaan secara tradisional sehingga hanya
merupakan penghasilan tambahan, dimana jumlahnya belum memenuhi
standar nasional.
Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber
daya alam yang cukup baik bagi pengembangan Industri Kecil. Pada tahun 2006 di
Kabupaten Dairi terdapat 333 unit pengusaha Industri Kecil, (data diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi). Kebanyakan industri kecil tersebut bergerak
di sektor industri Pengolahan. Berdasarkan banyaknya pengusaha Industri Kecil maka
Kecamatan Sidikalang menempati posisi pertama sebanyak 167 unit, dimana jumlah
ini mencapai 50,15 persen dari jumlah keseluruhan pengusaha Industri Kecil di
Kabupaten Dairi. Sedangkan pada tahun 2007 terdapat 258 pengusaha Industri Kecil,
terjadi penurunan yang cukup signifikan dari sisi jumlah yaitu sebesar 22, 52 % yang
mana hal ini dapat mengakibatkan penurunan pendapatan pengusaha Industri Kecil
itu sendiri maupun penyerapan tenaga kerja. Pengusaha Industri Kecil di atas menurut
jenis kegiatannya terdiri dari berbagai industri seperti Pembuatan Roti, Lemon,
Bengkel Sepeda, Pengupasan Bulu Ayam, Pembuatan Tahu, Tukang Tilam, Reparasi
Radio dan Tukang Gigi yang masih terkonsentrasi di Kecamatan Sidikalang.
Fenomena yang terjadi berkaitan dengan pengembangan Industri Kecil
seperti masih rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh pelaku Industri Kecil di
kecamatan Kabupaten Dairi masih banyak dijumpai, khususnya para pelaku Industri
Kecil yang tersebar di kota Sidikalang. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena
pelaku Industri Kecil yang didominasi oleh keluarga masih belum menggunakan
teknologi yang efisien dan efektif sehingga produk yang dihasilkan pun belum dapat
mengimbangi produk-produk yang dihasilkan oleh sektor industri menengah ataupun
besar. Potensi yang ada di Kabupaten Dairi seharusnya dikembangkan sehingga
mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, dimana rata-rata pendapatan
perkapita Dairi tahun 2004, 2005 dan 2006 masing-masing hanya sebesar Rp.
7.928.545, Rp. 8.816.326 dan Rp. 9.538.398 per tahun (Sumatera Utara Dalam
Angka 2007). Perkembangan pendapatan perkapita tersebut terkait dengan
Tabel. 1.1. Perkembangan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2008
Perkembangan pengusaha Industri Kecil serta jumlah tenaga kerja yang
diserap beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan sehingga perlu digali
potensi Industri Kecil agar mampu berkembang dan meningkatkan pendapatan
masyarakat Kabupaten Dairi. Dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai upaya
meningkatkan pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi serta
hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah, hal tersebut di atas merupakan
kajian yang menarik sehingga penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang
1.2 Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka
perumusan masalah penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Modal terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di
Kabupaten Dairi?
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Tenaga kerja terhadap Pendapatan Pengusaha
Industri Kecil di Kabupaten Dairi?
3. Bagaimana pengaruh Lama Berusaha terhadap pendapatan Pengusaha Industri
Kecil di Kabupaten Dairi?
4. Bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap pendapatan Pengusaha Industri
Kecil di Kabupaten Dairi?
5. Bagaimana pengaruh Bantuan Modal Pengusaha Industri Kecil terhadap
pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi?
6. Bagaimana elastisitas modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan
bantuan modal terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini juga menggambarkan tentang upaya peningkatan
pendapatan Pengusaha Industri Kecil melalui penelaahan terhadap determinannya
1. Untuk menganalisis pengaruh Modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri
Kecil di Kabupaten Dairi.
2. Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan
Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.
3. Untuk menganalisis pengaruh Lama Berusaha terhadap Pendapatan Pengusaha
Industri Kecil di Kabupaten Dairi.
4. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan
Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.
5. Untuk menganalisis pengaruh Bantuan Modal Industri Kecil terhadap Pendapatan
Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi.
6. Untuk menganalisis elastisitas modal, tenaga kerja, lama berusaha, tingkat
pendidikan dan bantuan modal terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di
Kabupaten Dairi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak–pihak yang ingin mengetahui faktor –
faktor yang mempengaruhi pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten
Dairi pada Tahun 2007.
2. Sebagai masukan (input) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi dalam
mengambil keputusan mengenai Rencana Pengembangan Industri Kecil di
3. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendapatan
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau
hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas.
Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota
rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau
upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan
menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang
diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson
dan Nordhaus, 2002).
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya
pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi
tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku
dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya
juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara
penawaran dan permintaan. Secara singkat pendapatan seorang warga masyarakat
ditentukan oleh :
1. Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu
2. Warisan atau pemberian
b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
Penawaran dan permintaan dari masing-masing produksi ditentukan oleh
faktor-faktor yang berbeda :
a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam
tanah, mineral, air dan sebagainya ) mempunyai penawaran yang dianggap
tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah
biasanya menaik dari waktu ke waktu karena : (a) naiknya harga
barang pertanian, (b) naiknya harga barang lainnya (mineral,
barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c)
bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan
demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.
b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran
yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan
sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor
produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru,
membeli mesin-mesin yaitu investasi. Karena adanya saving dan investasi,
maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa
bertambah sedangkan permintaan akan barang-barang modal terutama sekali
pakaian naik, maka permintaan akan mesin-mesin tenun, mesin jahit juga
akan naik. Permintaan akan barang-barang jadi pada gilirannya dipengaruhi
oleh dua faktor utama : (1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan
tambahan baju, perumahan dan sebagainya). (2) Pertumbuhan pendapatan
penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau GNP
perkapita).
c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan
dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja
tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan
permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan tenaga
kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan tenaga
kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan
penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga
kerja) untuk semakin menurun.
d. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling
sulit untuk dianalisis, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun
permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar
kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisis, misalnya : faktor-faktor
motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara
berkembang orang yang berjiwa enterpreuner masih sangat kecil. Inilah
sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di
mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi
ketidakmerataan distribusi pendapatan. Cara-cara yang bisa dilakukan oleh
negara antara lain adalah :
1) Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan
2) Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok,
pakaian, perumahan)
3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara (misalnya
rumah sakit, klinik)
4) Memperkecil pengangguran
5) Pendidikan yang murah dan merata
6) Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan bagi
mobilitas (baik vertikal maupun horizontal).
Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan bersih
seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Gaji dan upah. Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan
suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.
b. Pendapatan dari kekayaan. Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai
total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk
uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri
c. Pendapatan dari sumber lain. Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi
pengangguran, menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk
lain. Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat
dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas
penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapatan lain. (Samuelson dan
Nordhaus, 2002).
2.2 Konsep Tabungan dan Investasi
Tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan
menyebabkan berkurangnya permintaan agregat. Sekali lagi, gagasan ini tidak dapat
diterapkan pada negara terbelakang karena tabungan merupakan obat mujarab bagi
keterbelakangan ekonomi mereka. Pembentukan modal adalah kunci pembangunan
ekonomi, dan pembentukan modal dimungkinkan melalui tabungan masyarakat yang
meningkat. Berbeda dengan pandangan Keynes, negara terbelakang dapat
berkembang dengan cara membatasi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Bagi
negara terbelakang, tabungan tidak merupakan hal yang buruk, tetapi merupakan
sesuatu yang baik. (Jhingan, 2007)
Investasi membutuhkan suatu jumlah tertentu tabungan. Jumlah tabungan ini
tidak mudah dicapai oleh negara terbelakang yang miskin karena sangat rendahnya
tingkat pendapatan. Untuk mengatasi hal ini, maka ketika pendapatan meningkat
tinggi dari pada tingkat rata-rata tabungan. Tapi tidak ada satu negarapun yang pernah
mempunyai tabungan marginal yang lebih tinggi dari pada tingkat rata-rata tabungan
sebelumnya. (Jhingan, 2007)
2.3 Konsep Modal
Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk
tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal
baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada. Aktiva tetap berwujud adalah
aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan atau dipindah
tangankan. Dalam membiayai kegiatan operasinya, perusahaan membutuhkan modal
yang terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Pengertian modal adalah hak atau
bagian yang dimiliki perusahaan yang ditujukan dalam modal saham. Modal asing
merupakan modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan.
Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan dari
pemilik perusahaan (pemegang saham) maupun laba yang tidak bagi (laba ditahan).
Di dalam memenuhi modal yang dibutuhkan tersebut perusahaan dapat menerbitkan
dan menjual surat berharga berupa obligasi (modal pinjaman) dan saham (modal
sendiri). Surat berharga tersebut dijual kepada para investor yang menginginkannya
dimana perusahaan berkewajiban memberikan hasil (return) yang dikehendaki oleh
Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal aktif dan
modal pasif. Modal aktif menunjukkan penggunaan dana yang tertera di sisi aktiva
(aktiva lancar dan aktiva tetap) yaitu yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam
sebelah mana dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Sedangkan modal pasif
menunjukkan sumber dana yang tertera di sisi pasiva yang menggambarkan
sumber-sumber dana dari mana diperoleh atau asal dana diperoleh. Modal pasif terdiri atas
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Menurut Sawir (2001): “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus tersedia untuk
membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Gitosudarmo (2002)
“Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan atau sesudah
dikurangi besarnya hutang lancar”. Sedangkan Riyanto (2002) mengemukakan :
Modal adalah baik yang berupa barang – barang konkrit yang masih ada dalam rumah
tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debet maupun berupa daya beli
atau nilai tukar dari barang – barang itu yang ada di sebelah kredit. Jadi yang tercatat
disebelah debet dari neraca disebut modal konkrit dan yang tercatat disebelah kredit
disebut modal abstrak.
2.4 Produksi dan Tingkat Pendapatan
Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian ada dimiliki oleh
sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat
gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian
keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing
jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing
faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor
produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan
harga dari barang tersebut. (Sukirno, 2002).
Dalam proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga
disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya
yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi, menjadi
keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan yang
mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang telah
diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan. Tentu
saja setelah proses produksi berjalan akan menghasilkan produk berupa roti.
Menurut Pyndick (Salvatore, 2006) menjelaskan bahwa hubungan antara
masukan pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi
produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu unit usaha untuk
setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :
Q = f{K, L}... ... 2.1
Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua masukan yakni
Cobb-Douglas adalah salah satu fungsi produksi yang paling sering digunakan
dalam penelitian empiris. Fungsi ini juga meletakkan jumlah hasil produksi sebagai
fungsi dari modal (capital) dengan faktor tenaga kerja (labour). Dengan demikian
dapat pula dijelaskan bahwa hasil produksi dengan kuantitas atau jumlah tertentu
akan menghasilkan taraf pendapatan tertentu pula. Secara sederhana fungsi produksi
Cobb-Douglas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = ALαKβ ... 2.2 Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan
barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif yang
dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi
semakin maju. Parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan
satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian pula parameter β,
mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L
dipertahankan konstan. Jadi, α dan β masing-masing merupakan elastisitas output
dari modal dan tenaga kerja. Jika α + β = 1, maka terdapat tambahan hasil yang
konstan atas skala produksi; jika α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat
atas skala produksi dan jika α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang
menurun atas skala produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Salvatore, 2006).
Berdasarkan penjelasan fungsi produksi Cobb-Douglas di atas, dapat
dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal merupakan
tingkat pendapatan suatu usaha produksi seperti Industri Kecil. Ini berarti bahwa
jumlah tenaga kerja serta modal peralatan yang merupakan input dalam kegiatan
produksi Pengusaha Industri Kecil dapat memberikan beberapa kemungkinan tentang
tingkat pendapatan yang mungkin diperoleh.
Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada
umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja,
modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor
produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya dari faktor-faktor
produksi yang digunakan itu input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan input
yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang disebut The
Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa : bila satu macam input
penggunaannya terus ditambah sedang input-input yang lain penggunaannya tidak
berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurun bila input
tersebut ditambah. Untuk selanjutnya, input yang berubah itu dinamakan input
variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit input
tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP), dari input tersebut dapat
ditulis:
Kalau hubungan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu
(TPP). Kurva Total Physical Product (TPP) ini didefinisikan sebagai kurva yang
menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input
variabel dan input lainnya dianggap tetap, sehingga:
TPP = f (X1, X2, ... Xn)
Kurva lain yang dapat diturunkan dari kurva Total Physical Product (TPP)
adalah kurva Marginal Physical Product (MPP) dan kurva Average Physical Product
(APP). Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan
tambahan Total Physical Product (TPP) karena adanya tambahan penggunaan satu
input variabel. Secara matematis dapat ditulis:
x
Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil
rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut, dan
ditulis secara matematis:
Hubungan antara Marginal Physical Product (MPP) dan Average Physical
Product (APP) di atas selanjutnya dapat menjelaskan tentang elastisitas produksi.
Mubyarto (2000) menyatakan bahwa dengan elastisitas produksi yang berbeda-beda,
maka dapat diketahui apakah pendapatan tersebut dalam keadaan increasing atau
decreasing. Apabila nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu, bila produksi total
elastisitas produksi lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu, maka pendapatan
tersebut ada pada daerah decreasing. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase
perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Ep ini
dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2003):
Y
Akan tetapi karena besarnya koefisien elastisitas produksi dapat diketahui dari
hasil fungsi produksi Cobb Douglas (hasil analisis OLS) dan besarnya Average
Physical Product (APP) dapat dihitung berdasarkan data yang tersedia, maka
Marginal Physical Product (MPP) juga dapat dihitung dengan menggunakan
koefisien elastisitas produksi sebagai berikut :
MPPxi = Ep (Y⁄Xi)
= ai (Y⁄Xi)
= ai . APP
2.5 Konsep Pendidikan
Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan
suatu jenjang pendidikan. Kompetensi atau standar kompetensi merupakan perpaduan
berpikir dan bertindak. Standar kompetensi yaitu batas dan arah kemampuan yang
harus dimiliki dan dapat dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
suatu mata pelajaran tertentu. Cakupan materi yang terkandung pada setiap standar
kompetensi cukup luas terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran.
Pendidikan berbasis kompetensi ini berimplikasi terhadap pengembangan silabus dan
sistem pengujian berbasis kemampuan dasar.
Notoatmodjo (2002) mengemukakan, Pendidikan pada umumnya berkaitan
dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu Instansi atau
organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau
keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu.
Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus
dilaksanakan (job orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan
kemampuan umum.
Sementara itu, pelatihan menurut Sunarto dan Sahedhy (2001), adalah proses
sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan
tujuan organisasional. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan dimana para
karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian,
pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
Selanjutnya Handoko (2000) berpendapat, pendidikan dilaksanakan untuk
menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai
sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.
Setiap standar kompetensi dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar
yang merupakan perincian lebih lanjut dari standar kompetensi tersebut. Perumusan
kemampuan dasar, dapat menggunakan kata-kata kerja misalnya : menunjukkan,
menghitung, menggambarkan, membedakan, mengidentifikasikan, menafsirkan,
menerapkan, menggunakan, menentukan, menyusun, menyimpulkan, mengevaluasi,
merumuskan, membuat, menganalisis, mensintesis dan sebagainya yang merupakan
tingkah laku hasil belajar yang dapat diamati (observable) dan diukur (measurable).
Tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan
prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari
pengetahuan konsepsual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Konsekuensi dunia
pendidikan dengan sektor ekonomi masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang
erat, di mana kedua komponen lembaga tersebut merupakan aset negara yang
memerlukan pengelolan secara hati-hati dan cermat. Secara lebih khusus
hubungannya menyangkut modal fisik, tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang
menjadi tiga faktor pokok sebagai masukan (input) dalam produksi pendapatan
nasional. Semakin besar jumlah tenaga kerja (berarti laju pertumbuhan penduduk
2.6 Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang menjadi referensi dalam penelitian ini yaitu : M.
Fadly (2006) meneliti tentang Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Sumatera Utara. Penelitian ini
menggunakan variabel bebasnya kemampuan diri (usia dan pendidikan), penjualan,
harga, modal usaha, desain, kemampuan bersaing dan jenis usaha. Hasil analisis data
diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi perkembangan Usaha Kecil dan
Menengah yaitu pengadaan bahan baku, peningkatan skill tenaga kerja, stabilitas
harga, jumlah produksi dan lama berusaha.
Syafrijal (2003) meneliti tentang Analisis faktor-fakor yang mempengaruhi
pertumbuhan industri kecil di wilayah segitiga industri di Jawa Timur. Variabel bebas
yang digunakan yaitu ketersediaan bahan baku, jumlah pekerja, ketrampilan, alat
produksi (teknologi), modal sendiri, modal pinjaman, intensitas, manajemen dan
intensitas promosi. Hasil pembahasan diketahui bahwa secara bersama-sama
ketersediaan bahan baku, jumlah pekerja, ketrampilan, alat produksi (teknologi),
modal sendiri, modal pinjaman, intensitas manajemen, intensitas promosi
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri kecil di wilayah segitiga
industri di Jawa Timur.
Sasmita (2006), meneliti tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan. Variabel bebas yang digunakan
yaitu modal kerja, tenaga kerja, waktu melaut dan pengalaman. Hasil penelitian
positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan di Kabupaten Asahan
sedangkan pengalaman melaut berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dan modal
kerja yang paling signifikan pengaruhnya.
Rochaeni, R dan Lokolo E.M, (2006), meneliti tentang Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan ekonomi rumah tangga petani di Kelurahan Setugede Kota
Bogor. Variabel bebas yaitu pengalaman, jenis kelamin, pengetahuan, keterampilan,
jumlah tanggungan dan pendapatan kepala rumah tangga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa waktu kerja lebih banyak ditujukan pada non usahatani karena
pendapatan non usahatani lebih besar, kontribusi pendapatan rumah tangga petani
dari usaha tani padi sebesar 27,29 %, dari non usaha tani 72,68 %.
Suryananto G. (2005), meneliti tentang Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi (studi kasus di Pasar Godean, Sleman,
Yogyakarta), variabel bebas yang digunakan jam berdagang, modal dagang dan
pengalaman berdagang. Hasil pembahasan diketahui secara bersama modal dagang,
jam berdagang dan pengalaman berdagang sangat mempengaruhi pendapatan
pedagang konveksi atau secara serentak berpengaruh positif terhadap pendapatan
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil
kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Modal berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Kecil
di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.
2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha
Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus. Modal
Jumlah Tenaga Kerja
Lama Berusaha
Tingkat Pendidikan
Pendapatan Industri Kecil
3. Lama berusaha berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha
Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.
4. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pengusaha
Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.
5. Bantuan Modal Pengusaha Industri Kecil berpengaruh positif terhadap
Pendapatan Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi, Ceteris Paribus.
6. Modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha, tingkat pendidikan dan
bantuan modal memiliki inelastis terhadap Pendapatan Pengusaha Industri
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Pengusaha
Industri Kecil ini dilakukan di Kabupaten Dairi. Pemilihan lokasi tersebut
berdasarkan karakter Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi yang cukup
banyak dan beragam jenisnya.
3.2 Populasi dan Sampel
Sugiyono (2003) menyatakan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan unit
analisis yang akan diteliti yang mempunyai kuantitas (jumlah) dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi penelitian ini meliputi keseluruhan Pengusaha Industri Kecil
yang tersebar di kecamatan se-Kabupaten Dairi. Pengusaha Industri Kecil tersebut
juga merupakan salah satu sektor formal yang memberikan tingkat pendapatan yang
cukup baik bagi masyarakat di Kabupaten Dairi berjumlah 258 Pengusaha Industri
Kecil pada tahun 2007.
Penentuan besarnya sampel dilakukan dengan penentuan populasi yang cukup
banyak, kemudian disesuaikan dengan besarnya populasi yang ada di wilayah
kecamatan dibagi dengan populasi kabupaten dikalikan dengan jumlah sampel
kabupaten.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode Stratified Proporsional Random Sampling dengan beberapa
pertimbangan kriteria Pengusaha Industri Kecil yang berkaitan dengan penelitian ini.
Kriteria tersebut adalah :
a. Pengusaha Industri Kecil yang minimal telah berdiri minimal 5 tahun terakhir.
b. Pengusaha Industri Kecil yang telah memiliki izin dan terdaftar di Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Dairi.
Sesuai dengan kriteria di atas, jumlah populasi Pengusaha Industri Kecil yang
ada per kecamatan di Kabupaten Dairi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007
No Nama Kecamatan Jumlah Populasi
1
Mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, pendanaan serta
keterwakilan dan besaran jumlah populasi di kecamatan yang dapat mempengaruhi
penelitian ini secara signifikan, maka ditentukan beberapa kecamatan yang memiliki
populasi yang lebih banyak, yaitu :
Tabel 3.2. Kecamatan Yang Ditetapkan Menjadi Populasi No Nama Kecamatan Jumlah Populasi
1
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2008
Sugiyono (2003) : “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut”. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan
rumus Slovin dalam Husein Umar (2008), sebagai berikut :
)
Berikut perhitungannya :
n , dibulatkan menjadi 70 orang.
Jadi jumlah sampelnya sebanyak 70 responden.
Dalam penelitian ini akan ditentukan besaran sampel (sample size) yang
diperoleh dengan teknik sampling yang telah disebutkan di atas. Adapun distribusi
sampel size yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Distribusi Sampel Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi Tahun 2007
No Nama Kecamatan Jumlah Populasi Jumlah Sampel 1
Jumlah sampel per kecamatan pada tabel di atas ditetapkan secara
proporsional dengan cara sebagai berikut :
xn N Nkec nkec=
nkec : ukuran sampel kecamatan
Nkec : ukuran populasi kecamatan
N : ukuran populasi kabupaten
n : ukuran sampel kabupaten
3.3 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari sejumlah
responden yang merupakan pelaku pada Industri Kecil di Kabupaten Dairi
berdasarkan hasil kuesioner dan juga data sekunder berupa data Pengusaha Industri
Kecil.
3.4 Model Analisis
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Dairi digunakan persamaan regresi linier
berganda (multiple lenear regression). Variabel terikat (dependent variable) dalam
penelitian ini adalah Pendapatan Pengusaha Industri Kecil dan sebagai variabel bebas
tenaga kerja dan bantuan modal. Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
Y = f { M, TK, LB, TP, BM } ... 1) Selanjutnya fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam model logaritma
sebagai berikut :
Y =
α
0 +α
1 M +α
2 TK +α
3 LB +α
4 TP + α 5 BM +µ
...2) Dimana :Y = Pendapatan Pengusaha Industri Kecil (jutaan Rp/bln) M = Modal (jutaan Rp)
TK = Jumlah Tenaga Kerja (Orang) LB = Lama Berusaha (Tahun) TP = Tingkat Pendidikan (Tahun) BM = Bantuan Modal (Rp)
µ = Kesalahan Pengganggu
α
0,α
1 ,α
2α
3 ,α 4 , α 5 = Koefisien RegresiKoefisien regresi juga menyatakan nilai elastisitas pendapatan, di mana
selanjutnya dapat dicari nilai Marginal Physical Product (MPP) dan Average
Physical Product (APP) dan dapat diketahui pula pengaruh dari perubahan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhi perubahan tingkat pendapatan. Menurut Gujarati
(2003) jumlah koefisien regresi atau elastisitas produksi masing-masing variabel
Jika jumlah koefisien regresi sama dengan 1 (satu), maka fungsi produksi
tersebut berada pada keadaan constant return to scale yang artinya bahwa persentase
penambahan input-input variabel tersebut akan menghasilkan persentase penambahan
produksi yang sama. Selanjutnya jika jumlah koefisien regresi lebih besar daripada 1
(satu) maka fungsi produksi tersebut berada pada keadaan increasing return to scale
yang artinya bahwa persentase penambahan input-input variabel tersebut akan
menghasilkan persentase penambahan produksi yang lebih besar. Apabila jumlah
koefisien regresi lebih kecil daripada 1 (satu), berarti fungsi produksi tersebut berada
pada keadaan decreasing return to scale yang artinya bahwa persentase penambahan
input-input variabel tersebut akan menghasilkan persentase penambahan produksi
yang lebih kecil dibandingkan penambahan input.
3.5 Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan
dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut :
1. Modal adalah sejumlah kekayaan, baik yang berupa barang–barang
konkrit yang masih ada dalam rumah tangga termasuk harta tidak bergerak
maupun berupa modal dasar yang ada dalam pembentukan Industri Kecil.
Dalam penelitian ini ditetapkan dengan satuan Rupiah.
2. Jumlah tenaga kerja adalah keseluruhan individu yang bekerja pada
3. Lama berusaha adalah lamanya waktu Pengusaha Industri Kecil tersebut
beroperasi dinyatakan dalam dalam tahun.
4. Tingkat Pendidikan adalah lama Pendidikan Formal yang pernah diikuti
oleh responden dinyatakan dalam dalam Tahun.
5. Bantuan Modal Pengusaha Industri Kecil merupakan sejumlah dana yang
diterima untuk pengembangan usaha produktif dalam satuan rupiah.
6. Pendapatan Pengusaha Industri Kecil adalah jumlah seluruh uang yang
diterima akibat aktivitas operasi Pengusaha Industri Kecil dalam waktu 1
bulan dan dinyatakan dalam satuan rupiah.
3.6 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode
Ordinary Least Square (OLS). Hal ini digunakan untuk melihat pengaruh Variabel
Independen terhadap Variabel Dependen dalam penelitian ini. Dan sebagai alat
analisis untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program Eviews versi 5,1.
Metode ini banyak digunakan karena ;
1. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan
menghasilkan parameter yang bersifat optimum.
2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika
dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini tidak
3. Metode Kuadrat Terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam
hubungan ekonomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi yang
baik. Dengan demikian metode ini banyak digunakan pada waktu
mengestimasi hubungan dalam metode Ekonometrika.
4. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami.
5. Metode kuadrat Terkecil adalah komponen yang penting dalam
ekonometrika.
3.7 Test Goodness of Fit
Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan program statistik
Eviews Versi 5,1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi
berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat
signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.
Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-t (t-test) dan
Uji – F (F-test). Uji – t dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi variabel secara
partial, sementara Uji – F mengetahui signifikansi statistik secara serentak, Uji R2
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan
variabel terikat.
3.8 Uji Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang
bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk.
Untuk itu maka perlu melakukan uji asumsi klasik, yang terdiri dari (Pratomo, 2008).
3.8.1 Uji Normalitas
Pengujian Normalitas Data bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel
normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal.
Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari data dengan mean dan
standar deviasi yang sama. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan
salah satu syarat dilakukannya parametric-test.
Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya
harus menggunakan non parametric test. Selain itu data yang mempunyai distribusi
secara normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data
semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Untuk mengetahui
apakah data yang kita miliki normal atau tidak, secara kasat mata kita bisa melihat
histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak.
Tentu saja cara ini sangat subyektif.
Uji normalitas data yang digunakan di sini adalah uji Jarque Bera. Tahap uji
Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai berikut :
a. Formulasi hipotesis
H0 : distribusi ut normal
HA : distribusi ut tidak normal
b. Menentukan tingkat signifikansi (a)
H0 ditolak jika prob. JB £ a, H0diterima jika prob. JB > a .
d. Kesimpulan
3.8.2 Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar. Untuk menguji linearitas dalam penelitian ini digunakan
uji Ramsey Reset (Ramsey Test), yaitu dengan membandingkan nilai F-hitung
dengan F-tabel, dengan kriteria keputusan sebagai berikut :
1. Jika Fhitung > Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model
yang digunakan dalam bentuk fungsi linear adalah benar, tidak ditolak.
2. Jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model
yang digunakan dalam bentuk fungsi linear adalah benar, ditolak
3.8.3 Uji Multikolinieritas
Interpretasi persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi
bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi.
Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas akan menimbulkan beberapa
akibat, untuk itu perlu pendeteksian multikolinieritas dengan besaran-besaran regresi
yang di dapat, yakni :
1. Variasi besar (dari taksiran OLS)
2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error
besar sehingga interval kepercayaan lebar).
3. Uji t (t-rasio) tidak signifikan, suatu variabel bebas yang signifikan baik
bisa tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila
standar error terlalu besar maka besar pula kemungkinan taksiran
koefesien regresi (a1 – a4) tidak signifikan.
4. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari Uji t
5. Terkadang nilai taksiran koefesien yang didapat akan mempunyai nilai
yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan
interprestasi.
3.8.4 Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah variasi residual yang tidak sama untuk semua
pengamatan. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui terjadinya penyimpangan model
karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi yang lain. Dalam
model regresi linier berganda juga harus bebas dari heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini, digunakan metode uji white atau white’s general heteroscedasticity test
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Demografi
Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit
yang terletak antara 98000' – 98030' dan 2015'-30 00'LU. Sebagian besar tanahnya
didapati gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan bervariasi sehingga
terjadi iklim hujan tropis. Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada
pada ketinggian 1.066 meter diatas permukaan laut.
Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s/d
1.250 m diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Siempat Nempu
dan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 – 1.360 m diatas
permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang, Parbuluan dan Tanah Pinem berada
pada ketinggian 700- 1.600 meter diatas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Dairi
sebagian besar terdiri dari dataran tinggi yang bervariasi, dan sebagian besar
merupakan pegunungan dan perbukitan.
Keadaan iklim Kabupaten Dairi pada umumnya beriklim subtropis pada
daerah dengan ketinggian 400-1000 m diatas permukaan laut dan iklim dingin pada
daerah ketinggian di atas 1000 m diatas permukaan laut.
Pertanian merupakan sektor utama yang mendukung perekonomian
pada sektor ini. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi, yaitu sebesar 70,08% (BPS
Kabupaten Dairi, 2007: 302). Dalam pengelompokan sektor ekonomi, sektor
pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan
dan perikanan.
4.1.2 Penduduk
Pada tahun 2006 jumlah penduduk di tiga kecamatan tersebut mencapai
67.977 jiwa (25,39 % dari jumlah penduduk kabupaten) dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 14.704 KK (23,84 %dari jumlah kepala keluarga kabupaten).
Lebih dari 2 % diantaranya berusaha tani kopi arabika di samping kopi robusta,
kemiri, nilam, gambir, karet, kakao, dan lain-lain. Total luas lahan perkebunan kopi
arabika tahun 2006 di ketiga kecamatan tersebut mencapai 798 hektar (7,98 % dari
luas perkebunan kopi arabika di kabupaten) dengan produktivitas 316,89 ton atau
33,69 % dari total produktivitas kopi arabika di kabupaten (BPS Kabupaten Dairi,
2007).
Data kependudukan yang di muat dalam publikasi ini merupakan hasil dari
proyeksi penduduk keadaan akhir tahun 2006 dengan dasar hasil data Pendaftaran
Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) yang pelaksanaannya pada
bulan April 2003. Penduduk Kabupaten Dairi keadaan 31 Desember 2006 berjumlah
267.629 jiwa dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99,42 %.
Dari jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat dihitung Laju
pertumbuhan penduduk (LPP) adalah tahun 2000 dimana pada tahun tersebut di
lakukan sensus penduduk. LPP Kabupaten Dairi tahun 2006 sebesar 0,02 % (terjadin
penurunan dibanding tahun 2000 sebesar 0,11 %). Kabupaten Dairi pada tahun 2006
mengadakan pemekaran terhadap desa/kelurahannya. Pemekaran desa/ kelurahan dan
kecamatan yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempercepat laju pembangunan
sehingga beberapa desa/kelurahan dimekarkan. Jumlah desa/ kelurahan di Kabupaten
Dairi tahun 2006 sebanyak 156 desa dengan luas wilayah 1.927,82 Km2 membuat
tingkat kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Sidikalang (622 jiwa/km2) dan
Kecamatan Siempat Nempu (341 jiwa/km2). Sedangkan yang terendah adalah
Kecamatan Tanah Pinem (45 jiwa/km2) dan Kecamatan Silahisabungan (61
jiwa/km2). Ditinjau dari sudut kelompok umur, penduduk Kabupaten Dairi tergolong
dalam penduduk muda karena penduduk usia 0-14 tahun masih sebanyak 39,96 %,
dimana 41,24 % untuk penduduk laki-laki dan 38,69 % untuk penduduk perempuan.
Persentase penduduk usia muda tersebut merupakan beban yang sangat berarti bagi
penduduk usia produktif (15-64 tahun), yang berjumlah 149.744 jiwa (55,95 %).
4.1.3 Pendidikan
Salah satu Sumber daya pembangunan adalah manusia, untuk dapat
membentuk SDM yang handal diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas Sumber
daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan yang pernah dikecapnya.