• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIMO BOYOLALI PADA BULAN APRIL TAHUN 2019 JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIMO BOYOLALI PADA BULAN APRIL TAHUN 2019 JURNAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIMO

BOYOLALI PADA BULAN APRIL TAHUN 2019

JURNAL

Disusun oleh : SRI NGATINI

F.904.017.024

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) DUTA GAMA KLATEN 2019

(2)

ii

TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIMO BOYOLALI PADA

BULAN APRIL TAHUN 2019

Sri Ngatini1, M. Nur Khamid2, Shesanthi Citrariana3

1) , 2), 3)

STIKES Duta Gama Klaten INTISARI

Hipertensi merupakan penyakit yang menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat, hal ini dikarenakan alasanya mayoritas penderita tidak patuh dalam minum obat antihipertensi karena penderita merasa sehat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi.

Desain penelitian ini deskriptif kuantitatif yang bersifat cross sectional. Tempat penelitian di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali pada bulan Juni 2019 dengan teknik sampling purposive sampling yang berjumlah 86 pasien hipertensi dengan syarat Umur diatas 18 tahun, Mendapat terapi hipertensi oral, dan Terdiagnosa hipertensi minimal 2 bulan. Instrumen penelitian beruipa kuesioner dengan mengadopsi MMAS-8. Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mayoritas penderita hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali berjenis kelamin perempuan, lansia (46 – 65 tahun) dan menggunakan terapi anti hipertensi kombinasi. Pasien rawat jalan penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali mayoritas memiliki tingkat kepatuhan pengobatan dalam kategori sedang. Alasan ketidakpatuhan pasien sebagian besar karena ketidaksengajaan lupa minum obat dan pasien merasa kondisi badannya sudah membaik.

Kata kunci : kepatuhan pengobatan, hipertensi, peserta rawat jalan Sri Ngatini1 Mahasiswa STIKES Duta Gama Klaten

M.Nur Khamid2, Pembimbing I Shesanti Citrariana3, Pembimbing II Email: sringatini@gmail.com

(3)

iii ABSTRACT

Hypertension is a disease that is a global problem because the prevalence continues to increase, this is because the reason is that the majority of sufferers do not adhere to taking antihypertensive drugs because patients feel healthy. The purpose of this study was to determine the level of compliance with the use of anti-hypertensive drugs.

The design of this research is quantitative descriptive which is cross sectional. The research site was in the Outpatient Installation of the Simo Boyolali District General Hospital in June 2019 with a purposive sampling technique, totaling 86 hypertensive patients with conditions above 18 years old, receiving oral hypertension therapy, and diagnosed with hypertension for at least 2 months. The research instrument was a questionnaire by adopting MMAS-8. Data analysis in this research is descriptive analysis. The results of this study indicate that the majority of hypertensive sufferers are outpatient at Simo Boyolali Regional General Hospital female, elderly (46-65 years) and use combination antihypertensive therapy. Most outpatients with hypertension at Simo Boyolali District General Hospital have a moderate level of medication adherence. The reason for the patient's non-compliance is largely due to accidental forgetting to take medication and the patient feels his body condition has improved.

Keywords: medication adherence, hypertension, outpatients Sri Ngatini1 STIKES Duta Gama Klaten Student M.Nur Khamid2, Supervisor I

Shesanti Citrariana3, Supervisor II Email: sringatini@gmail.com

(4)

1 PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan

penyakit yang menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat (Wijoyo,2011). Jumlah penderita hipertensi diseluruh dunia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun, di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Kawasan Asia Tenggara (SEA) (WHO, 2018).

Menurut Badan Kesehatan Dunia, dari 50% penderita hipertensi yang terdeteksi hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang bisa diobati dengan baik. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian hipertensi di Indonesia mencapai 34,1%. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 8,8%

yang minum obta antihipertensi. Sebesar 54,4% rutin minum obat, 32,3% tidak rutin dan 13,3% tidak minum obat. Alasanya mayoritas penderita tidak patuh dalam minum obat antihipertensi karena penderita merasa sehat.

Penderita hipertensi yang patuh terhadap pengobatan memiliki prognosis yang jauh lebih baik dari pada Penderita hipertensi yang tidak patuh terhadap pengobatan. Penderita hipertensi yang tidak patuh

terhadap pengobatan akan

memperburuk kondisi kesehatannya (WHO, 2003). Hal ini sangat berbahaya karena dapat lebih meningkatkan tekanan darah sebelumnya dan dapat meningkatkan resiko komplikasi akibat hipertensi bahkan menyebabkan kematian.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,

(5)

2 sebesar 45.6% dari angka kejadian hipertensi di Indonesia disebabkan karena ketidakpatuhan meminum obat. Akibatnya, tingkat keberhasilan dalam menurunkan jumlah penderita hiperteni sangatlah rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah hipertensi masih menempati posisi terbesar sebanyak 64,83% dan diabetes militus menempati posisi kedua sebanyak 19,22% kedua penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengedalian penyakit tidak menular di Jawa Tengah (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2017). Riskesdas tahun 2013, prevalensi penderita hipertensi di Kabupaten Boyolali bedasarkan pemeriksaan dokter adalah sebesar 28,5% jumlah penderita hipertensi di kabupaten Boyolali sebesar 219.000 dan penderita hipertensi yang

terdiagnosa dan telah terlaporkan sebanyak 205.354 orang (Dinas Kesehatan Boyolali, 2017).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali, didapatkan jumlah penderita hipertensi pada bulan Januari 271 kasus, Februari 186 kasus, Maret 152 kasus. Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan metode wawancara pada tanggal 9 April 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali, didapatkan 3 dari 6 orang penderita hipertensi mengatakan tidak mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur karena merasa kondisinya sudah lebih baik. Selain itu, kesibukan juga menjadi salah satu alasan sehingga mereka lupa untuk meminum obatnya dan tidak rutin untuk fasyankes.

(6)

3 Penelitian tentang tingkat kepatuhan pasien hipertensi rawat jalan telah banyak dilakukan, diantaranya Sinuraya et al. (2018) dalam penelitiannya lebih dari 50% pasien hipertensi di fasilitas kesehatan tingkat pertama di Kota Bandung masih memiliki tingkat kepatuhan yang rendah terhadap pengobatannya dengan rate

kepatuhan pasien hipertensi terhadap pengobatannya sebesar 26,3%. Penelitian yang dilakukan Mathavan dan Pinatih (2017) ditemukan bahwa sebanyak 70% pasien mempunyai kepatuhan rendah terhadap minum obat hipertensi, sedangkan 30% pasien mempunyai kepatuhan tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi peserta rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bersifat

cross sectional. Tempat penelitian di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali bulan Juni 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali bulan Januari 2019 sampai dengan Maret 2019 berjumlah 609 pasien hipertensi (Januari 271 kasus, Februari 186 kasus, dan Maret 152 kasus). Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive

sampling. Sample dalam penelitian

ini berjumlah 86 penderita hipertensi peserta rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali. Peneliti melakukan survey untuk memperoleh data dan informasi

(7)

4 tentang populasi hipertensi. Metode yang digunakan dalam analisis data yaitu analisis deskriptif berupa persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan data dari hasil kuesioner dan data rekam medis dari pasien rawat jalan hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali sebanyak 86 pasien.

Tabel 1 Jumlah Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali berdasarkan Jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-Laki 33 38,4

2 Perempuan 53 61,6

Jumlah 86 100,0

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 86 pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 pasien (61,6%) dan laki-laki sebanyak 33 pasien (38,4%).

Tabel 2 Jumlah Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali berdasarkan Umur No Umur Jumlah % 1 Dewasa (26-45 tahun) 7 8,1 2 Lansia (46-65 tahun) 79 91,9 Jumlah 86 100,0 Tabel 2 tersebut

menunjukkan bahwa dari 86 pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali mayoritas berusia lansia (46-65 tahun) sebanyak 79 pasien (91,9%) dan sisanya berusia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 7 pasien (8,1%).

Tabel 3 Jumlah Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah % 1 SD 33 38,4 2 SMP 11 12,8 3 SMA 31 36,0 4 Perguruan Tinggi 11 12,8 Jumlah 86 100,0 Tabel 3 tersebut

menunjukkan bahwa dari 86 pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali mayoritas berpendidikan SD sebanyak 33 pasien (38,4%), diikuti lulusan SMA

(8)

5 sebanyak 31 pasien (36,0%) dan sisanya berpendidikan SMP dan Perguruan tinggi, masing-masing sebanyak 11 pasien (12,8%).

Tabel 4 Tingkat Kepatuhan Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali No Tingkat Kepatuhan Jumlah % 1 Tinggi 17 19,8 2 Sedang 45 52,3 3 Rendah 24 27,9 Jumlah 86 100,0 Tabel 4 tersebut

menunjukkan bahwa dari 86 pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali mayoritas tingkat kepatuhan pengobatan pasien hipertensi kategori sedang sebanyak 45 pasien (52,3%), tingkat kepatuhan rendah sebanyak 24 pasien (27,9%) dan kepatuhan tinggi sebanyak 17 pasien (19,8%).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas penderita hipertensi pada pasien rawat jalan di Rumah

Sakit Umum Daerah Simo Boyolali yaitu perempuan sebesar 61,6%. Penelitian yang dilakukan oleh Nurwidayanti & Wahyuni (2013) menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan memiliki risiko lebih besar untuk terkena penyakit hipertensi. Jannah, Nurhasanah, Nur, & Sartika (2017) juga mengemukakan hal yang sama, dimana proporsi perempuan yang menderita hipertensi lebih banyak daripada laki-laki dan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi.

Mayoritas pasien penderita hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali berusia lansia sebesar 91,9%. Penelitian ini sejalan dengan Tarigan

et al. (2018) bahwa hipertensi tidak

berbeda dengan penyakit degeneratif lain yang sering dialami seseorang

(9)

6 sehubungan dengan bertambahnya usia. Hipertensi yang dianggap sebagai silent killer memang baru dirasakan akibatnya saat seseorang mengalami komplikasi dari meningkatnya tekanan darah dengan gejala – gejala yang dianggap sepele seperti sakit kepala atau nyeri tengkuk.

Faktor usia merupakan faktor risiko yang dimiliki oleh semua orang dan merupakan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Hasil uji koefisien kontingensi antara usia dengan kenaikan tekanan darah menunjukkan hubungan yang lemah, yang mana hasil ini berbeda dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi

meningkatnya tekanan darah atau kejadian hipertensi dan prevalensi hipertensi ditemukan paling banyak

pada rentang usia 50 sampai dengan 79 tahun (Adnyani & Sudhana, 2015).

Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurwidayanti & Wahyuni (2013), yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan risiko hipertensi pada umur > 40 tahun karena pada usia tersebut akan terjadi perubahan pada struktur pembuluh darah yang mengakibatkan naiknya tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Kishore, Gupta, Kohli, & Kumar (2016) juga menunjukkan hasil serupa bahwa ada hubungan antara usia dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi pada individu usia lebih dari 35 tahun lebih tinggi dibandingkan pada individu yang berusia dibawah 35 tahun.

Berdasarkan tingkat

(10)

7 didapatkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) sebesar 48,8% memiliki jumlah lebih sedikit bila dibandingkan dengan responden dengan tingkat pengetahuan rendah (SD dan SMP) sebesar 51,2%. Dengan adanya perbedaan tingkat pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir sudut pandang dan penerimaan informasi terhadap pengobatan yang diterima penderita hipertensi.

Tingkat kepatuhan

penggunaan obat sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi. Faktor mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak yaitu faktor pasien, faktor terapi, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi. Semua faktor ini sangat penting sehingga tidak ada

faktor yang lebih kuat dari faktor lainnya.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui hasil pengukuran tingkat kepatuhan pasien hipertensi di RSUD Simo Boyolali menunjukan pasien dengan skor kepatuhan rendah 27,9%, pasien dengan skor kepatuhan sedang 52,3%, penelitian tingkat kepatuhan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Smintakul, ketidak patuhan disebabkan karena lupa minum obat,

Berdasarkan jawaban pasien tentang ketidakpatuhan disebabkan oleh ketidaksengajaan lupa minum obat, tidak minum obat karena kondisi badan sudah merasa membaik. Pada penelitian ini ketidakpatuhan lupa minum obat sejalan dengan hasil yang diperoleh Mathavan dan Pinatih (2017) bahwa sebagian besar responden masih

(11)

8 tidak rutin untuk meminum obatnya sehingga menyebabkan angka kepatuhan minum obat menjadi rendah. Seharusnya penderita hipertensi rutin mengkonsumsi obat hipertensinya, pengobatan hipertensi, seharusnya dilakukan secara berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang panjang hingga tekanan darah benar- benar terkontrol.

Penilaian skor kepatuhan adalah 6 sampai 8. Penelitian ini diukur dendan kuisioner MMAS-8 yang telah di uji validasi, pembacaan skala 8 untuk pasien yang memiliki kepatuhan tinggi, skala 6-8, pasien yang memiliki kepatuhan sedang, dan skala < 6 untuk pasien yang memiliki kepatuhan rendah. Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali menunjukan tingkat kepatuhan sedang 52,3%. Hasil penelitian sejalan dengan

penelitian Zubaidah (2017) bahwa sebagian besar tingkat kepatuhan pengobatan pasien hipertensi dalam kategori sedang. Umur menentukan kepatuhan minum obat, karena semakin tua umur kepatuhan semakin rendah. Faktor yang mempengaruhi karena pasien lupa minum obat dan merasa kondisi sudah membaik.

KETERBATASAN

Keterbatasan dalam

penelitian ini yaitu :

1. Tingkat kepatuhan pasien tidak diukur dari lamanya menderita hipertensi dan perkembangan pengobatan obat anti hipertensi. 2. Tingkat kepatuhan hanya dilihat

dari faktor internal saja belum

memperhitungkan faktor

(12)

9 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Mayoritas penderita hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali berjenis kelamin perempuan dan lansia (46 – 65 tahun).

2. Pasien rawat jalan penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali mayoritas memiliki tingkat kepatuhan pengobatan dalam kategori sedang. Alasan ketidakpatuhan pasien sebagian besar karena ketidaksengajaan lupa minum obat dan pasien merasa kondisi badannya sudah membaik.

SARAN

Perlu penelitian lanjut tentang pola gambaran tingkat pengetahuan

pengobatan hipertensi dengan menyertakan evaluasi seperti lama menderita hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, P., & Sudhana, I. 2015. Prevalensi dan faktor risiko terjadinya hipertensi pada masyarakat di Desa Sidemen,

Kecamatan Sidemen,

Karangasem periode Juni-Juli 2014. E-Jurnal Medika Udayana, 4(3), 1–16.

Dinkes Boyolali, 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2017.

Dinkes Jateng, 2017. Profil

Kesehatan Propinsi Jawa

Tengah Tahun 2017.

Jannah, M., Nurhasanah, Nur, A., & Sartika, R. A. 2017. Analisis faktor penyebab kejadian hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Mangasa

Kecamatan Tamalate

Makassar. Jurnal PENA, 3(1), 1–12

Kishore, J., Gupta, N., Kohli, C., & Kumar, N. 2016. Prevalence of hypertension and determination of its risk factors in Rural Delhi. International Journal of

Hypertension, 1–6.

Mathavan J dan Pinatih GNI, 2017. Gambaran tingkat pengetahuan terhadap hipertensi dan kepatuhan minum obat pada

(13)

10 penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas kintamani I, Bangli-Bali, Intisari Sains

Medis 2017, Volume 8,

Number 3: 176-180.

Nurwidayanti, L., & Wahyuni, C. U. 2013. Analisis pengaruh paparan asap rokok di rumah pada wanita terhadap kejadian hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), 244–253.

Sinuraya RK, Destiani DP, Puspitasari IM, 2018. Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung. Jurnal Farmasi

Klinik Indonesia, Vol. 7 No. 2,

hal. 124–133.

Tarigan AR, Lubis Z, Syarifah. 2018. Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal

Kesehatan. Vol 11 No 1 Tahun

2018.

WHO, 2018. Hypertension fact

sheet. Department of

Sustainable Development and Healthy Environments. http://www.searo.who.int/entit y/noncommunicable_diseases/ media/non_communicable_dis eases_hypertension_fs.pdf Wijoyo, IR. Padmianso M.

2011.Rahasia Penyembuhan

Hipertensi Secara

Alami.Gramedia. Jakarta.

Zubaidah, Siti. 2017. Gambaran Kepatuhan Minum Obat

Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Poli Penyakit Dalam Rs Al-Islam Bandung 2017. epository Poltekkes Bandung, diakses July 11,

2019,

http://repository.poltekkesbdg.i nfo/items/show/1983

Gambar

Tabel 1  Jumlah  Pasien  Rawat  Jalan  Penderita  Hipertensi  di  Rumah  Sakit Umum Daerah Simo Boyolali  berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 4  Tingkat  Kepatuhan  Pasien  Rawat  Jalan  Penderita  Hipertensi  di  Rumah  Sakit  Umum  Daerah  Simo  Boyolali   No  Tingkat  Kepatuhan  Jumlah  %  1  Tinggi  17  19,8  2  Sedang  45  52,3  3  Rendah  24  27,9  Jumlah  86  100,0  Tabel  4  terseb

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Irma Lusiana 2014

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang terdapat pada perusahaan adalah tingkat kebisingan mesin yang melebihi nilai ambang batas pada

[r]

Berdasarkan hasil penelitian tentang, “Persepsi Siswa SMA Negeri 2 Padang Terhadap Proses Pembelajaran Olahraga Renang”, maka dapat disimpulkan Dari hasil analisis

Hasil analisis data dengan menggunakan rancangan pretest dan posttest desain, diperoleh bahwa parameter rerata hasil belajar pretest sebesar 63,81 lebih kecil daripada

Setelah mendiskusikan berbagai contoh jenis pekerjaan , tentunya kita sudah punya gambaran Karir atau pekerjaan apa yang cocok dan kita minati , Untuk itulah mari kita mencoba

Penelitian yang dilakukan di Semarang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Kedungmundu memiliki tingkat

Jika vulva hygiene dilakukan dengan benar akan mempercepat kesembuhan luka jahitan, karena perawatan yang baik akan menghambat terjadinya infeksi.. Bila luka kotor, maka