• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI Definisi Redevelopment Definisi Waterfront Jenis-Jenis Waterfront

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI Definisi Redevelopment Definisi Waterfront Jenis-Jenis Waterfront"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 DefinisiRedevelopment

Pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulumelakukan pembongkaran sarana dan prasarana pada sebagian atau seluruhkawasan tersebut yang telah dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagikehadirannya. Biasanya, dalam kegiatan ini terjadi perubahan secarastruktural terhadap peruntukan lahan, profil sosial ekonomi, serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yangmengatur intensitas pembangunanbaru.

2.2 DefinisiWaterfront

Pengertian waterfrontdalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah di tepi laut,bagian kota yang berbatasan dengan air atau daerah pelabuhan (Echols, 2003). Sedangkan,urbanwaterfrontmempunyai arti suatu lingkungan perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayahperairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983). Dari keduapengertian tersebut maka definisi waterfrontadalah suatu daerah atau area yang terletak didekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan danaktivitas pada area pertemuan tersebut.

Jenis-Jenis Waterfront

Berdasarkan tipe proyeknya, waterfrontdapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu konservasi,pembangunan kembali (redevelopment), dan pengembangan (development).Konservasi adalahpenataan waterfrontkuno atau lama yang masih ada

sampai saat ini dan menjaganya agar tetapdinikmati

masyarakat.Redevelopmentadalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsiwaterfrontlama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah ataumembangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada.Development adalah usaha menciptakan waterfrontyang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.Berdasarkan fungsinya, waterfrontdapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu mixed-used waterfront,recreational waterfront, residential waterfront, dan working waterfront(Breen, 1996).Mixed-usedwaterfrontadalah waterfrontyang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran,pasar, rumah sakit, dan

(2)

tempat-tempat kebudayaanRecreational waterfrontadalah semuakawasan waterfrontyang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, sepertitaman, arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar.Residential waterfrontadalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir perairan dengan fasilitas hidup bagi penghuninya.Working waterfrontadalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi fungsipelabuhan.

Dan dalam karya tulis ini terfokus pada pembangunan Residential waterfront Aspek Perencanaan Waterfront

Dalam perencanaan waterfrontada 3 aspek yang dominan, yaitu aspek arsitektural, aspek teknik, dan aspek sosial budaya.Aspek arsitektural berkaitan dengan pembentukan citra (image)dari kawasan waterfrontdan bagaimana menciptakan kawasan waterfrontyang memenuhi nilai-nilaiestetika.Aspek keteknikan berkaitan terutama dalam perencanaan struktur dan teknologi konstruksiyang dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan rancangan waterfront, seperti stabilisasiperairan, banjir, korosi, erosi, kondisi alam setempat, dan sebagainya.Aspek sosial budaya bertujuanuntuk peningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasanwaterfronttersebut.

2.3 Rumah Susun Pengertian Rumah Susun

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan rumah susun adalah :

1) Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman.

2) Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem

pelayanan pengelolaan.

3) Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

(3)

Sehingga dapat disimpulkan, rumah susun dapat diartikan sebagai suatu bangunan gedung bertingkat yang memiliki sistem kepemilikan perseorangan dengan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian, untuk mewadahi fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana.

Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas kampung asalnya.Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kumuh itu sendiri yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah.Mereka diprioritaskan untuk dapat membeli atau menyewa rumah susun tersebut secara kredit atau angsuran ringan (Peraturan Pemerintah RI No 4/1988).

Karakteristik Rumah Susun

Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik rumah susun di Indonesia memiliki ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11) :

1) Satuan Rumah Susun

• Mempunyai ukuran standar minimum 18 m2, lebar muka minimal 3 meter. • Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang

penunjang) di dalam atau diluar ruang utama.

• Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran dan kemudahan, serta penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air.

• Batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup dan/atau sebagian terbuka atau ruang terbuka.

2) Benda Bersama

Benda bersama dapat berupa prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan. 3) Bagian Bersama

Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur, dan kelengkapan rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu dengan bangunan rumah susun.

4) Prasarana Lingkungan

Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah, sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi lainnya.

(4)

5) Fasilitas Lingkungan

Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan, pelayanan umum, serta pertanaman.

Menurut Yudohusodo dalam Audy (2008 : 9), rumah susun memiliki karakteristik yang berbeda dengan hunian horizontal. Rumah susun mengandung dualism sistem kepemilikan, yaitu kepemilikan seorangan dan bersama baik dalam bentuk ruang maupun benda.Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang dikenal dengan istilah condominium. Sistem ini diwajibkan untuk mengadakan pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan sebagai penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan.

Tipe unit rumah susun juga beragam.Kisaran luas unit rumah susun pada umumnya minimal 18m2 dan paling besar adalah 50 m2.

Tipe Unit Fasilitas

Tipe 18 m2 Tipe 21 m2 Tipe 24 m2

Tipe ini biasanya untuk keluarga muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga

- 1 kamar tidur - ruang tamu/keluarga - kamar mandi - dapur/pantry Tipe 30 m2 Tipe 36 m2 Tipe 42 m2 Tipe 50 m2

Tipe ini untuk keluarga yang sudah memiliki anak

- 2 kamar tidur

- ruang tamu / keluarga - kamar mandi / WC - dapur / pantry - ruang makan

Sesuai dengan jumlah pemukim maka tipe yang akan lebih banyak adalah tipe 24 bagi keluarga muda dan tipe 50 untuk keluarga yang lebih besar. Dan dalam

Tabel 2. Tipe Unit Rumah Susun

(5)

perkembangan nanti dalam penghuni yang dimana luasan unit menjadi lebih kecil maka pertumbuhan tersebut harus di tunjang dengan unit lain. Dalam kata lain keluar dari unit yang lama ke unit yang baru.

Fasilitas Rumah Susun

Rumah susun merupakan hunian vertikal yang menjadi tempat tinggal bagi sejumlah penduduk yang menjadi penghuninya, sehingga terdapat fasilitas-fasilitas tertentu yang disediakan guna menunjang kehidupan penghuni didalamnya. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7013-3004) mengenai Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, rumah susun haruslah memiliki fasilitas lingkungan, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapanagan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan rumah susun atau sesuai rencana tata ruang kota).

Fasilitas lingkungan rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut menurut Standar Nasional Indonesia adalah :

1) Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat

2) Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan gaya hidup di rumah susun

3) Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu

4) Menunjang fungsi-fungsi aktivitas penghuni yang paling pokok bagi dan segi besaran sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada

5) Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya.

Tentunya, pelayanan sarana dan prasarana harus memenuhi kebutuhan penghuni.Dalam hal ini apabila fasilitas lingkungan masih dapat dilayani oleh fasilitas yang berada diluar lingkungan rumah susun, maka pemenuhan kebutuhan jenis dan jumlah fasilitas lingkungan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Perancangan Fasilitas Lingkungan

Dalam melakukan perancangan fasilitas lingkungan pada rumah susun sederhana, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan guna memenuhi kebutuhan penghuni. Hal

(6)

ini telah dijelaskan pula dalam Standar Nasional Indonesia, yaitu bahwa fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan rumah susun harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut :

1) Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan

2) Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 (tiga) bangunan rumah susun.

Atas ketentuan tersebut maka luasan lahan yang digunakan untuk fasilitas lingkungan rumah susun harus diperhatikan. Luas lahan yang diperuntukan sebagai fasilitas lingkungan harus memenuhi ketentuan :

1) Luas lahan untuk fasilitas rumah susun seluas-luasnya 30% dari luas seluruhnya

2) Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai penghijauan, tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga seluas-luasnya 20% dari luas lahan fasilitas lingkungan rumah susun

No Jenis Peruntukan

Luas Lahan Maksimum

(%) Minimum (%)

1 Bangunan untuk hunian 50 -

2 Banguanan fasilitas 10 -

3 Ruang Terbuka - 20

4 Prasarana Lingkungan - 20

Jenis Fasilitas Lingkungan

Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan fasilitas lingkungan yang dapat berupa ruang atau bangunan.Jenis fasilitas lingkungan yang pokok berada di lingkungan rumah susun ada 6 (enam) jenis seperti yang tertera pada tabel.

Tabel 4. Fasilitas Lingkungan Rumah Susun

No. Jenis Fasilitas

Lingkungan Fasilitas Yang Tersedia

1 Fasilitas niaga

- Warung

- Toko-toko perusahaan dan dagang

sumber : Standar Nasional Indonesia (2003)

(7)

- Pusat perbelanjaan

2 Fasilitas pendidikan

- Ruang belajar untuk pra belajar

- Ruang belajar untuk sekolah dasar

- Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat pertama

- Ruang belajar untuk sekolah menengah umum

3 Fasilitas kesehatan

- Posyandu

- Balai pengobatan - BKIA dan ruamah bersalin

- Puskesmas

- Praktek dokter

- Apotek

4 Fasilitas peribadatan - Musola - Masjid kecil

5 Fasilitas pelayanan umum

- Kantor RT

- Kantor/balai RW - Post hansip/siskamling - Pos polisi

- Telepon umum - Gedung serba guna - Ruang duka

- Kotak Surat

6 Ruang terbuka

- Taman

- Tempat bermain - Lapangan olah raga - Peralatan usaha - Sirkulasi

(8)

Perumahan

Tumbuhnya perumahan di daerah pusat kota sering menimbulkan berbagaimasalah, terutama terbentuknya permukiman kumuh (slum) dan permukiman liar (squatter),mengingat fungsi, dimensi, kualitas dan karakteristik rumah yang di bangun oleh penghuninya di lapangan cukup bervariasi.

Sehingga beberapa ahli dan pemerintahmendefinisikan rumah dalam berbagai dimensi. Menurut pandangan John F.C. Turner (1972), pengertian tentang perumahan ada dua,yaitu sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda perumahan dapat diartikansebagai sebuah komoditi atau produk, sedangkan sebagai kata kerja perumahan berartisebagai suatu proses atau aktivitas. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Johan Silas(1993), rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman dan bukan semata-mata hasil fisikyang sekali jadi. Perumahan bukan (kata) benda melainkan merupakan suatu (kata) kerjayang berupa proses berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.Perumahan lebih dari hanya sebagai hunian, terutama berkaitan dengan parapenghuninya.

Konsep perumahan seharusnya selalu satu, utuh dan imbang antara manusia,r umah, dengan alam sekitarnya.Perumahan bukan rumah karena tidak dapat berdiri sendiri.Sedang menurut Amos Rapoport (1969), rumah diartikan sebagai suatu lembaga,dan bukannya hanya sebagai struktur, yang dibuat untuk berbagai tujuan yang kompleks dankarena membangun suatu rumah merupakan gejala budaya maka bentuk dan dipengaruhi budaya lingkungan di mana bangunan itu berada. Dalam hal bentuk,rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik dan faktor tunggal lainnya, tetapimerupakan konsekuensi dari cakupan faktor-faktor budaya yang terlihat dalam pengertianyang luas.Bentuk rumah dapat berubah menurut kondisi iklim, metode konstruksi, materialyang tersedia dan teknologi.

Dalam suatu permukiman rumah tidak hanya dipengaruhi oleh factorfisik semata atau dipengaruhi oleh faktor yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan akibatdari keseluruhan faktor sosio kultural yang dapat dilihat dari pola-polanya secara luas.Lingkungan yang terbentuk akan mencoba mencerminkan kekuatan-kekuatan sosio kultural termasuk kepercayaan, hubungan kekerabatan, organisasi sosial, cara hidup dan hubungansosial antar individu. Contoh kampung yang ada di

(9)

bali, perumahan disana memiliki karakteristik yang mirip. Dengan kultural yang sama.

Sesuai dengan Undang-Undang nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan danPermukiman, yang dimaksud dengan :

1. “Rumah” adalah bangunan yang berfungsi sebagaitempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaankeluarga,

2. “Perumahan” adalah kelompokrumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yangdilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan, dan

3. “Permukiman” adalah bagian darilingkungan hidup di luar kawasan lindung,

baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dantempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Dilandasi oleh pendapat tiga ahli di atas dan kriteria yang ditetapkan olehPemerintah diatas, dapat dikatakan bahwa permukiman kumuh (slum) dan permukiman liar(squatter) seharusnya tidak hanya ditinjau dari sisi aspek fisik lingkungan permukiman saja,namun harus ditinjau pula dari aspek non-fisik lingkungan permukiman.Dari aspek fisik lingkungan permukiman, kondisi perumahan dan permukiman yangkumuh cenderung dikaitkan dengan kelayakan kualitasnya, penanganan terkait dengan hal iniakan didasarkan pada konsep yang telah ditetapakan oleh beberapa lembaga internasional dan pendapat ahli terkait diantaranya :

a. Konsep “rumah layak” menurut ECOSOC PBB pada keputusan Sidang Umum PBB no. 4tahun 1991, adalah :

1. Jaminan kepemilikan yang dilindungi hukum, 2. Ketersediaanservice, bahan, fasilitas dan prasarana, 3. Kemampuan beli dari masyarakat,

4. Layak hunian atau habitable, 5. Dapat dicapai oleh siapa saja,

6. Lokasinya yang mendukung bagikehidupan dan

7. Kelayakan budaya, termasuk menjalankan keyakinan yang luas b. The Habitat Agenda yang dihasilkan pada KTT Habitat II di

Istanbul mendifinisikanbahwa “Rumah Layak” terkait dengan : 1. kelayakan privacy,

(10)

2. ruang,

3. pencapaian atauakses fisik, 4. keamanan,

5. kepemilikan,

6. kestabilan dan ketahanan struktur bangunan, 7. kecukupan penerangan,

8. pemanasan (pendinginan bagi kita), ventilasi, dan PSD (Prasarana dan Sarana Dasar)seperti ketersediaan air minum, sanitasi dan pengelolaan air buangan.

c. Definisi “rumah layak” layak sebagaimana ketetapan PBB : 12/1988 pada forum GlobalStrategy for Shelter to the year 2000 (GSS 2000), yaitu :

1. Kelayakan privacy, 2. Kelayakanruang, 3. Kelayakan sekuriti,

4. Kelayakan penerangan dan ventilasi,

5. Kelayakan PSD (Prasarana dan Sarana Dasar ),

6. Kedekatannya terhadap berbagai sarana dasar, dan Semua dalam batas ideal. Pemilihan lahan untuk tapak dalam pembangunan berada di kawasan Jakarta pusat Roxy,dimana kawasan ini sudah menjadi daerah yang padat akan penduduk dan terdapat sungai yang besar seperti Ciliwung yang melintas di kawasan tersebut.Dan kebutuhan akan tempat yang bisa menjadi kawasan yang berpotensi menjadi kawasan tempat tinggal yang berbau bisnis dan rekreasi kota waterfront.Karena adanya pula Roxy Mas dan Roxy Square yang dapat mendukung bahwa kawasan ini bisa menjadi kawasan bisnis.

(11)

Gambar 3 Peta Jakarta dan Lokasi

Kawasan berada di perbatasan Jakarta Barat dan Pusat.Bertepatan di jalan Kyai Tapa.

2.4 Studi Banding Boat Quay di Singapura Latar belakang

WhiIe Singapore River telah menjadi pusat pembangunan kota sejak abad ke-19, daerah dikenal sebagai Boat Quay, yang merupakan pemukiman linier 2 sampai 3 lantai ruko sepanjang sungai. Namun, secara bertahap berkurang di daerah dan kehilangan nya karakteristik.

Usul

Sebuah skema untuk mempertahankan bangunan yang ada danmengembangkan kembali Boat Quay sebagai budaya lokal dan kompleks rekreasi.Motivasinya adalah untuk menjamin penyediaan untuk pengaturan yang sesuai untuk kegiatan tradisional sehingga memperkuat identitas sosial dari orang tersebut.Proposal tersebut mencakup renovasi dan konversi ruko ke restaurant, foodstalls.Perdagangan tradisional dan toko-toko kerajinan, dll.Promenadeakanpedestrainised dan relandscaped untuk mengumpulkan, festival, dan lainnya sosial atau budaya kesempatan.

Konsep

o Pelestarian Architectureyang ada dan Memberikan titik penting daya tarik wisata o Buat pengaturan untuk dipilih living tradisional kegiatan

(12)

o Pembuktian kemampuan ekonomi konservasi tanpa subsidi pemerintah

Gambar 4 Boat Quay di Singapura

Sumber : Jurnal Revitalization of Sai Kung Town, diakses Tanggal 20 Maret 2013

Pier 39, Port of San Francisco Latar Belakang

San Francisco, resort wisata dan pusat komersial dari pantai barat Amerika Serikat, adalah salah satu yang paling menarik Kota-kota di Amerika Serikat. Banyak pengunjung datang ke kota baik untuk wisata dan bisnis.

Usul

Pier 39, dibuka oleh pengembang swasta pada tahun 1987, Bentuk konglomerat fasilitas komersial dibuka di dermaga tua yang direnovasi. Ini mencakup l8 ha termasuk terhubung tempat dan rumah-rumah, restoran, 120 toko-toko khusus, fasilitas bermain, sebuah tempat berlabuh kapal kecil dengan 360 tempat, tempat parkir untuk 1000 mobil, dan tepi sebuah Taman memperluas lebih dari 21.050 sq.m. Konsep

Atap yang konteks, penggunaan kayu tua, dan kayu deck pejalan kaki diaspal berfungsi untuk memberikan suasana sebuah pelabuhan tua, sangat berbeda dari daerah komersial pusat kota. Susunan linear menggunakan fitur dermaga untuk keuntungan yang terbaik dan memungkinkan paparan maksimum untuk laut.

(13)

The River Arno Latar Belakang

Secara tradisional, sungai Arno di Florence menyediakan ruang untuk kegiatan rekreasi, seperti berjalan, memancing, berlayar, dll untuk orang-orang yang bertindak sebagai cara alternatif hidup dari ramai kota pusat.

Usul

Proyek ini merupakan penciptaan kembali taman linier sepanjang sungai bank. kegiatan ini dari berbagai jenis, seperti warung, kafe, bar, dan fasilitas hiburan dipromosikan di sepanjang ruang. Skema ini meliputi dari bank, rakit mengambang di tepi, adopsi tenda, kanopi dan kaca untuk menarik penggunaan tempat.

Konsep

Penekanan dari kedekatan antara masyarakat dan air dapat mendorong apresiasi air ruang dan pemandangan yang juga merupakan isu penting yang harus menjadi titik fokus dalam kasus StanJey. Pengalaman yang kaya di sepanjang tepi air juga berlaku untuk kasus Stanley

Gambar 6The River Arno

Kesimpulan Studi Banding

Dari beberapa studi banding yang ditemukan yang berasal dari beberapa Negara, dapat disimpulkan bahwa dalam mendesain sebuah kawasan tepian memerlukan sebuah kepekaan yang lebih terutama wilayah perairan cenderung mengarah kepada kawasan yang sulit untuk ditata.Apabila penggunaan fungsi lahan digunakan dengan

(14)

tepat maka potensi yang besar justru terdapat pada kawasan tepian.Solusi desain yang biasa direncanakan biasanya dibuat tempat wisata ataupun tempat makan yang bersuasana tepian air dengan mempertahankan suasana yang dulunya ada. Berdasarkan perencanaannya dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar

Tabel 2.  Tipe Unit Rumah Susun
Tabel 4.  Fasilitas Lingkungan Rumah Susun
Gambar 3 Peta Jakarta dan Lokasi
Gambar 5 Port of San Francisco
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan substitusi labu kuning serta ikan gabus sebagai bahan baku utama dalam pembuatan MP-ASI bubur instan bagi PMT balita gizi kurang.. Labu

Dalam hal ini baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia yang dalam hal ini disebut sebagai Pemerintah,

Harga rapat arus kritis Jc bahan turun tajam dengan penambahan fasa Ti di dalam bahan YBCO, ini menunjukkan bahwa dengan penambahan unsur fasa Ti, menyebabkan

Dalam penelitian ini alat yang dirancang memanfaatkan sensor RFID dan modul GSM yang dikontrol oleh mikrokontroler Arduino sehingga dapat mengirimkan data

Mengikuti atau menghadiri kegiatan yang mengarah pada perbuatan menghina, menghasut, memprovokasi, dan membenci Pancasila, Undang- Undang Dasar Republik Indonesia

ditentukan dalam pengumuman. 3) Peserta sayembara dapat menyampaikan lebih dari 1 (satu) proposal.. 4) Dokumen proposal terdiri persyaratan administrasi, dan proposal teknis:.

Berdasarkan hasil jawaban responden dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Pembangunan Gemma Tapis Berseri di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung

5.. Bagian penagihan ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan setelah memperoleh informasi lengkap berkenaan pengiriman barang