• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ROTASI PEKERJAAN TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA IMPLIKASINYA PADA KINERJA PEGAWAI IAIN AR- RANIRY BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ROTASI PEKERJAAN TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA IMPLIKASINYA PADA KINERJA PEGAWAI IAIN AR- RANIRY BANDA ACEH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 1

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ROTASI

PEKERJAAN TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA

IMPLIKASINYA PADA KINERJA PEGAWAI IAIN

AR-RANIRY BANDA ACEH

Fatmawati1, Mahdani2, Sofyan Idris3 1)

Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2,3)

Staff Pengajar Jurusan Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Abstract: Training for teachers, not only important for the improvement of skills in special areas, but also teachers need to be productive have increased expertise that can decide what and why, and how to carry out systematic work based on adequate knowledge. The purpose of this study was to determine the performance of high school teachers in the city of Banda Aceh, to determine the effect of partial education and training on the performance of high school teachers in the city of Banda Aceh and the simultaneous influence on the performance of education and training high school teachers in the city of Banda Aceh. Location of the study was conducted at the senior high school in the city of Banda Aceh. While that is the object of research related to three variables, namely the performance of teachers, while the researchers took a representative sample of the population. The number of samples for the study 32.7% or 150 senior high school teachers in the city of Banda Aceh. Based on the results showed that together for the second hypothesis suggests that education and training significantly influence the performance of teachers in senior high school in the city of Banda Aceh. while the individual for the first hypothesis suggests that both the education and training significantly influence the performance of teachers in senior high school in the city of Banda Aceh. In improving the performance of teachers in senior high school in Banda Aceh have to really pay attention to the pattern of education and training for teachers, so education and training program endorsed by the relevant agencies can have an impact on teacher performance improvements, especially in improving student achievement and improving the quality of learning teaching in the classroom.

Keywords: Education, Training and Teacher Performance

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan rotasi

pekerjaan baik secara parsial maupun simultan terhadap motivasi kerja karyawan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan rotasi pekerjaan terhadap kinerja karyawan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh baik secara parsial maupun simultan dan yntuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Adapun lokasi penelitian adalah di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Objek penelitian adalah mengenai pengaruh budaya organisasi dan rotasi pekerjaan terhadap motivasi serta dampaknya pada kinerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, dengan jumlah responden sebanyak 175 orang. Hasil penelitian menunjukkan untuk hipotesis pertama diperoleh penjelasan bahwa variabel budaya organisasi dan rotasi pekerjaan saling berhubungan dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, untuk hipotesis kedua dapat dijelaskan bahwa menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel budaya organisasi dan rotasi pekerjaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja pegawai pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh dan untuk hipotesis ketiga dapat dijelaskan bahwa menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel budaya organisasi dan rotasi pekerjaan dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

(2)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 2

Semakin ketatnya tingkat persaingan sumber daya manusi, baik dalam bisnis

maupun dalam organisasi nirlaba

mengakibatkan organisasi dihadapkan

pada tantangan untuk dapat

mempertahankan kelangsungan hidup.

Keberhasilan suatu organisasi atau

organisasi ini dipengaruhi oleh kinerja pegawai (job performance) atau hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pegawai merupakan sumber daya yang penting bagi organisasi, karena memiliki bakat, tenaga, dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya.

Dalam rangka meningkatkan kinerja dari pegawainya, organisasi perlu memberi perhatian pada kepentingan pegawai yang memiliki berbagai macam kebutuhan. Ninuk Muljani (2002) menyatakan bahwa

keinginan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan inilah yang dipandang sebagai pendorong atau penggerak bagi seseorang

untuk melakukan sesuatu, termasuk

melakukan pekerjaan atau bekerja.

Seorang pegawai yang professional tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa mereka adalah individu yang juga mempunyai kebutuhan, keinginan, dan harapan dari tempatnya bekerja. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan inilah yang akan mempengaruhi motivasi kerja yang ada pada setiap individu untuk melakukan segala sesuatu yang lebih baik dari lainnya di dalam melakukan kegiatan untuk

mencapai tujuan.

Motivasi kerja pada pegawai dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya budaya organisasi dan rotasi pekerjaan.

Masrukhin dan Waridin (2006)

mengungkapkan bahwa setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang berfungsi untuk membentuk aturan atau pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini berarti budaya organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Selain itu, tekanan utama dalam perubahan dan pengembangan budaya organisasi adalah mencoba untuk mengubah nilai-nilai, sikap dan perilaku dari anggota organisasi secara keseluruhan. Motivasi kerja pada pegawai juga dapat dipengaruhi oleh adanya rotasi

pekerjaan. Mourdoukoutas (1994)

menyatakan bahwa rotasi pekerjaan

merupakan salah satu pilihan bagi

organisasi agar pegawainya dapat

menyesuaikan dengan perubahan kondisi kerja. Pulich (1989) menambahkan bahwa

rotasi pekerjaan berarti pegawai

melakukan pekerjaan yang tidak biasanya

mereka lakukan. Rotasi pekerjaan

mendorong adanya penambahan

kemampuan dan perilaku dari pegawai lama serta untuk orientasi dan penempatan pegawai baru.

Objek yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Objek ini

(3)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 3

dipilih karena Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh adalah salah satu lembaga yang secara konsisten melakukan perbaikan sistem mekanisme kerja demi mencapai kinerja pegawai yang optimal. Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh sebagai institusi perguruan tinggi negeri selalu konsisten dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh dihadapkan pada tantangan dimana lembaga ini bertugas untuk terus memberikan pelayanan yang lebih baik kepada mahasiswa.

Faktor lain yang menjadi perhatian diluar budaya organisasi yaitu rotasi pekerjaan. Hal ini merupakan konsekuensi dari adanya perubahan struktur organisasi dan kebijakan rotasi pekerjaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia yang menjalankan sistem

dari kantor-kantor yang telah

dimodernisasi. Perubahan budaya

organisasi dengan penerapan ketentuan internal dan eksternal seperti penerapan kode etik yang tegas, pengembangan visi, misi, dan nilai, serta kebijakan rotasi

pegawai sebagai konsekuensi dari

perubahan struktur organisasi merupakan hal yang menarik untuk suatu obyek penelitian, bagaimana dampak dari kedua hal tersebut terhadap motivasi dan kinerja pegawai Institut Agama Islam Negeri

Ar-Raniry Banda Aceh yang telah

dimodernisasikan.

Karyawan Institut Agama Islam

Negeri Ar-Raniry Banda Aceh merupakan

ujung tombak dalam memberikan

pelayanan yang memuaskan baik kepada setiap mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry maupun pelayanan kepada setiap dosen. Untuk itu baik buruknya pelayanan tergantung sejauh mana budaya organisasi dan sistem rotasi pekerjaan yang berlaku di lembaga

tersebut, cukup berperan dalam

meningkatkan motivasi kerja karyawan.

Persepsi mahasiswa atau dosen

tentang pelayanan yang diterima seringkali

disandarkan pada persepsi pribadi

seseorang, sehingga apabila mendapatkan layanan kurang baik maka hal tersebut disandarkan pada keadaan yang seharusnya diterima dan merupakan wewenang dari

lembaga tersebut dalam melayani

masyarakat serta merupakan pelajaran untuk intropeksi diri. Sehingga gejolak yang diakibatkan oleh pelayanan kepada insan kampus tidak begitu nampak kepermukaan.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi

motivasi kerja karyawan dalam

menjalankan tugas dan fungsinya, untuk itu organisasi harus berusaha menjamin agar variabel-variabel yang berkaitan denagn motivasi kerja karyawan dapat terpenuhi secara maksimal. Variabel-variabel tersebut antara lain budaya organisasi dan sistem rotasi pekerjaan sehingga karyawan tidak merasa jenuh bekerja dalam satu bidang dalam rentang waktu yang lama. Membahas masalah

(4)

4 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012

budaya organisasi merupakan hal yang esensial bagi suatu organisasi, karena akan selalu berhubungan dengan kehidupan yang ada dalam organisasi itu sendiri. Budaya organisasi merupakan falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma-norma yang dimiliki secara bersama serta mengikat dalam suatu komunitas tertentu (Robbins, 2006:721).

Secara spesifik budaya dalam

organisasi akan ditentukan oleh kerja sama

tim, kepemimpinan, karakteristik

organisasi dan proses administrasi yang

berlaku. Mengapa budaya organisasi

penting karena merupakan

kebiasan-kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili norma-norma

perilaku yang diikuti oleh anggota

organisasi. Budaya yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi menjadi kuat dan tujuan organisasi dapat terakomodasi (Sinungan, 2003:48).

Keberhasilan pelaksanaan budaya

organisasi antara lain dapat dilihat dari peningkatan tanggung jawab, peningkatan kedisiplinan, kepatuhan pada norma atau

aturan, terjadinya komunikasi dan

hubungan yang harmonis dengan semua tingkatan, peningkatan partisipasi dan

kepedulian, berkurangnya tingkat

kemangkiran dan keluhan. Jika semua hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka kinerja karyawan akan meningkat.

Menurut pengamatan dan pengalaman penulis pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

adalah bahwa motivasi kerja karyawan belum menunjukkan peningkatan terhadap

pencapaian kinerja yang diharapkan

organisasi, ini disebabkan budaya

organisasi yang belum sepenuhnya

dipahami oleh sebagian besar dari pegawai, disamping faktor rotasi pekerjaan yang cenderung mengabaikan terhadap keahlian yang dimiliki masing-masing pegawai, sehingga berdampak terhadap pencapaian kinerja yang diharapkan oleh organisasi.

Ermayanti (2001:3), mengemukakan bahwa pemahaman motivasi, baik yang ada dalam diri karyawan maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja. Dalam hal ini seorang pimpinan perlu

mengarahkan motivasi dengan

menciptakan kondisi (iklim) organisasi melalui pembentukan budaya kerja atau budaya organisasi sehingga para karyawan merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi.

Pemberian motivasi harus diarahkan

dengan baik menurut prioritas dan dapat diterima dengan baik oleh karyawan, karena motivasi tidak dapat diberikan untuk setiap karyawan dengan bentuk yang berbeda-beda.

Fenomena berkenaan dengan kinerja

pegawai dapat dilihat dari banyak

pekerjaan yang telah dibebankan kepada pegawai tidak dapat diselesaikan tepat waktu, banyak pegawai yang kurang tekun dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan oleh pimpinan,

(5)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 5

masih rendahnya tingkat disiplin kerja pegawai, sehingga kinerja yang diharapkan oleh pimpinan dan organisasi tidak

tercapai serta masih rendahnya

penghargaan atas prestasi kerja yang

diberikan kepada pegawai yang

mempunyai prestasi serta kualitas kerja yang belum sepenuhnya dapat dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan organisasi. Rendahnya kinerja pegawai ini mungkin disebabkan oleh faktor budaya

organisasi yang cenderung kurang

mendukung terhadap pencapaian kinerja pegawai disamping adanya faktor rotasi kerja yang cenderung kurang berjalan dengan baik, dimana banyak pegawai yang merasa bosan dengan posisi yang sudah geluti dalam rentang waktu yang cukup lama, sehingga menimbulkan kebosanan yang pada akhirnya berdampak terhadap rendahnya kinerja. Dengan adanya budaya organisasi yang baik diharapkan akan tercipta kinerja pegawai yang lebih baik,

disamping faktor perencanaan rotasi

pekerjaan kepada pegawai.

Berdasarkan alasan-alasan di atas,

penulis mencoba menganalisis pengaruh budaya organisasi dan rotasi kerja terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi Perguruan Tinggi IAIN Ar-Raniry Banda Aceh serta kajian ilmiah dalam bidang manajemen sumber daya manusia, dan di lingkungan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh pada umumnya. Berdasarkan

alasan tersebut penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dalam bentuk karya akhir dengan judul penelitian mengenai

“Pengaruh Budaya Organisasi Dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Motivasi Serta Implikasinya Pada Kinerja Pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh”

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi peneIitian ini dilakukan pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah pengaruh budaya organisasi dan rotasi

pekerjaan terhadap motivasi serta

dampaknya pada kinerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh yang berjumlah 314 orang pegawai administrasi pada IAIN Ar-Raniry Banda

Aceh. Sedangkan penarikan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling, dengan jumlah responden sebanyak 175 orang.

Operasional Variabel

 Budaya Organisasi (X1), yaitu Sistem

penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggota organisasi

 Rotasi Pekerjaan (X2), yaitu Memutar

atau menggilir penempatan pejabat struktural maupun fungsional dari satu

(6)

6 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012

jabatan tertentu ke jabatan lainnya

yang ditetapkan dalam sebuah

kebijakan yang bersifat compulsary

 Motivasi (Y), Sebagai kesediaan

untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh

kemampuan upaya itu untuk

memenuhi sesuatu kebutuhan

individual.

 Kinerja Pegawai (Z), Prestasi

kerja/hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

karyawan/pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan

kepadanya

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Kinerja Karyawan

Robbins (2007 : 212), mendefinisikan prestasi kerja karyawan sebagai hasil kerja

seseorang karyawan selama periode

tertentu dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, misalnya standar,

target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Oleh karena itu

prestasi kerja umumnya menyangkut

dengan pekerjaan atau macam pekerjaan manusia yang mengerjakan pekerjaan tersebut dan kemampuan/ketrampilan serta lingkungan dari pada pekerjaan tersebut.

Dari pengertian tersebut di atas, sangat jelas menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja baik

secara kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan oleh seseorang karyawan dalam periode tertentu sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapai dan aktivitasnya yang dilakukan akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya akan membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana perusahaan dapat membuat

pegawainya menjadi pekerja yang

berprestasi dalam bidangnya dan

bersemangat menjalankan tugasnya,

bekerja keras, dan siap menghadapi tantangan sehingga tujuan perusahaan tercapai.

Setiap perusahaan atau organisasi pemerintahan perlu melakukan penilaian prestasi kerja para karyawannya. Penilaian prestasi kerja karyawan merupakan salah satu alternatif dasar dalam pemindahan (mutasi) atau promosi karyawan, sehingga akan dicapai kinerja karyawan yang tinggi, sesuai dengan target dan harapan dari perusahaan.

Gibson, Ivannenich, Donnelly (2003: 167) mengemukakan bahwa : "Evaluasi prestasi adalah evaluasi sistematik dan formal atas prestasi kerja karyawan dan potensi pengembangannya di masa depan". Selanjutnya Robbins (2007: 327)

(7)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 7

mengemukakan bahwa :

Kinerja karyawan (Employee

Performance) adalah tingkat terhadap

mana karyawan mencapai

persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Penilaian kinerja (Performance Appraisal) adalah proses yang mengukur kinerja

karyawan. Penilaian kinerja pada

umumnya mencakup aspek kualitatif

maupun kuantitatif dari pelaksanaan

pekerjaan. Penilaian kinerja berkenaan

dengan seberapa baik seseorang

melakukan pekerjaan yang ditugaskan atau yang diberikan.

Program penilaian karyawan yang

dianut oleh perusahaan, dapat

menimbulkan kepercayaan moral yang baik dari karyawan terhadap perusahaan. Adanya kepercayaan dikalangan karyawan bahwa mereka akan menerima imbalan sesuai dengan prestasi yang dicapainya,

akan merupakan rangsangan bagi

karyawan untuk memperbaiki prestasinya. Selanjutnya bila karyawan diberitahu kelemahan-kelemahannya, maka dengan bantuan pimpinan mereka berusaha untuk memperbaiki diri masing-masing.

Penilaian karyawan dapat

menimbulkan loyalitas terhadap

perusahaan bila pemimpin

mengembangkan dan memajukan

karyawannya melalui pemberian sarana pendidikan khusus bagi karyawan yang memerlukannya.

Kemudian Mathis (2002:112)

berpendapat "Penilaian karya adalah

kegiatan memberikan umpan balik kepada karyawan mengenai unjuk kerjanya selama kurun waktu tertentu.

Hal ini berarti penilaian karya tidak boleh dirahasiakan kepada orang yang dinilai. Penilaian karya harus dijadikan kritik yang dilengkapi saran dan petunjuk

untuk perbaikan. Pada kenyataannya

penilaian karya bukan hanya berguna untuk menetapkan besarnya imbalan yang

harus diterima seorang karyawan,

melainkan dapat juga berfungsi untuk membantu proses pengembangan dirinya. Penilaian yang diberikan secara terbuka

dan didiskusikan, memungkinkan

karyawan mengetahui hal-hal yang

merupakan kekurangannya dan

mengetahui dengan pasti hal-hal yang diharapkan darinya.

Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) merupakan salah satu tugas yang paling penting bagi setiap manager yang diakui pula bahwa banyak kesulitan

dialami dalam menanganinya secara

memadai. Tidaklah selalu mudah untuk menilai prestasi seorang karyawan secara akurat dan lagi pula serba sulit untuk menyampaikan hasil penelitian kepada yang bersangkutan tanpa menimbulkan rasa kecewa baginya. Masalah yang

dihadapi manajer adalah bagaimana

menilai kemampuan-kemampuan tenaga kerja pada saat ini sehubungan dengan persyaratan-persyaratan sekarang maupun pada waktu-waktu mendatang.

(8)

8 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012

kaitannya dengan sifat dan kemauan karyawan untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya yang menjadi tanggung jawabnya. Karyawan akan memiliki sifat untuk bekerja keras dorongan oleh faktor-faktor yang dapat memenuhi cita-citanya. Motivasi kerja karyawan akan sangat berdampak terhadap prestasi perusahaan. Karena dengan motivasi kerja karyawan yang tinggi, perusahaan akan dapat

mencapai tujuan-tujuan yang telah

direncanakan tepat pada waktu dengan

biaya yang sangat efisien. Dengan

demikian pimpinan harus memberikan kontribusi dalam menunjang motivasi kerja karyawan dalam berbagai aspek kebutuhan.

Pengertian Motivasi

Motivasi adalah kondisi yang sangat dibutuhkan oleh semua orang. Diperlukan setiap hari untuk menjalankan kehidupan,

membantu orang lain, memimpin

sekelompok orang dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Harvey, 2006 : 5). Motivasi berasal dari kata “movere” (latin), yang berarti mendorong atau menggerakkan (Saydan, 2006: 226).

Motivasi merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang memberi daya, arah dan memelihara tingkah laku yang bersangkutan. Dalam

kehidupan kita sehari-hari, motivasi

diartikan sebagai keseluruhan proses

pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan, sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa merasa

dipaksa (Saydan, : 2006).

Motivasi adalah suatu kecenderungan untuk beraktifitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan

penyesuaian diri, penyesuaian diri

dikatakan untuk memuaskan motif

(Mangkunegara, 2005 : 93).

Menurut Rivai dan Sagala, (2009 : 455) “Motivasi adalah serangkaian sikap

dan nilai-nilai yang mempengaruhi

individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu”.

Selanjutnya, Robbins, (2007 : 198) mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu

untuk memenuhi sesuatu kebutuhan

individual.

Menurut Saydan, (2006 : 328) tujuan

pemberian motivasi bagi pegawai/

karyawan adalah untuk :

1. Mengubah perilaku karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan;

2. Meningkatkan gairah dan semangat kerja;

3. Meningkatkan disiplin kerja; 4. Meningkatkan prestasi kerja;

5. Mempertinggi moral kerja karyawan; 6. Meningkatkan rasa tanggung jawab;

7. Meningkatkan produktivitas dan

efisiensi;

8. Menumbuhkan loyalitas karyawan pada perusahaan.

Dari pengertian tentang motif,

(9)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 9

dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motif adalah suatu perangsang atau daya pendorong dalam diri seseorang yang perlu dipenuhi agar orang tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Motivasi adalah

daya pendorong yang menimbulkan

kemauan dan kerelaan dalam diri individu untuk mengerjakan berbagai tugas yang

menjadi tanggung jawabnya dalam

mencapai tujuan. Motivasi timbul atas dorongan pada seorang individu yang dapat menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Sedangkan motivasi kerja adalah proses mendorong, mengarahkan perilaku

manusia yang berhubungan dengan

lingkungan kerja untuk mencapai tujuan. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi kerja setinggi-tingginya bagi para karyawan dalam organisasi. Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan dan karenanya perbuatan tesebut terarah pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah tercapai maka akan tercapai kepuasan dan cenderung untuk diulang kembali, sehingga lebih kuat dan mantap.

Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan dalam suatu lembaga/organisasi

adalah para pegawai/karyawan yang

bekerja harus memiliki motivasi yang tinggi. Pegawai dapat mengaktulisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk lebih berperan dalam

lembaga/ instansi. Mereka memerlukan kondisi yang mendukung baik dari dalam diri pegawai, berupa motivasi agar dapat bekerja dengan baik untuk memenuhi

kebutuhannya, baik kebutuhan akan

tercukupinya sandang, pangan, papan,

kebutuhan akan rasa aman, serta

pengakuan akan keberadaannya dalam bekerja.

Menurut Siagian (2006 : 286), menyebutkan bahwa dengan motivasi yang tepat dan benar, para karyawan akan

terdorong untuk berbuat semaksimal

mungkin dalam melaksanakan tugasnya

karena meyakini bahwa dengan

keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya,

kepentingan-kepentingan pribadi para anggota

organisasi tersebut akan terpelihara pula. Menurut Wahjosumidjo dalam Saydan, (2006 : 227), “motivasi merupakan suatu proses psikilogis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi dalam diri sendiri”. Menurut Robbins dan Coulter, (2007 : 530), motivasi adalah “kerelaan untuk mengarahkan segenap upaya untuk

mencapai tujuan organisasi yang

dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu”. Menurut Nawawi dan Hadari, (2005 : 52), motivasi merupakan proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi antar kepribadian yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan sebagai manusia.

(10)

10 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012

Dari proses ini dihasilkan dorongan (motif) berupa kehendak. Kemauan dan keinginan

untuk bertindak/berbuat melalui

pengambilan keputusan.

Menurut Hasibuan, (2006:95)

motivasi adalah “pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan

kerja seseorang, agar mereka mau

bekerjasama, bekerja efektif dan

berintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.

American Encyclopedia dalam

Hasibuan, (2006:96) mendefinisikan

motivasi sebagai “suatu kecendrungan dalam diri seorang yang meningkatkan daya tahan dan mengarahkan tingkah

lakunya. Motivasi mencakup faktor

kebutuhan emosional dan biologis, yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku”.

Sedangkan pengertian kerja, menurut Hasibuan, (2006 : 95), adalah “sejumlah

aktivitas fisik dan mental untuk

mengerjakan suatu pekerjaan”.

Dari berbagai pengertian motivasi dan pengertian kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motivasi kerja adalah suatu dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu

pekerjaan dalam rangka memenuhi

keinginan atau kebutuhannya, baik yang dipengaruhi oleh faktor intern maupun ekstern organisasi.

Budaya Organisasi

Dalam kehidupan sehari-hari

seseorang tidak akan terlepas dari

lingkungannya. Kepribadian seseorang

akan dibentuk pula oleh lingkungannya, dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada dalam kehidupan organsisasi

berusaha untuk menentukan dan

membentuk sesuatu yang dapat

mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan, dan sebagainya.

Budaya dalam arti sempit adalah seni (art), sedangkan dalam arti luas budaya berarti segala segala sesuatu hasil cipta, rasa, dan karsa manusia baik berupa nilai-nilai, gagasan atau ide pemikiran hingga barang-barang fisik buatan manusia yang

tujuannya untuk memelihara dan

mempertahankan kehidupanya. Dengan

demikian budaya merupakan hasil

kesepakatan bersama dalam berintaraksi antar anggota (manusia) dalam suatu lingkungan tertentu. Adapun menurut Taylor, budaya adalah : “Culture of Civilization, taken in its wide ethnographic

(11)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 11

ense, is that complex whole which includeds knowladge, belief, art, morals, low, custom, and any other capabilities and habitats acquired by man as a member of society” (dalam Ndraha, 2007 : 43)

Menurut Robbins (2007 : 12) : “Kebudayaan merupakan inti dari apa yang penting dalam organisasi, seperti aktivitas memberi perintah, dan larangan serta menggambarkan sesuatu yang dilakukan dan tidak dilakukan yang mengatur perilaku anggota”. Robbins (2007 : 14) : “Budaya merupakan berbagai interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi

kelompok-kelompok orang dalam

lingkungannya”. Jadi budaya mengandung apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh

dilakukan sehingga dapat dikatakan

sebagai suatu pedoman yang dipakai untuk menjalankan aktivitas organisasi.

Pada dasarnya budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk

mempersatukan setiap individu yang

melakukan aktivitas secara bersama-sama. Lebih lanjut Robbins (2007 : 22), mengemukakan bahwa “Budaya organisasi adalah perekat sosial yang mengikat anggota organisasi”. Nampaknya agar suatu karakteristik atas kepribadian yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain dapat disatukan dalam suatu kekuatan organisasi maka perlu adanya perekat sosial.

Mengingat budaya organisasi

merupakan suatu kesepakatan bersama para anggota dalam suatu organisasi atau

perusahaan sehingga mempermudah

lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk

kepentingan perorangan. Keutamaan

Budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan Budaya organisasi dan pada umumya mereka akan dipengaruhi oleh keanekaragaman sumber-sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak.

Berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang tentunya berbeda-beda

dalam bentuk perilakunya. Dalam

organisasi implementasi budaya dirupakan dalam bentuk perilaku. Artinya perilaku individu dalam organisasi akan diwarnai oleh Budaya organisasi yang bersangkutan. Robbins (2007 : 24) : ”Perilaku individu berkenaan dengan tindakan yang nyata dilakukan oleh seseorang dapat diartikan

bahwa dalam melakukan tindakan

seseorang pasti akan tidak terlepas dari perilakunya”.

Menurut Robbins

(2007 :271) ”Budaya organisasi diartikan sebagai sistem makna yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi yang lain”.

Dalam bukunya yang lain Robbins

(2007 :479) menyatakan ”Budaya

organisasi berupa nilai-nilai dominan yang didukung oleh anggota organisasi, atau

(12)

12 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012

organisasi terhadap pegawai dan pelanggan, atau bisa juga diartikan sebagai cara pekerjaan dilakukan ditempat itu, atau asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat diantara onggota oganisasi”. Secara singkat Budaya organisasi berarti suatu sistem pengertian yang diterima secara bersama.

Jadi Budaya organisasi berhubungan dengan nilai-nilai, kebiasaan cara kerja, upacara, tradisi, yang diterima oleh para anggota organisasi sebagai suatu sistem makna bersama, sebagai karakteristik tertentu (identity) yang membedakan dengan ciri organisasi yang lain. Sistem makna bersama ini bila diamati merupakan

sperangkat karakteristik yang selalu

dijumpai dalam suatu organisasi, dan biasanya dijadikan sebagai norma yang

tidak tertulis tetapi dipegang dan

dijalankan setiap hari.

Rotasi Pekerjaan

Sebagai konsep kebijakan dalam kepegawaian, Rotasi yang menurut saya memiliki arti filosofi lebih dalam dari Mutasi (yang lebih bersifat teknis) justru

tidak tersurat dalam peraturan

kepegawaian di Republik Indonesia, Baik Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas UU Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian, Peraturan Pemerintah

Nomor 100 Tahun 2000 tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural, maupun Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, tidak menyebut istilah Rotasi atau Rolling.

Menurut Sumarwoto, (2011),

pengertian rotasi kerja adalah memutar

atau menggilir penempatan pejabat

struktural maupun fungsional dari satu jabatan tertentu ke jabatan lainnya yang ditetapkan dalam sebuah kebijakan yang bersifat Compulsary. Sementara itu, istilah mutasi dalam arti perpindahan, lebih memiliki pengertian teknis yaitu tentang

bagaimana mengatur mekanisme

pemindahan pejabat yang terkena

kebijakan perputaran jabatan.

Rotasi memiliki peranan penting

dalam sistem penyelenggaraan

kepegawaian dari sebuah organisasi.

Paling tidak ada 3 (tiga)

manfaat/kepentingan yang dapat ditarik dari rotasi, yaitu kepentingan dinas, kepentingan pejabat yang bersangkutan,

dan kepentingan publik.

HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang dan studi kepustakaan penulis menduga bahwa :

Ha1 = Budaya organiasi dan rotasi

pekerjaan berpengaruh baik

secara parsial maupun simultan

terhadap motivasi kerja

karyawan IAIN Ar-Raniry

Banda Aceh.

(13)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 13

pekerjaan berpengaruh baik

secara parsial maupun simultan terhadap kinerja karyawan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Ha3 = Motivasi kerja pegawai

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

HASIL PEMBAHASAN

Pengaruh Budaya organisasi dan Rotasi pekerjaan Terhadap Motivasi Kerja Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi serta rotasi pekerjaan

secara bersama-sama berpengaruh

terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Besarnya pengaruh secara simultan dari kedua variabel ini

dapat dilihat dari nilai koefisien

determinasinya. Koefisien determinasi

pengaruh kedua variabel ini terhadap motivasi kerja pegawai administrasi IAIN Ar-Raniry Banda Aceh adalah sebesar 0.368, artinya sebesar 36.8% perubahan didasarkan motivasi kerja dapat dijelaskan oleh perubahan dari variabel budaya

organisasi serta rotasi pekerjaan,

sedangkan selebihnya sebesar 63.2% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel budaya organisasi dan rotasi pekerjaan. Variabel lain yang berpengaruh terhadap motivasi antara lain, kepuasan kerja, kepemimpinan, lingkungan kerja maupun

faktor kompensasi.

Hasil pengujian secara parsial

menunjukkan bahwa budaya organisasi secara positif berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Hal ini ditandai oleh nilai signifikan 0.000 < 0.05 (0% < 5%). Kondisi yang sama diperlihatkan oleh variabel rotasi pekerjaan. Hasil analisis seperti yang terlihat pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel budaya

organisasi dan rotasi pekerjaan

berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Hasil ini ditunjukkan oleh nilai

signifikannya yang sebesar 0.000 < 0.05 (0 % < 5%).

Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa budaya organisasi, rotasi pekerjaan dan motivasi kerja kerja secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja

pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Besarnya pengaruh secara simultan dari ketiga variabel ini dapat dilihat dari nilai

koefisien determinasinya. Koefisien

determinasi pengaruh ketiga variabel ini terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0.689, artinya sebesar 68.9% perubahan

didasarkan kinerja pegawai dapat

dijelaskan oleh perubahan dari variabel budaya organisasi, rotasi pekerjaan dan

motivasi kerja sedangkan selebihnya

sebesar 0.311 artinya sebesar 31.1% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel budaya organisasi serta rotasi pekerjaan dan motivasi kerja.

(14)

14 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012

Sedangkan hasil pengujian secara

parsial menunjukkan bahwa budaya

organisasi secara positif berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Hal ini ditandai oleh nilai signifikan 0.000 < 0.05 (0.0% < 5%). Kondisi yang sama diperlihatkan oleh variabel rotasi pekerjaan dan motivasi kerja. Hasil analisis seperti yang terlihat pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel rotasi pekerjaan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai

pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Hasil ini ditunjukkan oleh nilai

signifikannya yang sebesar 0.000 < 0.05 (0.0% < 5%). Sedangkan variabel motivasi kerja secara positif berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Hal ini ditandai oleh nilai signifikan 0.000 < 0.05 (0.0% < 5%).

Sedangkan hasil hipotesis ketiga

menunjukkan bahwa motivasi kerja

berpengaruh terhadap kinerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Besarnya pengaruh variabel ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya. Koefisien determinasi pengaruh ketiga variabel ini terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0.535, artinya sebesar 53.5% perubahan

didasarkan kinerja pegawai dapat

dijelaskan oleh perubahan dari variabel

motivasi kerja sedangkan selebihnya

sebesar 0.465 artinya sebesar 46.5% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel motivasi kerja, yaitu budaya dan rotasi pekerjaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian untuk hipotesis

pertama diperoleh penjelasan bahwa variabel budaya organisasi dan rotasi pekerjaan saling berhubungan dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Hasil penelitian terhadap hipotesis

kedua dapat dijelaskan bahwa

menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel budaya organisasi dan rotasi

pekerjaan secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan

terhadap motivasi kerja pegawai pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

3. Sedangkan untuk pengujian hipotesis

ketiga dapat dijelaskan bahwa

menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel budaya organisasi dan rotasi pekerjaan dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Saran – Saran

1. Dalam rangka meningkatkan motivasi

kerja pegawai pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, diharapkan kepada pimpinan untuk selalu memberikan

motivasi kerja kepada pegawai

terutama dengan memberikan tugas dan tanggung jawab kepada pegawai.

(15)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 15

2. Rotasi pekerjaan bagi pegawai

menjadi salah satu hal penting dalam

meningkatkan kinerja organisasi,

karena dengan rotasi pekerjaan

pegawai akan mendapatkan suasana baru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

3. Untuk menunjang peningkatan kinerja

pegawai yang lebih baik, maka prioritas utama adalah meningkatkan

motivasi kerja, karena dengan

motivasi kerja yang tinggi akan diikuti oleh peningkatan kualitas kerja menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2005), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Basuki dan Susilowati (2005), Metodelogi Penelitian Bisnis Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Davis Keith dan John W. Newstrom. (2006).

Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ke

tujuh, Jilid kedua. Erlangga, Jakarta Dessler, G. (2007). Human Resource

Management 8th edition, New

Jersey : Prentice Hall, Inc.

Diana Sulianti Tobing, (2009). Pengaruh

Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) III di Sumatera Utara. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.11 No. 1 Maret. Ermayanti Dwi, Thoyib Armanu, (2001).

Pengaruh Faktor Motivasi terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada Kantor Perum Perhutani Unit II Surabaya, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

Garvin (2000), Management , Edisi Ketujuh, Jilid 1. Erlangga, Surabaya.

Ghozali dan Fuad, (2005), Statistik Parametrik, Binarupa Aksara, Jakarta.

Gibson, Ivannenich, Donnelly (2003),

Organisasi, Edisi ke Lima Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Griffin (2004), Human Resources Management, Allyn & Bacon

Gujarati, Damodar (2005), Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hamalik (2005), Metodelogi Penelitian Bisnis:Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Harvey, (2006), Motivation and Work

Behavior, Accademic Press, New

York.

Haryanto (2005), Manajemen Personalia : Aptikasi dalam Perusahaan, Cetakan Kedua, Penerbit : Djambatan, Jakarta Hasibuan, (2006), Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara.

Heidjrachman dan Husnan, (2005),

Manajemen Personalia, Edisi Ketiga,

Yogyakarta, LP3ES.

Koesmono H. Teman, (2005). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Ekspor di Jawa Timur, Disertasi Universitas Airlangga, Surabaya.

Koswara (2000), Manajemen Kinerja, Jurnal Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kusumawati (2006), Pengaruh kepemimpinan dan Motivasi kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada Perusahaan, Blitar tesis Universitas Airlangga.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1993), Pengukuran Kinerja Aparatur Pemerintah, Jakarta.

(16)

16 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 Malhotra, N. K,(2006). Marketing Research

and Applied Orientation., Upper

Saddle River: Prentice- International. Mangkunegara A Prabu, (2005), Manajemen

Sumber Daya Manusia Perusahaan,

Bandung: Remaja Rosdakarya. Mathis Robert L, Jackson, John H. (2002).

Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Salemba Empat.

Mitchel T.R., (2002). People in Organization :

in Introduction to Organization Behavior, MC Graw Hill Book Comp.

Tokyo

Moekijat, (2005), Kebijakan Kinerja Karyawan, BPFE, Yogyakarta

Mowday R. & Steers., (2002). Employ

Organization Linkages : The Psychology of Commitment Abstein and Turn Over, Academic, inc, London.

Munandar, (2002), Perilaku dan Budaya Organisasi, Penerbit Refika Aditama, Bandung

Nawawi dan Hadari, (2005), Administrasi dan

Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Naylin (2003), Perubahan dan Pengembangan Organisasi.

Bandung : Penerbit Sinar Baru. Ndraha, (2007), Manajemen Sumber Daya

Manusia, Edisi Kesatu, Cetakan Pertama, Badan Penerbit STIE - Yogyakarta.

Nitisemito, (2006), Manajemen Personalia, Ghallia Indonesia, Jakarta.

Rivai dan Sagala (2009), Manajemen Sumber

Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktik, Muria

Kencana, Jakarta

Robbins dan Coulter, (2007), Manajemen, PT. Indeks Jakarta.

Robbins, SP., (2007). Perilaku Keorganisasian, PT. Indeks, Jakarta.

Roymond, (2008), dengan judul penelitian mengenai Pengaruh Pelaksanaan Rotasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Koesnadi Bondowoso S. Pantja Djati, (2008), Pengaruh Kinerja

Karyawan Terhadap Kepuasan, Kepercayaan, dan Kesetiaan Pelanggan, Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journa ls/

Sarwoko (2005) dengan judul Analisis Jalur Pengaruh Karakteristik Pekerjaan, Motivasi, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Penelitian dilakukan di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Distribusi Jatim Area Pelayanan dan Jaringan Malang, Saydan, (2006), Manajemen Sumber Daya

Manusia, Jakarta, Penerbit Jambatan.

Schermerhorn John R. (2003) Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Andi, Yogyakarta

Sedarmayanti (2001), Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju, Bandung.

Siagian, Sondang. P. (2003). Manajemen

Stratejik. Bumi Aksara, Jakarta.

Sikula Andre. F, (2005), Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian. Salemba Empat, Jakarta.

Steers, RM and Porter, L. W., (2002).

Motivation and Work Behavior,

Accademic Press, New York.

Sugeng Budiono (2005), Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Dan Pengembangan Karyawan, Badan

Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Sumarwoto, (2011), Budaya Organisasi Perusahaan, Jakarta: Ghalia Indonesia

Teman Koesmono (2005), mengenai “Pengaruh Budaya kerja Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja

(17)

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 - 17 Karyawan Pada Sub Sektor Indusrtri

Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur.

Tika H. Moh. Pabundu, (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Cetakan Pertama, PT. Bhumi Aksara, Jakarta.

Umar, Husein, (2005), Metode Penelitian

Aplikasi Dalam Pemasaran, PT.

Gramedia Utama, Jakarta.

Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai

pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pendidikan Wahjusumidjo (2007), Kepemimpinan dan

Motivasi, Cetakan III, Jakarta: Ghalia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan pada pelaksanaan tin- dakan kedua ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan perencanaan diantaranya adalah saat tiba ditempat (lokasi)

Berdasarkan hasil analisis laboratorium dan perhitungan terhadap jumlah kation menunjukkan bahwa kejenuhan basa (KB) tanah pada lahan lahan pekarangan dan lahan

Peningkatan tekanan inflasi pada sewa kontrak rumah yang umumnya terjadi pada awal tahun belum terlihat pada triwulan I 2014, sehingga tekanan inflasi kelompok ini lebih

Rukun Tetangga, untuk selanjutnya disingkat RT atau sebutan lainnya adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan

Seorang perempuan yang sedang menjalani iddah baik karena dicerai, fasakh maupun ditinggal mati oleh suami tidak boleh menikah dengan selain dengan laki-laki yang meninggalkan

Jadi..menurut hemat saya sih..tidak perlu terlalu membatasi diri dengan menentukan bahwa HAZID untuk ini, HAZOP untuk itu..JSA untuk

Self Monitoring yaitu teknik pemantauan terhadap perilaku diri yang bertujuan untuk mengubah perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah atau

Untuk membantah teori generatio spontanea dari Aristoteles, percobaan L.Pasteur menggunakan pipa berleher angsa yang bertujuan agar. (1) Tidak ada mikroorganisme di