• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Keputihan Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Gunung Putri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Keputihan Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Gunung Putri"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Keputihan Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Gunung Putri

Siti Fatimah, Desby Puspita Ananda Dwi Putri Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kesehatan

Universitas Islam As-Syafi’iyah

Email: siti_fatimah72@yahoo.co.iddesbyananda13@gmail.com Abstrak

Salah satu permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja yang perlu dicermati adalah keputihan. Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan BKKBN Provinsi Jawa Barat menunjukan bahwa 83% remaja tidak tahu tentang konsep kesehatan reproduksi yang benar.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pencegahan dan penanganan keputihandanfaktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan di SMAN 1 Gunung Putri. MetodePenelitian ini menggunakan jenis deskriptif korelasi dengan pengumpulan data secara potong lintang (cross sectional), populasi siswi di SMAN 1 Gunung Putri sebanyak 122 orang. Adapun jumlah sampel 70 siswi menggunakan teknik non random sampling dengan accidental sampling.Hasilpenelitianmenggunakan uji Chi-Square, analisa bivariat di SMAN 1 Gunung Putri perilaku pencegahan dan penanganan keputihan siswi yang terdapat hubungan secara signifikan yaitu pengetahuan dan sikap (dengan nilai P < 5%) sedangkan yang tidak memiliki hubungan adalah pelayanan kesehatan dengan nilai P 0,944. Simpulan bahwa perilaku pencegahan dan penanganan keputihan dipengaruhi juga oleh faktor pengetahuan dengan nilai P (0,002) dan sikap dengan nilai P (0,019) dan yang tidak mempengaruhi yaitu pelayanan kesehatan. Saran untukpihak sekolah denganmemfasilitasi siswi agar memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi seperti keputihan. Salah satunya berupa peningkatan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi termasuk tentang keputihan. Agar dapat diperoleh informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kata kunci: Perilaku, pengetahuan, sikap, dan pelayanan kesehatan Abstract

One of the problems of reproductive health in adolescents that need to be observed is vaginal discharge. Whitish is a symptom of disease characterized by discharge of fluid from the reproductive organs rather than blood. Based on the results of a survey conducted BKKBN West Java Province showed that 83% of teenagers do not know about the concept of reproductive health is right. The purpose of this research is to know the description of the behavior of prevention and handling of whiteness and what factors influence the behavior of prevention and handling of whiteness in SMAN 1 Gunung Putri. This research method uses descriptive correlation type with cross sectional data collection, student population in SMAN 1 Gunung Putri is 122 people. The number of samples of 70 female students using non-random sampling technique with accidental sampling. The result of this research is Chi-Square test, bivariate analysis at SMAN 1 Gunung Putri behavior of prevention and handling of whiteness of student that have significant relationship that is knowledge and attitude (with value P <5%) while unrelated is health service with P value 0,944 . The conclusion that the behavior of prevention and handling of whiteness is also influenced by knowledge factor with P value (0,002) and attitude with P value (0,019) and that does not affect that is health service. Suggestions for the school by facilitating students to obtain information about reproductive health such as leucorrhoea. One of them is increasing the extension activity about reproduction health including about whiteness. In order to obtain the correct information and can be accounted for

(2)

LATAR BELAKANG

Kebersihan merupakan suatu yang amat tabi’iyyah(alami) dan fitriyyah (original) bagi makhluk hidup, utamanya makhluk bernyawa. Dalam ajaran islam kebersihan saja belum cukup, tetapi harus disertai kesucian, karena dalam kebersihan ada kalanya menggunakan istilah taharah atau tazkiyyah yang semua itu berkaitan dengan kebersihan dan kesucian, baik bissiyyah maupun maknawiyah, baik jasmani maupun rohani. Atas dasar itu Al-Quran memberikan ilustrasi kebersihan secara jasmani dikaitkan dengan kesehatan secara maknawi. Rasulullah menjelaskan, tidak ada nikmat yang lebih baik setelah keyakinan yang benar kecuali nikmat sehat. Karena itu beliau menganjurkan para sahabatnya untuk memperbanyak salah satu doa yang terbaik yaitu, agar senantiasa diberikan ampunan dan keselamatan dari segala macam bahaya, termasuk penyakit, baik fisik maupun mental. (Kementerian Agama RI, 2012)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992). Sedangkan menurut WHO, Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukanhanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan (BKKBN 2001). Sedangkan kesehatan reproduksi remaja (KRR) secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimilikioleh remaja, yaitu laki-laki dan perempuan usia 10-24 tahun (BKKBN-UNICEF, 2004).Kondisi kesehatan reproduksi remaja sangat penting dalam pembangunan nasional karena remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa. Dalam konteks inilah masyarakat internasional menekankan pentingnya setiap negara menyediakan sumber atau saluran yang dapat diakses oleh remaja dalam memenuhi haknya memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang baik dan memadai sehingga terhindar dari informasi yang menyesatkan (Marmi, 2015).

Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,

(3)

biologis, dan emosi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan BKKBN Provinsi Jawa Barat menunjukan bahwa 83% remaja tidak tahu tentang konsep kesehatan reproduksi yang benar, 61,8% tidak tahu persoalan di sekitar masa subur dan masalah haid, 40,6% tidak tahu risiko kehamilan remaja, dan 42,4% tidak tahu tentang risiko PMS. (Ferry Effendy dan Makhfudli, 2009)

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih. Dalam keadaan normal organ vagina memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna dan jumlah tidak berlebihan. Cairan ini berfungi sebagai perlindungan alami, mengurangi gesekan di dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual. Sedangkan yang dimaksud Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal. Ini karena infeksi yang disebabkan kuman, bakteri, jamur, atau infeksi campuran (Pribakti, 2010).

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Akses pada informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas, baik dari orang tua, sekolah, maupun media massa. Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi penting, baru berjumlah 682 (laporan akhir 2004) yang kemudian meningkat menjadi 2773 buah (Juli 2007). Masih belum memadainya jumlah PIK KRR dan minat remaja mengetahui KRR secara benar menyebabkan akses informasi ini rendah. (Marmi, 2015)

Hasil penelitian dari Mei Rina Suhartami yang berjudul “Personal Hygine Dengan Kejadian Fluor Albus Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto Tahun 2014” menunjukan karakteristik responden berdasarkan personal hygine secara negatif sebanyak 28 responden (62,2%). Karakteristik responden berdasarkan kejadian fluor albus diperoleh data sebagian besar responden mengalami keputihan secara patologis sebanyak 23 responden (51,1%). Tabulasi silang antara personal hygine dengan kejadian fluor albus. Berdasarkan personal hygine yang negatif mengalami fluor

(4)

albus yang patologis dibandingkan dari responden yang melakukan personal hygine positif sebagian besar mengalami fluor albus yang fisiologis.

Selanjutnya hasil penelitian Asih Setyorini dan Deni Pratma Sari yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Keputihan Dengan Kejadian Keputihan di SMK Negeri 3 Kabupaten Purworejo Tahun 2014” menunjukan bahwa paling banyak responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 57,5% dan paling sedikit mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 11,7%. Diketahui paling banyak responden mengalami kejadian keputihan sebesar 73,3% sedangkan responden yang tidak mengalami keputihan sedikit yaitu 26,7%. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang keputihan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 3 Kabupaten Purworejo.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Gunung Putri, pada tanggal 3 juli 2017 dari 10 siswi, semua pernah mengalami keputihan fisiologis, 3 siswi diantaranya pernah mengalami keputihan patologis dengan gejala cairan berwarna putih, terasa gatal dan berbau, dan 6 dari 10 siswi belum melakukan perilaku sehat yang benar terhadap pencegahan dan penanganan keputihan. Pada saat wawancara dengan salah satu siswi yang mengalami keputihan dan tidak pernah memeriksakan diri dengan alasan malu dan tidak tahu harus meminta bantuan kemana, dikarenakan siswi tersebut tidak tinggal bersama orang tuanya. Siswi tersebut pernah meminta penjelasan dengan orang tuanya, tetapi orang tuanya menganggap itu adalah hal yang biasa. Padahal siswi tersebut sudah merasa terganggu dengan keluhan keputihan tersebut. Penelitian dilakukan disekolah karena peniliti ingin mengetahui berapa banyak remaja siswi yang mengalami keputihan fisiologis dan patologis serta bagaimana perilaku remaja siswi dalam pencegahan serta penanganannya. Diharapkan dengan melakukan penilitian tentang keputihan ini dapat menyadarkan remaja tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sedini mungkin dan dapat memotivasi remaja untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala-gejala keputihan patologis.

(5)

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Keputihan(Fluor Albus) Pada Remaja Putri di SMAN 1 Gunung Putri.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan diamati pada waktu atau periode bersamaan. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi. Dalam penelitian ini untuk analisis menggunakan uji univariat dan uji bivariat adalah uji chi-square dengan derajat kemaknaan (ɑ) 5%. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner.

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi Siswi Berdasarkan Angka Kejadian Keputihan Fisiologis di SMA Negeri 1 Gunung Putri

Keputihan Fisiologis Frekuensi Persentase

Ya 62 88.6

Tidak 8 11.4

Total 70 100

Berdasarkan tabel di atas kejadian keputihan fisiologis (normal) di SMAN 1 Gunung Putri sebanyak 62 siswi (88,6%) dan hanya 8 orang (11,4%) yang tidak pernah mengalami keputihan.

Tabel 2. Distribusi Siswi Berdasarkan Angka Kejadian Keputihan Patologis di SMA Negeri 1 Gunung Putri

Keputihan Patologis Frekuensi Persentase

Ya 31 50

Tidak 31 50

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas kejadian keputihan patologis sebanyak 31 orang (50%) dan tidak pernah mengalami keputihan patologis. sebanyak 31 orang (50%).

(6)

Tabel3. Distribusi Siswi Berdasarkan Pengetahuan Tentang Keputihan di SMAN 1 Gunung Putri

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Pengetahuan Rendah 32 45.7

Pengetahuan Tinggi 38 54.3

Total 70 100

Berdasarkan tabel di atas di SMAN 1 Gunung Putri dari 70 responden sebanyak 32 orang (45,7%) berpengetahuan rendah tentang keputihan dan yang berpengetahuan tinggi sebanyak 38 orang (54,3%).

Tabel 4. Distribusi Siswi Berdasarkan Sikap Terhadap Keputihan Di SMAN 1 Gunung Putri

Sikap Frekuensi Persentase

Sikap Negatif 33 47.1

Sikap Positif 37 52.9

Total 70 100

Berdasarkan tabel di atas di SMAN 1 Gunung Putri siswi yang bersikap positif lebih banyak daripada bersikap negatif, yaitu dari 70 siswi mempunyai sikap negatif terhadap keputihan sebanyak 33 orang (47,1%) dan sebanyak 37 orang (52,9%) mempunyai sikap positif terhadap keputihan.

Tabel 5. Distribusi Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Terhadap Keputihan Di SMAN 1 Gunung Putri

Pelayanan Kesehatan Frekuensi Persentase

Kurang Mendukung 30 42.9

Mendukung 40 57.1

Total 70 100

Berdasarkan tabel di atas di SMAN 1 Gunung Putri berdasarkan hasil analisa data terhadap pelayanan kesehatan. Dari 70 siswi ada 30 orang (42,9%) mendapatkan pelayanan kesehatan yang kurang mendukung sedangkan sisanya sebanyak 40 orang (57,1%) siswi mendapatkan pelayanan kesehatan yang mendukung.

(7)

Tabel 6. Distribusi Siswi Berdasarkan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Di SMAN 1 Gunung Putri

Perilaku Frekuensi Persentase

Perilaku Tidak Baik 30 42.9

Perilaku Baik 40 57.1

Total 70 100

Berdasarkan tabel di atas di SMAN 1 Gunung Putri siswi yang mempunyai perilaku pencegahan dan penanganan keputihan tidak baik sebanyak 30 orang (42,9%) sedangkan siswi yang mempunyai perilaku pencegahan dan penanganan keputihan baik sebnyak 40 orang (57,1%).

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan

Perilaku Pengetahuan

Total Keputihan Tidak Baik Baik

N % N % N % Pengetahuan 20 28,6 12 17,1 32 45,7 Rendah Pengetahuan 10 14,3 28 40,0 38 54,3 Tinggi Total 30 42,9 40 57,1 70 100,0

Tabel 8. Hasil Uji Chi-Square Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan

Asymp.Sig Exact Sig. Exact Sig. Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Person Chi-Squre 9.287 a

1 .002

Fisher's Exact Test .003 .002

N of Valid Crasesᵇ 70

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai = 0,002 < 5% atau 0,05. Yang secara statistik signifikan sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan pengetahuan terhadap perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Artinya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan.

(8)

Tabel 9. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihanpada siswi di SMAN 1 Gunung Putri Tahun 2017

Perilaku SIKAP

Total Tidak Baik Baik

N % N % N % Sikap 19 27,1 14 20,0 33 47,1 Negatif Sikap 11 15,7 26 37,1 26 52,9 Positif Total 30 42,9 40 57,1 70 100,0

Tabel 10. Hasil Uji Chi-Square Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihanpada siswi di SMAN 1 Gunung Putri Tahun 2017

Asymp.Sig Exact Sig. Exact Sig. Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Person Chi-Squre 5.523 a

1 .019

Fisher's Exact Test .029 .017

N of Valid Crasesᵇ 70

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai = 0,019 < 5% atau 0,05. Yang secara statistik signifikan sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan sikap terhadap perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Artinya sikap dapat mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan.

Tabel 11. HubunganPelayanan Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihanpada siswi di SMAN 1 Gunung Putri Tahun 2017

Perilaku Pelayanan

Total Kesehatan Tidak Baik Baik

N % N % N % Kurang 13 18,6 17 24,3 30 42,9 Mendukung 17 32,9 23 32,9 40 57,1 Mendukung Total 30 42,9 40 57,1 70 100,0

(9)

Tabel 12. Hasil Uji Chi-SquareHubungan Pelayanan Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihanpada siswi di SMAN 1 Gunung Putri Tahun 2017

Asymp.Sig Exact Sig. Exact Sig. Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Person Chi-Squre 0,005 a

1 .944

Fisher's Exact Test 1.000 .568

N of Valid Crasesᵇ 70

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai = 0,944 > 5% atau 0,05. Yang secara statistik signifikan sehingga dapat disimpulkan H0 diterima. Kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan Pelayanan Kesehatan terhadap perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Artinya Pelayanan Kesehatan tidak dapat mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan.

PEMBAHASAN

1. Kejadian Keputihan

Jika dilihat dari angka kejadian keputihan fisiologis siswi di SMAN 1 Gunung Putri dari 70 responden ada 62 siswi (88,6%) dan hanya 8 orang (11,4%) yang tidak pernah mengalami keputihan. Keputihan fisiologis adalah keadaan yang normal, karena secara teratur vagina memang mengeluarkan cairan untuk membasahi, membersihkan, dan melindungi vagina dari bakteri tertentu (Sulistami, 2014). Keputihan fisiologis pada remaja biasanya terjadi menjelang haid dan sesudah haid, kelelahan, masa subur, stress dan berbagai akibat hormon. Keputihan fisiologis bisa menjadi patologis bila perawatannya tidak benar. Dari data yang diperoleh di SMAN 1 Gunung Putri untuk kejadian keputihan patologis sebanyak 31 orang (44,3%) dan sebanyak 39 orang (55,7%) tidak pernah mengalami keputihan patologis.

Begitu pun dari hasil penilitian Mahanani, Srinalesti dan Debby Natalia tahun 2015, di SMK Negeri 3 Kabupaten Purworejo, berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa paling banyak reponden mengalami kejadian keputihan yaitu sebesar 73,3% sedangkan responden yang tidak mengalami keputihan sedikit yaitu, 26,7%.

(10)

2. Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan dan Penanganan Keputihan di SMAN 1 Gunung Putri Tahun 2017.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan uji chi-square, diperoleh p value = 0,002 atau p value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak artinya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Dari hasil perbandingan nilai (C) dengan (Cmaks) diperoleh nilai 0,483. Nilai ini (48,3%) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan cukup erat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Temuan yang senada penilitian Mahanani, Srinalesti dan Debby Natalia tahun 2015, di SMK Negeri 3 Kabupaten Purworejo, berdasarkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keputihan dengan nilai P = 0,001. Dapat disimpulkan bahwa perilaku pencegahan dan penanganan keputihan di SMAN 1 Gunung Putri dipengaruhi faktor pengetahuan.

3. Hubungan Sikap dengan Pencegahan dan Penanganan Keputihan di SMAN 1 Gunung Putri Tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan uji chi-square, diperoleh p value = 0,019 < 5% sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak artinya sikap dapat mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Dari hasil perbandingan nilai (C) dengan (Cmaks) diperoleh nilai 0,381. Nilai ini (38,1%) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan cukup erat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Temuan yang senada dari Susiana sariyati (2014) di SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten, berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05 jadi terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang flour albus.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku pencegahan dan penanganan keputihan di SMAN 1 Gunung putri dipengaruhi juga oleh faktor sikap.

(11)

4. Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan uji chi-square, diperoleh p value = 0,944 atau > 0,05 sehingga dapat H0 diterima artinya pelayanan kesehatan tidak dapat mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku pencegahan dan penanganan keputihan di SMAN 1 Gunung putri tidak dipengaruhi juga oleh faktor pelayanan kesehatan. Akan tetapi walaupun tidak ada hubungan pelayanan kesehatan yang mendukung kemungkinan dapat menyebabkan seorang siswi berperilaku pencegahan dan penanganan keputihan dengan baik.

Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya bahwa penilaian terhadap pelayanan kesehatan bagi setiap orang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, perasaan, dan faktor internal lainnya. Selain itu tingkat kepuasan akan pelayanan masing-masing orang tidak sama, salah satu contohnya misalnya informasi yang diberikan oleh petugas sama tetapi tingkat kejelasan antar individu terhadap informasi tersebut bervariasi atau berbeda. Faktor lain yang menyebabkan pelayanan kesehatan ini tidak bermakna ada kemungkinan kuesioner yang masih belum variasi jadi belum menggambarkan tujuan yang hendak dicapai,

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Dari 70 siswi di SMAN 1 Gunung Putri, yang pernah mengalami keputihan fisiologis atau normal yaitu 62 siswi (88,6%). Setengahnya dari 62 siswi yaitu 31 siswi (50%) pernah mengalami keputihan patologis.

2. Pengetahuan tentang keputihan di SMAN 1 Gunung Putri.Dari 70 siswi pengetahuan tinggi lebih banyak yaitu 38 siswi (54,3%) dan pengetahuan yang rendah yaitu 32 siswi (45,7%).

3. Sikap siswi yang positif terhadap keputihan pada siswi di SMAN 1 Gunung Putri cukup banyak yaitu 37 siswi (52,9%) sedangkan siswi negatif 33 siswi (47,1%).

(12)

4. Banyak siswi yang mendapat pelayanan kesehatan yang mendukung yaitu 40 siswi (57,1%) sedangkan siswi yang kurang mendukung 30 siswi (42,9%) dari 70 siswi di SMAN 1 Gunung Putri.

5. Siswi di SMAN 1 Gunung Putri dengan perilaku yang baik lebih banyak dari pada yang tidak, yaitu 40 siswi (57,1%) sedangkan yang perilaku tidak baik 30 siswi (42,9%).

6. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan pada siswi SMAN 1 Gunung Putri dengan nilai <5% / 0,05 yaitu 0,002 dengan nilai keeratan 0,483.

7. Adanya hubungan dan keeratan yang cukup antara sikap dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan pada siswi SMAN 1 Gunung Putri dengan nilai <5% / 0,05 yaitu 0,019 dengan nilai keeratan 0,381.

8. Tidak terdapat hubungan antara Pelayanan Kesehatan terhadap perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Dengan nilai >5% / 0,05 yaitu 0,944

Saran

1. Bagi Sekolah

a. Untuk Instansi Sekolah

Memfasilitasi siswi untuk memperoleh informasi yang terkait dengan kesehatan reproduksi seperti keputihan dan sebagainya. Salah satunya berupa peningkatan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi termasuk tentang keputihan, meningkatkan kegiatan konseling. Dengan menyedikan internet, menambah koleksi perpustakaan terkait dengan kesehatan reproduksi agar dapat diperoleh informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Untuk remaja siswi SMAN 1 Gunung Putri

Bagi remaja untuk dapat melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan wawasan terutama di bidang kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi termasuk tentang penyakit infeksi Agar bersifat aktif dalam upaya preventif berupa pemeliharaan dan perawatan kesehatan diri sendiri termasuk perilaku pencegahan dan penanganan keputihan, dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada serta fasilitas informasi yang ada seperti internet, perpustakaan umum, dan media komunikasi lainnya.

(13)

2. Bagi Pendidikan

Hasil penilitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan, dan dapat diaplikasikan dilapangan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan,mengingatangka kejadian keputihan di

SMAN 1 Gunung putri cukup

besar.Dapatmenelitifaktorlainyaitufaktorlingkungandikarenakanpadasiswiden ganpengetahuantinggidantidakmelakukanpencegahandenganbaikhaliniperlupe nelitianapakahkeputihandapatdipengaruhijugaolehlingkungan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ummu al-Ghozy. 2008. Ketika Cewek Datang Bulan. Jakarta Timur : PT.Mirqat Media Grafika.

Corwin, Elisabeth J. 2009. Patofisiologi (handbook of pathophysiology). Jakarta :EGC

Doli, Jenita. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

__________

. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunita. Jakarta: Salemba Medika.

Indrajati, Valentina. 2013. Herbal ahli atasi penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya. Kementrian Agama RI, 2012. Kesehatan dalam perspektif Al-Quran. PT.Sinergi

Pustaka Indonesia.

Kusmiran, Eny. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Mahanani, Srinalesti dan Debby Natalia. 2015. Perawatan Organ Reproduksi Dan Kejadian Keputihan Pada Ibu Hamil. Kediri: Jurnal STIKES Vol 8, No. 2. http://www.google.co.id/url?url=http://ejurnal.stikesbaptis.ac.id .

Diunduh pada tanggal 25 Mei 2017

Mansjoer, arif, Kuspuji Triyanti, 2007. dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapisus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Marmi, 2015. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.MetodologiPenelitianKesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

__________

.. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pribakti. 2010. Tips Dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta:Sagung Seto. Priyo, Sutanto. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok : Universitas Indonesia. Rina, Mei Suhartami. 2014. Personal Hygine Dengan Kejadaian Fluor Albus

Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto.Jurnal. Politeknik Kesehatan Kementerian

(15)

http://www.google.co.id/url?url=http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id

/index.php/PUB-KEB/article/download/289/244&rct=j&frm=1&q=&esrc=s&sa=U&ved=0 ahUKEwim0qzz67PVAhUFUbwKHVLPB8EQFggYMAA&usg=AFQjC

NEeAYRPltyXrLXktMWZriW8eVDkdw. Diunduh pada tanggal 25 Mei

2017

Setyarini, Asih dan Deni Pratma Sari. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Keputihan Dengan Kejadian Keputihan Di SMK Negeri 3 Kabupaten Purworejo. Jurnal. Akademi Kebidanan. Purworejo http://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk11/article/download/116/107 . Diunduh pada tanggal 25 Mei 2017

Suara, Mahyar. Dkk. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Sulistami, Siska. 2014. Kesehatan Reproduksi Wanita. Mustika Pustaka Negeri. Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Gambar

Tabel 2. Distribusi Siswi Berdasarkan Angka Kejadian Keputihan Patologis  di SMA Negeri 1 Gunung Putri
Tabel 4. Distribusi Siswi Berdasarkan Sikap Terhadap Keputihan Di SMAN  1 Gunung Putri
Tabel 6. Distribusi Siswi Berdasarkan Perilaku Pencegahan dan Penanganan  Keputihan Di SMAN 1 Gunung Putri

Referensi

Dokumen terkait

pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan. 4) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan. 5) Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara. efisien dan

Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses seleksi untuk Paket Pekerjaan Revitalisasi Jaringan Fiber Optik Unsrat (Revisi) ,

Tanda perubahan (alterasi) adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis (nada yang berjarak ½) salah satu nada dalam suatu Accord.. Tanda perubahan (alterasi) dibagi menjadi

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri ini semua pengunaan nama Departemen Pendidikan Nasional pada kepala surat, cap dinas/cap jabatan, papan nama, tanda pengenal,

pemangku profesi, atau layanan profesional akan semakin penting untuk kebutuhan masyarakat masa depan... upaya pendidikan dalam mengatasi

The 13km 2 site is inscribed on the List of World Heritage in Danger due to the vulnerability of its many earthen structures, the rapid pace of modernization,

Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan dan menerangkan kinerja