• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Konsep Trimurti dan Tritunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Konsep Trimurti dan Tritunggal"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

64 ANALISIS

A. Persamaan dan Perbedaan Konsep Trimurti dan Tritunggal

Ditinjau dari aspek ketuhanan, bahwa baik agama Hindu maupun agama Kristen sama-sama mempercayai adanya Tuhan meskipun dengan sebutan yang berbeda. Di samping itu ditinjau dari kepercayaannya pada tiga oknum Tuhan, maka kedua agama tersebut pada hakikatnya bersifat politheisme yaitu paham yang menganggap Tuhan itu banyak. Meskipun dalam pengakuannya monoteisme namun jika ditinjau dari kepercayaannya terhadap eksistensi dan kekuasaan Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa (agama Hindu) ia bisa dianggap politheisme.

Demikian pula dalam agama Kristen, kepercayaan terhadap Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus ini mengindikasikan bahwa agama tersebut bersifat politheisme. Persamaan lainnya bahwa kedua agama itu memiliki kitab suci sebagai sumber hukum pertama dan utama yang dapat mewarnai seluruh sistema ritualitas atau dengan perkataan lain kedua agama itu menganggap kitab sucinya sebagai pedoman dalam mewujudkan aspek hubungan yang bersifat horizontal yaitu antara sesama manusia dan aspek vertikal yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Meskipun ada pendapat yang menganggap agama Hindu itu bukan agama wahyu akan tetapi bagaimanapun dalam kepercayaannya umat Hindu menganggap kitab sucinya sebagai wahyu. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Djam’annuri:

Kitab suci Veda adalah wahyu atau sabda Brahmana yang diterima oleh para Maharisi. Jadi jika ada orang yang menyatakan agama Hindu adalah agama bukan wahyu adalah sungguh tidak benar dan tidak beralasan. 1

Dari pernyataan Djam’annuri di atas menunjukkan bahwa agama Kristen dan agama Hindu dapat dikatakan sebagai agama samawi. Namun

1

Djam’annuri, Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama, Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta, 2000, hlm. 46.

(2)

demikian kedua agama di atas memiliki perbedaan dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam aspek ketuhanan dapat dijelaskan sebagaimana di bawah ini:

Dalam agama Kristen sebenarnya pengajaran yang asli dari Nabi Isa a.s. ialah Tauhid yang Suci; yaitu menuhankan Allah Yang Maha Esa, seperti kepercayaan dalam seluruh agama Samawi dan telah diajarkan juga oleh Nabi-nabi sebelum Isa Al-Masih.

Akan tetapi orang Nasrani di belakang Nabi Isa telah menjadikan agama Tauhid yang suci menjadi agama musyrik, mirip dengan agama berhala, menjadi Trinitas, bertuhan tiga, yaitu menuhankan Nabi Isa dan Ruhul Kudus di samping Allah s.w.t. Mereka ambil dari kemusyrikan Yunani dan Romawi, serta dari pengajaran trimurti agama Mesir kuno dan Brahma.

Sebagai bukti bahwa agama yang diajarkan Nabi Isa itu Tauhid, masih dapat kita baca dalam Perjanjian Baru yang diriwayatkan oleh Yahya, pada Injil Yahya Fs. 17; ayat 3; bunyinya:

Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka itu mengenal Engkau, Allah yang Esa dan benar, dan Yesus Keristus yang telah Engkau suruhkan itu."

Dalam kata-katanya itu Nabi Isa menjelaskan bahwa Allah itu ialah Tuhan Yang Maha Esa, dan dirinya adalah utusan Allah. Sesual dangan apa yang diterangkan oleh Al-Qur'an.

Dalam Injil Markus Fs. 12 ayat 28 s/d 34 tersebut pula soal jawab Nabi Isa dengan seorang muridnya orang Israil ahli Taurat, yang kesimpulannya menjelaskan dengan sungguh bahwa Allah Maha Esa, demikian bunyinya:

28. Maka datanglah seorang ahli Taurat, setelah didengarnya bagaimana mereka itu berbalah-balah sedang diketahuinya, bahwa Yesus sudah memberi jawab yang baik, lalu ia pula menyoal Dia, katanya: ,,Hukum yang manakah dikatakan yang terutama sekali?"

(3)

29. Maka jawab Yesus Kepadanya: ,,Hukum yang terutama inilah: ,,Dengarlah olehmu, hai Israil, adapun Allah Tuhan kita. lalah Tuhan yang .Esa.

30. Maka hendaklah engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan sepenuh akal budimu, dan dengan segala kuatmu.

31. Dan yang kedua 'inilah: ,,Hendaklah engkau mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Maka tiadalah hukum lain, yang lebih besar daripada kedua hukum ini."

32. Lalu kata ahli Taurat itu kepadanya: „ Ya Guru, amat benarlah segala kata Guru, bahwa Allah itu Esa adanya dan tiada yang lain, melainkan Allah."

33. Dan hal mengasihi Tuhan dengan sebulat-bulat hati, dan dengan sepenuh akal budi, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segala kuat, dan lagi mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, itulah terutama daripada segala kurban bakaran dan persembahan sembelihan."

34. Apabila Yesus melihat bahwa ia sudah menyahut dengan bijaksana, berkatalah la kepadanya: ,,Engkau tiada jauh lagi daripada kerajaan Allah." Maka tiada seorang pun berani menyoal Dia lagi.

Dari ceritera ayat-ayat Injil yang tersebut di atas itu yang menjadi kitab suci orang Kristen itu sendiri, kita baca dengan jelas keterangan-keterangan Nabi Isa Al-Masih yang menyatakan dengan sungguh dan diperingatkannya pada ummatnya Bani Israil, bahwa hukum dan keyakinan yang terutama ialah meyakini Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun dalam agama Hindu, kepercayaan kepada Tuhan sebagai berikut: Tuhan dalam agama Hindu disebut Brahma. Kalimat Brahma dalam bahasa Hindu lama (Sanskerta) yaitu nama bagi Tuhan yang wujud dengan sendirinya, Maha Esa dan Maha Kuasa yang bersifat azali, tidak berawal dan tidak berakhir, yang menciptakan dan menjadi asal dari sekalian alam; la tidak dapat diraba dengan pancaindra tetapi hanya dapat diketahui dengan akal.

(4)

Brahma itu Tuhan yang tunggal dalam agama Hindu; Tetapi beberapa abad di belakang, penganut agama Hindu telah merobah kepercayaan bertuhan satu itu (monotheisme), kepada trimurti atau bertuhan tiga.

Trimurti itu terdiri dari: Brahma, Wisynu' dan Syiwa. Ahli-ahli penyelidik sejarah agama-agama banyak yang berpendapat, bahwa kemungkinan benar agama Hindu ini asalnya Samawy, agama langit yang berasal dari pengajaran Tuhan Pencipta semesta Alam, melihat ajarannya yang asli kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi dalam perjalanan hidupnya yang sudah lama, ibarat sebuah sungai yang mengalir dari lereng gunung, sudah banyak dimasuki oleh berbagai sampah dan kotoran, sehingga dari agama Tauhid telah berobah menjadi agama musyrik.

Apabila diperhatikan dalam kitab Weda, kitab suci agama Hindu, di situ tidak ada disebutkan Tuhan yang berbilang, hanya menyatakan ketuhanan Brahma semata-mata. Nama Wisynu dan Syiwa memang ada disebut, tetapi bukan sebagai Tuhan, hanya sebagai sifat. Wisynu sifat kasih sayang dan memelihara, Syiwa sifat Maha kuasa dan memusnahkan.

Para pendeta di belakang telah mengkhayalkan dalam pikiran mereka, untuk menempatkan kedua sifat Tuhan itu sebagai Tuhan yang kedua dan ketiga.

Maka di berbagai kuil-kuil penganut agama Hindu terdapatlah patung yang menggambarkan Trimurti itu; Patung Brahma yang mempunyai empat muka dan empat tangan; tangan pertama memegang Weda, tangan yang kedua memegang sendok, tangan yang ketiga memegang tasbih dan tangan yang keempat memegang bejana berisi air, sedang di sampingnya terdapat patung Tuhan yang kedua dan ketiga, yaitu Wisynu dan Syiwa.

Ditinjau dari penyebutan kitab suci, bahwa agama Hindu memiliki kitab suci. Kitab-kitab yang dipandang suci dalam agama Hindu ada beberapa buah, di antaranya: kitab Weda, Brahmana, Upanishad, Purana, Tantra dan lainnya.

Kitab Weda ialah kitab suci asli dalam agama Hindu yang dijunjung tinggi oleh bangsa Arya, kepada kitab itulah mereka mendasarkan agama dan

(5)

pandangan hidup mereka. Akan tetapi Weda yang mereka anut ketika mula-mula sampai di India baru terkenal dengan sebutan Trayi Wedya ( tiga Weda) yang terdiri dari: Rigweda, Samaweda dan Yajurweda.

Weda artinya pengetahuan yang amat tinggi. Weda yang dikenal dalam perkembangannya, kemudian terdiri dari empat himpunan kitab (samhita) yaitu:

1. Rigweda, berisi 1028/sukta atau sya’ir pujian terhadap dewa-dewa

2. Samaweda, sebagian besar berisi sya’ir-sya’ir dari Rigweda, tetapi seluruhnya memakai tanda-tanda nada untuk dapat dilagukan dan dinyanyikan

3. Yajurweda, berisi do’a-do’a untuk pengantar saji-saji yang dipersembahkan kepada dewa-dewa dengan diiringi pengajian Rigweda dan nyanyian Samaweda.

4. Atharwaweda, berisi mantra-mantra dan jampi-jampi untuk sihir dan ilmu ghaib, untuk mengusir penyakit, pengikat cinta, menghancurkan musuh dan sebagainya. Weda yang empat itu disebut “Catur Weda” yaitu empat weda.

Adapun jika kita kaji agama Kristen terutama tentang kitab sucinya bahwa: Nabi Isa a.s. diberi Tuhan sebuah kitab bernama Injil, untuk disampaikan kepada kaum Bani Israil. Kedatangan Isa Almasih tidaklah membatalkan atau menasikhkan hukum Taurat. Bahkan Nabi Isa sendiri berkata bahwa aku datang tidaklah akan merubah hukum Taurat bahkan setitik ataupun sebaris sampai dunia ini kiamat, hukum Taurat itu akan ditegakkan. Aku datang — kata beliau — bukan untuk merombak, hanya untuk menggenapkan. (Matius 5: 17).

Adapun tentang hal Taurat sudah biasanya dibicarakan di dalam bahagian kitab Taurat, pada pelajaran agama Yahudi, bahwa orang-orang Nasrani baik Nasrani yang mula-mula ataupun Nasrani yang sekarang percaya pada Taurat yang mereka sebut dengan nama “Perjanjian Lama." Injil artinya khabar suka atau berita gembira; jika ditilik dari segi bahasa, kata-kata Injil berasal dari Bahasa Yunani: Evangely.

(6)

Orang-orang Kristen sekarang menamai Injil dengan “Perjanjian Baru” atau “Wasiat Baru.” Injil yang asli yang berupa firman Allah kepada Nabi Isa, yang diucapkan oleh Isa Almasih dalam bahasa aslinya bahasa Ibrani, tidak ada lagi.2

Ada dua pandangan mengapa Injil Masehi asli itu dewasa ini

tidak

terdapat:

Pertama, kemungkinan Nabi Isa tidak sempat menulisnya karena beliau menyiarkan agamanya dalam saat yang sangat pendek kurang lebih3 tahun lamanya.

Kedua, tidak mungkin tidak ada aslinya pada permulaan, karena Isa Almasih sendiri tahu tulis baca. Hanya kitab yang asli itu sangat kemungkinan telah ikut dimusnahkan ketika penganut-penganut Nasrani asli dimusnahkan oleh kekuasaan Romawi dan orang-orang yang benci kepada ajaran Tauhid Nasrani asli.

Adapun yang dimaksud dengan Injil (wasiat Baru) oleh ummat Christus sekarang ialah kumpulan dari 4 buah Injil yang dikarang oleh 4 orang penulis Injil yang terkenal itu serta lampiran-lampirannya yang ditulis oleh penyiar-penyiar agama Nasrani yang mula-mula seperti: Paulus, Petrus, Yohanna, Yakub dan kisah mimpi Yohanna.

Adapun yang dimaksud dengan 4 buah Injil itu ialah: 1. Injil Matius yang dikarang oleh Matius pada tahun 65 M. 2. Injil Markus yang dikarang oleh Markus pada tahun 61 M. 3. Injil Lukas yang dikarang oleh Lukas pada tahun 95 M. 4. Injil Yahya yang dikarang oleh Yahya pada tahun 100 M.

Isi keempat Injil itu bukanlah merupakan Firman Tuhan kepada Nabi Isa Almasih, hanyalah karangan manusia biasa mengisahkan kelahiran Nabi Isa, kehidupannya, pengajarannya dan penderitaannya. Selain dari keempat Injil yang tersebut di atas, masih ada beberapa Injil yang lain, yang isinya membentangkan sejarah kehidupan dan pengajaran Almasih

.

2

Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia, PT al-Husna Dzikra, Jakarta, 1996, hlm. 317.

(7)

Tetapi Injil-injil yang lain itu telah dibatalkan pemakaiannya semenjak abad kedua (180 M) oleh Gereja-gereja Kristen. Hanya empat Injil yang di atas itu sajalah yang diakui, sampai sekarang. Larangan pemakaian Injil yang lain-lain itu, karena isinya yang lebih menjelaskan pengajaran Almasih yang asli (Tauhid), sedang yang empat itu lebih cocok dengan faham-faham mereka yang menganut trinitas.3

Adapun Injil-injil yang dibatalkan di antaranya ialah: 1. Injil Petrus.

2. Injil Kopty (Evangely Aegiptisch). 3. Ibrani (Hebrew).

4. Barnaba yang dikarang oleh Barnaba. 5. dan surat-surat kiriman Barnaba.

Injil-injil Matius, Markus dan Lukas disebut orang “Injil Sinoptis" artinya yang sepandangan. walaupun di sana-sini ada juga perbedaan-perbedaannya di dalam meriwayatkan kelahiran dan keadaan Isa a.s. Seperti Injil Matius dan Lukas dalam menceriterakan silsilah kelahiran Almasih, mempunyai perbedaan yang amat jauh, Injil Yahya lebih banyak menonjolkan pengakuannya tentang ketuhanan Yesus.

Semua Injil itu ditulis bukan di zaman Nabi Isa tetapi jauh sesudah Isa Almasih tidak ada lagi. Umpamanya Injil Matius yang paling dekat ditulis tigapuluh tahun lebih sesudah Almasih pergi (65 M). Injil Markus ditulis tahun 61 M. Menurut berita: Matius sendiri memang murid Almasih termasuk Hawari. Demikian juga Markus, beliau juga murid Yesus tapi tidak termasuk Hawari yang duabelas. la keponakan dari Barnaba, yang masyhur keras dengan tauhidnya. la lama bergaul dengan Barnaba dan Paulus. Ahli-ahli sejarah menceriterakan bahwa kedua orang itu menganut Nasrani asli Tauhid; Injilnya pun tidak pernah memuat keterangan yang mengatakan Isa anak Tuhan, tetapi hanyalah karena Injil ini sudah mengalami perubahan-perubahan oleh penguasa-penguasa gereja di belakang, sehingga dasar ajaran Isa yang asli sudah kabur di dalamnya.

3

(8)

B. Kelebihan dan Kelemahan Serta Wacana Konsep Trimurti dan Tritunggal

Jika ditinjau kelebihan dan kelemahan konsep Trimurti, bahwa kelebihannya, konsep Trimurti banyak diterima orang awam karena dalam agama Hindu tidak sedikit menawarkan ajaran-ajaran yang bersifat mistik. Sementara orang awam yang lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat irasional tampak mudah menerimanya. Sedangkan kelemahannya terletak pada adanya ajaran kasta. Di sinilah tampak orang misikin dan yang berderajat rendah (dari aspek genealogis) kurang simpati dengan ajaran kasta kalau tidak boleh disebut membenci.

Orang yang lahir dari kasta yang tinggi untung baginya, ia bisa menjadi rahib, pendeta agama. orang yang lahir dari ksta rendah tidak diperbolehkan menjadi rahib atau menjadi orang pemerintahan yang mempunyai kedudukan penting. Sedang orang yang lahir dari kasta tinggi mempunyai keleluasaan dalam hidupnya. Dari empat kasta itu lahirlah berbagai kasta yang baru, sehingga akhirnya di India terdapat ribuan golongan kasta. Di antara kasta yang dianggap paling rendah itu ialah kasta Paria.

Adapun kasta keempat yang bernama Shudra dan lain-lainnya itu, timbul dalam perkembangan di Lembah Shindu dan Doab, diadreskan kepada bangsa yang telah ditaklukan itu, bukan dibawa dalam perkembangan Arya yang asli. Kasta rendah itu mereka anggap tidak saja hina dina dalam pandangan, juga dianggap najis. Sehingga orang-orang dari kasta tinggi tidak mau makan minum pada mangkok dan piring yang telah disentuh oleh orang-orang dari kasta rendah. Sebaliknya dalam agama kristen tidak dikenal istilah kasta, di sinilah barangkali kelebihannya Kristen. Namun dalam hal Tritunggal inipun menjadi masalah, karena sukar memahami tiga oknum bisa diaktakan esa. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan di sebagian kalangan masyarakat bahkan di antara penganutnya pun masih mempertanyakan pemahaman tiga bisa menjadi satu.

(9)

C. Trimurti dan Tritunggal Relevansinya dengan Monotheisme

Monoteisme, yaitu bentuk religi (agama) yang berdasarkan pada kepercayaan terhadap satu Tuhan dan terdiri atas upacara-upacara guna memuja Tuhan. Contohnya, agama Islam dengan inti ajaran imannya yang berbentuk pengakuan, “Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad itu utusan Allah”. Juga dalam Yudaisme (Agama Yahudi) disebutkan, “Dengarlah orang Israel, Tuhan kita adalah Tuhan Yang Satu”. Dan dalam sikhism disebutkan, “Tidak ada Tuhan kecuali Tuhan Yang Satu”.4 Kalau dalam agama-agama sebelumnya asal-usul manusia belum memperoleh perhatian, dalam agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan.

Oleh karena itu kesadaran bahwa hidup manusia tidak terbatas hanya pada hidup dunia, tetapi disebalik hidup materi ini masih ada hidup lain sebagai lanjutan dari hidup pertama, menonjol dengan jelas ke atas. Seterusnya menjadi keyakinan pula dalam agama monoteisme bahwa diantara kedua hidup itu, hidup kedualah yang lebih penting dari hidup yang pertama. Hidup pertama hanya mempunyai sifat sementara. Sedangkan hidup yang kedua bersifat kekal. Senang atau sengsara hidup seseorang di hidup kedua nanti tergantung pada baik dan buruknya hidup yang dijalaninya di hidup yang pertama ini. Kalau ia hidup disini sebagai orang-orang baik ia akan memperoleh kesenangan disisi Tuhan kelak, tetapi kalau ia hidup dalam keadaan jahat, ia akan mengalami kesengsaraan diakherat nanti. Faham serupa ini belum jelas kelihatan dalam agama politeisme apalagi dalam agama-agama dinamisme dan animisme.5

4

H. Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 32. Bandingkan dengan Koentjaraningrat, Beberapa Pokok

Antropologi Sosial, Dian Rakyat Jakarta,1974, hlm. 268-269., dan Y.W.M.Bakker S.Y., Umat Katolik Berdialog Dengan Umat Beragama, Kanisius, Yogyakarta, 1976, hlm. 29.

5

(10)

Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spiritual. Dalam istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akherat. Jalan mencari keselamatan itu bukan lagi dengan memperoleh sebanyak mungkin mana, sebagai halnya dalam masyarakat dinamisme, dan tidak pula dengan membujuk dan menyogok roh-roh dan dewa-dewa, sebagaimana halnya dalam masyarakat animisme dan politeisme. Dalam monoteisme kekuatan gaib atau supernatural itu dipandang sebagai suatu zat yang berkuasa mutlak dan bukan lagi sebagai suatu zat yang menguasai sesuatu fenomena natur seperti halnya dalam faham animisme dan politeisme.

Oleh karena itu Tuhan dalam monoteisme tidak dapat dibujuk-bujuk dengan saji-sajian. Kepada Tuhan sebagai pencipta yang mutlak orang tak bisa kecuali menyerahkan diri, menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Dan sebenarnya inilah arti kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larangan-larangan Tuhanlah, orang dalam Monotheisme mencoba mencari keselamatan.

Di sinilah letaknya perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam agama monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan. Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan, dan yang dapat kembali ke sisi Tuhan Maha Suci adalah orang-orang yang suci. Orang-orang yang kotor tidak akan diterima kembali ke sisi Yang Maha Suci. Orang-orang yang serupa ini akan berada dalam neraka, jauh dari Tuhan. Orang-orang yang suci akan berada dekat Tuhan dalam surga.

(11)

Jalan untuk tetap menjadi suci adalah senantiasa berusaha supaya dekat pada Tuhan, ingat dan tidak lupa pada Tuhan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan, manusia tidak akan mudah terpedaya oleh kesenangan materi yang akan membawa kejahatan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan manusia akan teringat bahwa kesenangan sebenarnya bukanlah kesenangan sementara di dunia ini, tetapi kesenangan abadi di akherat. Dengan jalan demikian manusia diharapkan senantiasa akan berusaha supaya tetap mempunyai jiwa bersih dan suci dan berusaha untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan jahat.

Jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama. Dalam agama Kresten, berhubung dengan ajarannya tentang dosa warisan yang melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Jesus Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan diri di atas salib untuk menebus dosa manusia. hanya setelah mengakui inilah baru seseorang baru dapat menuju kepada pembersihan diri yang sebenarnya, dan akhirnya menjadi orang baik dan suci.

Untuk itu seseorang harus berusaha mengadakan kontak spirituil dengan Jesus Kristus. Dengan ini roh manusia akan mendapat limpahan dari roh Jesus Kristus yang dalam ajaran agama Kristen, penuh dengan rahmat, kebaikan dan kasih sayang. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu adalah dengan berdoa, membaca Al-Kitab, pergi ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yang merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan.

Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajaran nya tentang Tuhan Yang Maha Esa memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Persatuan roh dengan badan menimbulkan kegelapan. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia adalah bersatu dengan Sang Hyang Widhi yang disebut moksa. Dan moksa akan tercapai hanya kalau atma telah menjadi suci kembali dari kegelapan yang timbul dari persatuannya dengan badan. Cara mengadakan hubungan dengan

(12)

Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa adalah sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainnya.6

Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme adalah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Tujuan agama memanglah membina manusia baik-baik, manusia yang jauh dari kejahatan. Oleh sebab itu agama monoteisme erat pula hubungannya dengan pendidikan moral. Agama-agama monoteisme mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak tinggi. Kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri, cinta kebenaran, suka membantu manusia, kebesaran jiwa, suka damai, rendah hati dan sebagainya adalah norma-norma yang diajarkan agama-agama besar. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Tidak mengherankan kalau agama selalu diidentifikasikan dengan moralitas.

Karena agama mempunyai sifat mengikat pada para pemeluknya, maka ajaran –ajaran moral agama lebih besar dan dalam pengaruhnya dari ajaran-ajaran moral yang dihasilkan falsafat dan pemikiran manusia. Ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam Semesta mempunyai sifat yang bersih dan absolut yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Perintah manusia masih dapat dilawan tetapi perintah Tuhan tidak dapat ditentang, Faham inilah yang membuat norma-norma akhlak yang diajarkan agama mempunyai pengaruh besar dalam membina manusia yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.7

Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid adalah menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta Semesta Alam dengan patuh pada perintah dan larangannya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi perkeri luhur. Manusia serupa inilah yang akan memperoleh hidup senang sekarang di dunia dan kebahagiaan abadi kelak di hidup akherat.

6

Ibid., hlm.17-18.

7

(13)

Orang yang tidak patuh pada Tuhan, dan dengan demikian mempunyai roh yang tidak bersih dan akhlak yang tidak baik di dunia akan mengalami hidup sengsara di akherat. Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajarannya bermaksud untuk membina manusia yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhur. Di sinilah letak salah satu arti penting dari agama monoteisme bagi hidup kemasyarakatan manusia. Dari individu-individu yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat manusia baik dapat dibina.

Agama-agama yang dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan dan Katholik yang terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak ternasuk rumpun ini. Di antara ketiga agama serumpun ini yang pertama datang adalah agama Yahudi dengan Nabi-nabi Ibrahim, Ismail, Ishak, Yusuf dan lain-lain; kemudian agama Kristen dengan Nabi Isa, yang datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Dan terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhammad s.a.w. Ajaran yang beliau bawa adalah ajaran yang diberikan kepada Nabi-nabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.8

Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut dalam Surat Al-Baqarah ayat 131 :

ﲔِﻤﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺍ ﺏﺮِﻟ ﺖﻤﹶﻠﺳﹶﺃ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢِﻠﺳﹶﺃ ﻪﺑﺭ ﻪﹶﻟ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹾﺫِﺇ

Artinya : Ketika Tuhan-Nya berkata kepadanya (Ibrahim) : “Serahkan dirimu”, dan ia menjawab :”aku menyerahkan diriku kepada Tuhan Semesta Alam”.9 8 Ibid., hlm.19-20. 9 Ibid., hlm. 20

(14)

Dan Surat Al- Imran ayat 67 :

ﹶﻛ ﺎﻣ

ﹰﺎﻔﻴِﻨﺣ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻦِﻜﹶﻟﻭ ﹰﺎﻴِﻧﺍﺮﺼﻧ ﹶﻻﻭ ﹰﺎﻳِﺩﻮﻬﻳ ﻢﻴِﻫﺍﺮﺑِﺇ ﹶﻥﺎ

ﲔِﻛِﺮﺸﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺎﻣﻭ ﹰﺎﻤِﻠﺴﻣ

Artinya: Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang benar (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.10 Ayat 84 dari Surat Al-Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :

Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Sejarah juga menunjukkan bahwa ketiga agama itu memang mempunyai asal yang satu. Tetapi perkembangan masing-masing dalam sejarah mengambil jurusan berlainan, sehingga timbullah perbedaan antara ketiga-tiganya. Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasarkan atas keyakinan atau tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa.

Dalam istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Tetapi dalam pada itu kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi. Dalam Islam satu dari kedua syahadatnya menegaskan : “Tiada Tuhan selain dari Allah”. Dan dalam agama Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan :”Dengarlah Israel, Tuhan kita satu”. Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi.

Agama Hindu, sungguhpun banyak dianggap termasuk dalam agama politeisme mengandung faham monoteisme. Tri murti yang terdiri dari

10

(15)

Brahma, Wisnu dan Syiwa mengandung faham tiga sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi.

Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisnu sifat memelihara, dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda didunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. Ini adalah perbuatan zat Yang Maha Tinggi itu. Dengan demikian diantara agama besar yang ada sekarang, Islam dan Yahudilah yang memelihara faham monoteisme yang murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yang banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 74 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Standar

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan [,embaran Negara Republik

apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan di atas Direktur/Pimpinan Perusahaan tidak hadir atau tidak juga dikuasakan untuk menghadiri pembuktian kualifikasi serta tidak dapat

Terdapat pengaruh positif signifikan antara disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Bappeda Pemprov Banten, artinya bahwa disiplin kerja berpengaruh positif (jika

[r]

tahunan, selebaran berita, surat pembaca (di surat kabar, majalah) dan karangan di surat kabar. 27 Dengan dokumentasi, peneliti mencatat tentang sejarah Pondok

Sementara saat ini keberadaan pohon induk penghasil benih jati Muna telah mengalami degradasi hingga jumlah yang tersisa kurang dari 1000 ha (Husna, 2005 diacu dalam Alimuddin,

Tetapi Pendapatan pasar Eurodollar London lebih dari $400 miliar setiap hari kerja atau $100 triliun setahun-25 kali perdagangan dunia.3 Sebagai tambahan, transaksi mata