• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA RASIO KEUANGAN (lanjutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA RASIO KEUANGAN (lanjutan)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD

Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

ANALISA RASIO KEUANGAN (lanjutan) Teknik-teknik analisa keuangan

Terdapat beragam cara untuk melakukan analisa keuangan. Menurut Wild et al. (2001), secara umum terdapat lima jenis instrument atau alat untuk menganalisa keuangan, sebagai berikut:

1. Comparative financial statement analysis 2. Common-size financial statement analysis 3. Ratio analysis

4. Cash flow analysis 5. Valuation

Pada comparative financial statement analysis, analis keuangan menggunakan data balance sheet, income statement, dan cash flow statement dari beberapa periode. Umumnya metode ini digunakan untuk mengetahui individual account balance dari waktu ke waktu. Hasil analisis dengan metode komparatif ini berupa trend. Perbandingan data keuangan tersebut akan menunjukkan arah, kecepatan, dan lama terjadinya trend keuangan. Misalnya, analis ingin mengetahui peningkatan piutang dari waktu ke waktu. Jika terjadi peningkatan piutang sebesar 15% dari tahun sebelumnya, sementara kenaikan sales dibandingkan tahun lalu adalah 5%, maka analis harus menyarankan adanya penyelidikan lebih mendalam.

Terdapat dua jenis comparative financial statement analysis, yaitu: 1)

year change analysis dan 2) index-number trend analysis. Pada year-to-year change analysis, analis menggunakan data pada periode pendek, dua atau tiga tahun. Keuntungan metode ini adalah kemudahan untuk mengelola dan memahami data (manageable and understandable). Berikut adalah contoh year-to-year change analysis.

Kodak’s Comparative Income Statement

2010 2009 Change (in $) Change (in %)

Sales $13,406 $14,538 -$1,132 -7.8%

Cost of goods sold $7,293 $7,976 -$683 -8.6%

Gross profit $6,113 $6,562 -$449 -6.8%

Operating expenses

Selling, general and administrative $3,303 $3,912 -$609 -15.6% Research and development $922 $1,230 -$308 -25.0% Restructuring cost $0 $1,290 -$1,290 -100.0% Earnings from operations $1,888 $130 $1,758 1352.3%

(2)

Other income (charges) $328 $21 $307 1461.9% Earnings before income taxes $2,106 $53 $2,053 3873.6% Provision from income taxes $716 $48 $668 1391.7%

Net earnings $1,390 $5 $1,385 27700.0%

Ada beberapa point yang dapat diketahui dari analisa tersebut di atas. Pertama, pada saat terjadi penurunan penjualan sebesar 7.8%, biaya pokok penjualan (cost of goods sold) menurun sebesar 8.6%. Hal ini berdampak pada penurunan gross profit sebesar 6.8%, yaitu lebih rendah dibandingkan penurunan penjualan sebesar 7.8%. Kedua, meskipun terjadi penurunan gross profit, pendapatan operasi meningkat sebesar 1,352.3%. Hal ini berarti bahwa perusahaan dapat memotong biaya untuk menyeimbangkan penurunan penjualan. Meskipun demikian, bisa diartikan lain bahwa kelihatannya terjadi peningkatan pendapatan operasi. Padahal yang terjadi adalah nilai pendapatan operasi tahun 2009 yang menjadi dasar perhitungan adalah terlalu rendah. Rendahnya angka dasar (basis point) pada tahun 2009 ini tampak dari besarnya perubahan laba bersih sebesar 27,700%. Rendahnya laba bersih tahun 2009 bisa terjadi karena adanya restructuring cost sebesar $1,290, yang tidak terjadi pada tahun 2010. Jika analis melakukan perhitungan ulang dan menghilangkan restructuring cost, maka laba bersih pada tahun 2010 akan lebih realistis, yaitu terjadi peningkatan sebesar 32.9%.

Pada index-number trend analysis, analis melakukan perbandingan trend dalam jangka lebih panjang. Pada metode ini, analis perlu menentukan periode dasar (basis period) bagi seluruh item account yang diperbandingkan dan menetapkan angka 100 sebagai dasar perhitungan. Untuk itu, penentuan periode dasar harus mempertimbangkan kondisi bisnis, apakah normal atau abnormal.

Dalam kasus di atas, perubahan cash balance pada tahun kedua, dibandingkan tahun pertama, adalah 50%, yaitu dihitung dengan berdasarkan perubahan atau kenaikan atau penurunan index number yaitu (150-100)/100. Akan tetapi,

𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑥100 = $18,000 $12,000𝑥100 = 150 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑥100 = $9,000 $12,000𝑥100 = 75

Misalnya, besarnya cash Century Technology pada akhir tahun 2011 (periode dasar) adalah $12,000. Pada tahun berikutnya, cash perusahaan adalah $18,000. Dengan menggunakan angka 100 sebagai index number untuk tahun 2011, maka index number untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut.

Jika perusahaan mendapatkan cash sebesar $9,000 pada akhir tahun 2013, maka index untuk tahun ketiga tersebut adalah:

(3)

perubahan dari tahun kedua ke tahun ketiga bukan 75% atau (150-75), tetapi sebesar 50% yang dihitung dari = 0 50 atau berubah 50%.

Pada common-size analysis, analis keuangan menyajikan data keuangan dengan cara meringkasnya ke dalam satu ukuran dasar, biasanya angka 100. Variabel yang umumnya digunakan sebagai basis pengukuran adalah total asset atau revenue. Secara singkat, common-size analysis melibatkan perhitungan rasio antara setiap item dalam laporan keuangan dengan basis ukuran tertentu, yaitu total asset atau pendapatan. Mengingat perusahaan memiliki tiga bentuk utama laporan keuangan, yaitu income statement, balance sheet, dan cash flow statement, maka common-size analysis menghitung dan menganalisa rasio antara item di setiap laporan keuangan tersebut dengan ukuran dasar. Berikut adalah contoh sebagian common-size balance sheet secara vertical dari suatu perusahaan.

Pada vertical common-size, analis keuangan menggunakan hanya satu periode pelaporan, berupa evaluasi akun-akun baik bermula dari atas (up-down) atau dari bawah ke atas (down-up). Common-size financial analysis umumnya menekankan analisa pada dua faktor, yaitu: 1) sumber pendanaan (termasuk penggunaan current liabilities, noncurrent liabilities, dan equity), dan 2) komposisi asset (termasuk jumlah current dan noncurrent assets).

Analis masih perlu memperkaya sumber data untuk melengkapi analisa. Misalnya, jika analis ingin mengetahui likuiditas current asset, analis perlu mengetahui proporsi current asset, dan mempertimbangkan untuk memasukkan perhitungan inventory di dalamnya, tidak hanya fokus pada proporsi inventories terhadap total asset semata (single account).

Common-size statement utamanya bermanfaat untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan antar perusahaan, karena laporan keuangan beberapa perusahaan dapat diubah dalam bentuk common-size format. Perbandingan common-size statement dengan pesaing, atau rata-rata industry, dapat mengungkapkan perbedaan akun dan distribusinya dalam neraca. Dengan demikian analis dapat mengevaluasi alasan mengapa terjadi perbedaan kinerja antar perusahaan.

(4)

Metode ketiga yaitu analisa rasio, yang merupakan metode yang paling popular dan banyak digunakan. Suatu rasio mewakili hubungan matematis antar dua angka. Meskipun perhitungannya relative mudah, tetapi interpretasinya lebih kompleks. Agar bermakna, analisa suatu rasio harus dihubungkan dengan situasi ekonomi. Analisa rasio dibahas lebih lanjut pada pertemuan lain.

Metode analisa selanjutnya adalah cash flow analysis. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi sumber dan penggunaan dana. Interpretasi hasil analisis cash flow akan memberikan informasi bagaimana perusahaan mendapatkan dana dan bagaimana menggunakannya. Hasil analisa juga digunakan untuk melakukan forecasting atau peramalan cash flow perusahaan di masa mendatang. Berikut adalah contoh analisis cash flow dengan menggunakan laporan cash flow Eastman Kodak Company berikut.

(5)

Laporan cash flow melaporkan tiga jenis arus kas yang dilaporkan oleh Kodak, yaitu cash flows dari aktifitas operating, investing dan financing. Untuk menyusun laporan cash flow tersebut, analis perlu memahami aktifitas apa sja yang termasuk dalam kategori operasi, investasi, dan pendanaan. Analisa lebih lanjut tentang cash flow akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya.

Metode analisa selanjutnya adalah valuation. Pengertian valuation atau penilaian merujuk pada tahapan atau upaya untuk mengestimasi nilai intrinsic perusahaan atau saham perusahaan. Pengetahuan dasar untuk melakukan valuation adalah present value theory. Teori ini menyatakan bahwa harga per lembar obligasi atau saham perusahaan adalah sama dengan jumlah seluruh pendapatan yang akan diterima di masa mendatang dari obligasi atau saham tersebut, setelah pendapatan tersebut dinilai (discounted) di masa sekarang dengan menggunakan discount rate yang sesuai. Teori tersebut menggunakan konsep time value of money, dengan asumsi bahwa suatu perusahaan lebih memilih untuk menggunakan uangnya di masa sekarang dibandingkan menggunakannya di masa datang.

Untuk menilai suatu asset, berupa saham atau obligasi, investor memerlukan dua jenis informasi, yaitu: 1) pendapatan di masa datang yang diharapkan sepanjang umur asset (expected future payoffs over the life of the security), dan 2) discount rate. Discount rate dalam hal obligasi, adalah sebesar interest rate atau disebut juga yield to maturity; sementara dalam hal saham adalah risk-adjusted cost of capital atau expected rate of return. Sebagai contoh, nilai pendapatan di masa datang dari suatu obligasi adalah sejumlah nilai buku atau pokok obligasi (principal) dan pembayaran bunga (interest payment). Nilai pendapatan di masa datang dari saham adalah dividen plus capital gain (capital appreciation).

Dalam hal penilaian hutang atau debt valuation, analis keuangan harus menghitung nilai sekarang (present value) dari pendapatan yang akan diterima di masa datang (future payoffs) yang dikonversi (discounted) ke masa sekarang dengan menggunakan tingkat bunga yang sesuai. Sebagaimana disebutkan di atas, pendapatan di masa datang dari obligasi berupa bunga dan pembayaran pokok pinjaman. Formula perhitungan nilai obligasi adalah:

= 1 1 1 1

dimana adalah pembayaran bunga (interest payment) pada periode t+n, F adalah pembayaran pokok pinjaman (principal payment) atau umumnya sebesar nilai buku (face value), dan r adalah tingkat bunga atau interest rate. Interest rate dalam hal ini disebut juga yield of maturity, karena pada saat menilai obligasi, analis keuangan akan menentukan yield atau keuntungan yang diinginkan (expected or desired yield) berdasarkan pada berbagai faktor seperti tingkat

(6)

bunga (interest rate) yang berlaku saat ini, tingkat inflasi yang diperkirakan (expected inflation), dan tingkat risiko (default risk).

Sama halnya dengan penilaian saham atau equity valuation, analis keuangan menilai harga saham dengan berdasarkan pada present value dari keuntungan yang akan diterima di masa datang pada tingkat bunga yang sesuai. Akan tetapi, equity valuation lebih kompleks dibandingkan hutang. Hal ini karena pendapatan investasi dalam obligasi atau utang jangka panjang bersifat pasti (specified); sementara dalam investasi pada saham, sejak awal investor tidak memiliki klaim atas keuntungan yang bersifat pasti, yaitu dalam bentuk pembayaran dividen dan capital gain. Jika terdapat capital gain atau capital appreciation artinya terdapat perubahan atas nilai saham (equity value). Perubahan ini ditentukan oleh potensi adanya penerimaan dividen di masa datang. Dengan kata lain, nilai saham suatu perusahaan V pada waktu t sama dengan jumlah penerimaan dividen yang diharapkan di masa datang.

= 1 1 1

Perhitungan nilai saham dengan menggunakan perkiraan penerimaan dividen (expected dividend), bukan penerimaan dividen yang sesungguhnya (actual dividend) ini disebut sebagai metode dividend discount model. Dengan metode ini, analis memperkirakan besarnya dividen di masa datang dan menggunakannya untuk mengestimasi nilai saham.

Akan tetapi, metode dividend discount model memiliki kelemahan yaitu dalam hal penentuan periode perkiraan penerimaan dividen. Pembayaran dividen merupakan kebijakan perusahaan yang tidak setiap saat dilakukan (discretionary) dan kebijakan tersebut berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Suatu perusahaan bisa jadi memilih untuk membagi labanya dalam bentuk dividen dalam jumlah besar, sementara perusahaan lain bisa jadi menyimpannya dalam bentuk retained earnings atau menginvestasikan kembali untuk menambah mesin atau membangun pabrik (reinvest earnings). Hal ini bermakna bahwa pembayaran dividen yang sesungguhnya (actual dividend payout) bukan sebagai indikator nilai perusahaan (company value) yang sesuai, kecuali jika analis menggunakan periode waktu yang sangat panjang saat melakukan estimasi. Metode penilaian perusahaan lainnya kemudian menjadi alternative untuk mengatasi kelemahan tersebut, yaitu free cash flow to equity model dan residual income model. Penjelasan lebih jauh tentang dua model ini akan disampaikan pada pertemuan lain.

Implikasi efficient market hypothesis terhadap analisa laporan keuangan

Efficient market hypothesis atau EMH membahas tentang reaksi pasar

(7)

tersebut biasanya ditandai oleh perubahan harga saham. Dasar pemikiran EMH adalah random walk hypothesis, yaitu bahwa ukuran dan arah perubahan harga saham bersifat random dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

Secara ringkas, terdapat tiga bentuk EMH, pertama weak form EMH yang menyatakan bahwa harga saham merefleksikan seluruh informasi tentang pergerakan harga saham di masa lalu. Kedua, semi-strong form EMH menyatakan bahwa harga saham merefleksikan seluruh informasi yang beredar dan dapat diketahui investor secara terbuka. Bentuk ketiga adalah strong form EMH, yaitu dimana harga saham merefleksikan seluruh informasi termasuk informasi yang tidak dipublikasikan secara luas oleh manajemen (inside information). Berbagai penelitian menunjukkan dukungannya terhadap hipotesis pertama dan kedua. Tetapi, penelitian terkini meragukan EMH. Meskipun dukungan penelitian terhadap hipotesis ini masih beragam, tetapi penggunaan harga saham untuk mengestimasi nilai perusahaan masih cukup layak untuk dilakukan.

Analis keuangan menggunakan informasi yang tersedia secara publik untuk mengevaluasi kinerja dan mengestimasi nilai perusahaan. Untuk itu, mereka bisa beranggapan bahwa pasar memiliki bentuk weak form EMH atau semi-strong EMH. Pemikiran seperti ini di sisi lain memunculkan inconsistency, bahwa upaya untuk menganalisa laporan keuangan menjadi kurang bermakna, karena untuk menilai kinerja perusahaan cukup dilihat dari harga saham. Inilah yang disebut dengan paradox. Di sisi lain, jika analis keuangan menganggap usaha untuk menganalisa kinerja perusahaan dengan berbagai metode dan menerapkan teori kebijakan keuangan adalah tidak bermanfaat, maka kepercayaan bahwa pasar adalah efisien akan hilang.

Terdapat beberapa penjelasan terkait dengan adanya paradox tersebut. Salah satunya adalah bahwa bentuk-bentuk efisiensi pasar ditentukan secara agregat, bukan berdasarkan perilaku investor secara individual. Perilaku agregat berkaitan dengan kinerja investor atau analis keuangan secara rata-rata dan mengabaikan kinerja analisa setiap individu yang didasarkan pada kemampuan setiap investor secara individual untuk melakukan aksi tertentu untuk merespon informasi. Hal lain adalah informasi bersifat cepat dan dapat menyebar dengan beragam cara melalui berbagai instrument. Hal ini menunjukkan bahwa analis keuangan bekerja mencari dan mengolah informasi untuk kepentingan mereka.

Kemampuan analis keuangan melakukan interpretasi juga menentukan pergerakan harga saham. Selalu ada kemungkinan terjadi perbedaan antara informasi dan interpretasinya. Dampaknya adalah, meskipun seluruh informasi tersedia secara public direfleksikan dalam harga pasar, harga saham belum tentu merefleksikan nilai saham. Suatu saham dapat memiliki under- atau over-value, tergantung pada benar atau tidaknya interpretasi atas informasi yang berkembang di pasar secara agregat. Dengan kata lain, market efficiency tergantung tidak hanya pada ketersediaan informasi tetapi juga adanya

(8)

interpretasi secara benar. Analisa laporan keuangan bermanfaat bagi user yang beragam, bahkan mencakup user yang ingin mengetahui kinerja beberapa perusahaan tertentu yang berasal dari kelompok industry tertentu. Mereka ini juga mempertimbangkan rumor yang beredar di pasar modal. Analis laporan keuangan yang capable adalah mereka yang memiliki kemampuan analisa yang benar dan mampu merangkai informasi untuk mengevaluasi dan menginterpretasi posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Demikian pula, waktu bersifat krusial karena informasi baru bisa muncul secara cepat. Informasi baru dan interpretasi yang layak (proper interpretation) bergerak dari well-informed dan proficient users menuju less-informed dan inefficient users sesuai dengan pola pemrosesan informasi baru.

Bibliography

Wild, J. J. (2001). FInancial Statement Analysis (Vol. International Edition). Boston, US: McGraw-Hill Irwin.

Tugas:

Dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang telah Anda peroleh sebelumnya, buatlah comparative financial statement periode dua tahun untuk Income Statement dan Balance Sheet.

Referensi

Dokumen terkait

Eksistensi Pendidikan Islam Tradisional di Tengah Arus Modernisasi Pendidikan Studi Terhadap Kelangsungan Madrasah Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri Jawa Timur, dalam

Oleh karena hal tersebut dan karena tidak terjadi perubahan yang signifikan pada spektrum XRD hasil iradiasi hingga 50 kGy dibandingkan kontrol, hal ini mengindikasikan

Dari hasil penilaian pada aktivitas belajar siswa pada siklus II terdapat 24 siswa atau 86 % siswa aktif mengikuti pembelajaran Meningkatkan Kemampuan dan Prestasi Siswa

[r]

pada penilaian secara tertulis. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I - III. Oleh karena itu,

Hasil penelitian ini memiliki arti bahwa persepsi responden terhadap sarana dan prasarana pendukung kegiatan operasional bagi penggunaan layanan P2P lending tidak

ilmu akhlak tasawuf dan kaitannya dengan etika pergaulan mahasiswa STAIN.. Salatiga, baik dalam lingkungan kampus ataupun dalam keseharian di

Hasil pengujian Atterberg Test tanah lempung dengan campuran portland cement type I dapat dilihat pada Tabel 10 , sedangkan pengaruh penambahan Portland Cement Type I