• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama Preventif Amerika Serikat Indonesia Dalam Doktrin War On Terror ( ) oleh: Arfano wiwoho Sapto Anggi Kurniawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kerjasama Preventif Amerika Serikat Indonesia Dalam Doktrin War On Terror ( ) oleh: Arfano wiwoho Sapto Anggi Kurniawan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Kerjasama Preventif Amerika Serikat – Indonesia Dalam Doktrin War On Terror (2003 – 2008)

oleh:

Arfano wiwoho Sapto 209000109

Anggi Kurniawan 209000100

Makalah ini disusun untuk memenuhi jurnal akhir

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN

UNIVERSITAS PARAMADINA 2014

(2)

1. Pendahuluan

Suatu permasalahan yang terjadi pasca perang dingin adalah sebuah permasalahan yang tidak berkutik lagi terhadap kekuasaan pada pemimpin, hard power, soft power, perebutan suatu wilayah tertentu. Permasalahan yang muncul bersifat kontemporer ataupun baru dalam hubungan internasional. Terorisme, lingkungan, penyelundupan manusia bahkan pembajakan menjadi salah satu isu yang kerap dibahas dalam kajian ilmu Hubungan Internasional saat ini. Di dalam disiplin ilmu HI banyak permasalahan tentang batas suatu negara yang menjadi pembahasan dari subjek permasalahan dunia global. Alasan utama mengapa kita harus mempelajari Hubungan Iinternasional adalah fakta bahwa seluruh penduduk dunia terbagi ke dalam wilayah komunitas politik yang terpisah, atau negara-negara merdeka, yang sangat mempengaruhi cara hidup manusia.1

Ada banyak cara bagi dunia modern untuk memperlihatkan beberapa sisi yang dinamis maupun stagnan di dalam dunia global pada saat ini. Kejadian yang merubah paradigma setelah berakhirnya perang dingin pun bermunculan, sesuai dengan dunia modern yang semakin berkembang dan penangannya pun semakin kompleks dan sulit. Penangangan preventif yang dilakukan oleh Amerika Serikat di dunia internasional pasca 9/11 merubah merubah kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Politik dalam negeri Amerika Serikat pasca 9/11 pun berubah banyak kecurigaan terhadap penduduk muslim dan bangsa arab secara general, oleh karena itu adanya kesulitan bagi penduduk muslim di Amerika Serikat setelah pasca runtuhnya WTC di New York.

Pemerintahan Bush dengan segera menorehkan perhatiannya dan memfokuskan pada persoalan terorisme. Begitu juga dengan kemiskinan yang kemudian isu-isu yang lebih                                                                                                                

1 Jackson, Robert & Sorensesn, George. Pengantar studi hubungan internasional. (pustaka belajar.yogyakarta.2005), HLM 2.

(3)

mengkerucut seperti pendidikan, korupsi, ketahanan pangan juga kemudian diangkat menjadi suatu fenomena penting yang harus segera diselesaikan. Terdapat sebuah korelasi yang sangat mengawang namun pasti mengenai hadirnya isu-isu kontemporer tersebut yang kemudian memang berujung pada isu konvensional. Jika dahulu pada saat perang dingin masalah keamanan menjadi sebuah daya tarik yang sangat melekat di hampir semua negara terkait kepemilikan nuklir dan teknologi militer namun sekarang persoalan keamanan tersebut menjadi lebih bias ketika terorisme menjadi sebuah musuh bersama yang menciptakan konsep perang baru di dunia ini. Teroris tidak membutuhkan suatu wilayah yang berdaulat untuk menjadi basis tetap. Hanya kecerdasan untuk menggunakan teknologi dan sumber uang maka jaringan teroris tersebut akan hidup dan terus melancarkan serangannya.

Fenomena terorisme yang dikaitkan dengan permasalahan kemiskinan yang terjadi di kebanyakan negara di dunia menjadi kajian yang sangat paradox untuk dapat di kaji lebih mendalam mengenai motif daripada terorisme internasional. Maraknya rangkaian serangan terorisme di dunia sebenarnya tidak terlepas dengan kondisi masyarakat dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Akan tetapi persoalan terorisme ini juga bukan semata-mata persoalan ekonomi belaka melainkan terdapat aspek politik yang melatarbelakangi rangkaian serangan terorisme tersebut. Dalam isu terorisme ini terdapat sebuah penghubung yang sangatlah mendasar dan sangat strategis karena isu terorisme memang menjadi sebuah isu yang sangat strategis. Faktor kemiskinan, perbedaan ideologi, dan lainnya juga merupakan sebuah permasalahan yang sangat fundamental mengingat dunia ini memiliki populasi yang sangat besar dan juga wilayah yang sangat besar sehingga sangat menyulitkan untuk mengawasi secara mendetail disetiap penjuru dunia untuk bisa memberantas jaringan terorisme internasional yang ada di Indonesia. Isu terorisme juga menjadi isu yang sangat strategis di beberapa negara dunia yang memiliki populasi muslim, karena keterkaitan antara populasi muslim dan terorisme menjadi suatu kajian dalam menggunakan determinasi nilai-nilai yang ada pada masyarakat muslim itu sendiri. Maka jika stigma negara-negara di dunia ini akan islam yang sama dengan terorisme maka hal itu akan sangat menjelekkan citra dunia Islam di mata dunia yang bisa jadi akan berdampak pada berbagai aspek.

(4)

Membahas terorisme merupakan suatu topik yang hangat dan sangat menarik karena fenomena ini memiliki warna tersendiri yang sangat unik. Peristiwa 9/11 pada tahun 2001 menjadi gerbang awal dimana isu terorisme menjadi sebuah fenomena baru dalam kajian tentang keamanan. Peristiwa tersebut juga sangat berdampak pada dinamika hubungan internasional yang kemudian menjadi persoalan penting bagi Indonesia dan banyak negara lainnya yang memiliki penduduk beragama muslim. Dunia Islam menjadi sorotan utama sebagai sebuah topik yang dikaitkan erat dengan terorisme. Stigma dunia internasional terhadap teroris itu sendiri tidak terlepas dari Islam yang memiliki nilai jihad sebagai konsepsi dasar atas penyerangan atau aksi-aksi teroris itu sendiri.

Asia Tenggara, khususnya Indonesia menjadi salah satu wujud dari komitmen Amerika didalam memberantas persoalan terkait dengan jaringan terorisme, karena sel-sel terorisme di Indonesia yang dianggap radikal dan memiliki potensi dari penyebaran terorisme itu sendiri. Dengan adanya kasus terorisme ini, baik Amerika Serikat melihat secara internal maupun eksternal memiliki tujuan dari pemberantasan sel-sel terorisme untuk kepentingan regional Asia Tenggara ataupun dunia global secara keseluruhan bagi keamanan bersama.

2. Definisi Terorisme

Penggunaan terminologi terorisme merupakan hal yang cukup sering khususnya paska tragedi 9/11. Hal itu dapat dilihat dari cara yang digunakan oleh aktor-aktor tertentu dalam melakukan aksi teror. Aksi teror tersebut tak lain adalah sebuah cara untuk menyampaikan pesan politik. Cara-cara yang digunakan merupakan cara-cara yang mengandung kekerasan agar pesan yang ingin disampaikan dapat membekas sekaligus menjadi pengalaman yang mengerikan di benak khalayak yang melihat, merasakan, ataupun menjadi bagian dari korban tindakan terorisme.

(5)

Sebenarnya, tidak terdapat suatu definisi pasti mengenai apa dan siapa itu terorisme. Telah terjadi pergeseran makna mengenai pandangan akan terorisme itu sendiri. Di era Perang Dingin, terorisme merupakan sebuah kegiatan yang erat kaitannya dengan gerakan-gerakan sparatisme, yaitu sebuah kelompok atau organisasi politik yang bertujuan untuk memisahkan diri sebagai entitas politik tersendiri dari satu kesatuan negara. Artinya, terorisme tersebut identik dengan gerakan separatisme yang bertujuan secara politis untuk melakukan klaim kedaulatan.

Terdapat beberapa perjanjian dalam memerangi terorisme ini mulai dari tahun 1960an hingga sekarang: 2

• Convention on Onffences and Certain Others Acts Commited on Board Aircraft (Tokyo Convention) 1963

• The Hague Convention for the Supression of Unlawfull Seizure of Aircraft (Hague Convention) 1970

• Convention for the Suopression of Unlawfull Acts Against the Safety of Civil Aviation (Montreal Convention) 1971

• Convention on the Prevention and Punishment of Crimes Against Internationally Protected Persons, Including Diplomat Agents 1973

• Internastional Convention on the Taking of Hostages (Hostages Convention) 1979 • Convention on the Physical Protection of Nuclear Material 1980

• Convention for the Supression of Unlawfull Acts Against the Safety of Maritime Navigation 1988

• Convention for the Supression of Unlawfull Acts of Violence at Airports Serving Internastional Civil Aviation 1988

• Protocol for the Supression of Unlawfull Acts against the safety of Fixed Platforms Located on the Continental Shelf 1988

                                                                                                               

2 Allen Sens dan Peter Stoett, Global Politics: Origins, Currents, Directions, (2010), USA: Nelson Education Ltd, Hlm, 229.

(6)

• Convention on the Marking of Plastic Explosive for the Purpose of Detection 1991 • International Convention on the Supression of Terrorist Bombings 1997

• International Convention for the Supression of the Financing of Terrorism 1999.

12 perjanjian multilateral ini merupakan kesepakatan secara umum bagi-negara-negara yang ingin memerangi aksi-aksi terorisme internasional. Akan tetapi perjanjian-perjanjian tersebut tidaklah terlalu mempengaruhi pergerakan dari jaringan terroris internasional. Buktinya masih banyak serangkaian aksi terorisme di dunia ini yang masih menggemparkan masyarakat di dunia.

Seiring perkembangan zaman, paska Perang Dingin, terminologi terorisme mengalami pergeseran makna. Momentumnya terjadi ketika tragedi 9/11 dimana aktivitas terorisme justru identik dengan jaringan organisasi kriminal berskala internasional dengan tujuan-tujuan politis tertentu. Tujuan politis tersebut tidak berkaitan dengan klaim sebuah teritorial kedaulatan melainkan tujuan politis yang sangat abstrak dan asimetris. Formasi yang sangat abstrak dan asimetris inilah yang pada akhirnya menjadi sebuah isu kontemporer bagi dunia hubungan internasional bahwa keamanan tidak lagi terletak pada pembahasan mengenai hubungan antar negara melainkan keamanan yang tertuju langsung kepada individual.

Sebaliknya, penggunaan terminologi terorisme itu sendiri merupakan kebijakan politis. Karena, tidak ditemukan sebuah definisi pasti mengenai teroris maka, penggunaan terminologi terorisme menjadi kebijakan politik dengan tujuan tertentu. Hasilnya, tuduhan-tuduhan terorisme itu sendiri berakibat pada pergeseran peta dunia internasional dalam memandang isu keamanan. Paska tragedy 9/11 penggunaan terminologi yang digunakan oleh pemerintahan Bush terhadap Osama Bin laden menjadikan terminologi terorisme sangat dekat dengan dunia Islam dan Arab.

Sebagian pemikir percaya bahwa kondisi politik dalam negeri menjadi salah satu alasan perang. Menurut “hipotesis kambing hitam” yang disebut juga teori perang untuk mengalihkan, partai-partai politik dan pemenrintah kadang-kadang menciptakan konflik di luar negeri untuk

(7)

mengalihkan publik dari masalah-masalah di dalam negeri.3 Di dalam hal tersebut Amerika Serikat membuat isu terhadap penyerangan di negara arab seperti Afganistan dan Iraq. Banyak cara yang di perlihatkan Amerika Serikat di dalam memberantas teroisme di suatu regional tertentu. Sebagaimana dalam ilmu sosial dan ilmu politik yang tidak pernah mempunyanyi definisi dan pendekatan tunggal, demikian pula dalam usaha mendefinisikan apa yang dimaksud terrorisme.

3. Dinamika Kerjasama Amerika Serikat – Indonesia Dalam Mencegah Terorisme

Setelah peristiwa 9/11 di AS selanjutnya juga terdapat tragedi terorisme di berbagai negara di dunia seperti halnya di Indonesia yang terjadi di Bali pada 12 Oktober 2002 yang dikenal dengan Bom Bali, dianggap AS bahwa AL-Qaeda telah menyebarkan kekuatanya di Asia Tenggara. Hal itu yang menjadikan Indonesia yang pada waktu itu dipimpin oleh Megawati mendukung kebijakan AS yang memerangi teroris, bukti dukungan Indonesia terlihat pada upaya-upaya dalam memerangi terorisme yakni melalui kerjasama bilateral, regional maupun internasionaI. Salah satu contohnya adalah di level internasional melalui Counter Terrorism Commite (CTC), yang merupakan bukti dukungan Indonesia terhadap kebijakan anti terorisme AS.

Pemerintah Amerika Serikat juga menitikberatkan kerjasama bilateral di sektor militer yang dikhususkan pada upaya-upaya perang melawan terorisme internasional yang diduga telah masuk di wilayah Indonesia. Dalam kerjasama tersebut termasuk pemberian dana hibah sebesar 50 juta USD. Dari 31 juta USD dana tersebut akan dipergunakan untuk pelatihan polisi dan program-program pendukung lainnya (persenjataan dan termasuk teknologi pendukung), 19 juta lainnya untuk pembentukan unit-unit satuan anti teror baru yang lebih professional. Hal ini                                                                                                                

(8)

kembali mencairkan hubungan Amerika Serikat dan Indonesia yang telah beku pasca pelanggaran HAM Timor Timor. Selain itu pasca peledakan bom Bali, konsulat Amerika Serikat juga menjadi sasaran semakin mengintensifkan kedua negara menjalankan kerjasama bilateral dalam usaha memerangi terorisme internasional seperti kerjasama antara kepolisian dan intelejen.4

Amerika Serikat dan Indonesia juga bekerjasama pada bidang lainnya yakni kepolisian dan keamanan, penegak hukum, legislator, kantor imigrasi, perbankan, dan lainnya seperti intelejen finansial. Kemudian program lainnya termasuk pelatihan penyelenggaraan kerjasama dalam counterterrorism di bidang militer Indonesia dimana program yang diberi oleh AS yakni pelatihan Unit Polisi Nasional “Datasemen Khusus 88” (Densus 88). Untuk tujuan ini telah dialokasikan dana sebesar $5 juta, termasuk investigasi program, Explosives Incidents Countermeasures, Crisis Response, dan pelatihan anggota.5 Setidaknya untuk penyediaan senjata, peralatan intai, alat angkut pasukan, operasional dan pelatihan, menelan biaya US$ 16 juta atau sekitar Rp 150 miliar (versi majalah FEER). Dana tersebut diperoleh dari AS dan Australia.6 Bantuan tersebut di harapkan bisa membawa dampak yang positive terhadap pennaggulangan terorisme di Indonesia maupun ASEAN secara langsung.

Pada pelaksanaannya Indonesia telah melakukan strategi “Stick” dalam menangani terorisme di Indonesia. Dengan pembentukan densus 88 yang bertugas khusus untuk menangani terorisme, sejumlah operasi pelacakan dan penangkapan anggota-anggota terorisme, kerjasama milier dalam pelatihan militer Australia dan Indonesia juga sempat digelar dan lainnya                                                                                                                

4 Sarah Nuraini Siregar. Relasi TNI-Polri dalam Penanganan Terorisme Era Megawati. Hal 271 diakses dari

elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../8506.pdf diakses tanggal 28 Juni 2014 pukul 19.45 WIB

5 Ibid.

6 “ Densus 88 Tidak Sekadar Menangkap Teroris

“http://news.detik.com/read/2010/09/27/144805/1449525/159/densus-88-tidak-sekadar-menangkap-teroris, diakses pada 28 Juni 2014 pada pukul 01.58 WIB.

(9)

merupakan bentuk nyata dari pengaplikasian konsep “Stick” seperti yang dimaksudkan oleh Cassidy. Akan tetapi untuk mengaplikasikan konsep “Carrot” sebenarnya membutuhkan waktu yang relatif tidak instan. Karena contohnya dalam peningkatan kualitas edukasi harus memakan waktu cukup lama bagi setiap individu. Pembangunan pembuatan lapangan pekerjaan juga tidak secepat membaik tangan. Karena untuk membangun infrastruktur yang merata membutuhkan waktu mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas dan masih terdapat daerah yang juga belum terjamah oleh akses pemerintah.

Satuan elit Densus 88 selalu menjadi andalan Polri untuk menghancurkan jaringan teroris di Indonesia. Berbagai prestasi pun telah diraih oleh oleh Densus 88.7 Pembentukan Densus 88 ini dapat dijelaskan melalui konsep yang dibangun dalam jurnal yang dikemukakan oleh Traviss Cassidy yaitu, “Stick.” Dengan penggunaan instrumen polisi penekanan negara terhadap pemberantasan terorisme memang dinilai cukup efektif. Akan tetapi penggunaan instrumen “Stick” ini tidak menyentuh substansi permasalahan yang ada. Maka dari itu harus terdapat pelaksanaan konsep yang kedua yaitu “Carrot” agar keseimbangan dalam proses penanggulangan terorisme dapat menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya.

Tenaga teroris itu dibentuk dan berhasil setelah terjadinya Berbagai aksi teror sampai pengeboman di kedutaan Australia di Kuningan hingga pengeboman di dua hotel Internasional, JW Marriot dan Ritz Carlton. Dalam era Megawati, Bush menyambut baik dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme pada 18 Oktober 2002, Perpu No 2/2002 tentang Pemberlakuan Perpu No 1/2002 serta instruksi Presiden (Inpres) No 4/2002 yang memberi tugas kepada Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyusun kebijakan konprehensif

                                                                                                               

7 Ramadhian Fadhillah. 2011. http://www.detiknews.com/read/2011/09/28/020412/1731905/10/densus-88-diminta-tak-merasa-paling-jagoan diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 01.58 WIB.

(10)

memerangi terorisme dan Inpres No 5/2002 yang menugasi Kepala Badan Intelijen (BIN): AM Hendropriyono untuk mengoordinasikan unsur-unsur inteiljen untuk mengatasi terorisme.8

Banyak keinginan dari pihak masyarakat ASEAN di dalam hal keamanan yang di cari. Antara masyarakat dan pemenrintah harus memiliki sinergi yang kuat, karena dengan memiliki hal tersebut secara regional ASEAN bisa memperkuat keamanan regional bagi semua negara yang ada di dalam Asia Tenggara. Banyak nya pemberian bantuan yang di lakukan oleh pihak asing di dalam penanggulangan teroris ada di dalam kebijakan preventif yang di buat oleh Amerika Serikat di dalam penanggulangan dari bahaya tersebut. Setelah kejadian 11 September 2001 ada beberapa kebijakan baik domestik maupun luar negeri Amerika Serikat yang membuat suatu regional ikut berperan aktif di dalam membantu mengurangi kejahatan yang di lakukan oleh terorisme. ASEAN adalah salah satu kawasan yang di lihat Amerika Serikat sebagai kawasan yang memiliki potensi terhadap pembibitan dan penyerangan serta menjadi target dari operasi yang sudah dan akan dijalankan oleh kelompok ekstrimis ataupun terorisme.

Beberapa kebijakan luar negeri dari Amerika Serikat perihal penangan terrorisme di regional Asia Tenggara bisa menjadi salah satu kekuatan Amerika Serikat di dalam isu global pada saat ini. Hubungan yang di bangun oleh AS di ASEAN cukup membuat satu paradigma tentang permasalahan pada dunia modern seperti permasalahan terorisme. Presiden Bush yang di kenal dengan kata you are either with us or against us menjadi pernyataan bahwa Amerika memerlukan bantuan dari dunia internasional yang menjadi dasar dari asumsi bahwa Amerika memerlukan bantuan dari negara lain di dalam menghadapi terorisme global. Teroris yang terjadi di kawasan Asia Tenggara tidak hilang dari permasalahan agama yang menjadi salah satu faktor dari adanya ideologi terorisme tersebut. Perang melawan terorisme akan sangat dipengaruhi oleh

                                                                                                               

8 Indonesia – USA Relationship Fluctuation, diakses melalui,

http://andraina_af- fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-90958-SSI%20II%20%20Indonesian%20Foreign%20Policy-IndonesiaUSA%20Relationship%20Fluctuation.html pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 01.46 WIB.

(11)

konstelasi politik dalam negeri AS.9 Jika bisa melihat adanya politik dalam negeri AS banyak faktor yang akan mempengaruhi kebijakan luar negeri dan dalam negeri tersebut, seperti adanya patriot act dari kebijkan George Bush.

Berkaca dari Amerika Serikat, tentara telah ditetapkan sedari awal sebagai ujung tombak kekuatan bersenjata dalam operasi pemberantasan terorisme di luar negeri. Sedangkan untuk di dalam negeri, peran serupa dijalankan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Security) –yang berdiri dengan landasan PATRIOT Act- dan Biro Federal Investigasi (FBI). Di AS, tampak ada pembagian tugas yang jelas di antara berbagai lembaga negara, meski bukan berarti tidak ada masalah koordinasi ataupun rivalitas birokrasi.10 Keadaan dalam negeri AS juga membantu bebrapa kebijakan terhadap keputusan dari penanggulangan terorisme tersebut.

Indonesia yang memiliki potensi terhadap serangan terorisme menjadi salah satu contoh bagi keamanan regional suatu kawasan bagi kepentingan tersebut. Indonesia sendiri memang belum maksimal di dalam menanggulangi permasalahan terorisme baik secara domestik dalam negeri maupun antar negara di ASEAN, karena sumber daya manusia, dan juga permasalahan dalam negeri dan konstelasi politik yang cenderung belum stabil. Akan tetapi melalui jalur resmi pemerintah antar negara di ASEAN memliki kerja-sama yang di harapkan bisa menjadi salah satu kekuatan intra negara di ASEAN bagi kepentingan politik, ekonomi dan budaya bagi kepentingan masyarakat ASEAN dan global. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai mengatakan kerjasama penanganan terorisme di ASEAN merupakan kerjasama paling nyata . Model kerjasama itu pun diharapkan Ansyaad bisa menjadi model kerjasama di bidang

                                                                                                               

9 Budi Winarno. Loc.cit. , hal. 181.

10 http://www.politik.lipi.go.id/index.php/en/columns/keamanan/510-tentara-vs-teroris, ditulis oleh MUHAMADHARIPIN, DIAKSES PADA 27 DESEMBER 2012 PADA PUKUL 17.55 WIB

(12)

keamanan lainnya.11 Banyak kesempatan yang dilakukan oleh Amerika Serikat, maupun ASEAN, diharapkan bisa menjadi contoh bagi penanggulangan terorisme lainnya.

4. Hasil kerja sama Indonesia-AS di dalam penanggulangan terorisme

Dengan adanya paket bantuan dari Amerika terhadap Indonesia di dalam penanggulangan terorisme, diharapkan akan memiliki hasil dari kerja sama tersebut. Amerika yang memiliki program terhadap penanggulangan terorisme menganggap penting Indonesia sebagai salah satu mitra strategis di regional Asia Tenggara di dalam penggembangan program tersebut. dengan adanya bantuan berupa Regional Centers for Security Studies (CTFP) / regional defense combating dan Non-proliferation, Anti-terrorism, Demining, and Related Programs (NADR) menjadi salah satu bukti nyata dari kerja sama yang dilakukan oleh Indonesia dan Amerika di dalam penanggulangan terorisme tersebut.

Indonesia menjadi sangat penting bagi Amerika di dalam pengembangann program kontra terorisme yang dijalankan, dengan sel-sel terorisme yang cukup berkembang diharapkan dengan adanya bantuan tersebut, Indonesia mampu memberantas dari keberadaan terorisme tersebut baik di Indonesia sendiri maupun Asia tenggara. Amerika memiliki harapan dari penangkalan keberadaan terorisme di Indonesia dan diwujudkan dalam program bantuan yang di realisasikan, sesuai dari pelaksanaan war on terror yang dijalankan presiden Bush bagi pemberantasaan terorisme di dunia global.

                                                                                                               

11 http://www.tribunnews.com/2011/05/07/kerjasama-penanganan-terorisme-asean-paling-nyata, diakses pada 27 Desember 2012 pada pukul 18.17 WIB

(13)

4.1 Regional Centers for Security Studies (CTFP) / regional defense combating

Dengan adanya persebaran terorisme di ASEAN yang cukup besar dan cepat, di bawah pemenrintah Bush, AS melihihat indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki percepatan embrio paling signifikan di ASEAN. Di bawah pemenrintahan Megawati, Indonesia dan AS kembali membuka kerja sama di bidang penanggulangan terorisme tersebut. Sejak tahun 2002 Indonesia banyak kembali membuka kerja militer sama dengan AS, dengan tujuan memulihkan militer Indonesia dan counter terorism sebagai salah satu agenda politik luar negeri AS di dunia internasional. CTFP memiliki nilai yang strategis baik dari Indonesia maupun AS karena dengan adanya kerja sama yang baik di bidang militer ataupun counter terorism yang dijalankan akan memiliki nilai positif dari hubungan yang sedang dijalankan Indonesia dan AS.

 

Indonesia telah menerima dana CTFP dalam jumlah melibihi negara-negara penerima lainnya dan dua kali lebih besar daripada Pilipina sebagai penerima terbesar urutan kedua. Di tahun 2005 Indonesia menerima sebesar US$878.661 dana CTFP, sebesar US$715.844 di tahun 2006, dan untuk tahun 2007 sebesar US$525.000 telah direncanakan12. Diharapkan dari kerja sama tersebut memiliki andil bagi penanggulangan terorisme baik di ASEAN maupun di Indonesia sendiri.

Ideologi terorisme yang kuat dan cepat berdifusi dengan permasalahan sosial menjadi salah satu faktor persebaran ideologi tersebut, oleh karena itu baik setiap negara memiliki proteksi dan sistem agar ideologi tersebut tidak dapat masuk kedalam lapisan masyarakat tertentu. diharapkan kerja sama ini memiliki esensi dari permasalahan dasar mengenai terorisme yang bertujuan dari penangkalan dari laju sel terorisme bagi kepentingan regional ASEAN maupun Indonesia serta Kerja sama yang dilakukan AS dan Indonesia memiliki hasil yang cukup positif. dari segi militer di Indoneisa kerja sama yang dilakukan oleh AS dan Indonesia memiliki potensi yang strategis bagi kebutuhan penangkalan terorisme tersebut, dan diharpkan sinergi yang dilakukan oleh pihak militer dan kepolisian sebagai penegak hukum dapat dijalankan dan

                                                                                                               

(14)

memberi rasa aman kepada seluruh masyarakat Indonesia dari persebaran ideologi terorisme tersebut.

4.2 NADR: Non-proliferation, Anti-terrorism, Demining, and Related Programs

Bersamaan dengan bantuan yang didaptkan Indonesia di era Bush bagi pengembangan ATA (anti terrorism assistance), Indonesia mendapatkan bantuan yang cukup besar. Dengan bantuan yang diberikan, baik AS dan Indonesia berharap dapat menhentikan sel terorisme tersebut.

“Indonesia counterterrorism unit (6 millions) : the fy 2005 ATA CT training program for Indonesia will build upon the training and full equipping to be completed in fy 2004 of two crisis response (SWAT) teams and one explosive incident counter measures (bomb) squad. The goal remains to develop an adequately sized and highly proficient ct capability for this crucial front line state.”13

Non-proliferation, Anti-terrorism, Demining, and Related Programs adalah paket program bantuan yang secara spesifik ditujukan untuk penanganan dan pencegahan terorisme. Di Indonesia paket program bantuan NADR tersebut secara khusus ditujukan untuk mendanai kepentingan pengembangan institusi intelijen Indonesia dalam mengusut jaringan terorisme hingga ke akar serta pengusutan beberapa kasus aksi terorisme yang sudah terjadi. Bantuan tersebut juga ditujukan untuk pembenahan undang-undang anti-money laundry (praktik cuci uang) yang dapat memberikan celah bagi perkembangan jaringan terorisme di Indonesia. Dana-dana tersebut bukan hanya digunakan untuk membantu Indonesia dalam menangani aksi-aksi terorisme dikemudian harinya, melainkan untuk membuat Indonesia tetap berada di bawah pengaruh Amerika Serikat. Artinya, dengan Indonesia menerima bantuan tersebut, Indonesia telah menjadi salah satu negara yang masuk kedalam agenda War On Terror yang diusung oleh pemerintahan Bush.

                                                                                                               

(15)

5. Indonesia Sebagai Negara Potensial Kemunculan Jaringan Terorisme

ASEAN di pandang oleh Amerika Serikat sebagai suatu kawasan yang akan terus berkembang, oleh karena itu suatu regional berkembang selalu mendapat ancama baik dari domestik maupun luar negeri suatu kawasan. Terorisme menjadi salah satu ancaman yang di kawasan Asia Tenggara, dan berkembang nya terorisme di Asia Tenggara cukup pesat mengingat adanya sel-sel ataupun embrio dari kelompok terorisme mengembangkan ideologi mereka, karena Asia Tenggara adalah suatu kawasan dengan ras, agama dan juga sosial yang cukup banyak dan padat. Amerika mencoba menjalankan kerjasama penangkalan terorisme di Asia Tenggara dengan banyak cara, karena Asia Tengara menjadi salah satu pencipta dari sel-sel terorisme bagi regional lainnya. Banyak hal yang dilakukan oleh Amerika mapun ASEAN sebagai negara dan suatu kawasan regional yang berusaha memberhentikan kegiatan terorsime yang menjadi musuh dunia secara bersamaan, oleh karena itu baik Amerika maupun ASEAN melakukan kerja sama yang intensive dengan menaikan bantuan maupun teknis dan logistik bagi anggota penegakan hukum di Asia Tenggara. Kerja sama tersebut juga diperkuat bagi antar negara di Asia Tenggara baik secara hukum dan politik bagi kepentingan regional Asia Tenggara maupun dunia global.

ASEAN menjadi salah satu kawasan dengan keberagaman yang banyak. Suku, ras dan agama menjadi salah satu mix culture yang ada di ASEAN, dengan begitu beberapa negara seperti Indonesia, Singapura dan Malaysia menjadi negara dengan beragam suku dan ras tersebut. Negara seperti Indonesia dan Filipina serta Thailand menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang menjadi operasi dan target dari terorisme. Kasus Pattani dan Moro adalah salah satu kasus yang terjadi di Asia Tenggara. Hanya saja dikedua negara tersebut terdapat kaitan yang sangat erat antara terorisme dengan gerakan-gerakan separatisme untuk melakukan klaim teritorial. Sementara di Indonesia, terdapat Nordin M Top dan Dr Azhari sebagai dua tokoh teroris paling

(16)

wahid, menurut sumber resmi, yang menjadi otak di balik aksi terorisme di Indonesia.14 Keberadaan terorisme di Indonesia sudah menjadi antar negara di ASEAN, masuknya terrorisme dengan kewarganegaraan Malaysia ke Indonesia membuat anatar negara di ASEAN harus membuat parameter yang lebih baik bagi penangan kasus yang mengikat kedaulatan antar negara di ASEAN secara terperinci. Mengenai kasus yang terjadi di ASEAN Amerika serta sekutu ingin mencoba membantu keamanan regional ASEAN.

Membahas terorisme merupakan suatu topik yang hangat dan sangat menarik karena fenomena ini memiliki warna tersendiri yang sangat unik. Peristiwa 9/11 pada tahun 2001 menjadi gerbang awal dimana isu terorisme menjadi sebuah fenomena baru dalam kajian tentang keamanan. Peristiwa tersebut juga sangat berdampak pada dinamika hubungan internasional yang kemudian menjadi persoalan penting bagi Indonesia dan banyak negara lainnya yang memiliki penduduk beragama muslim. Dunia Islam menjadi sorotan utama sebagai sebuah topik yang dikaitkan erat dengan terorisme. Stigma dunia internasional terhadap teroris itu sendiri tidak terlepas dari Islam yang memiliki nilai jihad sebagai konsepsi dasar atas penyerangan atau aksi-aksi teroris itu sendiri. Bagi Indonesia terorisme ditandai dengan peristiwa bom bali yang kemudian diikuti dengan serangkaian aksi-aksi terorisme lainnya yang sempat terjadi di Indonesia. Terorisme telah menjadi kecurigaan dan kewaspadaan besar masyarakat Indonesia. Tentunya juga meningkatkan perhatian dunia internasional terhadap fenomena terorisme di Indonesia. Terkhusus negara-negara yang secara geografis dekat atau berbatasan langsung dengan Indonesia.

Terorisme global dan salah satunya di Indonesia yang menjadi pembibitan dan target operasi. Menurut banyak ahli Indonesia menjadi penyebaran dari kelompok terorisme dan radikal

                                                                                                               

(17)

di kawasan Asia Tenggara. 15 Setelah serangan bom bali 1 dan juga kedutaan Australia, permasalahan terorisme di Indonesia menjadi isu yang mengglobal, dan karena itu permasalahan terorisme yang dianggap penting di dalam situasi bagi keadaan global maupun regional. Pengaruh yang kuat akan di berikan oleh dunia global di dalam menghadapi kasus global seperti terorisme, akan tetapi kepentingan suatu negara akan tetap di pertahankan bagi hubungan luar negeri yang bertujuan bagi negara tersebut.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi terorisme baik di Indonesia maupun di dunia global adalah kemiskinan yang ada di suatu daerah tertentu, karena dengan merebaknya kemiskinan tersebut masyarakat akan mencoba mencari jalan keluar bagi penghidupan yang lebih baik. Kemiskinan merupakan tantangan abadi bagi keamanan manusia, khusunya di dunia selatan.16 Faktor kemiskinan memicu pula adanaya tindakan bagi para terorisme memasukan doktrin tersebut. Penyebaran terorisme di Indonesia sendiri banyak di latar belakangi dengan adanya asumsi antara negara dengan penyebaran agama islam dan ekonomi yang masih relative di bawah garis kemisinan yang cukup tinggi. Dengan adanya penyebaran melalui madrasah dan wilayah yang berada di dalam konflik dan kemudian memasukan ideologi akan terorisme tersebut.

Dalam sebuah jurnal ekonomi politik yang berjudul “How Foreign Aid Can Affects Terorism: Studying the Channel of Social Spending” oleh Traviss Cassidy dijelaskan bagaimana upaya pemberantasan kemiskinan ternyata dapat mengurangi suplai serangan teroris disuatu negara. Menaikan belanja publik dalam aspek pendidikan dan jaminan kesehatan menjadi salah satu faktor penting bagi penanganan kemiskinan yang juga berdampak pada pengurangan aksi terorisme. Dengan menaikkan tingkat kualitas pendidikan akan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk memperluas peluang mobilisasi sosialnya untuk menuju kesejahteraan dan                                                                                                                

15 http://nasional.kompas.com/read/2010/09/22/18360247/function.simplexml-load-file, diakes pada 29 Desember 2012 pada pukul 12.40 WIB

(18)

kemakmurannya. Menaikkan tingkat kualitas layanan kesehatan untuk masyarakat juga menjadi hal yang penting karena tingginya rata-rata peluang hidup akan menjamin kesejahteraan dan kemakmuran seseorang untuk tetap bisa produktif.

Relasi atas kemiskinan dengan teroris dapat dijelaskan melalui sebuah perjanjian yang sangat simbiosis mutualisme. Seseorang yang direkrut menjadi teroris akan mendapat keuntungan secara finansial untuk bisa terbebas dari kemiskinan. Mereka dilatih secara militer dan diberikan doktrinasi sehingga mereka tercuci otaknya untuk mau melakukan serangan-serangan terorisme. Bertambahnya anggota teroris yang tergabung dalam jaringan teroris internasional juga kemudian akan memberikan kentungan bagi kelompok teroris tersebut untuk mencapai visi politiknya dibalik pembentukan jaringan teroris internasional tersebut. Modus simbiosis mutualisme dibalik doktrinasi teroris telah menjadi persoalan yang menyatu dengan akar permasalahan kemiskinan sehingga sangat berpengaruh satu sama lainnya. Begitu juga dengan upaya penanganan yang dilakukan dari salah satunya akan berdampak pada keduanya. Oleh karenanya terdapat peran strategis negara yang secara khusus menangani akar permasalahannya untuk mendapatkan efektifitas dan hasil yang signifikan.

Akan tetapi, dalam jurnal tersebut juga disebutkan bahwa terorisme bukan hanya suatu permasalahan yang dilatar belakangi oleh motiv ekonomi secara keseluruhan. Proses doktrinasi yang dilakukan pada perekrutan terorisme oleh jaringan terorisme internasional menempatkan sebuah nilai trandensial yang dapat digunakan untuk melakukan cuci otak sehingga tanpa adanya simbiosis mulutalisme dari salah satu pihak tidak ada yang merasa dirugikan terkhusus bagi para anggota yang baru saja di rekrut, karena mereka akan melakukan segala bentuk agenda terorisme dengan idealisme yang sudah dibentuk dari doktrinasi tersebut.

Laporan Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa prioritas kebijakan menyeluruh luar negeri AS di Indonesia adalah untuk membantu transformasi menjadi demokrasi, moderat yang stabil, mampu mengatasi tantangan regional dan dalam kemitraan global dengan masyarakat

(19)

internasional. Negara ini menghadapi banyak perkembangan dan tantangan keamanan, termasuk ancaman teroris, separatis dan konflik etnis, kelemahan lembaga penegak hukum, tingginya tingkat korupsi, kemiskinan dan pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan, dan kondisi kesehatan yang buruk.17

Tujuan strategis terbesar dalam hal pendanaan kontra terorisme adalah investasi pada orang 87.600.000 juta Dolar, yang meliputi pendidikan, kesehatan, dan membersihkan program air. Sebuah inisiatif bantuan utama AS selama enam tahun, sebesar 157.000.000 juta Dolar, diberikan kepada sektor pendidikan yang dimulai pada 2004. Bantuan terbesar kedua adalah program perdamaian dan keamanan, tercatat 41.700.000 juta Dolar untuk tahun 2008 bagi militer dan polisi Indonesia untuk melawan terorisme, proliferasi senjata tempur dan kejahatan lintas negara lainnya, memantau perairan strategis, dan bekerja sama dengan angkatan bersenjata Amerika Serikat.18

6. Kesimpulan dan saran

Dalam dunia internasional, teorisme merupakan termasuk kedalam isu-isu kontemporer. Karena aksi-aksi terorisme ini bisa dikatakan baru dalam artian lebih menggemparkan disbanding aksi-aksi sebelumnya. Setelah peristiwa 911 inilah terorisme mulai dikenal dan menjadi sebuah kajian baru dalam ilmu hubungan internasional dan juga menjadi focus baru bagi para perumus kebijakan internasional dalam politik internasional.

Aksi terorisme ini bukanlah semata-mata aksi tanpa tujuan yang jelas, anarki, dan tidak terorganisir, melainkan organisasi teroris ini adalah organisasi yang memiliki tujuan yang sangat                                                                                                                

17 Thomas Lum, U.S. Foreign Aid to East and South Asia: Selected Recipients.CRS Report for Congress, CRS Press, 2008. hlm 18

(20)

jelas mesipun kita tidak pernah mengetahui secara pasti, dan sangat terorganisir dengan baik. Karena memang organisasi teroris ini bukanlah main-main. Dana yang digunakan untuk kegiatan terorisme ini tidaklah sedikit. Oleh karena itu, hal ini menjadi isu yang memerlukan perhatian lebih dan tindak lanjut untuk segera dihentikan.

Bagi Amerika Serikat, Indonesia menjadi sebuah negara yang penting untuk menjadi partner kerjasama War On Terror. Demikian pentingnya Indonesia bagi Amerika Serikat dikarenakan letak strategis Indonesia ditambah dengan komposisi penduduknya yang dianggap memiliki potensi untuk melahirkan jaringan terorisme. Oleh karen itu juga, Indonesia menjadi indikator penting bagi pencegahan terorisme di Asia Tenggara dan dengan adanya isu terorisme tersebut, hal itu jug membuka jalan baru bagi kerjasama Amerika Serikat dan Indonesia yang lebih baik.

Terorisme memang bukan hanya sekedar motif politik atau ekonomi saja melainkan keduanya. Munculnya kajian tentang konsepsi perang baru menjadikan isu-isu tentang pertahanan sangat strategis karena memiliki korelasi dengan beragam permasalahan mengkar lainnya. Contohnya seperti di Indonesia yang mana kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat mengakar dari dulu hingga saat ini. Berbagai program penanganan untuk memberantas kemiskinan kerap kali hanya menjadi proyek korupsi orang-orang pemerintah dan elit tertentu sehingga kemiskinan sejatinya tidak dapat diberantas hingga menyeluruh yang kemudian menimbulkan permasalahan baru hingga menjadi fenomena tersendiri bagi kajian strategis di Indonesia.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Robert, Jackson & Sorensen, George, Pengantar studi hubungan internasional, Pustaka belajar,Yogyakarta, 2005.

Mansbach, W. Richard & Rafferty. L. Kirsten. Pengantar politik global, nusa media, Bandung. 2012.

Winarno, Budy. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: Caps. 2011.

Eby Hara, Abubakar. Pengantar Analisis Politik Luar Negeri Dari Realisme Sampai Konstruktivisme. Bandung: Nuansa. 2011.

Nazir, Mohhamad. Metode penelitian sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia.1988.

Lum, Thomas. U.S. Foreign Aid to East and South Asia: Selected Recipients.CRS Report for Congress, CRS Press, 2008.

Sens, Allen dan Peter Stoett, Global Politics: Origins, Currents, Directions, (2010), USA: Nelson Education Ltd.

Website:

Sarah Nuraini Siregar. Relasi TNI-Polri dalam Penanganan Terorisme Era Megawati. Hal 271 diakses dari elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../8506.pdf diakses tanggal 28 Juni 2014 pukul 19.45 WIB

(22)

“ Densus 88 Tidak Sekadar Menangkap Teroris

“http://news.detik.com/read/2010/09/27/144805/1449525/159/densus-88-tidak-sekadar-menangkap-teroris, diakses pada 28 Juni 2014 pada pukul 01.58 WIB

Ramadhian Fadhillah. 2011.

http://www.detiknews.com/read/2011/09/28/020412/1731905/10/densus-88-diminta-tak-merasa-paling-jagoan diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 01.58 WIB.

Indonesia – USA Relationship Fluctuation, diakses melalui, http://andraina_af-

fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-90958-

SSI%20II%20%20Indonesian%20Foreign%20Policy-IndonesiaUSA%20Relationship%20Fluctuation.html pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 01.46 WIB.

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/en/columns/keamanan/510-tentara-vs-teroris, ditulis oleh MUHAMADHARIPIN, DIAKSES PADA 27 DESEMBER 2012 PADA PUKUL 17.55 WIB

http://www.tribunnews.com/2011/05/07/kerjasama-penanganan-terorisme-asean-paling-nyata, diakses pada 27 Desember 2012 pada pukul 18.17 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2010/09/22/18360247/function.simplexml-load-file, diakes pada 29 Desember 2012 pada pukul 12.40 WIB

Densus 88 Tidak Sekadar Menangkap Teroris

“http://news.detik.com/read/2010/09/27/144805/1449525/159/densus-88-tidak-sekadar-menangkap-teroris, diakses pada 25 Desember 2012 pada pukul 16.11 WIB

(23)

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/en/columns/keamanan/510-tentara-vs-teroris, ditulis oleh MUHAMADHARIPIN, DIAKSES PADA 27 DESEMBER 2012 PADA PUKUL 17.55 WIB

http://www.tribunnews.com/2011/05/07/kerjasama-penanganan-terorisme-asean-paling-nyata, diakses pada 27 Desember 2012 pada pukul 18.17 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2010/09/22/18360247/function.simplexml-load-file, diakes pada 29 Desember 2012 pada pukul 12.40 WIB

http://etan.org/news/2007/milglossarybh.htm diakses pada 3 july 2014 pada pukul 15.16 WIB http://www.state.gov/documents/organization/28971.pdf  

Referensi

Dokumen terkait

Honorarium Tim/ Pelaksana Kegiatan diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil/Non Pegawai Negeri yang diberikan tugas untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan Surat Keputusan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. APBN merupakan suatu sistem akuntansi yang menggambarkan seluruh penerimaan

suku cadang kelas A sebesar Rp 206,657,743.73. Sedangkan total biaya persediaan usulan dengan model periodic review untuk 5 item suku cadang kelas A sebesar Rp 125,535,907.12.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori

Tujuan penelitian adalah membuktikan bahwa susu kuda Sumbawa terfermentasi dapat meningkatkan potensi protein adhesi subunit pili berat molekul 37,8 kDa V.cholerae 01 yang

“ Cognitive Apprenticedship dan Scaffolding Dalam Pendekatan Konstruktivis Dipadukan dengan Model Pengajaran Langsung Pada Mata Kuliah PPL I di Program Studi Pendidikan

localized, fully distributed energy-aware routing algorithm. It works with the assumption that a source node has the location information of its neighbors and the

Bagi menilai keberkesanan keseluruhan program dakwah yang telah dijalankan oleh SPI JPS terhadap guru Pendidikan Islam, dapatan kajian menunjukkan daripada seramai 242