• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Manajemen pemeliharaan 5.1.1 Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan kupu-kupu di PT Kupu-Kupu Taman Lestari menggunakan sistem pemeliharaan semi intensif. Manajemen pemeliharaan kupu-kupu persilangan terdiri dari empat aspek yaitu aspek pemeliharaan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan kepompong, dan pemeliharaan kesehatan.

5.1.1.1 Pemeliharaan telur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perkawinan silang antara

O.priamus dengan O.croesus menghasilkan telur sebanyak 44-49 butir.

Kupu-kupu biasanya bertelur di pagi hari pada pukul 06.00-10.00. Telur-telur yang yang dihasilkan diletakkan di daun yang merupakan pakan bagi larva hasil persilangan tersebut.

Setelah kupu-kupu bertelur, telur tersebut didiamkan terlebih dahulu selama beberapa menit di daun pakannya sampai telur menjadi kering. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemindahan telur dan mengurangi kelembaban pada telur yang baru dihasilkan supaya telur yang akan disimpan tidak mudah terserang oleh jamur. Telur-telur yang dihasilkan oleh induk betina kemudian dipindahkan ke dalam toples dengan bantuan kuas kecil, hal ini bertujuan agar telur-telur tidak rusak. Toples diberi penutup berbahan jaring halus agar telur-telur terhindar dari serangan predator, kemudian diletakkan di dalam kandang telur. Toples telur yang ditutup dengan jaring halus dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Toples telur yang ditutup jaring halus.

(2)

5.1.1.2 Pemeliharaan larva

Telur yang berada di dalam toples selama 7-11 hari kemudian menetas menjadi larva. Setelah semua telur menetas, maka larva dipindahkan ke tanaman inangnya. Tanaman yang digunakan sebagai tanaman inang yaitu sirih hutan (Aristolochia talaga). Tanaman ini merupakan tanaman merambat dengan akar tunggang. Daun berbentuk segitiga dan bagian ujung daun meruncing.

Sebelum larva dipindahkan, terlebih dahulu dilakukan persiapan terhadap kandang larva. Dahan pohon yang dijadikan tempat larva dibersihkan dengan cara merapikan ranting-ranting, membuang predator seperti semut, belalang, dan laba-laba. Adapun kriteria dalam memilih dahan pohon untuk dijadikan kandang larva, yaitu memiliki daun yang lebat, terhindar dari penyakit, dan terbebas dari sarang predator.

Setelah dahan siap, kemudian dahan ditutupi oleh kantong jaring. Dahan yang ditutupi kantong jaring dapat dilihat pada Gambar 10 (a). Pangkal dahan diberi lem tikus supaya terhindar dari serangan predator seperti semut, belalang, dan laba-laba. Pemindahan larva-larva yang baru menetas dilakukan dengan cara menggantung toples berisi larva di dahan, penutup kasa dilepas, dan dibantu dengan penjepit kain untuk menggantung toples.

Larva mengalami pergantian kulit sebanyak 5 kali selama hidupnya. Pergantian kulit pertama dinamakan instar pertama, pergantian kulit kedua dinamakan instar kedua, pergantian kulit ketiga dinamakan instar ketiga, dan seterusnya. Pergantian kulit pertama sampai pergantian kulit keempat berlangsung masing-masing selama 4 hari, sedangkan pergantian kulit kelima berlangsung selama 5-7 hari.

Larva berada di kantong jaring selama 27-33 hari. Apabila pakan larva habis, maka larva dipindahkan ke dahan lainnya. Pemindahan larva ke dahan lain diusahakan tidak menyentuh larva secara langsung. Pemindahan larva yang baik yaitu dengan memindahkan larva beserta daun atau ranting larva tersebut berada. Larva yang siap dipindahkan ke dahan lain dapat dilihat pada Gambar 10 (b).

(3)

(a) (b)

Gambar 10 (a) Pemasangan kantong jaring, (b) Larva yang siap dipindahkan.

5.1.1.3 Pemeliharaan kepompong

Setelah 27-33 hari larva akan berubah menjadi kepompong. Larva yang telah berubah kemudian dipindahkan dari tanaman inang ke kandang kepompong, hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan predator bisa memangsa. Pemindahan kepompong dilakukan dengan cara memotong ranting untuk memudahkan dalam penggantungan kepompong. Cara menggantung kepompong yaitu kepala kepompong harus tetap menghadap ke atas dan kepompong dijepit dengan menggunakan jepitan kain. Cara menggantungkan kepompong dapat dilihat pada Gambar 11.

Apabila ada kepompong yang terserang parasit harus dibuang supaya tidak menular pada kepompong lainnya. Ciri-ciri kepompong yang terserang parasit yaitu terdapat bintik hitam pada kepompong dan kepompong cenderung berubah warna dari warna kepompong aslinya. Kepompong hidup selama 19-24 hari sebelum akhirnya menetas menjadi kupu-kupu.

(4)

5.1.1.4 Perawatan kesehatan

Berdasarkan pengamatan selama penelitian, terganggunya kelangsungan hidup kupu-kupu dipengaruhi oleh keberadaan parasit, penyakit, dan predator. Gangguan yang dialami pada fase telur disebabkan adanya serangan semut. Telur yang terserang semut ditandai dengan adanya bintik hitam pada bagian tengah telur dan perubahan warna telur menjadi pucat dari warna aslinya. Menurut Parsons (1999) diacu dalam Matsuka (2001) 80-100% telur akan mati bila terserang parasit. Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah masuknya parasit ke dalam kandang yaitu memberikan lem tikus pada setiap kaki kandang dan toples telur ditutup dengan kasa halus.

Pada fase larva, penyakit yang dialami disebabkan adanya serangan jamur. Larva yang terserang jamur ditandai dengan tubuh yang menghitam dan membusuk. Sedangkan pada fase kepompong gangguan yang dialami disebabkan karena adanya penyakit dan parasit yang ditandai dengan adanya bintik hitam pada kepompong dan terjadi perubahan warna yang menjadi pucat. Menurut Suzuki (2000) diacu dalam Matsuka (2001) 100% pupa akan mati bila terserang penyakit. Hal yang perlu dilakukan untuk antisipasi terhadap serangan penyakit yaitu dengan memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar kandang, membersihkan peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan kupu-kupu seperti toples, kuas, penutup kasa, dan jaring, serta menjaga kebersihan kandang.

Selain parasit dan penyakit, keberadaan predator juga harus dihindari. Pada setiap fase kehidupan kupu-kupu memiliki predator yang berbeda. Pada fase telur pemangsa yang sering ditemui adalah semut. Predator merupakan hewan pemangsa bagi kupu-kupu yang mengganggu pertumbuhan dan dapat mengakibatkan kematian bagi kupu-kupu. Pada fase larva pemangsa yang sering ditemui seperti kumbang dan belalang, sedangkan pada fase kepompong adalah kadal. Hal yang perlu dilakukan untuk antisipasi terhadap serangan predator yaitu mencegah masuknya hewan pemangsa ke dalam kandang.

(5)

Gambar 12 Larva terserang penyakit.

5.1.2 Perkandangan

PT Kupu-Kupu Taman Lestari sebagai perusahaan yang melakukan persilangan kupu-kupu memiliki beberapa jenis kandang untuk persilangan yang dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu kandang isolasi, kandang reproduksi, kandang telur, kandang larva, dan kandang kepompong.

5.1.2.1 Kandang isolasi

Kandang isolasi merupakan kandang yang digunakan sebagai tempat isolasi dari pakan utama bagi kupu-kupu sebelum disilangkan supaya kupu-kupu betina tidak mengkonsumsi makanan sebelum dikawinsilangkan. Apabila kupu-kupu betina makan sebelum dikawinsilangkan maka abdomennya akan mengeras dan kupu-kupu betina tidak mau untuk disilangkan.

Kandang ini berada di dalam kandang reproduksi, berbentuk sederhana dengan ukuran 1m x 1m x 1.5m. Rangka kandang terbuat dari besi dan ditutupi oleh jaring besi dengan atap kandang yang terbuat dari kayu. Suhu kandang berkisar antara 25-27 ºC dengan kelembaban 76-78 % Kandang ini bersifat tidak permanen dan dapat dipindah-pindahkan. Kandang isolasi dapat dilihat pada Gambar 13.

(6)

(a) (b)

Gambar 13 (a) Kandang isolasi, (b) Sketsa kandang isolasi.

5.1.2.2 Kandang reproduksi

Kandang reproduksi merupakan kandang yang digunakan sebagai tempat mengawinkan induk kupu-kupu yang akan disilangkan. Kandang ini memiliki ukaran 20m x 12m x 3m dan berjumlah satu unit. Rangka kandang terbuat dari tiang beton berukuran 0.1m x 0.1m x 3m dan besi pipa berukuran 6 inci. Suhu kandang berkisar antara 25-27 ºC dengan kelembaban 76-78 %. Kandang ini ditutupi oleh jaring/net dan bersifat permanen.

Kandang reproduksi juga digunakan sebagai tempat mengawinkan induk kupu yang akan ditangkarkan. Agar tidak terjadi kontaminasi antara kupu-kupu yang ditangkarkan dengan kupu-kupu-kupu-kupu yang disilangkan maka dalam penggunaan kandang dilakukan secara bergantian. Apabila akan dilakukan perkawinan silang kupu-kupu, tidak dilakukan perkembangbiakan kupu-kupu untuk ditangkarkan. Kandang reproduksi dapat dilihat pada Gambar 14.

(a) (b)

(7)

5.1.2.2 Kandang telur dan kepompong

Kandang telur dan kepompong merupakan kesatuan kandang yang penggunaannya dilakukan secara bergantian. Kandang ini berfungsi sebagai tempat meletakan telur-telur yang telah dipanen dari kandang reproduksi dan sebagai tempat pemeliharaan kepompong yang telah dipanen dari kandang larva. Kandang ini memiliki bentuk sederhana, tersusun dari balok kayu berukuran 0.05m x 0.05m x 1.5 m dan atap kandang terbuat dari seng. Kandang terdiri dari dua tingkat dengan ukuran kandang 1m x 0.8m x 1.5m dan disekat menggunakan jaring kawat. Tingkat pertama digunakan sebagai tempat peletakan telur-telur dengan kapasitas 50 toples, disertai dengan alas yang terbuat dari papan kayu. Tingkat kedua digunakan sebagai tempat peletakan kepompong dengan kapasitas ±80 ekor. Jaring kawat selain sebagai penyekat juga digunakan sebagai tempat menggantungkan kepompong. Kepompong digantung dengan bantuan alat penjepit. Agar kandang terhindar dari hama dan serangan predator maka pada ujung kaki-kaki kandang diberi lem tikus. Kandang telur dan kepompong dapat dilihat pada Gambar 15.

(a) (b)

Gambar 15 (a) Kandang telur dan kepompong, (b) Sketsa kandang telur dan kepompong.

5.1.2.3 Kandang larva

Kandang larva merupakan kandang yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan larva. Kandang pemeliharaan larva berbentuk kantong jaring dengan ukuran 1.5m x 1m untuk menutupi dahan daun dari serangan predator, suhu

(8)

berkisar antara 24-27 ºC dengan kelembaban 77-80 %. Jaring yang digunakan merupakan jaring kasar dan kaku akan tetapi masih dapat ditembus cahaya matahari, sehingga fotosintesis tanaman tidak terganggu. Pangkal pada dahan diberi lem tikus agar larva terhindar dari serangan predator.

Sama halnya dengan kandang larva untuk penangkaran, jaring yang digunakan juga terbuat dari jaring kasar dan kaku tetapi tidak menghambat tanaman untuk melakukan fotosintesis. Jaring untuk keperluan penangkaran memiliki ukuran yang lebih besar yaitu 2m x 1.5m.

Terdapat beberapa kriteria dalam memilih dahan pohon untuk dijadikan kandang larva, yaitu memiliki daun yang lebat, terhindar dari penyakit, dan terbebas dari sarang predator. Kandang larva dapat dilihat pada Gambar 16 (a).

(a) (b)

Gambar 16 (a) Kandang larva, (b) Sketsa kandang larva.

5.1.3 Pakan kupu-kupu

Pakan merupakan aspek penting dalam pemeliharaan kupu-kupu. Pakan yang baik akan berpengaruh terhadap kesehatan dan reproduksi kupu-kupu. Berdasarkan jenisnya, pakan dibedakan menjadi dua kategori yaitu pakan alami dan pakan buatan. Deskripsi dari masing-masing kategori pakan kupu-kupu dipaparkan sebagai berikut:

5.1.1.3 Pakan alami

Pakan alami merupakan pakan yang berasal dari tanaman dan berada di dalam kandang kupu-kupu. Tanaman yang ditanam sebagai pakan diutamakan jenis-jenis yang berfungsi sebagai pakan kupu-kupu dan pakan larva. Berdasarkan

(9)

jenis tanamannya, pakan alami terbagi menjadi dua jenis yaitu tanaman pakan larva dan tanaman pakan kupu-kupu.

Tanaman pakan larva atau tanaman pakan inang merupakan tanaman yang berfungsi sebagai pakan larva (ulat) dan sebagai tempat kupu-kupu bertelur. Tanaman yang digunakan sebagai pakan larva hasil persilangan antara O.priamus dan O.croesus yaitu Aristolochia tagala (sirih hutan). Menurut Matsuka (2001), kebanyakan larva kupu-kupu hanya memakan satu jenis tanaman inang atau beberapa tanaman inang yang masih dalam satu famili. Tanaman pakan larva dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Aristolochia tagala.

Aristolochia tagala (sirih hutan) merupakan tanaman dari famili

Aristolochiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman merambat dengan akar tunggang. Daun berbentuk segitiga dan bagian ujung daun meruncing. Menurut Matsuka (2001), tanaman pakan kupu-kupu sayap burung (birdwings) dari famili Aristolochiaceae sebagian besar mengandung sejenis racun yang dikenal dengan nama asam aristolochic (aristolochic acid). Racun ini terdapat dalam tubuh larva, pupa, maupun imago yang berfungsi sebagai pelindung dari serangan predator.

Tanaman pakan kupu-kupu merupakan tanaman penghasil nektar yang berfungsi sebagai pakan kupu-kupu dewasa. Umumnya pakan kupu-kupu dewasa memiliki bunga yang banyak dengan warna yang cerah. Jenis tanaman penghasil nektar yang ditanam di kandang reproduksi yaitu soka merah (Ixora javanica), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), pagoda (Clerodenrum japonicum), dan tembelekan (Lantana camara). Pakan kupu-kupu ini ditanam di dalam kandang

(10)

reproduksi sebagai pakan bagi kupu-kupu yang disilangkan yaitu O.priamus dan

O.croesus.

Kedua jenis kupu-kupu ini menyukai tanaman penghasil nektar dengan bunga yang banyak dan warna-warna yang cerah. Nektar merupakan pakan utama bagi kupu-kupu dewasa. Pakan utama penghasil nektar di tanam di dalam kandang reproduksi untuk memenuhi kebutuhan pakan kupu-kupu dewasa. Tanaman pakan kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 18.

(a) (b)

Gambar 18 Tanaman pakan kupu-kupu:

(a) Ixora javanica, (b) Clerodenrum japonicum.

5.1.1.4 Pakan buatan

Ketersediaan bunga-bunga yang bermekaraan saat musim kemarau biasanya hanya sedikit sehingga dibutuhkan pakan buatan untuk memenuhi kebutuhan pakan kupu-kupu. Pakan buatan yang digunakan sebagai pakan tambahan yaitu berupa cairan madu. Madu diencerkan dengan menggunakan air hingga larut. Perbandingan antara madu dan air dalam pengenceran yaitu 1:2. Pengenceran ini dilakukan agar mendapatkan tektsur cairan madu yang menyerupai dengan nektar aslinya. Madu yang telah diencerkan ditempatkan dalam sebuah wadah berupa piring dengan disertai bunga dan diletakkan di sekitar tanaman.

Menurut Syaputra (2011), nektar mengandung air, glukosa, fruktosa, sukrosa, protein, asam amino, karoten, vitamin, minyak, dan mineral esensial. Sedangkan madu mengandung glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, protein, asam amino, mineral, dan sisanya berupa dekstrin (Codex Standard for Honey diacu dalam Saputro 2008). Madu memiliki komposisi kandungan nutrisi yang mirip

(11)

dengan nektar sehingga baik digunakan sebahai pakan tambahan bagi kupu-kupu. Pemberian dan penyajian pakan buatan dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Pakan buatan.

5.2 Persilangan

5.2.1 Teknik persilangan

PT Kupu-Kupu Taman Lestari melakukan persilangan kupu-kupu dengan menggunakan teknik persilangan secara langsung yaitu menyatukan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina tanpa bantuan alat khusus dengan posisi saling membelakangi. Berdasarkan tahapannya, teknik persilangan terbagi terbagi ke dalam tiga tahap yaitu persiapan persilangan, pelaksanaan persilangan, dan pemantauan persilangan.

5.2.1.1 Persiapan persilangan

Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan perkawinan silang. Ada tiga hal yang dipersiapkan dalam melakukan perkawinan silang yaitu, petugas, persiapan kandang, persiapan pakan, dan persiapan kupu-kupu yang akan disilangkan. Orang yang ditunjuk sebagai petugas dalam melakukan persilangan harus memiliki pengetahuan yang baik terhadap kupu-kupu dan memiliki kemampuan dalam menyilangkan. Tugas yang dijalankan oleh petugas persilangan yaitu mempersiapkan kebutuhan yang digunakan dalam melakukan perkawinan silang, menyilangkan kupu-kupu, dan memonitoring hasil persilangan pada tiap fase.

Persiapan kandang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perkandangan dalam melakukan perkawinan silang. Kandang yang disiapkan meliputi kandang reproduksi, kandang telur dan kepompong, kandang

(12)

larva, dan kandang isolasi. Kandang yang akan digunakan diperiksa dan dibersihkan agar terhindar dari adanya predator.

Persiapan pakan dilakukan untuk memastikan ketersediaan pakan bagi tiap fase kehidupan kupu-kupu. Pakan yang disediakan yaitu, tanaman sirih hutan (Aristolochia tagala) yang merupakan tanaman pakan larva, serta tanaman dengan warna yang menarik seperti pagoda, soka merah, dan kembang sepatu yang merupakan tanaman pakan kupu-kupu dewasa.

Sebelum dilakukan perkawinan silang, kupu-kupu yang telah menetas dari kepompong dipisahkan dalam kandang yang berbeda yang disebut sebagai kandang isolasi. Kupu-kupu jantan dibiarkan terbang di dalam kandang reproduksi sedangkan kupu-kupu betina dimasukkan ke dalam kandang isolasi yang berukuran 1m x 1m x 1.5m. Pengisolasian ini dimaksudkan supaya kupu-kupu betina tidak mengkonsumsi makanan sebelum dikawinsilangkan. Jika perut kupu-kupu betina sudah terisi makanan maka abdomennya akan mengeras hal ini membuat kupu-kupu betina tidak mau untuk disilangkan dalam jangka dekat.

PT Kupu-Kupu Taman Lestari tidak sembarang dalam melakukan kawin silang. Pihak pengelola harus menentukan pasangan kupu-kupu yang akan dikawinsilangkan. Dalam menentukan pasangan terdapat beberapa kriteria dalam memilih induk yang akan disilangkan. Kriteria-kriteria bagi induk yang akan disilangkan sebagai berikut:

1. Memiliki penampilan fisik yang baik, ukuran tubuh ideal, tidak cacat. 2. Memiliki warna yang baik (tidak pucat).

3. Telah memasuki masa kawin, yaitu 1-3 hari bagi jantan setelah menetas dari kepompong dan 3 jam bagi betina setelah menetas dari kepompong

4. Memiliki ukuran valva yang proporsional (ukuran diameter valva ± 10.51 mm) bagi jantan untuk menjepit alat kelamin betina.

5.2.1.2 Pelaksanaan persilangan

Setelah tahap persiapan terpenuhi dan kriteria induk kupu-kupu memenuhi persyaratan, maka kupu-kupu siap untuk dikawinsilangkan. Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan perkawinan silang kupu-kupu :

1. Kedua kupu-kupu dipegang dengan posisi tubuh yang saling membelakangi. Bagian thorax dipegang dengan jari tengah dan ibu jari, pastikan bahwa

(13)

bagian thorax tidak dipegang terlalu erat karena akan menyakiti kupu-kupu yang akan disilangkan.

2. Setelah kedua kupu-kupu dalam keadaan saling membelakangi dan terpegang dengan baik, kemudian alat kelamin jantan dan betina dihubungkan supaya alat kelamin terbuka dan kupu-kupu mau untuk dikawinkan.

3. Jika alat kelamin belum terbuka, maka kupu-kupu dirangsang dengan cara meniup bagian kelaminnya secara perlahan atau dengan saling digosok-gosokkan alat kelaminnya.

4. Setelah alat kelamin terbuka, maka kedua alat kelamin didekatkan dan disatukan sampai kupu-kupu dalam keadaan kawin dengan posisi valva menjepit alat kelamin betina. Diamkan selama 10-20 menit sampai kedua alat kelamin kupu-kupu benar-benar menyatu, kemudian kupu-kupu dilepaskan di dekat tanaman inangnya.

Gambar 20 Cara memegang kupu-kupu.

(a) (b)

Gambar 21 (a) Penyatuan alat kelamin, (b) Bagian alat kelamin yang disatukan. Kupu-kupu yang telah dikawinkan kemudian dilepas, proses perkawinan berlangsung selama 7-8 jam. Ciri kupu-kupu dalam keadaan kawin yaitu jika

(14)

kupu-kupu betina dipegang maka kupu-kupu jantan tetap menempel dengan posisi valva yang menjepit alat kelamin betina dan jika kedua kupu-kupu dilepaskan maka kupu-kupu betina berada pada posisi sayap terbuka sedangkan kupu-kupu jantan dengan posisi sayap tertutup.

Gambar 22 Kupu-kupu kawin.

Kupu-kupu yang sedang kawin, terbang secara bersamaan dan mencari tempat yang dianggap aman. Menurut Fitzgerald (1999) dalam Dewi (2003), kupu-kupu betina kawin hanya sekali semasa hidupnya, sedangkan kupu-kupu jantan dapat kawin lebih dari satu kali. Dalam perkawinan silang yang dilakukan di PT Kupu-Kupu Taman Lestari, kupu-kupu jantan yang sudah dikawinsilangkan tidak diperbolehkan untuk kawin dengan sesama spesiesnya. Pencegahan ini dilakukan untuk tetap menjaga kemurnian genetik dan supaya tidak menimbulkan kerancuan akibat adanya kontak fisik antara spesies yang telah dikawinsilangkan dengan spesies yang tidak disilangkan.

5.2.1.3 Pemantauan persilangan

Pemantauan persilangan merupakan kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus terhadap hasil persilangan pada tiap fasenya, hal ini bertujuan untuk memastikan dan mengendalikan agar hasil persilangan tidak lepas ke alam yang dapat menimbulkan kerusakan genetik. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas yang disebut sebagai animal keeper. Tugas animal keeper yaitu mengawasi dan menjaga hasil persilangan untuk memastikan bahwa hasil persilangan terkontrol dengan baik.

(15)

5.2.2 Tingkat keberhasilan persilangan

Tingkat keberhasilan persilangan di PT Taman Kupu-kupu Lestari diukur berdasarkan aspek persentase keberhasilan hidup total dan persentase keberhasilan setiap fase kehidupan yang meliputi fase telur, fase larva, fase kepompong, dan fase kupu-kupu. Jenis kupu-kupu yang dikawinsilangkan yaitu O.priamus dan

O.croesus. Perkawinan silang yang dilakukan terdiri dari dua pasang induk

kupu-kupu yaitu jantan O.priamus dan betina O. croesus. Pasangan kupu-kupu-kupu-kupu pertama dinamakan P1 dan pasangan kupu-kupu kedua dinamakan P2. Berikut merupakan tingkat keberhasilan pada setiap fase kehidupan kupu-kupu persilangan (Tabel 5). Tabel 5 Tingkat keberhasilan tiap fase kehidupan kupu-kupu persilangan

Pasangan

Telur Larva Kepompong Kupu-kupu

n P n P n P n P P1 44 - 35 79.54 23 65.71 18 78.26 P2 49 - 37 75.51 25 67.57 22 80 Keterangan : N = Jumlah P = Persentase keberhasilan (%)

Dari Tabel 5 dapat dilihat perbedaan jumlah telur yang dihasilkan dari tiap pasang kupu-kupu yang dikawinsilangkan yaitu 44 butir (P1) dan 49 butir (P2). Faktor yang diperkirakan mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan karena adanya proses perkawinan yang kurang sempurna akibat adanya gangguan baik dari manusia maupun satwa yang mengganggu berlangsungnya proses perkawinan sehingga menyebabkan pembuahan yang tidak optimal.

Tingkat keberhasilan pada fase telur menjadi larva yaitu sebesar 79.54% (P1) dan 75.51% (P2). Kegagalan telur yang menetas menjadi larva disebabkan adanya serangan semut. Telur yang terserang semut ditandai dengan adanya bintik hitam pada bagian tengah telur dan perubahan warna telur yang menjadi pucat dari warna aslinya. Pemindahan telur ke dalam toples akan melindungi telur dari serangan parasit dapat meningkatkan keberhasilan telur yang menetas, karena menurut Parsons (1999) dalam Matsuka (2001) 80-100% telur akan mati bila terserang parasit. Faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi gagalnya telur menetas yaitu proses pembuahan yang tidak sempurna saat perkawinan sehingga menghasilkan telur yang tidak bagus.

(16)

Tingkat keberhasilan pada fase larva menjadi kepompong yaitu sebesar 65.71% (P1) dan 67.57% (P2). Kematian pada fase larva terjadi karena adanya serangan jamur. Larva yang terserang jamur ditandai dengan warna tubuh yang menghitam dan membusuk. Selain itu, kematian pada fase larva juga disebabkan pada saat pergantian kulit yang tidak sempurna, tidak semua kulit lama terlepas dari kulit barunya sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan larva yang dapat menyebabkan kematian pada larva.

Pada fase terakhir yaitu fase kepompong menjadi kupu-kupu, tingkat keberhasilannya sebesar 78.26% (P1) dan 80% (P2). Kematian pada fase ini disebabkan adanya serangan parasit yang ditandai dengan adanya bintik hitam pada kepompong dan terjadi perubahan warna dari warna aslinya. Pada fase ini, ketika kepompong telah menetas menjadi kupu-kupu kemudian kupu-kupu didiamkan dahulu selama ±2.5 jam supaya sayap kupu-kupu mengembang secara optimal, setelah itu kupu-kupu ditangkap dan dimatikan, hal ini bertujuan supaya kupu-kupu hasil persilangan tidak terbang ke alam bebas sehingga tidak merusak kemurnian genetik yang ada di alam. Berikut merupakan tingkat keberhasilan hidup total hasil persilangan (Tabel 6).

Tabel 6 Tingkat keberhasilan hidup total hasil persilangan

Pasangan Tingkat keberhasilan hidup total

P1 40.91 %

P2 44.89 %

Persentase antara jumlah telur dengan kupu-kupu yang dihasilkan, maka persentase tersebut yaitu 40.91% pada kupu-kupu pasangan pertama dan 44.89% pada kupu-kupu pasangan kedua. Rata-rata persentase pada kedua persilangan yaitu sebesar 43.01%, dapat disimpulkan bahwa persentase keberhasilan persilangan dapat digolongkan dalam kategori sedang yaitu antara 30-49%.

Bila dibandingkan dengan kupu-kupu perkawinan biasa, jumlah telur yang dihasilkan pada perkawinan biasa lebih banyak dibandingkan dengan perkawinan silang. Faktor yang diperkirakan mempengaruhi jumlah telur karena terdapat struktur fisiologis organ reproduksi yang tidak sesuai sehingga pembuahan tidak bisa terjadi sebagaimana mestinya. Persentase keberhasilan hidup pada fase larva (80%), kepompong (75%), dan kupu-kupu (86.1%) lebih tinggi dibandingkan

(17)

dengan persentase keberhasilan hidup pada perkawinan silang, karena keberhasilan hidup pada setiap fase dipengaruhi oleh cara pemeliharaan, prinsipnya yaitu menjauhi hasil perkawinan dari serangan predator, parasit, maupun penyakit. Tingkat keberhasilan hidup kupu-kupu perkawinan biasa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat keberhasilan hidup kupu-kupu O. priamus

Fase hidup Jumlah (ekor) Persentase (%)

Telur 60 -

Larva 48 80

Kepompong 36 75

Kupu-kupu 31 86.1

Rata-rata hidup total 51.6

Sumber : Syahputra (2011)

5.3 Perbandingan Morfologi Tetua dengan Hasil Persilangan

Jenis kupu-kupu yang disilangkan di PT Kupu-Kupu Taman Lestari pada saat penelitian yaitu antara kupu-kupu jantan O. priamus dan kupu-kupu betina

O.croesus. Kedua kupu-kupu ini berasal dari famili yang sama yaitu famili

Papilionidae. Kupu-kupu yang berasal dari famili Papilionidae umumnya memiliki ukuran sayap yang besar dan corak warna yang menarik. Berikut ini merupakan deskripsi dari jenis kupu-kupu yang disilangkan dan hasil persilangannya pada saat penelitian di PT Kupu-Kupu Taman Lestari berdasarkan pengukuran panjang sayap dan pengenalan venasi sel sayap (Otsuka 1988).

5.3.1 Pola warna sayap atas

Kupu-kupu tetua jantan O. priamus memiliki warna hijau dengan panjang sayap 70-72 mm. Terdapat warna hitam dengan bentuk hampir lonjong pada bagian discal sayap depan yang dikelilingi oleh warna hijau pada bagian atas dan bawah. Terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap. Sayap belakang berwarna hijau dengan tepi sayap berwarna hitam. Pada bagian submarginal terdapat titik-titik berwarna hitam.

Kupu-kupu tetua betina O.croesus didominasi oleh warna coklat kehitaman dengan panjang sayap sebesar 97-98 mm. Terdapat warna putih kecoklatan di bagian discal dan marginal sayap depan. Terdapat pola warna coklat kehitaman di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang bagian submarginal. Pada

(18)

discal sayap belakang berwarna putih kecoklatan, terdapat titik hitam yang berbaris di sepanjang tepi discal dan warna kuning di sepanjang bagian submarginal.

Kupu-kupu hasil persilangan antara O.priamus jantan dengan O.croesus betina menghasilkan anakan jantan yang berwarna kuning keemasan dengan panjang sayap 80-83 mm. Pada bagian sayap depan terdapat warna hitam dengan bentuk hampir lonjong pada bagian discal yang dikelilingi oleh warna kuning emas pada bagian atas dan bawah. Terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap. Sayap belakang berwarna kuning emas dengan tepi sayap berwarna hitam. Pada bagian submarginal terdapat titik berwarna hitam.

Anakan betina berwarna coklat kehitaman dengan ukuran sayap 98-100 mm. Pada sayap depan terdapat garis dan pola berwarna putih di bagian discal dan submarginal. Sayap belakang berwarna putih kecoklatan, tepi sayap berwarna coklat kehitaman. Terdapat empat titik hitam dan warna kuning kecoklatan pada bagian submarginal.

Sayap atas anakan jantan memiliki corak yang mirip dengan O.priamus jantan dan memiliki warna yang mirip dengan O.croesus jantan. Sedangkan anakan betina memiliki corak yang mirip dengan O.priamus betina dan warna yang mirip dengan O.croesus betina. Perbedaan sayap atas antara tetua dengan hasil persilangan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perbedaan sayap atas tetua dengan hasil persilangan

Tetua Hasil persilangan Pasangan tetua di alam

a. Jantan O. priamus b. Jantan c. Betina O. priamus

(19)

5.3.2 Pola warna sayap bawah

Pada bagian sayap bawah O.priamus jantan didominasi warna hijau yang dikelilingi oleh warna hitam yang mengikuti alur vena sayap depan. Terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang submarginal sayap depan. Sayap belakang berwarna hijau kekuningan dengan tepi sayap berwarna hitam. Terdapat enam bulatan berwarna hitam disepanjang bagian submarginal sayap bawah. Pada bagian discal terdapat garis hitam yang melingkar mengukuti alur vena pada sayap belakang.

Pada bagian sayap bawah O.croesus betina didominasi warna coklat kehitaman, terdapat warna putih kecoklatan di bagian discal dan marginal sayap depan. Terdapat pola warna coklat kehitaman di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang bagian submarginal. Pada discal sayap belakang berwarna putih kecoklatan, terdapat titik hitam yang berbaris di sepanjang tepi discal dan warna kuning di sepanjang bagian submarginal. Sayap bawah memiliki pola yang sama dengan sayap atas, memiliki warna yang lebih terang dibandingkan dengan sayap atas dan warna kuning terlihat jelas pada bagian sayap bawah. Vena sayap terlihat jelas dari kedua sisi sayap dengan warna coklat kehitaman yang mengikuti alur vena.

Sayap bawah anakan jantan didominasi warna hijau. Pada bagian sayap depan terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang submarginal. Sayap belakang berwarna hijau kekuningan dengan tepi sayap berwarna hitam. Terdapat enam bulatan berwarna hitam di sepanjang bagian submarginal . Pada bagian discal terdapat garis hitam yang melingkar mengukuti alur vena pada sayap belakang, terdapat warna kuning pada bagian costal.

Sayap bawah anakan betina didominasi warna coklat kehitaman, pada sayap depan terdapat garis dan pola berwarna putih di bagian discal dan submarginal. Bagian discal sayap belakang berwarna putih kecoklatan, tepi sayap berwarna coklat kehitaman. Terdapat empat titik berwarna coklat kehitaman dan warna kuning pada bagian submarginal. Sayap bawah memiliki corak yang sama dengan sayap atas, memiliki warna yang lebih terang dan warna kuning terlihat jelas pada bagian sayap bawah.

(20)

Tabel 9 Perbedaan sayap atas tetua dengan hasil persilangan

Tetua Hasil persilangan Pasangan tetua di alam

a. Jantan O.priamus b. Jantan c. Betina O.priamus

d. Betina O.croesus e. Betina f. Jantan O.croesus

Kupu-kupu ini memiliki keunikan yang terdapat pada warna di bagian sayap atas yaitu dengan menampakkan perubahan warna yang berbeda. Jika dilihat dari atas warna kupu-kupu yaitu kuning keemasan, tetapi jika dilihat dari arah samping kiri dan kanan, warna sayap kupu-kupu akan berubah menjadi hijau dan tampak sangat mirip dengan induk jantan yaitu O.priamus. Keunikan warna dari tampak samping dapat dilihat pada Gambar 23.

(a) (b)

Gambar 23 Keunikan warna kupu-kupu hasil persilangan: (a) Tampak sisi kiri, (b) Tampak sisi kanan.

Secara keseluruhan perbedaan venasi sel sayap kupu-kupu antara tetua dengan hasil persilangan tersaji dalam Tabel 10.

(21)

Tabel 10 Perbedaan venasi sel sayap kupu-kupu

No. Ciri

morfologi

Tetua Anakan

Jantan Betina Jantan Betina

1 Warna

dominan

Hijau Coklat

kehitaman

Kuning keemasan Coklat kehitaman

2 Discal Pola lonjong

warna hitam

Pola garis warna putih kecoklatan

Pola lonjong warna hitam

Pola garis warna putih kecoklatan, terdapat warna coklat kehitaman 3 Submarginal Titik hitam Pola garis warna

putih, titik hitam

Titik hitam Pola garis warna putih, titik coklat kehitaman

4 Marginal Hijau Titik warna

putih, titik warna kekuningan

Kuning keemasan Titik warna putih, titik warna kekuningan

5 Costal Hijau Hitam Kuning keemasan Coklat kehitaman

6 Apical Hijau Hitam Kuning keemasan Coklat kehitaman

7 Subapical Hijau, hitam Hitam

Kuning keemasan,

hitam Coklat kehitaman

8 Dorsal Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan

9 Warna tepi sayap

Hitam Coklat

kehitaman

Hitam Coklat kehitaman

5.3.3 Ukuran tubuh 5.3.3.1 Tetua

Pada penelitian ini diamati perkawinan silang terhadap dua pasang kupu-kupu yang terdiri dari pasangan pertama dan pasangan kedua. Kedua pasang berasal dari jenis yang sama yaitu jantan O.priamus dan betina O.croesus. Pemilihan kedua jenis kupu-kupu ini untuk disilangkan didasarkan pada ketersediaan kupu-kupu di lokasi pengamatan serta ukuran tubuh yang relatif besar karena menurut pengelola tidak semua kupu-kupu dapat disilangkan. Ukuran tubuh pasangan tetua pertama dapat dilihat pada Tabel 11. Pengukuran mengacu pada Gambar 9.

Pengamatan pada pasangan tetua pertama, induk jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dari induk betina dengan ukuran tubuh 49 mm dan sayap 70 mm, sedangkan induk betina dengan ukuran tubuh 62 mm dan sayap 97 mm. Ukuran tubuh merupakan penjumlahan dari panjang caput, thorax, dan abdomen. Pengukuran terhadap morfologi tubuh dan sayap dilakukan ketika kupu-kupu sudah mati, hal ini dilakukan agar mencegah kupu-kupu mengalami stres.

Pasangan tetua kedua, induk jantan juga memiliki ukuran yang lebih kecil dari induk betina dengan ukuran tubuh 50 mm dan sayap 72 mm, sedangkan

(22)

induk betina dengan ukuran tubuh 63 mm dan sayap 98 mm. Dari kedua pengamatan yang dilakukan, pasangan tetua kedua memiliki ukuran yang lebih besar.

Tabel 11 Ukuran bagian tubuh pasangan tetua pertama dan kedua

No. Morfometrik Pasangan tetua I Pasangan tetua II

Jantan (mm) Betina (mm) Jantan (mm) Betina (mm)

1 Caput 5 5 5 5

2 Thorax 17 23 17 24

3 Abdomen 27 34 28 34

4 Sayap 70 97 72 98

5.3.3.2 Hasil persilangan

Persilangan terhadap pasangan kupu-kupu pertama menghasilkan total 18 anakan, yang terdiri dari 10 jantan dan 8 betina. Secara umum, ukuran tubuh dan sayap antar setiap anakan tidak berbeda jauh, perbedaan sesama jantan berkisar antara 0.5-2 mm, pada betina juga memiliki kisaran yang sama. Ukuran bagian tubuh anakan dari persilangan pasangan pertama dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pada persilangan kupu-kupu kedua anakan yang dihasilkan berjumlah 22 ekor, yang terdiri dari 13 jantan dan 9 betina. Bila dibandingkan dengan hasil anakan kedua, jumlah anakan pertama lebih sedikit. Perbedaan jumlah anakan diperkirakan terjadi karena adanya pengaruh dari beberapa faktor, yaitu faktor internal seperti kualitas sel kelamin dan lama kopulasi, dapat pula disebabkan oleh faktor eksternal seperti gangguan dari satwa lain ataupun kondisi lingkungan (cuaca) yang kurang baik. Rata-rata anakan yang dihasilkan sebanyak 20 ekor kupu-kupu dengan persentase sex ratio sebesar 57.5% (jantan) dan 42.5% (betina). Ukuran bagian tubuh anakan dari persilangan pasangan kedua dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut merupakan ukuran tubuh rata-rata antara tetua dengan hasil persilangan.

Tabel 12 Ukuran tubuh rata-rata tetua dengan hasil persilangan

No. Morfometrik Tetua Hasil persilangan

Jantan (mm) Betina (mm) Jantan (mm) Betina (mm)

1 Caput 5,00 5,00 5,06 ± 1,18 5,06 ± 0,60

2 Thorax 17,00 23,50 18,34 ± 1,26 24,44 ± 1,89

3 Abdomen 27,50 34,00 31,30 ± 2,14 35,10 ± 1,71

(23)

Perkawinan silang (crossbreeding) dilakukan untuk menghasilkan turunan (hibrida) dengan penampilan atau karakter yang lebih baik dari pada tetuanya. Menurut Gunawan (2008), tujuan dari crossbreeding untuk memanfaatkan keragaman genetik yaitu menggabungkan sifat-sifat unggul dari masing-masing breed/populasi. Dalam hal kupu-kupu, maka karakter yang diharapkan adalah tampilan morfologi hibrida yang lebih baik dari tetuanya, baik dilihat secara kuantitatif maupun kualitatif.

Sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak pasang gen (ratusan atau bahkan ribuan) dan pengaruh lingkungan, misalnya ukuran tubuh, berat badan, dan produksi telur. Sedangkan sifat kualitatif umumnya dikontrol oleh beberapa pasang gen dan sedikit sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan (Gunawan 2008). Dalam hal kupu-kupu, sifat kualitatif dapat dilihat dari corak dan pola warna pada sayap kupu-kupu.

Keuntungan hasil crossbreeding dibandingkan dengan rata-rata performa orang tua disebut heterosis. Sifat heterosis ini muncul sebagai akibat dari interaksi antar gen pada lokus yang sama (dominant) atau lokus berbeda (overdominant). Semakin jauh jarak genetik (genetic distance) antara breed/populasi maka akan makin besar heterosis yang diharapkan (Gunawan 2008). Menurut Detani dan Anton (1999) dalam Matsuka (2001), sebagian besar hasil persilangan bersifat steril. Hasil persilangan (anakan) betina memiliki ukuran yang lebih besar dari anakan jantan dan sebagian kecil dari anakan betina bersifat fertil (Detani dan Anton 1999 dalam Matsuka 2001).

5.3.4 Uji kemiripan

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di uji dengan menggunakan uji

T-Student yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi secara

kuantitatif antara tetua dengan anakan. Dalam pengujian ini, yang menjadi hipotesis nol adalah morfologi tetua dan anak tidak berbeda nyata dan yang menjadi hipotesis satu adalah morfologi tetua dan anakan berbeda nyata. Hasil analisis uji T-Student terhadap anakan dari hasil persilangan pasangan pertama dapat dilihat pada Tabel 13.

(24)

Tabel 13 Hasil analisis uji T-Student anakan pertama

No. Jenis kelamin Bagian tubuh Variabel x s n t hitung t tabel 1 Jantan Caput 5.050 0.283 10 0.563 ᵀᴮᴺ 2.262 2 Thorax 18.300 0.674 10 6.103 ᴮᴺ 2.262 3 Abdomen 30.900 0.994 10 12.420 ᴮᴺ 2.262 4 Sayap 81.100 0.876 10 40.072 ᴮᴺ 2.262 5 Betina Caput 5.062 0.321 8 0.553 ᵀᴮᴺ 2.365 6 Thorax 24.000 0.756 8 3.745 ᴮᴺ 2.262 7 Abdomen 34.875 0.834 8 2.966 ᴮᴺ 2.262 8 Sayap 98.125 0.834 8 3.813 ᴮᴺ 2.262 Keterangan : x : Nilai rata-rata s : Simpangan baku n : Jumlah anakan

ᵀᴮᴺ : Tidak berbeda nyata

ᴮᴺ : Berbeda nyata

Hasil perhitungan terhadap anakan jantan bila dibandingkan dengan tetuanya menunjukkan bahwa dari empat poin pengamatan, tiga di antaranya yaitu thorax, abdomen, dan sayap menunjukkan hasil yang berbeda nyata, yakni memiliki ukuran yang lebih besar. Sedangkan caput memiliki nilai t hitung<t tabel yaitu 0.563, hal ini menunjukkan bahwa ukuran caput anakan jantan tidak berbeda nyata dengan ukuran caput tetua.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa anakan betina memiliki nilai t-hitung thorax, abdomen, dan sayap yang lebih besar dari t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran thorax, abdomen, dan sayap berbeda nyata dengan induk. Nilai pada caput menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, yakni memiliki ukuran yang hampir sama dengan tetua. Nilai t-hitung anakan jantan lebih besar dari nilai t-hitung anakan betina, hal ini menunjukkan bahwa tubuh anakan jantan memiliki ukuran yang jauh berbeda dari ukuran tetuanya dibanding dengan anakan betina.

Analisis uji T-Student juga dilakukan terhadap hasil anakan kedua. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ukuran thorax, abdomen, dan sayap pada anakan jantan dan betina memiliki nilai t-hitung>t-tabel. Berdasarkan nilai ini menunjukkan bahwa ukuran tubuh dari ketiga komponen tersebut berbeda nyata dari ukuran tubuh tetua, sedangkan pada caput memiliki nilai t-hitung<t-tabel

(25)

yang menunjukkan bahwa ukuran caput pada anakan jantan dan betina tidak berbeda nyata dengan ukuran caput tetuanya.

Tabel 14 Hasil analisis uji T-Student anakan kedua

No. Jenis kelamin Bagian tubuh Variabel x s n t hitung t tabel 1 Jantan Caput 5.070 0.277 13 0.909 ᵀᴮᴺ 2.179 2 Thorax 18.385 0.506 13 9.893 ᴮᴺ 2.179 3 Abdomen 31.692 1.031 13 12.909 ᴮᴺ 2.179 4 Sayap 81.769 1.166 13 30.244 ᴮᴺ 2.179 5 Betina Caput 5.050 0.300 9 0.500 ᵀᴮᴺ 2.306 6 Thorax 24.888 0.928 9 2.874 ᴮᴺ 2.306 7 Abdomen 35.333 0.867 9 2.666 ᴮᴺ 2.306 8 Sayap 99.111 0.782 9 5.446 ᴮᴺ 2.306 Keterangan : x : Nilai rata-rata s : Simpangan baku n : Jumlah anakan

ᵀᴮᴺ : Tidak berbeda nyata

ᴮᴺ : Berbeda nyata

Berdasarkan hasil perhitungan uji T-Student terhadap anakan pasangan pertama dan anakan pasangan kedua secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada bagian caput nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka terima hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa morfologi kupu-kupu pada bagian caput antara tetua dengan hasil persilangan tidak berbeda nyata. Pada bagian thorax, abdomen, dan sayap nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka menolak hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa morfologi kupu-kupu antara tetua dengan hasil persilangan (anakan) berbeda nyata.

5.4 Etika persilangan

Pada dasarnya persilangan terhadap satwa yang dilindungi boleh dilakukan, tetapi tetap memperhatikan aturan yang berlaku. Persilangan di penangkaran dapat dilakukan setelah generasi kedua. Hal ini sesuai dengan Pasal 13 Ayat 1 PP No. 8 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa hasil penangkaran untuk persilangan hanya dapat dilakukan setelah generasi kedua bagi satwa liar yang dilindungi, dan setelah generasi pertama bagi satwa liar yang tidak dilindungi, serta setelah mengalami perbanyakan bagi tumbuhan yang dilindungi. Perlu diperhatikan bahwa hasil persilangan tidak dilepas ke alam, sesuai dengan Pasal

(26)

13 Ayat 2 PP No. 8 Tahun 1999 yang menyatakan bahwahasil persilangan satwa liar dilarang untuk dilepas ke alam.

Menurut Departemen Kehutanan (2003), satwa dan tumbuhan dilindungi yang merupakan hasil penangkaran dapat dimanfaatkan termasuk disilangkan. Kupu-kupu O. priamus dan O. croesus sebagai satwa yang disilangkan termasuk dalam kategori kupu sayap burung. Menurut PP No. 7 Tahun 1999, kupu-kupu O. priamus termasuk jenis kupu-kupu-kupu-kupu yang dilindungi, sedangkan O.croesus tidak termasuk jenis kupu-kupu dilindungi. Jenis O.priamus dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980.

Kupu-kupu O. priamus dan O. croesus merupakan satwa yang masuk dalam kategori Appendix II CITES yaitu kelompok satwa yang saat ini tidak terancam punah, namun dapat menjadi punah apabila perdagangannya tidak diatur secara ketat. Sedangkan kupu-kupu O. croesus yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari hasil pembelian di PT Ikas Amboina Tuban, Bali. Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), peraturan terhadap spesies satwa dan tumbuhan yang termasuk dalam daftar CITES memiliki beberapa pengecualian. Peraturan CITES tidak berlaku untuk :

a) Pertunjukan keliling (sirkus)

b) Perdagangan non-komersial, misalnya untuk keperluan kegiatan ilmiah dan pertukaran antar kebun binatang

c) Barang-barang pribadi

d) Spesimen yang transit di negara lain (transit specimens)

e) Spesimen satwa dan tumbuhan yang diperdagangkan sebelum konvensi berlaku

f) Spesimen yang dihasilkan dari penangkaran

Gambar

Gambar 10  (a) Pemasangan kantong jaring, (b) Larva yang siap dipindahkan.
Gambar 12  Larva terserang penyakit.
Gambar 13 (a) Kandang isolasi, (b) Sketsa kandang isolasi.
Gambar 16  (a) Kandang larva, (b) Sketsa kandang larva.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada empat hal pokok dalam wacana kebijakan Kampus Merdeka yaitu Pembukaan Program Studi Baru, Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Badan Hukum dan Hak

a) Musyawarah dipimpin oleh Ketua BPD. Apabila Ketua BPD berhalangan hadir, harus memberitahukan ketidakhadirannya dengan alasan yang benar untuk selanjutnya diinformasikan

Türkiye’de üretilen istatistiki verilerin iyile ş tirilmesi, geli ş tirilmesi, bölgesel istatistiklerin toplanması, bölgelerin sosyoekonomik analizlerinin yapılması,

Penelitian ini bertempat di Wisata Alam Pangjugjugan di Kampung Babakan Anjun, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Perjalanan dari Kota Bandung menuju

Berdasarkan perhitungan harga pokok dan tarif per masing-masing kamar Swiss Belhotel Borneo Samarinda dengan menggunakan metode Activity Based Costing , penulis

Tujuan penelitian ini adalah: menganalisis pengaruh baik secara parsial dan berganda kegiatan posdaya terdiri dari posyandu, pospaud, dan kegiatan kelompok

- Manfaat langsung (direct benefit); merupakan hasil return yang diperoleh dari kegiatan - kegiatan yang dilaksanakan, dalam hal ini dari penawaran atau penjualan output

Jumlah produksi ikan layang yang meningkat, maka harga ikan juga akan meningkat dapat dilihat pada jumlah produksi dan harga ikan layang pada bulan Oktober