• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 113/PUU-XIII/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 113/PUU-XIII/2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 113/PUU-XIII/2015

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

MENDENGARKAN KETERANGAN PRESIDEN DAN DPR

(III)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 113/PUU-XIII/2015 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan [Pasal 5 ayat (4)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Iwan Jaya

ACARA

Mendengarkan Keterangan Presiden dan DPR (III) Rabu, 28 Oktober 2015 Pukul 14.09 – 14.42 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Anwar Usman (Ketua)

2) I Gede Dewa Palguna (Anggota)

3) Manahan MP Sitompul (Anggota)

4) Maria Farida Indrati (Anggota)

5) Wahiduddin Adams (Anggota)

6) Suhartoyo (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon:

1. Heriyanto Citra Buana

2. Boy Tidarwarman Putra

B. Pemerintah: 1. Heru Pambudi 2. Nasrudin 3. Sugeng Aprianto 4. Susila Brata 5. Sulaiman 6. Zein Frimansyah 7. Heni Susila

(4)

1. KETUA: ANWAR USMAN

Sidang Perkara Nomor 113/PUU-XIII/2015 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Pemohon dipersilakan memperkenal diri.

2. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Baik. Terima kasih, Yang Mulia atas kesempatannya. Pada hari ini kami hadir selaku Pemohon … Kuasa dari Pemohon, saya sendiri Heriyano Citra Buana, rekan saya Boy Tidarwarman Putra. Terima kasih.

3. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, Terima kasih. Dari DPR ada surat berhalangan hadir karena ada acara yang tidak bisa ditunda. Dari Kuasa Presiden, silakan.

4. PEMERINTAH: NASRUDIN

Terima kasih, Yang Mulia. Hadir dari Pemerintah mewakili Presiden, Bapak Heru Pambudi (Direktur Jenderal Bea Cukai) yang sekaligus membacakan keterangan Presiden, saya sendiri Nasrudin, dan Pak Sugeng Aprianto, Pak Susila Brata, Pak Sulaiman, Pak Zein Frimansyah, dan Pak Heni Susila dari Kementrian Hukum dan HAM. Terima kasih, Yang Mulia.

5. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, terima kasih. Sebelum kita lebih lanjut, perlu disampaikan karena satu dan lain hal sidang ini hanya dihadiri oleh enam Hakim Konstitusi, ada acara yang tidak bisa ditunda. Apakah tidak keberatan?

6. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Kami tidak keberatan, Yang Mulia.

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.09 WIB

(5)

7. KETUA: ANWAR USMAN

Ya. Dari Kuasa Presiden? Ya, terima kasih. Karena dari DPR tidak hadir, sesuai dengan agenda persidangan hari ini adalah untuk mendengarkan keterangan DPR dan dari Kuasa Presiden. Silakan dari Kuasa Presiden untuk menyampaikan keterangan di podium.

8. PEMERINTAH: HERU PAMBUDI

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Izinkan, Yang Mulia Ketua Bapak dan Ibu Majelis Hakim kami bacakan keterangan Pemerintah.

Keterangan Presiden atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeaan terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jakarta, dengan hormat yang bertanda tangan di bawah ini.

1. Nama, Yasonna H. Laoly (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia).

2. Nama, Bambang Brojonegoro (Menteri Keuangan).

Dalam hal ini baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia yang dalam hal ini disebut sebagai Pemerintah, perkenankanlah kami menyampaikan keterangan Presiden baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan atas permohonan pengujian konstitusional review penjelsan dalam ketentuan pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan untuk selanjutnya disebut Undang-Undang Kepabeanan, terhadap ketentuan Pasal 23 ayat (1), Pasal 23A, Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dimohonkan oleh Iwan Jaya, S.H., M.M., selaku warga negara Indonesia yang dalam hal ini di wakili oleh Kuasa Hukumnya Heriyanto Citra Buana, S.H., dan Boy Tidarwarman Putra, S.H., untuk selanjutnya disebut Pemohon, sesuai registrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 113/PUU-XIII/2015 tanggal 30 September 2015 dengan perbaikan permohonan tertanggal 13 Oktober 2015.

Selanjutnya perkenankan Pemerintah menyampaikan keterangan atas permohonan pengujian Undang-Undang Kepabeanan sebagai berikut.

Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi.

1. Dalam permohonannya Pemohon mendalilkan kerugian hak

Konstitusionalnya disebabkan pada saat Pemohon menjabat sebagai Kepala Seksi Pabeanan dan Cukai KPPBC Entikong

(6)

masa September 2008 sampai Maret 2011, telah dituntut dengan dakwaan melakukan perbuatan melawan hukum karena melakukan pelayanan terhadap kegiatan impor di PPLB Entikong yang belum ditetapkan sebagai kawasan pabean oleh Menteri Keuangan, sebagaimana secara tidak tegas dalam penjelasan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang kepabeanan.

2. Bahwa Pemohon merasa dirugikan dengan ketentuan

penjelasan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) undang-undang a quo karena tidak mengatur secara tegas terkait kawasan pabean dan kantor pabean, serta adanya pemahaman hanya sebatas pada menetapkan adanya kawasan pabean dengan

mengesampingkan frasa dan menetapkan kantor pabean

sehingga hal tersebut menimbulkan multitafsir dan bertentangan dengan ketentuan Pasal 23 ayat (1), Pasal 23A, dan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

3. Bahwa menurut Pemohon kerugian hak konstitusional

Direkorat Jenderal Bea dan Cukai dan Kementerian Keuangan berpotensi lebih besar dialami apabila penjelasan dalam ketentuan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) undang-undang a quo ditafsirkan keberadaan kawasan pabean menjadi mutlak diperlukan untuk lalu lintas ekspor dan impor karena sampai dengan saat ini PPLB Entikong belum ada penetapan dari Menteri Keuangan sebagai kawasan pabean. Sehingga PPLB Entikong tidak boleh ada kegiatan impor dengan menggunakan PIB. Dengan demikian berdasarkan argument di atas, Pemohon merasa dirugikan hak konstitusionalnya dengan adanya penjelasan ketentuan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) dianggap bertentangan dengan Pasal 23 ayat (1), Pasal 23A, dan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Bahwa Pemohon pada pokoknya keberatan atas ketentuan yang terdapat pada penjelasan Pasal 5 ayat (3) dan penjelasan Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan. Selengkapnya bunyi pasal tersebut adalah … Yang Mulia Ketua dan Hakim jika diizinkan kami tidak akan membaca pasal-pasal yang dimaksud. Sehingga kami akan melanjutkan sampai dengan halaman 5. Terima kasih, Yang Mulia.

Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi, Kementerian Keuangan selaku kuasa bedahara umum negara melakukan pengelolaan keuangan negara di bidang lalu lintas barang masuk dan keluar wilayah Republik Indonesia dengan menunjuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai unsur pelaksana tugas pokok Kementerian Keuangan dalam bidang kepabeanan dan cukai. Selanjutnya dalam menjalankan tugasnya terhadap hak negara berwenang mengambil tindakan yang diperlukan terhadap barang sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 74

(7)

Undang-Undang Kepabeanan. Adapun Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai fungsi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Kepabeanan sebagai berikut. Selanjutnya kami juga mohon izin akan mempersingkat beberapa fungsi yang dimaksud. Terima kasih, Yang Mulia.

1. Fungsi dari direktorat bea dan cukai adalah sebagai thread fasilitor …

fasilitator atau pemberian fasilitas perdagangan.

2. Industrial assistance atau dukungan terhadap industri dalam negeri.

3. Revenue collector atau pemungutan penerimaan negara.

4. Community protector atau perlindungan kepada masyarakat, baik

masyarakat usaha maupun masyarakat umum.

Bahwa Undang-Undang Kepabeanan mengatur mengenai pemenuhan kewajiban pabean termasuk di dalamnya kewajiban atas pajak lalu lintas barang masuk dan keluar sesuai dengan amanat dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Oleh karenanya dibentuklah Undang-Undang Kepabeanan sebagai salah satu bagian dari pada sistem pengelolaan keuangan negara di Indonesia.

Bahwa seiring dengan perkembangan peraturan di bidang kepabeanan dan mengantisipasi adanya pelanggaran dalam bidang kepabeanan, peraturan kepabeanan yang telah ada semenjak diberlakukannya Indische Tariefwet atau Undang-Undang Tarif Indonesia Staatsblad 1873 Nomor 35 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1945 tentang Kepabeanan. Dengan adanya Undang-Undang Kepabeanan yang baru diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berfungsi sebagai fasilitator perdagangan harus dapat membuat suatu aturan hukum yang mampu mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat guna memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih baik dan lebih cepat.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut di atas, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memiliki instansi vertikal yang salah satunya adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Entikong yang merupakan kawasan … yang merupakan kantor pengawasan dan pelayanan tipe madya pabean c di bawah kantor wilayah DJBC Kalimantan Barat … ulangi, Kalimantan bagian barat yang terletak di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan bagian barat.

Kantor Entikong tersebut telah melakukan pelayanan kepabeanan kepada pengguna jasa berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan. Hal ini diperkuat dengan adanya Border Trade Agreement atau BTA tahun 1970 tentang Perjanjian Perdagangan Lintas Batas Antara Indonesia dan Malaysia yang menyatakan, “Masyarakat sekitar lintas batas bisa

(8)

berbelanja ke Malaysia maksimal 600 ringgit per orang per bulan dengan menggunakan Kartu Identitas Lintas Batas atau KILB.” Pelaksanaan pelayanan kepabeanan juga didukung dengan adanya peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 tahun … ulangi, tahun 1995 yang menyatakan pada intinya di Entikong terdapat dua jalur perdagangan, yaitu jalur perdagangan tradisional menggunakan kartu identitas lintas batas dan jalur perdagangan modern menggunakan tata niaga impor dan ekspor yang berlaku.

Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi. Bahwa Pemerintah

perlu menyampaikan keterkaitan kepentingan Pemohon dengan keberlakuan norma dari ketentuan quo karena menurut Pemerintah atas permasalahan yang dihadapi oleh Pemohon sejatinya bukanlah permasalahan konstitusionalitas norma hukum atau constitutional review. Melainkan masalah penerapan norma hukum yang sesungguhnya apa yang terjadi dalam perkara yang dihadapi oleh Pemohon adalah murni dari kewenangan penegak hukum yang mendasari dakwaanya bukan berdasarkan ketentuan Pasal 5 undang-undang a quo, namun didasarkan pada pasal-pasal yang terkait dengan tindak pidana yang didakwakan.

Berdasarkan uraian di atas, Pemerintah perlu mempertanyakan

kepentingan Pemohon, apakah sudah tepat sebagai pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangannya dirugikan atas keberlakuan penjelasan ketentuan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) undang-undang a quo? Juga apakah terhadap kerugian konstitusional Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus, dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi? Dan apakah ada hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian dan berlakunya undang-undang yang dimohonkan untuk diuji?

Oleh karena itu, Pemerintah berpendapat Pemohon dalam permohonan ini tidak memenuhi kualifikasi sebagai pihak yang memiliki kedudukan hukum atau legal standing, sehingga adalah tepat jika Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima atau NO.

Namun demikian Pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilainya apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) atau tidak? Dalam permohonan pengujian undang-undang a quo, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011, maupun putusan-putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu.

(9)

Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi. Sehubungan dengan materi permohonan yang diuji ... yang diajukan untuk diuji, perkenankanlah Pemerintah menyampaikan keterangan sebagai berikut.

Bahwa pengertian kawasan pabean, berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Sedangkan pengertian kantor pabean sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 4 adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean. Selanjutnya pengertian pos pengawasan pabean sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 5 adalah tempat yang digunakan oleh pejabat bea dan cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang impor dan ekspor.

Bahwa terkait dengan pengertian pemenuhan kewajiban pabean berdasarkan Pasal 1 angka 6, didefinisikan sebagai semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Kepabeanan. Kewajiban pabeanan tersebut dibagi dalam dua besaran, yaitu kewajiban yang bersifat administratif, dan kewajiban yang bersifat fisik.

Dasar pemenuhan kewajiban yang bersifat adminitratif adalah sebagai berikut.

a. Pemberitahuan pabean adalah kewajiban dalam bentuk administrasi

sebagaimana Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Kepabeanan, yaitu pemberitahuan pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang, dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam undang-undang ini, maksudnya dalam Undang-Undang Kepabeanan.

b. Pelayanan atas kewajiban yang bersifat administrasi berupa

penyampaian pemberitahuan pabean dilakukan di kantor pabean, sesuai Pasal 5A ayat (2) Undang-Undang Kepabeanan yang menyatakan bahwa pemberitahuan pabean disampaikan kepada pejabat bea dan cukai di kantor pabean atau tempat lain yang disamakan dengan kantor pabean.

Dasar pemenuhan kewajiban yang bersifat fisik adalah sebagai berikut. Berdasarkan Pasal 10A ayat (1) Undang-Undang Kepabeanan, “Barang impor yang diangkut sarana pengangkut sebagaimana dimaksud pada Pasal 7A ayat (1) wajib dibongkar di kawasan pabean atau dapat dibongkar di tempat lain setelah mendapatkan izin dari kepala kantor pabean.” Bahwa keberadaan kawasan pabean dalam pemenuhan kewajiban pabean tidak mutlak ada, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10A ayat (1) tersebut di atas, yang memuat frasa tempat lain, yang mengandung arti terdapat tempat lain untuk dilakukan pemenuhan kewajiban pabean.

(10)

Undang-Undang Kapabeanan juga mengatur tentang jenis pemeriksaan pabean yang meliputi pemeriksaan dokumen, atau administrasi dan pemeriksaan fisik sebagaiaman Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Kepabeanan, yaitu pemeriksaan pabean sebagaiamana yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik barang. Dengan demikian berdasarkan sifat pemenuhan kewajiban pabean, fungsi kantor pabean adalah dalam rangka pemenuhan kewajiban yang bersifat administartif, sedangkan fungsi kawasan pabean atau tempat lain adalah dalam rangka pemenuhan kewajiban yang bersifat fisik.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Kepabeanan yang menyatakan, “Pemenuhan kewajiban pabean dilakukan di kantor pabean atau tempat lain yang disamakan dengan kantor pabean dengan menggunakan pemberitahuan pabean.” Adapun berdasarkan penjelasan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Kepabeanan menyatakan, “Untuk keperluan pelayanan, pengawasan, kelancaran lalu lintas barang, dan ketertiban bongkar muat barang serta pengamanan keuangan negara undang-undang ini menetapkan adanya kawasan pabean di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan menetapkan adanya kantor pabean.”

Penunjukan pos pengawasan pabean dimaksudkan untuk tempat pejabat bea dan cukai melakukan pengawasan, pos tersebut merupakan bagian dari kantor pabean dan di tempat tersebut tidak dapat dipenuhi kewajiban pabean.

Berdasarkan ketentuan di atas, pemenuhan kewajiban pabean ada di kantor pabean. Oleh karena itu, dalam rangka pemenuhan kewajiban pabean tersebut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menetapkan adanya kantor pabean. Dalam hal ini adalah kantor pengawasan dan pelayanan bea dan cukai. Sedangkan keberadaan kawasan pabean atau tempat lain dan pos pengawasan pabean merupakan pendukung dalam proses pemenuhan kewajiban pabean.

Dengan penjelasan tersebut di atas, menurut Pemerintah ketentuan a quo jelas tidak multi tafsir karena baik dari substansi maupun penjelasannya sudah menunjukan secara tegas bahwa pemenuhan kewajiban pabean adalah di kantor pabean.

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim Konstitusi yang kami hormati. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas disimpulkan bahwa dalam proses impor dan ekspor syarat utama dalam pemenuhan kewajiban pabean adalah kantor pabean. Sedangkan kawasan pabean merupakan kelengkapan dalam memudahkan pelayanan dan pengawasan yang tidak mutlak ada dalam pemenuhan kewajiban pabean.

Sebagaimana dengan petitum Pemohon yang menyatakan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) undang-undang a quo tetap berlaku dan

(11)

mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan tafsir konstitusional terhadap penjelasan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) undang-undang a quo

dengan menyatakan konstitusional bersyarat (conditionally

constitutional) pada masing-masing penjelasan ayatnya, Pemerintah berpendapat bahwa.

Satu. Berdasarkan teknik penyusunan dalam lampiran II butir 176 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk peraturan perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh.

Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat, atau padanan kata, atau istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.

Selanjutnya dalam lampiran II butir 117 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang menyatakan penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma.

Dua. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 46/PUU-XII/2014 yang berpendapat sebagai berikut.

Dari sisi pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, penjelasan pasal seharusnya tidak memuat norma karena penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk peraturan perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh.

Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau padanan kata, atau istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh.

Dengan demikian berdasarkan ketentuan di atas terhadap petitum Pemohon menurut Pemerintah bukan menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk dapat mengubah penjelasan dalam ketentuan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) undang-undang a quo, sesuai dengan permintaan Pemohon. Hal ini didasarkan kepada persyaratan dalam ketentuan Pasal 51 undang ... ayat (3) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan, “Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon wajib menguraikan dengan jelas materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Tiga. ketentuan penjelasan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan justru sejalan dan tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 23 ayat (1), Pasal 23A, dan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Oleh karena itu, Pemerintah tidak sependapat dengan Pemohon untuk mengubah atau menambahkan penjelasan Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Kepabeanan

(12)

karena penjelasan pasal tersebut sudah jelas. Sedangkan masalah yang dihadapi oleh Pemohon sejatinya bukanlah permasalahan konstitusional norma hukum, melainkan masalah implementasi norma hukum atau permasalahan hukum pidana yang dialami oleh Pemohon. Namun demikian, apabila Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain, mohon putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia diucapkan terima kasih.

Jakarta, 28 Oktober, Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Yasonna H. Laoly), Menteri Keuangan (Bambang Brodjonegoro).

Demikian penjelasan yang dapat kami sampaikan, terima kasih, Yang Mulia Majelis Hakim. Assalamualaikum wr. wb.

9. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, terima kasih. Dari meja Hakim mungkin ada hal-hal yang ingin didalami? Ini keterangan tertulis ini belum ditandatangan ini oleh Pak Menteri, yang asli.

10. PEMERINTAH: NASRUDIN

Nanti kita susulkan, Yang Mulia.

11. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, nanti ya diselesaikan dengan Kepaniteraan. Jadi karena tidak ada hal-hal yang perlu didalami lebih lanjut. Dari Pemohon, apakah akan mengajukan ahli atau saksi?

12. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Terima kasih, Yang Mulia. Sebelumnya, apakah dimungkinkan untuk kami juga menanggapi atau menanyakan (...)

13. KETUA: ANWAR USMAN

Oh, enggak boleh. Sudah jelas (...)

14. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Kami akan mengajukan dua ahli karena terkait juga dengan saksi fakta yang kami ajukan, kami sudah mengirim surat kepada Dirjen Bea dan Cukai. Dalam kesempatan ini kami juga ingin menanyakan terhadap

(13)

surat yang kami ajukan terhadap saksi fakta yang notebene itu adalah bagian dari Dirjen Bea dan Cukai, apakah di ... apa ... belum dijawab hingga saat ini, begitu. Jadi kalau memang dijawab, ada daftar untuk saksi fakta dan ahli buat kami, Yang Mulia. Untuk ahli kami sudah ada dua, hanya saja untuk saksi kami menunggu jawaban dari pihak Bea dan Cukai, begitu.

15. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, nanti dari Pemohon ... jadi saksi itu dari ... saksi kebetulan pegawai, begitu ya?

16. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Betul, Yang Mulia. Karena saksi fakta.

17. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, nanti Pemohonlah yang menghadirkan, ya, bagaimana berkomunikasi.

18. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Barangkali kalau mungkin bisa di forum yang mulia ini untuk dirjen bisa menyampaikan itu, apakah atas permohonan kami dikabulkan atau ditolak, begitu? Karena nanti kami pun sudah menyiapkan rekaman, begitu, jika memang ditolak.

19. KETUA: ANWAR USMAN

Sudah kirim surat?

20. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Sudah, Yang Mulia.

21. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, silakan kalau mau ditanggapi Pak Dirjen. Apakah sudah terima surat yang dimaksud dan bagaimana perkembangannya?

22. PEMERINTAH: NASRUDIN

Terima kasih, Yang Mulia. Menurut informasi dari Pak Dirjen suratnya belum diterima. Terima kasih.

(14)

23. KETUA: ANWAR USMAN

Jadi itu belum diterima, ya. Mungkin masih di tingkat bawah atau bagaimana. Ya, silakan.

24. PEMERINTAH: HERU PAMBUDI

Mohon izin, Yang Mulia. Yang kami dapat informasi bahwa surat tersebut dikirim ke pusdiklat bea dan cukai, namun dapat kami sampaikan bahwa pusdiklat bea dan cukai adalah organisasi di luar Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dia berada di bawah PBBK sehingga tentunya secara formil kami tidak pernah menerima surat itu. Demikian, Yang Mulia.

25. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Mohon koreksi, bisa saya koreksi, Yang Mulia. Ada dua surat yang kami ajukan. Pertama ahli yang memang betul kami ajukan kepada pusdiklat, tapi untuk saksi fakta karena kami sadar ini ada di bawah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, maka kami kirimkan langsung kepada Direktorat Bea dan Cukai, jadi bukan kepada pusdiklat.

26. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, bagaimana?

27. PEMERINTAH: HERU PAMBUDI

Mohon izin, Yang Mulia. Informasi dari bagian administrasi ini belum kami terima, Yang Mulia.

28. KETUA: ANWAR USMAN

Itu jawabannya, ya. Tadi pun yang di ... untuk pusdiklat itu hanya baru berita, belum Saudara lihat sendiri ya, dari dirjen belum lihat sendiri. Jadi bagitu jawabannya.

29. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

(15)

30. KETUA: ANWAR USMAN

Baik, kalau begitu sidang ini ditunda hari Senin, tanggal 9 November 2015, jam 11.00 WIB untuk mendengarkan ketarangan DPR dan ahli dari Pemohon. Sudah cukup, ya?

31. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Yang Mulia, di kesempatan ini juga izinkan kami untuk menanyakan satu hal lagi. Sebagaimana di persidangan terdahulu, kami juga sudah menanyakan itu terkait dengan permohonan kami agar Pemohon yang saat ini berada di dalam Rumah Tahanan Pontianak untuk bisa hadir atau setidak-tidaknya, sekurang-kurangnya, bisa melalui teleconference dalam keterangan ahli, baik dari Pemohon maupun Pihak Terkait.

32. KETUA: ANWAR USMAN

Ini kan sidangnya sidang kaitannya dengan pengujian norma, jadi … sekarang ahlinya di mana?

33. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Ahli ada di Jakarta dan di Yogya. Yang kami inginkan untuk Pemohon, Yang Mulia, Prinsipal.

34. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Silakan.

35. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Saya adalah Panel yang memeriksa perkara ini, Saudara Pemohon, kebutuhan Anda untuk meminta agar Pemohon Prinsipal itu apa? Ini kan pengujian norma undang-undang.

36. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Baik. Karena nanti dalam keterangan ahli banyak hal nanti yang akan kami juga kupas dalam penerapan di (…)

37. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Kalau penerapan norma bukan kewenangan Mahkamah itu, itu Saudara sudah keliru itu kalau sudah begitu.

(16)

38. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Bukan, Yang Mulia, artinya ini sebagai apa … untuk memperluas apa namanya … pemahaman kita terkait norma tersebut. Kemudian ini kan ada … kami mengajukan pengujian ini adalah pengujian norma yang dikaitkan juga ada latar belakangnya, latar belakangnya itulah kemudian yang ingin kami juga berikan pandangannya.

39. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA

Betul, tetapi kan Saudara hendak menghadirkan Prinsipal itu apa? Kan Saudara sudah diberikan kuasa untuk menguji norma ini. Nanti kalau Saudara memeriksa sidang dari yang bersangkutan di peradilan umum (suara tidak terdengar jelas) kehadirannya itu. Ini soal norma yang Saudara ujikan, argumentasinya yang Saudara butuhkan adalah ahli. Yakinkan kami bahwa norma ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 bahwa ini persoalan penerapan norma. Itu yang mestinya Saudara pertimbangkan, bukan persoalan kehadiran Pemohon Prinsipal lalu menjadi penting untuk soal ini. Karena ini bukan ini … dan juga bukan constitutional complaint, kalau constitutional complaint mungkin penting karena itu berkaitan dengan apakah ketika undang-undang diterapkan ada pelanggaran apa tidak. Bukan itu kewenangan Mahkamah.

Jadi, menurut saya, tidak ada relevansinya Mahkamah untuk mendengarkan keterangan Prinsipal karena Saudara sudah mewakili ini karena ini (suara tidak terdengar jelas) undang-undang. Bapak yakin 9 Hakim Konstitusi saja lewat ahli yang Saudara ajukan. Terima kasih, Pak Ketua.

40. KETUA: ANWAR USMAN

Jadi, begitu, ya. Jadi ini kan kebetulan pernah diajukan waktu Sidang Panel, ya, Beliau juga anggota Panel, ya. Baik.

41. KUASA HUKUM PEMOHON: HERIYANTO CITRA BUANA

Terima kasih, Yang Mulia.

42. KETUA: ANWAR USMAN

Terima kasih kembali dan sekali lagi saya sampaikan, sidang ditunda hari Senin, tanggal 9 November 2015, jam 11.00 WIB.

(17)

Dengan demikian sidang selesai dan ditutup.

Jakarta, 28 Oktober 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004 SIDANG DITUTUP PUKUL 14.42 WIB

Referensi

Dokumen terkait

4) Banyaknya kunyahan makanan per menit pada masing-masing kelompok umur  Sedangkan untuk menentukan perbedaan lamanya waktu yang diperlukan untuk merumput dan lamanya

Jika sudah ketemu dengan file popojicms yang akan anda upload, silakan klik kanan pada nama file popojicms.v.1.2.5 lalu klik upload.. biarkan kosong saja, lalu klik

Apabila ketuban  pecah sebelum usia kehamilan kurang dari 37 minggu akan meningkatkan risiko infeksi, juga meningkatkan risiko terjadinya penekanan tali pusat yang

Berdasarkan perbandingan nilai korelasi antara nilai dugaan respon akhir dan peubah respon

Dalam asumsi pertama, ijtihad sama dengan ra'yu; dan dalam asumsi kedua, ijtihad sama dengan qiyas. Oleh sebab itu, aliran ini sangat dominan mengunakan ra'yu dengan

Kedua, penelitian dengan judul “Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan” yang dilakukan oleh Intani dan Surjaningrum (2010). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga

Variasi konsentrasi sari buah stroberi berpengaruh terhadap kualitas minuman probiotik sari buah stroberi yang meliputi kadar abu, kadar lemak, kadar protein,