• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1

BANK INDONESIA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN I 2014

(2)

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan Divisi Asesmen Ekonomi Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 80234

Tel. (0361) 248982 Fax. (0361) 222988

(3)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 3

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali triwulan I 2014. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholder internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran di Provinsi Bali.

Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai bank sentral Republik Indonesia, memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana KEKR ini, dengan harapan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya,

stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini yang akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut.

Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Mei 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH III (BALI DAN NUSA TENGGARA)

Kepala Perwakilan

(4)

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Daftar Isi

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali... 10

Ringkasan Umum ... 13

1. Ekonomi Makro Regional ... 17

1.1.SISI PENAWARAN ... 17

1.1.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) ... 19

1.1.2. Sektor Pertanian ... 22

1.1.3. Sektor Jasa-jasa ... 24

1.1.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 25

1.1.5. Sektor Industri Pengolahan ... 26

1.1.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan... 28

1.1.7. Sektor Bangunan ... 29

1.1.8. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) ... 31

1.2.SISI PERMINTAAN ... 31

1.2.1. Konsumsi ... 32

1.2.2. Investasi ... 34

1.2.3 Ekspor Impor ... 35

2. Perkembangan Inflasi... 41

2.1.PERKEMBANGAN UMUM INFLASI ... 41

2.1.1. Inflasi Tahunan ... 41 2.1.2. Inflasi Triwulanan ... 43 2.1.3. Inflasi Bulanan ... 44 2.2.DISAGREGASI INFLASI ... 46 2.2.1 Volatile Foods ... 46 2.2.2 Administered Price ... 47 2.2.3 Core Inflation ... 47

2.3.PERKEMBANGAN INFLASI KOTA ... 48

2.3.1. Inflasi Kota Denpasar ... 49

2.3.2. Inflasi Kota Singaraja ... 49

(5)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 5

3.1.PERKEMBANGAN INDUSTRI PERBANKAN ... 53

3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi ... 54

3.1.2. Non Performing Loan (NPL) ... 58

3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 58

3.2.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai ... 59

3.2.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai ... 60

4. Keuangan Pemerintah ... 67

4.1ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI ... 67

4.2ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI ... 67

4.3ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH TIAP DAERAH DI PROVINSI BALI SERTA ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH ... 68

5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ... 71

5.1PERKEMBANGAN NTP BALI ... 71

5.2PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN ... 72

6. Prospek Perekonomian ... 75

6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2014 ... 75

(6)

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Daftar Grafik

Grafik 1.1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali ... 17

Grafik 1.2 Pangsa Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali di Tahun 2013 ... 18

Grafik 1.3 Andil Sektor terhadap Perekonomian Provinsi Bali di Tahun 2013 ... 18

Grafik 1.4 Penyaluran Kredit Sektor PHR ... 19

Grafik 1.5 Kunjungan Wisman ke Bali... 19

Grafik 1.6 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel ... 20

Grafik 1.7 Penerimaan Visa On Arrival ... 20

Grafik 1.8 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali ... 21

Grafik 1.9 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara ... 21

Grafik 1.10 Perkembangan Total Penjualan ... 21

Grafik 1.11 Pertumbuhan Indeks Penjualan ... 21

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Subsektor Perdagangan ... 22

Grafik 1.13 Perkembangan Arus Bongkar Muat... 22

Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Perikanan ... 23

Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian ... 23

Grafik 1.16 Prognosa Beras (Stok) Bali 2014 ... 23

Grafik 1.17 Perkembangan Luas Panen Padi di Bali ... 23

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan ... 24

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Ekspor Perikanan ... 24

Grafik 1.20 Penyaluran Kredit di Sektor Jasa ... 25

Grafik 1.21 Jumlah Penumpang Laut ... 26

Grafik 1.22 Jumlah Penumpang Pesawat Udara ... 26

Grafik 1.23 Perkembangan Industri Besar dan Sedang ... 26

Grafik 1.24 Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu ... 26

Grafik 1.25 Nilai Ekspor Luar Negeri Pakaian Jadi ... 27

Grafik 1.26 Nilai Ekspor Luar Negeri Tekstil ... 27

Grafik 1.27 Kredit Sektor Industri ... 28

Grafik 1.28 Konsumsi Listrik Industri ... 28

Grafik 1.29 Perkembangan Inflasi Komoditas Sewa Rumah ... 29

Grafik 1.30 Kredit Bank Umum ... 29

Grafik 1.31 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) ... 30

Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Semen ... 30

Grafik 1.33 Kredit Sektor Bangunan ... 30

Grafik 1.34 Konsumsi Listrik di Bali ... 31

Grafik 1.35 Jumlah Pelanggan Listrik ... 31

Grafik 1.36 Indeks Keyakinan Konsumen... 32

Grafik 1.37 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ... 32

(7)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 7

Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Rumah Tangga ... 33

Grafik 1.40 Kredit Konsumsi... 33

Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Tukar Petani ... 33

Grafik 1.42 Kredit Investasi ... 34

Grafik 1.43 Perkembangan Impor Barang Modal... 34

Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Ekspor Bali ... 35

Grafik 1.45 Perkembangan Volume Ekspor Bali ... 35

Grafik 1.46 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama ... 36

Grafik 1.47 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama ... 36

Grafik 1.48 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan ... 36

Grafik 1.49 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan ... 36

Grafik 1.50 Perkembangan Nilai Impor Bali ... 37

Grafik 1.51 Perkembangan Volume Impor Bali ... 37

Grafik 1.52 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC... 37

Grafik 1.53 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC ... 37

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi Bali... 41

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Provinsi Bali ... 41

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Bali Menurut Kelompok Barang ... 42

Grafik 2.4 Perkembangan Harga di Provinsi Bali ... 43

Grafik 2.5 Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali Januari 2014 ... 44

Grafik 2.6 Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Januari 2014 ... 44

Grafik 2.7 Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali Februari 2014 ... 45

Grafik 2.8 Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Februari 2014 ... 45

Grafik 2.9 Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali Maret 2014 ... 46

Grafik 2.10 Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Maret 2014 ... 46

Grafik 2.11 Sumbangan Inflasi Berdasarkan Penyebabnya (% mtm) ... 46

Grafik 2.12 Disagregasi Inflasi Bulanan ... 46

Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah ... 47

Grafik 2.14 Interaksi Permintaan dan Penawaran ... 47

Grafik 2.15 Ekspektasi Pedagang ... 48

Grafik 2.16 Ekspektasi Konsumen ... 48

Grafik 2.17 Bobot Tahun Dasar (2012=100) ... 48

Grafik 2.18 Bobot Tahun Dasar (2012=100) ... 48

Grafik 3.1 Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit ... 54

Grafik 3.2 Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank ... 54

Grafik 3.3 Perkembangan LDR dan Komposisi Kredit Terhadap Aset Bank Umum ... 54

Grafik 3.4 Perkembangan Share Kredit terhadap PDRB ... 54

Grafik 3.5 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank ... 55

Grafik 3.6 Komposisi Kredit terhadap Aset menurut Kelompok Bank ... 55

Grafik 3.7 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank ... 56

Grafik 3.8 Pertumbuhan DPK ... 56

(8)

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Grafik 3.10 Komposisi Kredit ... 57

Grafik 3.11 Perkembangan NPL Kredit ... 58

Grafik 3.12 NPL Berdasarkan Kelompok Bank ... 58

Grafik 3.13 Perkembangan Uang Kartal di Bali ... 59

Grafik 3.14 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling ... 59

Grafik 3.15 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar ... 60

Grafik 3.16 Temuan Uang Palsu ... 60

Grafik 3.17 Perkembangan Kliring ... 62

Grafik 3.18 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong ... 62

Grafik 3.19 Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali ... 63

Grafik 3.20 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali ... 63

Grafik 5.1 NTP Provinsi Bali dan Nasional 2012 - 2014 ... 71

Grafik 5.2 Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali... 72

Grafik 5.3 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 2010 – 2014 ... 73

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali ... 75

Grafik 6.2. Perkembangan Dunia Usaha ... 76

Grafik 6.3. Ekspektasi Situasi Bisnis Ke depan ... 76

Grafik 6.4 Proyeksi Inflasi Bali ... 78

Grafik 6.5 Perkembangan Perkiraan Penawaran dan Permintaan Provinsi Bali ... 78

Grafik 6.6 Ekspektasi Pedagang terhadap Perubahan Barang dan Jasa ... 79

(9)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 9

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, 2011 – 2014 (%, yoy) ... 18

Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, 2011 – 2014 (%, yoy) ... 32

Tabel 2.1 Inflasi Triwulanan menurut Kelompok Barang (%, yoy) ... 43

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran ... 49

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran ... 49

Tabel 3.1 Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali... 53

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Menurut Sektor ... 57

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali ... 59

Tabel 3.4 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ... 61

Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi RTGS ... 62

Tabel 4.1 Rata-rata Realisasi Pendatan dan Belanja Daerah Triwulan I Periode 2011 – 2014 ... 68

Tabel 4.2 APBD Provinsi Bali ... 69

Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali ... 77

Daftar Boks

BOKS A Daya Saing Ekspor Industri Pengolahan ... 38

BOKS B Potensi El-Nino dan Dampaknya terhadap Produksi Pangan Daerah ... 50

BOKS C Dampak Implementasi Kebijakan Loan to Value (LTV) dan Down Payment (DP) terhadap KPR dan KKB Provinsi Bali ... 64

(10)

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali

PDRB dan Inflasi :

Indikator 2012 2013 2014

I II III IV I II III IV I

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Produk Domestik Regional Bruto (%) 6.09 6.76 6.79 6.94 6.71 6.05 5.97 5.49 5.43 Berdasarkan Sektor :

- Pertanian 0.65 3.36 4.33 5.12 2.14 1.71 0.88 0.87 1.00

- Pertambangan dan Penggalian 9.85 13.13 16.93 20.93 16.46 11.78 6.40 3.13 (5.70)

- Industri Pengolahan 3.60 4.90 7.77 7.81 8.02 7.07 5.59 6.40 7.03

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.64 7.67 9.84 10.13 9.85 9.40 8.04 7.01 3.30

- Bangunan 13.23 17.01 20.71 23.30 21.10 11.25 (1.28) (3.94) (5.27)

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6.20 5.95 5.41 5.07 5.75 5.92 5.86 5.44 6.48

- Pengangkutan dan Komunikasi 9.86 8.31 6.17 6.12 5.17 5.56 5.87 7.31 7.11

- Keuangan dan Persewaan 8.48 8.37 9.96 9.83 8.78 7.96 6.00 7.36 7.99

- Jasa-jasa 8.63 9.30 6.79 6.55 8.93 8.55 15.12 11.52 9.23

Berdasarkan Permintaan :

- Konsumsi 3.88 3.97 0.90 0.93 5.45 7.92 12.28 13.46 10.78

- Konsumsi Rumah Tangga 4.32 3.91 0.22 (0.03) 4.64 5.42 7.86 9.72 6.11

- Konsumsi Lembaga Nirlaba 8.37 9.64 6.12 5.91 17.68 25.18 32.10 30.33 20.79

- Konsumsi Pemerintah 0.55 3.83 4.85 6.41 9.50 22.24 38.07 33.67 39.47 - Investasi 24.97 44.79 27.16 32.86 36.62 24.59 6.69 (1.06) (3.86) - PMTB 14.74 16.75 16.53 20.38 26.59 21.39 6.64 0.57 (6.13) - Perub. Stok (35.70) (71.01) (62.70) (63.35) (69.46) (28.46) 5.37 40.19 (103.49) - Ekspor 7.36 5.93 4.34 4.78 4.74 8.62 17.45 15.35 16.30 - Impor 11.27 14.37 5.15 7.62 14.33 17.65 24.26 20.12 16.80 Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 143.55 161.01 136.36 145.92 145.85 138.03 122.67 133.75 132.19 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 30.50 34.64 31.49 34.34 27.09 32.90 29.55 33.59 27.57 Impor

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 42.42 31.73 32.85 53.19 44.52 53.15 94.07 129.10 122.10 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 5.83 1.72 26.82 29.37 13.26 21.11 22.39 20.09 11.67 Laju Inflasi Provinsi Bali (% yoy) 4.52 4.32 4.37 4.71 6.47 5.47 7.91 7.35 6.09

(11)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 11

PERBANKAN

Indikator 2012 2013 2014

I II III IV I II III IV I

PERBANKAN

Total Aset (Rp Triliun) 53.24 57.09 60.98 63.63 64.85 68.04 73.19 75.55 75.01 DPK (Rp Triliun) 46.90 49.58 52.99 54.95 55.98 57.84 62.26 64.23 63.90 - Giro (Rp Triliun) 9.90 10.35 10.35 10.35 11.90 12.05 13.38 11.71 12.23 - Tabungan (Rp Triliun) 22.03 23.82 23.82 23.82 27.54 28.82 30.84 32.75 31.18 - Deposito (Rp Triliun) 14.97 15.41 15.41 15.41 16.54 16.97 18.04 19.77 20.50 Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank 31.85 34.34 36.68 39.66 41.42 44.77 47.16 49.25 50.33 - Modal Kerja 12.95 14.52 15.18 16.51 16.67 17.37 18.32 19.71 19.99 - Investasi 6.18 6.40 7.11 7.88 8.65 10.27 10.66 11.08 11.35 - Konsumsi 12.72 13.41 14.39 15.27 16.10 17.13 18.19 18.46 18.99 Kredit UMKM (Rp Triliun) 12.93 14.41 14.87 15.96 16.12 17.78 18.68 19.74 20.21 Loan to Deposit Ratio (%) 67.92 69.26 69.23 72.18 73.99 77.40 75.75 76.67 78.77 NPL gross (%) 1.41 0.76 0.73 0.50 0.61 0.54 0.51 0.49 0.70

(12)

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 SISTEM PEMBAYARAN Indikator 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) 2,281 1,901 2,131 1,830 2,906 2,503 2,797 2.194 3.331 Outflow (Rp Triliun) 1,623 2,790 3,125 3,242 2,280 2,468 4,154 3.494 2.382 RTGS : RTGS From :

Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp) 15,550 22,231 28,185 30,382 29,941 33,865 34,940 27.875 42.024 Vol.Transaksi RTGS From (Lembar) 15,813 20,373 22,531 25,534 21,235 24,172 34,726 23,638 20.507 RTGS To :

Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 9,620 14,134 17,969 20,675 21,187 23,450 45,831 21,702 19.201 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 17,710 20,004 21,061 23,039 20,623 22,580 42,415 21,221 19.855 RTGS From-To :

Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 2,764 3,369 3,858 4,356 3,990 4,144 9,280 4,038 3.866 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 4,282 4,789 5,078 5,763 5,107 5,630 9,692 5,029 4.631 Kliring :

Nom. Kliring (Juta Rp) 10,305 11,977 11,525 12,871 11,782 12,467 13,009 13,616 12.881 Vol. Kliring (Rb Lbr) 527 543 536 545 529 541 525 552 545 Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp) 230 257 315 259 323 344 326 410 321 Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr) 7.15 9.03 6.84 7.12 8.17 8.42 7.75 8.39 8.06

(13)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 13

Ringkasan Umum

Perekonomian Bali tumbuh melambat dari 5,49% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,43% (yoy) pada triwulan I 2014. Walaupun tumbuh melambat, perekonomian Bali tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,21% (yoy). Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi Bali dipicu oleh perlambatan yang terjadi di sektor jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, serta bangunan. Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan dipicu oleh perlambatan komponen konsumsi swasta serta kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada komponen investasi.

Perekonomian Bali triwulan I 2014 tumbuh melambat

sebesar 5,43% (yoy)

Setelah mengalami inflasi cukup tinggi di tahun 2013, inflasi Provinsi Bali pada triwulan I 2014 melandai sehingga tercatat sebesat 6,09% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,35% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,47% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi pada tahun 2014 terutama didorong oleh kelompok volatile foods dan core inflation. Sementara tekanan inflasi administered price relatif stabil, tercermin pada pergerakan inflasi kelompok ini yang berada pada level moderat.

Laju inflasi di triwulan I 2014 sebesar 6,09% (yoy), lebih rendah

dibanding laju inflasi triwulan sebelumnya

Pada awal tahun 2014, industri perbankan masih belum menunjukkan ada peningkatan kegiatan usaha. Kinerja perbankan masih cenderung melanjutkan perlambatan sejak akhir 2013 yang dipicu oleh melambatnya kinerja perekonomian makro. Hal ini terindikasi dari perlambatan pada dua indikator utama kinerja perbankan yaitu pengerahan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit kepada masyarakat.

Perlambatan ekonomi dan industri perbankan juga terkonfirmasi dari melambatnya peredaran uang baik kartal maupun giral di provinsi Bali. Pada sisi uang kartal, sebagai indikator transaksi tunai, tercatat uang masuk ke Bank Indonesia lebih besar dibanding yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sedangkan pada transaksi non tunai terjadi penurunan jumlah nominal baik pada transaksi yang dilakukan melalui kliring maupun real time gross settlement (RTGS).

Beberapa indikator kinerja perbankan menunjukkan perlambatan di triwulan I 2014 Sistem pembayaran tunai maupun non

tunai juga cenderung mengalami perlambatan di triwulan I 2014

(14)

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Realisasi pendapatan dan belanja pada

Triwulan I 2014 meningkat dibanding

triwulan sebelumnya

Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali pada triwulan I 2014 mencapai 26,51% lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2013 sebesar 25,52%. Sementara itu, realisasi anggaran belanjanya sebesar 9,58%, juga lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja triwulan I 2013 sebesar 8,63%. Realisasi belanja langsung pada triwulan I 2014 sebesar 5,57% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,66%. Hal ini menunjukkan realisasi belanja guna menstimulasi mesin perekonomian semakin baik.

Tingkat kesejahteraan petani triwulan I 2014

menunjukkan penurunan, begitu juga dengan tingkat

pengangguran Perekonomian Bali triwulan II 2014 diperkirakan tumbuh kisaran 5,2 5,8% (yoy) Perekonomian Bali tahun 2014 diperkirakan tumbuh kisaran 5,35 5,95% (yoy)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan I 2014 mengalami penurunan 0,11% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif tinggi yaitu 0,42% (mtm) pada akhir triwulan I 2014 lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar 0,19% (mtm). Tingkat pengangguran di Provinsi Bali mengalami penurunan dari 1,79% pada Agustus 2013 menjadi 1,37% pada Februari 2014.

Perekonomian Bali triwulan II 2014 diperkirakan relatif meningkat dibandingkan dengan perekonomian triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 5,43% (yoy). Perekonomian Bali triwulan II 2014 diperkirakan tumbuh di kisaran 5,2 5,8% (yoy). peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan sektor-sektor utama yang diperkirakan meningkat di triwulan II 2014. Dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor diperkirakan akan kembali menunjukkan peningkatan. Selain itu, kontraksi yang terjadi pada komponen investasi diperkirakan tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya.

Untuk keseluruhan tahun 2014, perekonomian Bali diperkirakan tumbuh di kisaran 5,35 5,95% (yoy). Proyeksi pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2013 yang sebesar 6,05% (yoy). Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh realisasi perekonomian Bali triwulan I 2014 yang masih tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selain itu, komponen investasi diperkirakan belum menunjukkan perbaikan sehingga berdampak pada perlambatan pertumbuhan sektor bangunan.

(15)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 15

Tekanan inflasi pada triwulan II 2014 diperkirakan masih cukup tinggi. Berdasarkan disagregasinya, upside risk inflasi diperkirakan bersumber dari core inflation dan administered price,sedangkan tekanan inflasi volatile foods diperkirakan mereda. Dengan demikian inflasi Bali diperkirakan akan berada dalam rentang 6,3 6,8% (yoy).

Tekanan inflasi Provinsi Bali pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 5,2 6,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 seiring dengan hilangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi. Namun terdapat sejumlah risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi, seperti penyesuaian administered prices, dan potensi peningkatan harga pangan akibat musim kemarau di beberapa daerah, termasuk adanya indikasi kemungkinan terjadinya El Nino dengan intensitas lemah di bulan Agustus 2014.

Tekanan inflasi triwulan II 2014 diperkirakan berada di kisaran 6,3 6,8% (yoy) Tekanan inflasi tahun 2014 diperkirakan sebesar 5,2 6,2% (yoy)

(16)

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan

(17)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 17

1.

Ekonomi Makro Regional

Perekonomian Bali triwulan I 2014 kembali menunjukkan perlambatan. Perekonomian Bali tumbuh melambat dari 5,49% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,43% (yoy) pada triwulan I 2014 (Grafik 1.1). Walaupun tumbuh melambat, perekonomian Bali tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,21% (yoy). Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi Bali dipicu oleh perlambatan yang terjadi di sektor jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, serta bangunan. Namun sektor-sektor utama provinsi Bali, yaitu sektor PHR dan pertanian, menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sehingga menahan perlambatan yang lebih dalam di triwulan I 2014. Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan dipicu oleh perlambatan komponen konsumsi swasta serta kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada komponen investasi, sedangkan pertumbuhan komponen ekspor menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

1.1.

SISI PENAWARAN

Ditinjau dari sisi penawaran, pertumbuhan sektor jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, serta bangunan mengalami perlambatan di triwulan I 2014. Perlambatan tersebut menyebabkan perekonomian Bali tumbuh melambat dari 5,49% pada triwulan IV 2013 menjadi 5,43% (yoy) pada triwulan I 2014. Walaupun total pangsa ketiga sektor tersebut hanya sebesar 30,71%, namun perlambatan yang cukup dalam di sektor jasa-jasa serta kontraksi sektor bangunan yang masih berlangsung sejak triwulan III 2013 mendorong perlambatan pertumbuhan yang terjadi di sisi lain. Di sisi lain, pertumbuhan sektor-sektor utama Bali, yaitu Sektor PHR dan Pertanian, menunjukkan peningkatan sehingga menahan perlambatan yang lebih dalam di triwulan I 2014. Detail pertumbuhan PDRB dari sisi penawaran dapat dilihat pada Tabel 1.1.

(18)

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, 2011 2014 (%, yoy)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Jika ditinjau dari pangsanya, perekonomian Bali di triwulan I 2014 masih ditopang oleh tiga sektor utamanya, yaitu Sektor PHR, Pertanian, serta Jasa-Jasa, dengan pangsa masing-masing sebesar 32,41%, 17,03%, 15,15% terhadap total perekonomian provinsi Bali (Grafik 1.2). Komposisi yang menggambarkan struktur perekonomian provinsi Bali tersebut relatif tidak mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Adapun total sumbangan (andil) ketiga sektor tersebut mencapai 3,61% terhadap pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan I 2014 (Grafik 1.3). Namun pangsa sektor PHR cenderung meningkat, sedangkan di sisi lain pangsa sektor pertanian cenderung mengalami penurunan seiring dengan alih fungsi lahan pertanian yang masih berlangsung hingga saat ini.

Berdasarkan kelompoknya, andil sektor primer (sektor pertanian dan pertambangan) terhadap pertumbuhan ekonomi Bali hanya sebesar 0,13%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan andil sektor tersier (sektor PHR, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa) yang mencapai 4,80% terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Bali ditopang oleh sektor tersier, khususnya sektor PHR yang didorong oleh industri pariwisata.

Grafik 1.2 Pangsa Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali di Tahun 2013

Grafik 1.3 Andil Sektor terhadap Perekonomian Provinsi Bali di Tahun 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

2014 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Pertanian 2.22 3.37 2.14 1.71 0.88 0.87 1.39 1.00 Pertambangan 10.51 15.25 16.46 11.78 6.40 3.13 9.21 (5.70) Industri 3.12 6.04 8.02 7.07 5.59 6.40 6.75 7.03 Listrik, Gas & Air 7.35 9.08 9.85 9.40 8.04 7.01 8.55 3.30 Bangunan 7.88 18.67 21.10 11.25 (1.28) (3.94) 6.20 (5.27) Perdg, Hotel & Rest. 8.69 5.65 5.75 5.92 5.86 5.44 5.74 6.48 Pengangkutan & Kom. 5.97 7.56 5.17 5.56 5.87 7.31 5.99 7.11 Keuangan & Persewaan 6.22 9.18 8.78 7.96 6.00 7.36 7.50 7.99 Jasa-Jasa 9.94 7.78 8.93 8.55 15.12 11.52 11.08 9.23

PDRB 6.49 6.65 6.71 6.05 5.97 5.49 6.05 5.43

Sektor 2011 2012 2013 2013

(19)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 19

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa sejak triwulan III 2013, laju pertumbuhan paling tinggi masih disumbang oleh pertumbuhan sektor jasa-jasa. Namun walaupun masih tumbuh tinggi sebesar 9,23% (yoy), pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan di sisi lain, sektor bangunan kembali mengalami kontraksi yang lebih dalam hingga 5,27% (yoy). Kontraksi di sektor bangunan tersebut terkait dengan perlambatan investasi di awal tahun 2014 seiring berakhirnya

booming investasi MP3EI dalam rangka penyelenggaraan KTT APEC di tahun 2013. Selain itu, tingginya harga properti diperkirakan menjadi faktor pendorong perlambatan di sektor bangunan.

1.1.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Pertumbuhan Sektor PHR di triwulan I 2014 meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sektor PHR tumbuh sebesar 6,48%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 5,44% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan tersebut mendorong andil sektor PHR terhadap pertumbuhan ekonomi Bali dari 1,74% menjadi sebesar 2,08%. Baik subsektor perdagangan, hotel, maupun restoran menunjukkan peningkatan pertumbuhan di triwulan I 2014. Dari sisi kredit, nominal penyaluran kredit di triwulan I 2014 juga mengalami peningkatan, dengan outstanding kredit sebesar Rp 20,35 triliun (Grafik 1.4). Namun pertumbuhannya cenderung melambat seiring dengan trend perlambatan kredit yang terjadi sejak pertengahan tahun 2013.

Peningkatan pertumbuhan sektor PHR tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di awal tahun. Pada triwulan I 2014, pertumbuhan jumlah kunjungan wisman meningkat dari 14,00% menjadi sebesar 14,87% (yoy), dengan jumlah kunjungan sebanyak 835.099 orang. Pertumbuhan tersebut didorong oleh masuknya libur awal tahun serta libur panjang di bulan Januari dan Maret. Selain itu, adanya beberapa kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition

(MICE) di triwulan I 2014, salah satunya Fourth International Conference on Industrial Engineering and Operations Management (IEOM 2014) pada Januari 2014 ikut mendorong pertumbuhan sektor PHR triwulan I 2014.

Grafik 1.4 Penyaluran Kredit Sektor PHR Grafik 1.5 Kunjungan Wisman ke Bali

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah

Namun di sisi lain, walaupun pertumbuhan jumlah kunjungan wisman menunjukkan peningkatan, namun Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan rata-rata lama menginap di hotel cenderung mengalami penurunan pada triwulan I 2014. TPK triwulan I 2014 mengalami penurunan dari 61,35% menjadi 58,92%, sedangkan

(20)

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

rata-rata lama menginap turun dari 3,48 hari menjadi 3,17 hari (Grafik 1.6). Meningkatnya pertumbuhan jumlah kunjungan wisman sedangkan TPK menurun kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya semakin maraknya pembangunan hotel khususnya di Kabupaten sehingga TPK menjadi menurun, beralihnya preferensi wisman dari menginap di hotel bintang maupun non bintang ke villa maupun

city hotel, atau disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan domestik di awal tahun. Namun meningkatnya pertumbuhan jumlah kunjungan wisman masih sejalan dengan meningkatnya penerimaan visa on arrival di triwulan II 2014 dari 16.003 ribu USD pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 17.202 USD, dengan tingkat pertumbuhan mencapai 32,27% (yoy) (Grafik 1.7). Tingkat pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Grafik 1.6 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel

Grafik 1.7 Penerimaan Visa On Arrival

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia, diolah

Kunjungan wisman ke Bali pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh wisman asal Australia dan Tiongkok, dengan pangsa masing-masing sebesar 24,84% dan 18,09% terhadap total kunjungan wisman ke Bali. Pangsa wisman asal Australia cenderung menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, begitu juga dengan pangsa wisman asal Malaysia dan Jepang. Namun di sisi lain, pangsa wisman asal Tiongkok menunjukkan peningkatan yang signifikan dari sebelumnya 9,85% menjadi sebesar 18,09%. Peningkatan kunjungan wisman asal Tiongkok tersebut salah satunya didorong oleh perekonomian Tiongkok yang perlahan menunjukkan arah perbaikan, dimana perekonomian Tiongkok triwulan I 2014 masih tumbuh tinggi sebesar 7,4% (yoy). Selain itu, banyaknya hari libur nasional di Tiongkok pada triwulan I 2014, diantaranya libur tahun baru serta libur imlek (31 Januari 6 Februari) menjadi faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan wisman asal Tiongkok di triwulan I 2014. Secara keseruhan, pangsa negara asal kunjungan wisman ke Bali dapat dilihat pada Grafik 1.8.

Sedangkan ditinjau dari pertumbuhan jumlah kunjungannya, hampir seluruh wisman dari tiap negara menunjukkan pertumbuhan kunjungan yang positif, kecuali wisman asal Jepang, Singapore, Taiwan, Rusia dan Jerman yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan kunjungan wisman asal Austalia dan Tiongkok yang memiliki pangsa terbesar mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan wisman asal Australia meningkat dari 4,46% menjadi 15,67% (yoy). Namun pertumbuhan paling tinggi ditunjukkan oleh wisman asal Tiongkok dan Singapore, yang masing-masing tumbuh sebesar 50,17% dan 48,72% (yoy). Hal tersebut menunjukkan hal yang positif dan dapat menjadi peluang besar bagi para pelaku usaha industri pariwisata maupun pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata Bali ke depannya. Perkembangan pertumbuhan kunjungan wisman berdasarkan negara asalnya dapat dilihat pada Grafik 1.9.

(21)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 21

Grafik 1.8 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Grafik 1.9 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah

Sejalan dengan pertumbuhan sektor PHR, pertumbuhan subsektor perdagangan triwulan I 2014 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan subsektor perdagangan meningkat dari 7,54% menjadi sebesar 8,39% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia, terjadi kenaikan total penjualan di triwulan I 2014, dengan pertumbuhan total penjualan mencapai 61,65% (yoy) (Grafik 1.10). Walaupun pertumbuhannya sedikit melambat, namun pertumbuhan tersebut masih tergolong tinggi, dengan hasil survei nilai total penjualan yang meningkat pesat dari Rp 162 miliar menjadi Rp 198 miliar. Sama seperti triwullan sebelumnya, peningkatan total penjualan tersebut didorong oleh kenaikan total penjualan suku cadang di triwulan I 2014 (Grafik 1.11).

Grafik 1.10 Perkembangan Total Penjualan Grafik 1.11 Pertumbuhan Indeks Penjualan

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III

Walaupun pertumbuhannya cenderung meningkat di triwulan I 2014, namun beberapa indikator lain terkait subsektor perdagangan menunjukkan perlambatan pertumbuhan, salah satunya indikator penyaluran kredit. Sejalan dengan penyaluran kredit sektor PHR, pertumbuhan penyaluran kredit subsektor perdagangan juga menunjukkan perlambatan. Pada triwulan I 2014, penyaluran kredit subsektor perdagangan tumbuh melambat dari 30,41% menjadi sebesar 28,68% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 14,7 triliun (Grafik 1.12). Walaupun tumbuh melambat, namun pertumbuhan kredit tersebut masih tergolong tinggi. Selain itu, pertumbuhan arus bongkar muat di Pelabuhan Benoa kembali mengalami kontraksi di triwulan I

(22)

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

2014 (Grafik 1.13). Kontraksi pertumbuhan arus bongkar muat tersebut salah satunya disebabkan oleh cuaca yang kurang kondusif di awal tahun sehingga menggangu kelancaran distribusi dari dan ke Pelabuhan Benoa.

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Subsektor Perdagangan Grafik 1.13 Perkembangan Arus Bongkar Muat

Sumber : PT Pelindo III, diolah

1.1.2. Sektor Pertanian

Setelah mengalami perlambatan di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan sektor pertanian di triwulan I 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor pertanian tumbuh sebesar 1,00% pada triwulan I 2014, sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,87% (yoy). Peningkatan tersebut menyebabkan andil sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Bali sedikit meningkat dari 0,16% menjadi 0,18%. Walaupun meningkat, namun pertumbuhan serta andil sektor pertanian terhadap perekonomian Bali masih tergolong rendah. Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh peningkatan subsektor perikanan, yang tumbuh dari 1,64% menjadi 6,68% (yoy). Sedangkan pertumbuhan subsektor lainnya, yaitu subsektor tanaman bahan makanan (tabama), tanaman perkebunan, peternakan, serta kehutanan cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Meningkatnya kinerja subsektor perikanan didorong oleh meningkatnya jumlah tangkapan ikan di bulan Maret 2014. Pada periode tersebut, jumlah tangkapan ikan mencapai 183.517 kilogram sehingga mendorong pertumbuhan jumlah tangkapan ikan di triwulan I 2014 tetap tumbuh tinggi lebih dari 100% (yoy) (Grafik 1.1.4). Sedangkan dari sisi kredit, pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor pertanian juga menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan I 2014, pertumbuhan kredit sektor pertanian tumbuh melambat dari 15,75% menjadi 11,88% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,1 triliun. (Grafik 1.15).

(23)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 23

Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Perikanan Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Sumber : www.pipp.djpt.kkp.go.id

Untuk subsektor tanaman bahan makanan (tabama), subsektor tersebut kembali tumbuh melambat pada triwulan I 2014. Pertumbuhan subsektor tabama melambat dari 1,53% menjadi sebesar 0,90% (yoy). Perlambatan tersebut telah terjadi secara konsisten dalam beberapa triwulan terakhir. Pangsa subsektor tabama terhadap total sektor pertanian mencapai 45,95%. Berdasarkan data prognosa kebutuhan pokok masyarakat di daerah Bali periode Januari sampai dengan Juni 2014, diperoleh bahwa jumlah stok beras di akhir triwulan I 2014 sebesar 95.654 ton (Grafik 1.16). Sedangkan berdasarkan data terakhir luas panen padi di akhir tahun 2013, pertumbuhan luas panen padi menunjukkan perlambatan pada akhir tahun 2013 (Grafik 1.17) dan diperkirakan luas panen akan sedikit berkurang di tahun 2014. Isu alih fungsi lahan pertanian di Bali yang sedang marak beberapa waktu ini dinilai menjadi salah satu faktor pendorong berkurangnya luas panen di tahun 2014. Selain itu kondusi cuaca yang kurang kondusif di awal tahun 2014 juga menjadi pemicu berkurangnya luas panen padi di awal tahun 2014.

Grafik 1.16 Prognosa Beras (Stok) Bali 2014 Grafik 1.17 Perkembangan Luas Panen Padi di Bali

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali

Selain subsektor tabama, subsektor peternakan yang memiliki pangsa terbesar ke dua pada sektor pertanian sebesar 27,40% juga tumbuh melambat pada triwulan I 2014. Pertumbuhan subsektor peternakan mengalami kontraksi yang lebih dalam dari triwulan sebelumnya kontraksi 1,74% menjadi kontraksi 3,00% (yoy) pada triwulan I 2014. Banyaknya bibit sapi yang dijual pada usia muda menyebabkan jumlah sapi berkurang sehingga mendorong perlambatan di subsektor peternakan.

(24)

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Sedangkan untuk subsektor perikanan, subsektor tersebut merupakan satu-satunya subsektor pada sektor pertanian yang mengalami peningkatan pertumbuhan sehingga mendorong peningkatan pertumbuhan sektor pertanian secara keseluruhan pada triwulan I 2014. Pertumbuhan subsektor perikanan meningkat dari 1,64% menjadi sebesar 6,68% (yoy). Pangsa subsektor tersebut terhadap total sektor pertanian sebesar 21,85% (yoy). Membaiknya pertumbuhan subsektor perikanan dipicu oleh perbaikan kondisi cuaca di bulan Maret 2014 sehingga mendorong peningkatan produksi perikanan di triwulan I 2014. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekspor perikanan, dengan total nilai ekspor mencapai 27,14 juta USD (Grafik 1.18). Sedangkan dari sisi volume, pertumbuhan volume ekspor perikanan cenderung melambat dari 10,07% menjadi sebesar 2,20% (yoy), dengan total volume ekspor sebesar 7,94 ribu ton (Grafik 1.19).

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Grafik 1.19 Perkembangan Volume Ekspor Perikanan

1.1.3. Sektor Jasa-jasa

Seperti pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor jasa-jasa di triwulan I 2014 kembali mengalami perlambatan. Pertumbuhan sektor tersebut melambat dari 11,52% menjadi 9,23% (yoy), dengan andil terhadap pertumbuhan yang berkurang dari 1,68% menjadi 1,35%. Perlambatan yang terjadi di sektor jasa-jasa dipicu oleh perlambatan subsektor pemerintahan umum, sedangkan pertumbuhan subsektor jasa-jasa swasta cenderung menunjukkan peningkatan. Subsektor jasa pemerintahan umum tumbuh melambat dari 15,37% menjadi sebesar 11,02% (yoy). Subsektor tersebut menunjukkan trend perlambatan pasca pembayaran gaji ke 13 di pertengahan tahun 2013. Sedangkan dari sisi jasa swasta, pertumbuhan jasa hiburan dan rekreasi menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan pertumbuhan di Sektor PHR. Walaupun pertumbuhan sektor jasa-jasa cenderung melambat, namun pertumbuhan sebesar 9,23% (yoy) pada sektor tersebut merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lainnya.

(25)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 25

Grafik 1.20 Penyaluran Kredit di Sektor Jasa

Sejalan dengan perlambatan sektor jasa-jasa, pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor jasa di triwulan I 2014 juga menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor jasa melambat dari 2,91% menjadi 2,56% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,97 triliun (Grafik 1.20). Penyaluran kredit ke sektor jasa tersebut ditujukan untuk jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Berdasarkan klasifikasinya, kredit ke sektor jasa administrasi pertahanan tumbuh melambat, sedangkan kredit ke jasa kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan serta jasa perorangan dan rumah tangga tumbuh meningkat. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di subsektor tersebut.

1.1.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Setelah menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada tiga triwulan terakhir, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi di triwulan I 2014 sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berbeda dengan sektor PHR, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat dari 7,31% menjadi sebesar 7,11% (yoy). Perlambatan tersebut menyebabkan andil sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi Bali berkurang dari 0,80% menjadi 0,78%. Perlambatan dipicu oleh subsektor pengangkutan yang memilki pangsa 81,44% terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan pertumbuhan subsektor komunikasi sedikit meningkat.

Pertumbuhan subsektor pengangkutan triwulan I 2014 melambat dari 7,59% menjadi sebesar 7,30% (yoy). Namun berdasarkan data PT. Pelindo III, pertumbuhan arus penumpang laut triwulan I 2014 meningkat dari 21,52% menjadi sebesar 39,84% (yoy), dengan jumlah penumpang mencapai 139.662 orang (Grafik 1.21). Peningkatan pertumbuhan arus penumpang laut tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di triwulan I 2014. Sedangkan jumlah penumpang pesawat udara yang berangkat dari Bandara Ngurah Rai Bali sedikit berkurang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 2.026 orang, dengan tingkat pertumbuhan yang masih tinggi sebesar 19,15% (yoy). (Grafik 1.22).

(26)

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Grafik 1.21 Jumlah Penumpang Laut Grafik 1.22 Jumlah Penumpang Pesawat Udara

Sumber : PT Pelindo III, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

1.1.5. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan I 2014, pertumbuhan sektor industri pengolahan kembali menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor industri pengolahan meningkat dari 6,40% menjadi sebesar 7,03% (yoy) sehingga andil sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali turut meningkat dari 0,63% menjadi sebesar 0,70%. Hampir seluruh komponen dalam subsektor industri non migas mengalami pertumbuhan yang meningkat, diantaranya industri tekstil, barang kayu, serta industri makanan, minuman, dan tembakau. Hal tersebut sejalan dengan hasil publikasi BPS yang menunjukkaan bahwa terdapat kenaikan indeks pada industri makanan dan kayu, sedangkan indeks industri tekstil masih menunjukkan kontraksi pada triwulan I 2014 (Grafik 1.23).

Grafik 1.23 Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik 1.24 Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu

Sumber : Badan Pusat Statistik

Jika ditinjau berdasarkan masing-masing komponennya, peningkatan pertumbuhan industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekspor luar negeri kayu olahan (wood manufacture). Setelah mengalami kontraksi dalam satu setengah tahun terakhir, ekspor luar negeri kayu olahan mampu tumbuh tinggi di triwulan I 2014. Pertumbuhan ekspor luar negeri kayu olahan meningkat dari kontraksi 0,42% menjadi tumbuh positif sebesar 43,03% (yoy), dengan nilai nominal mencapai 19,48 juta USD (Grafik 1.24). Meningkatnya ekspor kayu tersebut diperkirakan terkait dengan penandatanganan

(27)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 27

Tata Kelola dan Perdagangan Sektor Kehutanan (FLEGT-VPA) yang berupa Perjanjian Kemitraan Indonesia Uni Eropa tentang Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Sektor Kehutanan. FLEGT-VPA tersebut bertujuan untuk menghentikan perdagangan kayu ilegal dan memastikan hanya kayu dan produk kayu yang telah diverifikasi legalitasnya yang boleh diimpor oleh Uni Eropa dari Indonesia. Indonesia merupakan negara Asia pertama yang memiliki VPA dengan Uni Eropa dan hal ini memberikan keunggulan komparatif kayu dan produk kayu Indonesia, termasuk kerajinan kayu dari sektor UKM untuk bersaing dengan produk negara lain di pasar Uni Eropa. Ekspor kayu sendiri merupakan ekspor terbesar ke dua Bali setelah tekstil dan pada triwulan I 2014 pangsanya terhadap total ekspor luar negeri Bali sebesar 21,13%.

Grafik 1.25 Nilai Ekspor Luar Negeri Pakaian Jadi Grafik 1.26 Nilai Ekspor Luar Negeri Tekstil

Sejalan dengan pertumbuhan ekspor kayu, nilai total ekspor luar negeri pakaian jadi juga mengalami peningkatan pada triwulan I 2014. Sesuai dengan polanya, ekspor pakaian jadi meningkat di triwulan I, dengan nilai total ekspor mencapai 28,12 juta USD, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 21,79 juta USD. Walaupun nilainya meningkat, namun pertumbuhan ekspor luar negeri pakaian jadi sedikit melambat dari 1,79% menjadi 0,63% (yoy) (Grafik 1.25). Sedangkan untuk tekstil, nilai total ekspor luar negeri tekstil sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai total ekspor luar negeri tekstil pada triwulan I 2014 sebesar 5,19 juta USD (Grafik 1.26). Penurunan ekspor luar negeri tekstil tersebut sesuai dengan polanya dimana pada triwulan I, total ekspor tekstil cenderung menunjukkan penurunan dibandingkan dengan ekspor di akhir tahun. Melambatnya pertumbuhan ekspor luar negeri tekstil menunjukkan bahwa pertumbuhan industri tekstil triwulan I 2014 lebih didorong oleh ekspor tekstil dalam negeri. Namun walaupun tumbuh melambat, total ekspor luar negeri pakaian jadi dan tekstil mencapai 25,20% terhadap total ekspor luar negeri Bali di triwulan I 2014. Produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Bali yang menembus pasar luar negeri berupa pakaian jadi (busana) yang sangat diminati konsumen mancanegara karena rancangannya didesain secara unik dan menarik.

(28)

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Grafik 1.27 Kredit Sektor Industri Grafik 1.28 Konsumsi Listrik Industri

Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah

Sedangkan dari sisi kredit, sejalan dengan trend perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan tumbuh melambat di triwulan I 2014. Pertumbuhan kredit ke sektor industri melambat dari 15,33% menjadi sebesar 11,96% (yoy), dengan outstanding kerdit sebesar Rp 1.62 triliun (Grafik 1.27). Pertumbuhan konsumsi listrik industri juga menunjukkan perlambatan pada triwulan I 2014. Total konsumsi listrik industri berkurang dari 40,55 juta KwH pada triwulan IV 2013 menjadi sebesar 37,01 juta KwH pada triwulan I 2014 (Grafik 1.28).

1.1.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Seperti pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahan kembali menunjukkan peningkatan pada triwulan I 2014. Pertumbuhan sektor tersebut meningkat dari 7.36% menjadi sebesar 7,99% (yoy). Andil sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali pun ikut meningkat dari 0.54% menjadi 0,58%. Ditinjau berdasarkan subsektornya, peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan subsektor sewa bangunan, lembaga keuangan tanpa bank, serta jasa penunjang keuangan, sedangkan pertumbuhan subsektor bank dan jasa perusahaan cenderung menunjukkan perlambatan.

Pada triwulan I 2014, subsektor sewa bangunan yang memiliki pangsa sebesar 46,65% terhadap total sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mampu tumbuh sebesar 9,01%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,32% (yoy). Peningkatan pertumbuhan sewa bangunan tersebut sejalan dengan inflasi komoditas sewa rumah yang cukup tinggi, khususnya di bulan Maret 2014 yang mencaai 0,17% (mtm) (Grafik 1.29). Walaupun secara keseluruhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh meningkat, pertumbuhan tersebut sedikit tertahan oleh melambatnya pertumbuhan subsektor bank di triwulan I 2014. Subsektor bank tumbuh melambat dari 7,44% menjadi sebesar 6,86% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi secara konsisten dan sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit bank umum yang telah terjadi sejak tahun 2013. Namun perlambatan tersebut sejalan dengan tingkat suku bunga BI rate sebesar 7,5% yang ditetapkan dengan tujuan untuk menekan inflasi serta memperbaiki kondisi neraca perdagangan nasional.

(29)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 29

Grafik 1.29 Perkembangan Inflasi Komoditas Sewa Rumah

Grafik 1.30 Kredit Bank Umum

Sumber : BPS

Pada triwulan I 2014, penyaluran kredit bank umum tumbuh melambat dari 24,18% menjadi sebesar 21,51% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 50,33 triliun (Grafik 1.30). Walaupun tumbuh melambat, namun nominal total kredit bank umum di triwulan I 2014 masih meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 49,25 triliun. Trend perlambatan pertumbuhan kredit tersebut dan saat ini tumbuh sebesar 21,51% (yoy) diharapkan dapat mencapai sasaran pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 15 18% (yoy) dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi neraca perdagangan nasional secara umum.

1.1.7. Sektor Bangunan

Pertumbuhan sektor bangunan kembali mengalami kontraksi pada triwulan I 2014 dan telah mengalami kontraksi selama tiga triwulan terakhir sejak triwulan III 2013. Pertumbuhan sektor bangunan pun telah menunjukkan perlambatan sejak awal tahun 2013. Pada triwulan I 2014, pertumbuhan sektor bangunan mengalami kontraksi sebesar 5,27%, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 3,94% (yoy). Kontraksi tersebut menyebabkan sektor bangunan kembali menyumbangkan angka pertumbuhan negatif terhadap total pertumbuhan ekonomi Bali, dengan andil sebesar -0.26%.

Belum adanya proyek pembangunan berskala besar, khususnya pembangunan infrastruktur terkait MP3EI pasca booming investasi menjelang KTT APEC di akhir tahun 2013, menyebabkan pertumbuhan sektor bangunan terus menunjukkan perlambatan. Namun pada awal tahun 2014 telah diresmikan beberapa proyek infrastruktur PU di provinsi Bali, diantaranya proyek pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Petanu dengan kapasitas 300 liter/detik, dua buah SPAM IKK di Kabupaten Tabanan dan Badung serta satu SPAM pedesaan di Kabupaten Jembrana dan Tabanan dengan total kapasitas 40 liter per detik, pembangunan sistem drainase Tukad Teba, serta program sanitasi berbasis masyarakat di Kabupaten tabanan. Rencana pembangunan proyek infrastruktur tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja sektor bangunan di pertengahan dan akhir tahun 2014.

(30)

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Grafik 1.31 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Semen

Sumber : Survei Harga Porperti Residensial, Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Perlambatan dan kontraksi yang terjadi di sektor bangunan sejalan dengan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia di triwulan I 2014. Hasil SHPR menunjukkan terjadi perlambatan pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan I 2014 (Grafik 1.31). Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan terhadap properti residensial di Bali kembali mengalami penurunan. Fenomena terus meningkatnya harga properti khususnya di Bali menjadi salah satu pemicu perlambatan sektor bangunan dalam beberapa periode terakhir. Tingginya harga porperti khususnya di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung tidak terlepas dari semakin terbatasnya lahan yang tersedia di daerah-daerah tersebut.

Grafik 1.33 Kredit Sektor Bangunan

Selain itu, berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pertumbuhan konsumsi semen di Bali juga masih mengalami kontraksi seperti pada triwulan sebelumnya, dengan total konsumsi di sepanjang triwulan I 2014 sebesar 430,12 ribu ton semen. Namun kontraksi yang terjadi tidak sedalam sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan konsumsi semen di triwulan I 2014 sebesar 1,54%, jauh lebih baik dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 21,88% (yoy) (Grafik 1.32). Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor bangunan juga mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2014, penyaluran kredit sektor bangunan tumbuh melambat dari 45,72% menjadi sebesar 25,83% (yoy), dengan

outstanding kredit sebesar Rp 1,76 triliun (Grafik 1.33). Relatif berkurangnya proyek pembangunan di awal tahun 2014 serta penerapan kebijakan Loan to Value (LTV) dinilai masih efektif dalam menahan laju pertumbuhan kredit dalam rangka mencapai sasaran pertumbuhan kredit nasional.

(31)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 31

1.1.8. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)

Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih (LGA) tumbuh melambat di triwulan I 2014. Pertumbuhan sektor LGA melambat dari 7,01% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 3,30% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir. Perlambatan terus menyebabkan andil sektor LGA terhadap pertumbuhan ekonomi Bali berkurang dari 0,11% menjadi 0,05%. Perlambatan tersebut terjadi baik pada subsektor listrik maupun air bersih. Khusus untuk subsektor listrik yang memiliki pangsa sebesar 72,94% terhadap total sektor LGA, subsektor tersebut tumbuh melambat dari 6,54% menjadi sebesar 2,04% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan data yang diperoleh dari PLN, dimana pertumbuhan konsumsi listrik maupun jumlah pelanggan listrik di Bali mengalami perlambatan pada triwulan I 2014. Pertumbuhan konsumsi listrik mengalami kontraksi sebesar 15,64% (yoy), dengan jumlah konsumsi listrik sebesar 1.032,04 juta KwH (Grafik 1.34). Kontraksi tersebut terjadi seiring dengan tingginya pertumbuhan jumlah konsumsi listrik di periode yang sama tahun sebelumnya pada saat terjadinya booming investasi pembangunan infrastruktur di tahun 2013 (base effect) sehingga jumlah listrik yang dibutuhkan pada periode tersebut relatif lebih besar dibandingkan dengan periode pelaporan. Selain itu, pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di triwulan I 2014 juga melambat dari 9,09% menjadi sebesar 8,92% (yoy), dengan jumlah pelanggan sebesar 1.020 unit (Grafik 1.35).

Grafik 1.34 Konsumsi Listrik di Bali Grafik 1.35 Jumlah Pelanggan Listrik

Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah

1.2.

SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 dari 5,49% menjadi sebesar 5,43% (yoy) didorong oleh perlambatan konsumsi swasta (konsumsi swasta dan lembaga nirlaba) serta komponen investasi. Konsumsi swasta tumbuh melambat dari 10,07% menjadi sebesar 6,37% (yoy), sedangkan pertumbuhan investasi terkontraksi lebih dalam dari kontraksi 1,06% menjadi sebesar 3,86% (yoy). Trend

perlambatan investasi tersebut telah terjadi dalam satu tahun terakhir. Namun perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 sedikit tertahan oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah serta komponen ekspor. Konsumsi pemerintah masih tumbuh tinggi dan meningkat dari 33,67% menjadi sebesar 39,47% (yoy), sedangkan pertumbuhan ekspor meningkat dari 15,35% menjadi sebesar 16,30% (yoy). Detail perkembangan pertumbuhan PDRB dari sisi permintaan dapat dilihat pada Tabel 1.2.

(32)

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, 2011 2014 (%, yoy)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

1.2.1. Konsumsi

Secara umum, pertumbuhan konsumsi triwulan I 2014 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi tumbuh melambat dari 13,46% menjadi sebesar 10,78% (yoy). Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan konsumsi swasta (rumah tangga dan lembaga nirlaba), sedangkan pertumbuhan konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan. Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat dari 9,72% menjadi sebesar 6,11% (yoy), sedangkan pertumbuhan konsumsi lembaga nirlaba melambat dari 30,33% menjadi sebesar 20,79% (yoy). Perlambatan pertumbuhan konsumsi di triwulan I 2014 tersebut sejalan dengan beberapa prompt indicator konsumsi, diantaranya hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, Indeks Tendensi Konsumen, penyaluran kredit konsumsi, serta Nilai Tukar Petani (NTP) di triwulan I 2014.

Grafik 1.36 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.37 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber : Survei Konsumen, KPwBI Wilayah III Sumber : Survei Konsumen, KPwBI Wilayah III

2014 Tw I Tw II Tw III Tw IV I

Konsumsi 9.25 2.38 5.45 7.92 12.28 13.46 9.82 10.78

Konsumsi Rumah Tangga 8.65 2.05 4.64 5.42 7.86 9.72 6.92 6.11

Konsumsi Lembaga Nirlaba 7.33 7.46 17.68 25.18 32.10 30.33 26.42 20.79

Konsumsi Pemerintah 13.53 3.98 9.50 22.24 38.07 33.67 26.35 39.47 Investasi 12.56 32.10 36.62 24.59 6.69 (1.06) 15.37 (3.86) PMTB 13.81 17.20 26.59 21.39 6.64 0.57 13.07 (6.13) Perub. Stok 20.66 (59.29) (69.46) (28.46) 5.37 40.19 (25.18) (103.49) Ekspor 6.56 5.56 4.74 8.62 17.45 15.35 11.65 16.30 Impor 11.43 9.42 14.33 17.65 24.26 20.12 19.18 16.80 PDRB 6.49 6.65 6.71 6.05 5.97 5.49 6.05 5.43 Komponen 2011 2012 2013 2013

(33)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 33

Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, hampir seluruh indikator menunjukkan adanya penurunan tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi maupun ekspektasi kondisi ekonomi ke depan. Walaupun masih di atas level optimis (indeks di atas 100), hasil Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE), maupun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan nilai untuk masing-masing indeks sebesar 111,64, 104,94, dan 118,33 (Grafik 1.36). Selain itu berdasarkan hasil survei tersebut, diperoleh adanya indikasi penurunan tingkat penghasilan, supply (persediaan) kerja, serta konsumsi durable goods (barang tahan lama) pada triwulan I 2014 (Grafik 1.37).

Grafik 1.38 Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah

Melambatnya pertumbuhan konsumsi di triwulan I 2014 juga terkonfirmasi dari menurunnya Indeks Tendensi Konsumen (ITK) hasil publikasi BPS. Tingkat optimisme konsumen pada triwulan I 2014 berada pada level 114,98, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan indeks triwulan sebelumnya yang sebesar 115,03 (Grafik 1.38). Selain itu, pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga juga menunjukkan perlambatan pada triwulan I 2014. Pertumbuhan konsumsi listrik mengalami kontraksi sebesar 13,77% (yoy), dengan total konsumsi listrik sebesar 441,96 juta KwH (Grafik 1.39).

Grafik 1.40 Kredit Konsumsi Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Tukar Petani

(34)

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014

Dari sisi kredit, pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi triwulan I 2014 juga menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi tumbuh melambat dari 20,95% menjadi sebesar 17,95% (yoy), dengan total outstanding kredit sebesar Rp 18,99 triliun (Grafik 1.40). Indikator konsumsi lainnya berupa Nilai Tukar Petani (NTP) hasil publikasi BPS juga menunjukkan penurunan indeks pada triwulan I 2014. Indeks NTP triwulan I 2014 menurun dari 105,93 menjadi sebesar 103,83 (Grafik 1.41). Walaupun menunjukkan penurunan, namun indeks yang masih berada di atas 100 tersebut mengindikasikan tingginya daya beli masyarakat pada sektor pertanian.

1.2.2. Investasi

Pada triwulan I 2014, pertumbuhan komponen investasi kembali mengalami perlambatan, dengan kontraksi pertumbuhan yang lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi mengalami kontraksi sebesar 3,86%, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 1,06% (yoy). Perlambatan investasi didorong oleh perlambatan Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh melambat dari 0,57% menjadi kontraksi sebesar 6,13% (yoy). Kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada komponen investasi sejalan dengan kontraksi pertumbuhan sektor bangunan yang terjadi pada triwulan I 2014. Melambatnya pertumbuhan investasi telah terjadi dalam satu tahun terakhir (sejak triwulan I 2014), dimana berakhirnya proyek-proyek infrastruktur berskala besar dalam rangka KTT APEC pada tahun 2013 menyebabkan investasi terus tumbuh melambat di akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2013. Selain itu, tingginya harga tanah di Bali diperkirakan juga berpengaruh terhadap melambatnya pertumbuhan pembangunan di awal tahun 2014. Namun rencana realisasi proyek SPAM Bali di tahun 2014 diharapkan dapat kembali meningkatkan pertumbuhan investasi di tahun 2014.

Grafik 1.42 Kredit Investasi Grafik 1.43 Perkembangan Impor Barang Modal

Melambatnya pertumbuhan investasi tersebut terkonfirmasi dari pertumbuhan penyaluran kredit investasi yang kembali menunjukkan perlambatan pada triwulan I 2014. Penyaluran kredit investasi tumbuh melambat dari 28,10% menjadi sebesar 10,54% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 11,35 triliun (Grafik 1.42). Seperti halnya pertumbuhan investasi, pertumbuhan penyaluran kredit investasi juga sudah menunjukkan

trend perlambatan sejak pertengahan tahun 2013. Selain itu, melambatnya pertumbuhan impor barang modal juga sejalan dengan perlambatan pertumbuhan investasi triwulan I 2013. Walaupun masih tumbuh tinggi, pertumbuhan impor luar negeri barang modal melambat dari 559% menjadi sebesar 437% (yoy),

(35)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 35

dengan total nilai impor sebesar 88,28 juta USD (Grafik 1.43). Perlambatan impor barang modal tersebut diantaranya terdiri dari impor komponen transportasi (transportation equipment), baik untuk kebutuhan industri maupun lainnya.

1.2.3 Ekspor Impor

Setelah tumbuh melambat pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekspor kembali meningkat pada triwulan I 2014, sedangkan pertumbuhan impor tetap pada trend melambat. Pertumbuhan ekspor meningkat dari 15,35% menjadi sebesar 16,30% (yoy), sedangkan pertumbuhan impor melambat dari 20,12% menjadi sebesar 16,80% (yoy). Walaupun pertumbuhan ekspor meningkat dan impor melambat, namun total nominal impor masih lebih besar dibandingkan dengan ekspor sehingga pada triwulan I 2014, provinsi Bali masih berada pada net impor sebesar Rp 267,94 miliar.

Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik 1.45 Perkembangan Volume Ekspor Bali

Berdasarkan data ekspor luar negeri, pertumbuhan ekspor luar negeri masih mengalami kontraksi sejak setahun terakhir. Pertumbuhan ekspor luar negeri triwulan I 2014 mengalami kontraksi sebesar 9,37% (yoy) dengan total nilai ekspor sebesar 132,19 juta USD. Kontraksi tersebut sedikit lebih dalam dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 8,34% (yoy) (Grafik 1.44). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan ekspor lebih didorong oleh pertumbuhan ekspor antar daerah dibandingkan dengan ekspor luar negeri. Kontraksi ekspor luar negeri yang lebih dalam tersebut didorong oleh komoditas pakaian jadi, perhiasan, dan tekstil, sedangkan pertumbuhan ekspor kayu olahan dan furniture menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari volumenya, pertumbuhan volume ekspor menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Setelah pertumbuhan volume ekspor mengalami kontraksi dalam tiga tahun terakhir, volume ekspor triwulan I 2014 mampu tumbuh sebesar 1,78% (yoy), dengan volume ekspor mencapai 27,57 ribu ton (Grafik 1.45).

Jika dilihat berdasarkan komoditasnya, terdapat sedikit perbedaan komposisi ekspor di triwulan I 2014 dibandingkan dengan beberapa triwulan sebelumnya. Jika sebelumnya komoditas perikanan memiliki pangsa terbesar, maka pada triwulan I 2014 pangsa ekspor Bali didominasi oleh komoditas pakaian jadi sebesar 21,27%, kemudian disusul komoditas perikanan sebesar 20,53%, komoditas perhiasan sebesar 16,32%, komoditas kayu olahan sebesar 14,74%, dan disusul oleh berbagai komoditas lainnya (Grafik 1.46). Sedangkan untuk pertumbuhan masing-masing komponen, peningkatan pertumbuhan ekspor luar negeri ditunjukkan oleh komoditas kayu olahan (wood manufacture) yang tumbuh meningkat dari kontraksi 0,42%

Gambar

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali ■
Grafik 1.2 Pangsa Sektor Ekonomi terhadap PDRB  Provinsi Bali di Tahun 2013
Grafik 1.4 Penyaluran Kredit Sektor PHR  Grafik 1.5 Kunjungan Wisman ke Bali
Grafik 1.6 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata  Lama Menginap di Hotel
+7

Referensi

Dokumen terkait

The Xa21 multigene family encoding resistance to bacterial blight in rice contains a large duplication of at least 17 kb; one of the duplicated genes confers the same

Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara

Pada besar tahanan pengereman yang sama, motor arus searah penguatan seri. lebih cepat berhenti pada pengereman plugging daripada

Hasil dari perhitungan nonlinear rolling ini diharapkan dapat memprediksi gerakan rolling dengan tepat,karena dapat diterapkan pada sudut besar( > 8 0 )

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia

Figure 1‐13. This dashboard is used by the Treasury Board of Canada to monitor the performance of a project. Here again we 

Hipotesis penelitian adalah “Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan Kemandirian Hidup Sesuai Dengan Nilai-nilai Kepramukaan Pada Siswa Kelas VIII E SMP 2 Bae

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %