• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN SCIENTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR. Pajar Anugrah Prasetio Universitas Kuningan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN SCIENTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR. Pajar Anugrah Prasetio Universitas Kuningan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

359 PENDEKATAN SCIENTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR

Pajar Anugrah Prasetio Universitas Kuningan

ABSTRAK

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Salah satu model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran jasmani olahraga dan kesehatan yaitu dengan menerapkan pendekatan scientific. Pada dasarnya pendekatan scientific dalam dunia pendidikan bukanlah hal baru hanya istilahnya saja yang berbeda namun apabila dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendekatan yang jarang dilakukan oleh para guru atau pendidik. Pendekatan scientific ini memiliki ciri-ciri umum dalam kegiatan pembelajaran yang lebih mengedepankan kegiatan-kegiatan proses bukan hasilnya, yaitu dengan mengamati, menanya, mencoba dan menyimpulkan. Dalam pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah pada pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan menerapkan pembelajaran tradisional. Apabila pendekatan scientific pada pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dilakukan dengan kaidah- kaidah yang benar, maka akan menciptakan siswa yang berinovatif, berpikir kritis, kreatif dan peserta didik dituntut untuk mandiri. Artinya pendekatan scientific dapat dijadikan salah satu referensi dalam melakukan pembelajaran penjasorkes.

(2)

360 I. Pendahuluan

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.

Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar

mengajar, gurulah yang

mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap

(3)

361 Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan

pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara atau model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Salah satu model pembelajaran yang tepat dalam

pembelajaran jasmani olahraga dan kesehatan yaitu dengan menerapkan pendekatan scientific.

Pada dasarnya pendekatan scientific dalam dunia pendidikan bukanlah hal baru hanya istilahnya saja yang berbeda namun apabila dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendekatan yang jarang dilakukan oleh para guru atau pendidik. Pendekatan scientific ini memiliki ciri-ciri umum dalam kegiatan pembelajaran yang lebih mengedepankan kegiatan-kegiatan proses bukan hasilnya, yaitu dengan mengamati, menanya, mencoba dan menyimpulkan.

Dalam pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan

menerapkan pembelajaran

tradisional.

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah pendekatan- pendekatan ilmiah. Pada pendekatan ilmiah ini harus dimulculkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

(4)

362 pengabsahan, dan penjelasan tentang

suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai- nilai, prinsip- prinsip, atau kriteria ilmiah. Kriteria pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, atau dongeng semata, agar siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan adanya interaksi yang edukatif antara guru dan siswa terbebas dari prasangka pemikiran yang subjektif dan menyimpang dari alur berpikir yang logis.

3. Mendorong dan

menginspirasi siswa secara kritis, analitis dan tepat dalam mengidentifikasi,

memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran kepada siswa.

4. Mendorong dan

menginspirasi siswa untuk mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu dengan yang lain dari mata pelajaran penjasorkes.

5. Mendorong dan

menginspirasi siswa untuk

mampu memahami,

menerapkan dan

mengembangkan pola

berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon mata pelajaran.

6. Pembelajaran berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran harus

dirumuskan dengan

sederhana, jelas dan menarik sistem penyajiannya.

8. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat- sifat yang non ilmiah atau hanya asal berpikir kritis saja.

Selain kriteria dalam pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah ini adapun langkah- langkah kegiatan pembelajaran dalam

(5)

363 kurikulum 2013. Yang dimana dalam

pembelajaran kurikulum 2013 ini menggunakan tema-tema yang mengkaitkan materi pembelajaran penjasorkes dengan materi pembelajaran yang lainnya. Langkah- langkahnya yaitu sebagai berikut:

1. Adanya ranah sikap mengamit materi ajar agar siswa “tahu mengapa”.

2. Adanya ranah keterampilan mengamit materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. 3. Adanya ranah pengetahuan

mengamit materi ajar agar siswa “tahu apa”.

4. Pada hasil akhirnya adalah peningkatan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang mempunyai keterampilan baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahua untuk hidup dengan layak (hard skill) dari siswa yang meliputi aspek

kompetensi sikap,

pengetahuan dan

keterampilan.

5. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,

yaitu menggunakan

pendekatan ilmiah.

6. Pendekatan ilmiah (scientific

appoach) dalam

pembelajaran sebagaimana

dimaksud meliputi

mengamati, menanya,

menalar, mencoba,

membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

Sedangkan proses

pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Kriteria pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, atau dongeng semata, agar siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan adanya interaksi

(6)

364 yang edukatif antara guru dan

siswa terbebas dari prasangka pemikiran yang subjektif dan menyimpang dari alur berpikir yang logis.

3. Mendorong dan

menginspirasi siswa secara kritis, analitis dan tepat dalam mengidentifikasi,

memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran kepada siswa.

4. Mendorong dan

menginspirasi siswa untuk mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu dengan yang lain dari mata pelajaran penjasorkes.

5. Mendorong dan

menginspirasi siswa untuk

mampu memahami,

menerapkan dan

mengembangkan pola

berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon mata pelajaran.

6. Pembelajaran berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran harus

dirumuskan dengan

sederhana, jelas dan menarik sistem penyajiannya.

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan apabila guru dapat memahami pendekatan scientific dan dapat diterapkan dengan baik maka akan menciptakan siswa yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. II. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengusulkan secara konseptual untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran berbasis pendekatan scientific dalam pembelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar.

III. Pembahasan

Proses belajar mengajar di Sekolah Dasar dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Oleh karena itu pada kurikulum 2013 menerapkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah ini diyakini sebagai pedoman yang dapat

(7)

365 meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan dengan adanya pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa. Dalam pendekatan ilmiah ataupun proses kerja yang memenuhi kriteria pendekatan ilmiah, lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif yaitu melihat fenomena umum untuk menarik kesimpulan yang spesifik. Sedangkan, penalaran deduktif yaitu penalaran yang memandang fenomena atau situasi yang spesifik kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan.

Sejatinya penalaran induktif dapat menempatkan bukti- bukti spesifik ke dalam relasi idea yang sangat luas. Metode pembelajaran ilmiah pada umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian yang spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan kesimpulan umum.

Metode ilmiah ini merujuk pada teknik- teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, untuk dapat memperoleh pengetahuan baru, mengoreksi serta

mengaitkan pengetahuan yang sekarang dengan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip- prinsip penalaran yang spesifik. Oleh karena itu metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

Dalam pembelajaran berbasis ilmiah ini guru dan siswa harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran berlangsung, karena hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan siswa hanya semata- mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.

Sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh semata- mata atas dasar akal sehat (comon

(8)

366 dibandingkan dengan kepentingan

seseorang guru dan peserta didik yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka mengeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas.

Hal inilah yang menyebabkan akal sehat menjadi prasangka atau berpikir skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah dengan baik. Sebaliknya jika prasangka diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan siswa akan berubah menjadi prasangka buruk.

Secara sederhana langkah- langkah penerapan pendekatan

scientific dalam pembelajaran

penjasorkes dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengamati

Langkah pertama dalam kegiatan pembelajaran penjasorkes adalah mengamati. Mengamati dalam pembelajaran penjasorkes diartikan bahwa peserta didik diajak untuk melihat, baik melihat melalui audio visual ataupun melalui gerakan- gerakan yang akan

dipraktekan atau di

demonstrasikan oleh guru. Hal ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi daya pikir siswa, sampai sejauh mana penguasaan awal tentang materi yang akan diberikan. Dari pengamatan ini nantinya guru akan lebih mudah ataupun sebaliknya lebih sulit memberikan materi tergantung dari hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya. Mengamati dalam pembelajaran penjasorkes ini bisa dilakukan dengan melihat tayangan visual seperti video atau film dokumenter bagi guru atau sekolah yang mempunyai sarana yang memindai.

Selain mengamati video pembelajaran atau mengamati aktifitas manusia, seorang guru bisa memberikan contoh gambar baik foto maupun ilustrasi, yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Setelah mengamati video siswa diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat, ataupun ulasan mengenai hal-hal yang baru mereka amati. Dengan langkah

(9)

367 ini diharapkan guru akan bisa

merangkum dari sekian banyak pendapat yang dilontarkan oleh siswa dan memberikan kesimpulan, sehingga langkah pembelajaran berikutnya guru

dengan mudah akan

merancangnya. 2. Menanya

Setelah menyuruh siswa untuk mengamati tayangan video atau gambar maka tahap berikutnya adalah keterampilan bertanya. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mempermudah siswa mengetahui tentang makna dari sebuah gerakan teknik dasar dari materi yang akan disampaikan. Dalam tahap bertanya ini terjadi dua arah, maksudnya guru

memberikan sebanyak-

banyaknya kepada siswa untuk menanyakan apa saja yang telah siswa ketahui, dan dalam kesempatan yang sama guru harus menjawab sejelas mungkin sampai siswa memahaminya. Setelah semua pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa sudah terjawab dengan jelas, maka giliran guru yang memberikan

pertanyaan kepada siswa. Hal ini dimaksudkan agar guru mengetahui sampai sejauh mana materi yang telah diberikan dikuasai oleh siswa, sehingga guru dengan mudah akan merancang metode dan langkah pembelajaran selanjutnya.

3. Mencoba

Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba melakukan gerakan- gerakan berdasarkan hasil pengamatan tayangan video ataupun contoh yang di demonstrasikan oleh guru. Pada tahap ini guru mengamati setiap keterampilan gerak yang dilakukan oleh siswa sesuai tayangan video, yang terpenting adalah semua siswa harus mencoba melakukan gerakan dengan sebanyak-banyaknya tanpa melihat benar ataupun salah keterampilan gerak yang dilakukannya. Tujuannya adalah agar semua siswa mempunyai pengalaman gerak yang banyak. Dalam pembelajaran penjasorkes

tahapan mempraktekan

(10)

368

dilaksanakan dengan

kemampuan motorik masing-masing siswa, karena benar atau tidaknya pola gerak dasar lokomotor bisa dilihat dan diamati serta dinilai dari gerakan. Dalam fase ini guru memberikan kebebeasan untuk mempraktekan apa yang peserta didik pahami dalam langkah-

langkah pembelajaran

sebelumnya, yaitu dengan mengamati, bertanya, dan diskusi.

Dengan fungsi seorang guru yang tidak akan dominan dalam

menjelaskan materi

pembelajaran penjasorkes, tetapi hanya melakukan pengamatan dan mencatat tentang apa yang kurang dan mesti dikoreksi, ataupun memberikan apersepsi bagi siswa yang mampu melakukan gerakan sesuai dengan teknik yang sebenarnya sesuai demonstrasi yang diberikan guru.

4. Mengolah

Setelah siswa mencoba melakukan sebuah keterampilan gerak, tahap selanjutnya

melakukan pengulangan- pengulangan keterampilan gerak terutama pada bagian- bagian keterampilan gerak yang belum dikuasai. Pada tahap ini siswa harus memperhatikan dengan benar tahapan gerak yang dilakukan apa sudah sesuai dengan gerakan yang benar atau belum.

5. Menyaji

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan kembali oleh guru untuk menyajikan keterampilan gerak hasil dari latihan yang dilakukan pada tahap mengolah.

Disini guru harus

memperhatikan semua tahap-tahap gerak yang dilakukan oleh peserta didik selama penyajian keterampilan gerak.

6. Menalar

Penalaran secara umum adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta- fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Pada tahap pembelajaran ini penalaran bisa dilaksanakan dengan berbagai metode

(11)

369 diantaranya dengan diskusi.

Dengan diskusi maka akan banyak pendapat yang dikemukakan oleh siswa dengan berbagai alasan. Posisi seorang guru dalam tahapan ini hanyalah sebagai mediator sampai semua pendapat dapat dikemukakan. Tahap berikutnya adalah guru menyimpulkan dari berbagai macam pendapat siswa. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu memahami tahap-tahap gerak yang seharusnya dilakukan sesuai dengan pola gerak yang benar.

7. Mencipta

Setelah peserta didik memahami betul pola gerak yang harus dilakukan dalam sebuah keterampilan gerak, maka pada tahap berikutnya adalah siswa semaksimal mungkin melakukan gerakan sesuai dengan pola gerak yang benar, bahkan pada tahapan ini siswa harus sudah mampu melakukan variasi dan kombinasi teknik yang dilakukan.

IV. Model Pembelajaran

Model pembelajaran

penjasorkes yang digunakan dalam pembelajaran berbasis ilmiah ini yaitu dengan menggunakan tiga jenis model pembelajaran yaitu mode project basse learning, model problem bassed learning, dan discovery learning.

Model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) adalah salah satu model mengajar dengan cara berkelompok untuk menemukan masalah serta menjadi konteks untuk para siswa agar dapat berperan aktip dan dapat berpikir kritis dalam pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) Pembelajaran

berdasarkan masalah (PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.

(12)

370 Pembelajaran berbasis masalah

(PBM) memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, siswa lebih diperlukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara tersetuktur oleh seorang guru. Pengertian model pembelajaran discovery learning menurut Jerome Bruner (2014: 281) adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik

kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Pada model pembelajaran discovery learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah diberikan.

Model- model pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran penjasorkes dengan pendekatan scientific, langkah- langkah pembelajarannya seberti yang digambar pada bagan berikut :

Keterangan:

- Mengamati tayangan dengan menggunakan tiga jenis model pembelajaran yaitu model Project Based Learning, Problem Based

Learning dan discovery

learning.

- Menerapkan focus Group

Discusion untuk

mengidentifikasi karakteristik tiga model pembelajaran tersebut.

- Kerja kelompok yaitu untuk mengidentifikasi penerapan

pendekatan scientific pada tiga model pembelajaran. V. Kesimpulan

Pada dasarnya pembelajaran penjasorkes yang menggunakan pendekatan scientific menuntut para guru untuk paham dan menguasai teknik dasar yang akan diajarkan kepada siswa, ketika siswa sedang mengamati ataupun menganalisis pembelajaran kemudian melontarkan pertanyaan- pertanyaan, sebagai guru harus dapat menjelaskan dan menganalisis dengan baik dan benar. Mengamati tanyangan pembelajaran penjasorkes 20 Menit Diskusi kelompok (focus Group Discusion) 30 Menit Kerja Kelompok 40 Menit

(13)

371 Misalnya dalam bidang olahraga

adalah:

- Mengamati : Seperti siswa diberikan video atau media audio visual tentang cara melakukan service dalam olahraga bola voli, kemudian siswa mengamatinya dengan seksama.

- Menanya : guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memberikan

pertanyaan mengenai teknik service ataupun bagian tubuh yang mana saja yang digerakan pada saat melakukan service.

- Mencoba : setelah mengamati dan menannyakan, kemudian siswa melakukan teknik service yang sebenarnya di lapangan (secara praktek). - Menyimpulkan : setelah

melakukan gerakan yang benar kemudian siswa mempuat kesimpulan tentang gerakan service yang baik dan benar.

Apabila pendekatan scientific dilakukan dengan kaidah- kaidah yang benar, maka akan menciptakan siswa yang berinovatif, berpikir kritis, kreatif dan peserta didik dituntut untuk mandiri. Artinya pendekatan scientific dapat dijadikan salah satu referensi dalam melakukan pembelajaran.

VI. Daftar Pustaka

Abduljabar, B. (2010). Landasan

Ilmiah Pendidikan

Intelektual dalam

Pendidikan Jasmani.

Bandung: RISQI Press. Anitah. (2008). Strategi

Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dimyati & Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineke Cipta.

Edy Sih, Miranto. (2010). Penjas Orkes Untuk SD/MI Kelas IV . Jakarta : CV. Adi Perkasa Irsyada.

Habiah, dan Suhna (2009). Konsep

Streategi Pembelajaran.

Reika Aditama : Bandung. Lutan, Rusli. (2002). Supervisi

Pendidikan Jasmani:

Konsep dan Praktik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Muhajir. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Poespradja. (1987). Logika

Scientifika. Bandung :

Remadja Karya.

Ricard (Djamarah). (2010). Model Discovery Learning. Jakarta : Rienka Cipta

Rusdiana, Agus. Pengembangan Keolahragaan Nasional Berbasis Sains. Bandung: Auditorium FPOK UPI. www. Model Pelatihan Implementasi

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca dan mempelajari berbagai macam buku, jurnal, dan informasi dari internet yang berhubungan dengan

Pada usia kurang lebih 2 tahun, anak menggunakan istilah yang berkaitan dengan gender seperti "anak laki-laki, anak perempuan, ayah, ibu,", dan cenderung.

Algoritma Elias Gamma Code memiliki batasan karakter yang bisa dikompresi, jika karakter yang berbeda diatas 35 dan kemunculan hanya sekali maka hasil redundancy data akan

Utang luar negeri bagi negara berkembang merupakan variabel yang banyak memiliki dampak terhadap perekonomian suatu negara, baik positif (seperti yang dikemukakan

Kebijakan otonomi daerah yang diluncurkan di tengah krisis multidimensi dan transisi masyarakat madani, membawa sejumlah implikasi dan komplikasi dalam pelaksanaannya di

(3) Laporan hasil Audit kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan oleh Inspektur Jenderal kepada Menteri dan pejabat eselon I terkait di lingkungan kementerian

Pengkajian struktur komunitas makrozoobenthos sering digunakan untuk mengindikasikan kestabilan lingkungan, hal ini disebabkan oleh karena sifatnya yang menetap, mempunyai masa

Data atau Variabel yang di gunakan adalah perkiraan pendapatan dari asset yang baru pada Rental Heru Playstation untuk tahun 2008 ke depan yang berjalan di Jl.Swatantra IV